• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIOPLUS TERHADAP PENGGEMUKAN SA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH BIOPLUS TERHADAP PENGGEMUKAN SA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 979-3137-05-03

PENGARUH BIOPLUS TERHADAP PENGGEMUKAN SAPI BALI YANG DIGEMBALAKAN DI KEBUNAN KELAPA SAWIT

Aron Batubara* dan Agussalim S. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau.

*Loka Penelitian Kambing Potong

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap pertambahan bobot badan persilangan Sapi Bali yang digembalakan di perkebunan kelapa sawit di Desa Bagan Bhakti, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pengkajian ini menggunakan 15 ekor sapi Bali bakalan penggemukan yang rata-rata berumur 1,5-2 tahun. Ada 3 perlakuan cara pemberian Bioplus yang dikaji yaitu : T1=Bioplus+dedak; T2=Bioplus; dan T0=Tanpa pemberian probiotik (kontrol). Parameter yang diukur adalah pertumbuhan bobot badan dan pertumbuhan berat badan harian dan rancangan percobaan adalah Rancangan acak lengkap (RAL). Data di analisis dengan uji beda nyata rata-rata terkecil. Dari hasil pengkajian menunjukkan pertumbuhan berat badan harian perlakuan Bioplus dengan memberikan pakan tambahan dedak halus sebanyak 1 persen (T1=0,61kg/ekor/hari) berbeda sangat nyata (P<0,01) jika dibandingkan dengan tanpa pemberian Bioplus (T0=0,31kg/ekor/hari). Sedangkan yang diberkan dengan Bioplus saja (T2=0,51kg/ekor/hari) berbeda nyata (P<0,05) dengan dengan T1 dan T0.

Kata kunci : Penggemukan sapi Bali, Bioplus dan kebun kelapa sawit.

ABSTRACT

The objective of this study of probiotik Bioplus treatment effect on Bali Cattle growthwhich grazing in the palm oil plantation area in Bagan Batu village, Bagan Sinembah sub district, Rokan Hilir District, Riau. Animals used 15 head Bali cattle with average 1.5-2 year old. Animals divided into 3 treatments, namely: T1=Bioplus + rice brand; T2=Bioplus; and T0=without Bioplus (as a control). The parameter are body growth rates and average daily gain. The experimental was designed in a simple randomized design. Data was anlysed by analysis of variance (Duncan test). The result showed that T1 (ADG=0.61 kg/day) was high significantly different (P<0.01) higher compare to T0 (ADG-kg/day). T2 (ADG=0.52 kg/day) was significantly different compare to T0. It is conluded Bioplus treatment can be increasing average daily gain about 0.51-0.61 kg/day on Bali cattle which graing under oil palm trees in the plantation area.

Key words : Bali beef cattle, Bioplus andgrazing under oil palm trees.

PENDAHULUAN

(2)

juga berfungsi sebagai tabungan bagi masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dijual untuk memenuhi berbagai keperluan, membuat peternak semakin bergairah untuk memeliharanya. Pengembangan ternak sapi potong melalui integrasi ke lahan perkebunan, sangat terkait erat dengan ketersediaan hijauan pakan ternak dari lahan perkebunan. Sebaliknya kehadiran ternak di lahan perkebunan dapat pula memberikan nilai tambah pada komoditas perkebunan dalam bentuk kotoran sebagai penambah kesuburan lahan usaha tani, sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani ternak secara keseluruhan.

Propinsi Riau dengan luas 33,1 juta hektar terdiri dari daratan (9,45 juta ha) dan perairan (23,55 ha). Luas daratan sebagian telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk lahan perkebunan seluas 1.414.173,45 hektar ditanami dengan berbagai jenis komoditi perkebunan (BAPPEDA Riau, 1995). Propinsi Riau juga telah mengembangkan ternak sapi potong dengan perkembangan yang cukup memberikan harapan. Namun, saat sekarang perkembangan sapi potong tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan daging bagi propinsinya sendiri, sementara jumlah hijauan pakan ternak yang bersumber dari lahan perkebunan maupun lahan usaha tani lainnya tersedia cukup banyak dan bahkan melebihi kebutuhan.

Dari hasil penelitian Mulyadi (1996) diperkirakan ternak ruminansia yang ada sekarang masih bisa dikembangkan 6,9 kali lipat lagi, bila dikaitkan dengan jumlah ketersediaan hijauan yang ada. Sampai saat sekarang lahan perkebunan belum dimanfaatkan peternak untuk memelihara ternak. Bila ketersediaan hijauan pakan ternak ini bisa dimanfaatkan secara baik dengan cara integrasi penggemukan sapi potong di lahan perkebunan, maka kemungkinan kebutuhan daging di Propinsi Riau akan terpenuhi, dan bahkan bila berhasil dapat dipasarkan pada kawasan Singapura, Johor dan Riau/Sijori (Soehadji, 1995).

Menurut Rangkuti et al (1990) bahwa setiap hektar lahan perkebunan d pat menampung 0,5 - 1,5 unit ternak pertahun, namun keadaan ini sangat bergantung sekali dengan jenis dan galur tanaman perkebunan, jarak tanam, umur tanaman, lokasi dan musim. Selanjutnya Rangkuti menambahkan bahwa dari berbagai hasil penelitian terdahulu, ternyata dengan hadirnya ternak ruminansia di lahan perkebunan, produktivitas perkebunan dapat ditingkatkan sekitar 30 persen. Hal ini antara lain disebabkan oleh manajemen yang tepat, biaya penyiangan dan biaya pupuk dapat dikurangi, serta adanya tambahan pemasukan dari hasil ternak, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan total pendapatan petani ternak yang melaksanakan.

(3)

yang ada (Dirjen Peternakan, 1991). Selain pemberian pakan hijauan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan sapi penggemukan perlu diberikan pakan tambahan sesuai dengan ketersediaan bahan pakan di lokasi, perlakuan bioteknologi untuk merangsang pertumbuhan yang lebih baik, perbaikan manajemen pemeliharaan dan pemberantasan cacing saluran pencernaan.

Winugroho, dkk. (1994) melaporkan bahwa untuk meningkatkan proses pencernaan dalam rumen dan mengimbangi kekurang sempurnaan pakan/khususnya pakan berkualitas rendah, telah dicoba penggunaan pemacu proses metabolis berupa bio plus. Bio plus adalah isi rumen yang mengandung mikroba pilihan untuk mencerna serat kasar tinggi dalam bentuk kering. Pemberian bio plus untuk Peranakan Ongole (PO) mampu memperbaiki pertambahan berat badan harian (PBBH) dari 0,7 kg menjadi 1,0 kg. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Herry (1996) melaporkan bahwa pemberian bio plus sebanyak 5 cc per ekor/hari, rumput 10% dari bobot badan dan konsentrat 1% pada sapi PO dapat meningkatkan PBBH rata-rata sebesar 0,9 kg/hari. Sementara itu uji coba di laboratorium terhadap sapi Brahman cross (BX) asal Australia pemberian bio plus dapat meningkatkan PBBH dari 0,88 kg menjadi 1,01 kg per hari.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Desa Bagan Bhakti, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau dari bulan Oktober 1999 sampai dengan Februari 2000 dengan menggunakan 15 ekor sapi Bali jantan dengan kisaran berat badan 121-238 kg/ekor serta kisaran umur 16- 24 bulan. Sapi yang digemukkan dikandangkan pada waktu malam hari dan pagi hari digembalakan di areal perkebunan kelapa sawit dari jam 8.00 pagi sampai dengan jam 17.00 sore. Pada awal kegiatan sapi diberikan racun cacing Albendazole (Falbazen), dan dikandang disediakan mineral blok yang terbuat dari Garam dapur 69%; Feed suplemen (Mineral Mix) 20% dan Semen 11%. Vitamin B komplek diberikan pada awal perlakuan. Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan dibedakan atas tiga perlakuan yaitu ; T1= Bioplus (0,025% dari bobot badan sapi) + Dedak halus 1% dari berat badan; T2= Bioplus (0,025% dari bobot badan sapi) tanpa pemberian dedak halus; dan T0= Tanpa pemberian Bioplus dan dedak (sebagai kontrol). Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan.

(4)

pertambahan berat badan harian (PBBH) dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (Gasper, 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum lokasi pengkajian

Jenis tanah umumnya tanah podzolik merah kuning (PMK), tingkat kesuburan termasuk kategori sedang dan rendah dengan pH rata-rata 4,5-6, ketinggian 10 meter diatas permukaan laut, curah hujan rata-rata 3066mm/tahun dan suhu rata-rata 34C.

Rata-rata kepemilikan ternak sapi potong sekitar 5 ekor (2-38 ekor) per kepala keluarga. Jenis (bangsa) sapi yang dipelihara pada umumnya sapi Bali dan lainnya persilangan sapi Bali dengan PO, Brahman dan Simental melalui kawin Inseminasi Buatan (IB). Ternak digembalakan dibawah pohon kelapa sawit mulai jam 13.00-15.30 WIB., ada juga sebahagian kecil yang menggembalakan sapi sejak jam 6.00 pagi. Bentuk kandang pada umumnya hanya dengan membuat pagar berkeliling dibawah pohon kelapa sawit. Lantai kandang masih belum memenuhi persyaratan karena sering becek, permukaan sama tingginya dengan tanah sekelilinya dan jarang dibersihkan. Sistim pemeliharaan sapi masih sangat sederhana hanya dilepas siang hari dan dikandangkan malam hari, racun cacing sewaktu-waktu diberikan demikian juga pakan tambahan masih belum diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani peternak, usahatani sapi potong masih merupakan usaha sambilan dan sebagai tabungan keluarga saja, sehingga tingkat perhatian terhadap usaha ini masih sangat rendah sekali. Tetapi walaupun demikian secara umum tingkat penampilan sapi yang dipelihara masih termasuk sehat dan baik , hal ini diduga akibat dukungan sumber pakan hijauan yang cukup melimpah di daerah perkebunan tersebut cukup untuk kebutuhan penggemukan sapi.

Pertumbuhan bobot badan sapi bali

Rata-rata pertumbuhan bobot badan sapi bali jantan pada ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

Pertambahan bobot badan

harian (kg/hari)

Perlakuan

T1 (Bioplus+dedak) T2 (Bioplus) T0 (kontrol)

(5)

Pertumbuhan rata-rata dengan pemberian Bioplus dan dedak halus (T1) adalah 67,01 kg lebih berbeda nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan hanya pemberian Bioplus saja (T2) sebesar 53,34 kg dan tanpa pemberian Bioplus (T0) sebesar 33,98 kg/109 hari (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata total pertambahan bobot badan dan pertambahan bobot badan harian sapi Bali jantan yang digembalakan di daerah perkebunan kelapa sawit selama 109 hari.

Rata-rata bobot badan sapi Pertumbuhan PBBH

No. Perlakuan Awal (kg) Akhir (kg) (kg) (kg/hari)

1. T1 (Bioplus + dedak) 117,0 244,01 67,01 0,61a

2. T2 (Bioplus) 176,4 231,74 53,34 0,51b

3. T0 (kontrol) 173,9 207,88 33,98 0,31c

Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata (P<0,05).

Rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada perlakuan Bioplus + dedak halus (T1) sebesar 0,61 kg/hari/ekor lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pemberian Bioplus saja (T2) sebesar 0,51 kg/hari/ekor. Tanpa pemberian Bioplus dan dedak halus (T0) PBBH sebesar 0,31 kg/hari/ekor lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan T1 dan T2.

Selama 109 hari pengkajian berat badan meningkat antara 58,83 – 76,31 kg/ ekor pada sapi Bali dengan menggunakan Bioplus (Tabel 2).

Tabel 2. Berat badan sapi dan pertambahannya selama 109 hari pengkajian No Jenis

Berat (kg/ekor) dan Waktu penimbangan Total PBB (109 hari)

Teknologi introduksi : probiotik (0,1% BB), dedak halus (1% BB), mineral blok, racun cacing (1x3 bln) dan perbaikan kandang.

(6)

Selain itu juga Wiguna dkk.(1998) melaporkan di Bali rata-rata pertumbuhan bobot harian dengan bobot badan awal sapi Bali rata-rata 263,31 kg/ekor dengan menggunakan Starbio mampu meningkatkan PBBH sebesar 657,67gram/ekor/hari (0.66 kg/hari). Angka pertumbuhan PBBH tersebut hampir sama dengan angka PBB dalam pengkajian ini. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Herry (1996) melaporkan uji coba di laboratorium terhadap sapi Brahman cross (BX) asal Australia pemberian bio plus dapat meningkatkan PBBH dari 0,88 kg menjadi 1,01 kg per hari.

KESIMPULAN

Penggunaan Bioplus dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian antara 0,51- 0,61 kh/hari pada sapi Bali yang digembalakan di perkebunan kelapa sawit. Pemberian bioplus akan meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian sapi Bali sekitar 67,7-100 persen. Perberian terbaik adalah jika Bioplus dicampurkan dengan tambahan dedak halus atau pakan konsentrat sebanyak 1 % dari bobot badan sapi setiap hari. Untuk menjaga kesehatan ternak yang digembalakan di daerah perkebunan sawit sebaiknya diberikan racun cacing minimal satu kali 3 bulan dan ditambah dengan pemberian mineral blok.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi A., Sugiman dan Sastro. 1996. Penelitian Kebijaksanaan Berbagai Skala Usaha Peternakan, Buku II Indentifikasi Intervensi Pemerintahan dan Peran serta Kelembagaan dalam Pembangunan Peternakan pada Berbagai Tipologi Usaha Terindentifikasi di Propinsi DI. Aceh, Sumut dan Riau. PSE, Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

BAPPEDA Tk-I Riau, 1995. Riau Dalam Angka. Kerjasama Bappeda Tk. I Riau dengan Kantor Statistik Propinsi Riau. Pekanbaru.

Direktorat Jenderal Peternakan, 1991. Sistem Integrasi Tanaman Pakan Ternak pada Usaha Konservasi. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu – ilmu Pertanian, Teknik dan Biologi. Penerbit CV. Amico. Bandung.

Herry A.H., 1996. Teknologi bio plus untuk hewan ternak. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

Rangkuti, M., Togatorop, Ambar, R., Andi Dj., dan Hadi B. 1990. Informasi Teknis Peternakan. Puslitbangnak. Departemen Pertanian. Jakarta.

Soehadji. 1995. Pembangunan Peternakan Tangguh dan Peluang Agribisnis di Kawasan Sijori. Direktorat Jenderal Peternakan. Disajikan pada Diskusi Umum Agribisnis Peternakan di Pekanbaru 1 Juni 1995. Pekanbaru.

Taher, S. 1989. Beberapa Jenis Rumput dan Legume Pakan Ternak yang Berpeluang UntukDiusahakan di Bawah Kelapa. Buletin Balitka No. 7, Januari 1989. Manado.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 2.  Berat badan sapi dan pertambahannya selama 109 hari pengkajian

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena menjelaskan tentang “Pendayagunaan Dana Zakat melalui

[r]

Dalam kajian ini kepuasan mahasiswi terhadap kualiti kehidupan ditinjau dari aspek persekitaran, kemudahan dan perkhidmatan, layanan staf dan Ahli Jawatankuasa

Jadi jumlah keseluruhan sampel yang diambil peneliti dalam penelitian hubungan peran orang tua terhadap prestasi belajar siswa Kelas V SDN Legokulon 2 Kecamatan

Desain arsitektur dari sistem penentuan urutan prioritas dalam pemberian pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) kepada nasabah debitur Bank BRISyariah cabang

Dengan adanya buku panduan wisata berbasis fotografi tentang objek wisata di Bintan ini, penulis berharap buku ini dapat menjadi salah satu media informasi yang dapat

Konsep pesan pada perancangan ini merupakan hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu, media cetak dan audio visual sebagai penunjang pembelajaran pupuh bagi siswa SMP

TABEL MATRIK RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016.. 3 4