• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan antara peningkatan msdm dan ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hubungan antara peningkatan msdm dan ada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Arimark Taquila V 143010287

Hubungan Antara Peningkatan MSDM

Terhadap Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

1.1Definisi Masyarakat Ekonomi Asean

Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal

di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan

dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual

barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Berdasarkan

ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan

ketergantungan anggota-anggota didalamnya. Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka

arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter,

pengacara, akuntan, dan lainnya.

1.2Keuntungan MEA bagi negara-negara Asia Tenggara

Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar

tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja

baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia

Tenggara. Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA yang dapat dijadikan suatu

momentum yang baik untuk Negara-negara di Asia tenggara

a. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan

pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka

akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled

labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia

Tenggara.

b. MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi,

(2)

demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem

jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak

cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;

menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

c. MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang

merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya

saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka

terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal

peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

d. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan

membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara

anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia

Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis

kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi

peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif

untuk terintegrasi secara global.

1.3Dampak MEA bagi Indonesia

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan

perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak

pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain,

muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang

diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang

elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya

barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam

industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal

ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

(3)

akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat

memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang

mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap

ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara

yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak

tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak

ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat

untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja

karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang

beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan

menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi

kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan

kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi

Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan

tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi

Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika

Online, 2013).

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan

keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun

demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila

MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul

dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha

diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta

perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di

Indonesia.

1.4Memenangkan Peluang MEA

Memenangkan peluang MEA membutuhkan adaptasi dan ketangkasan (operational agility). Ketangkasan yang dimaksud adalah bagaimana merespon perubahan lansekap ekonomi maupun

(4)

publik di era baru MEA dihadapkan pada situasi yang bersifat VOCA (Volatility atau bergejolak, Uncertainty atau memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, Complexity saling berhubungan, saling tergantung dan rumit dan Ambiguity menimbulkan keragu-raguan). Oleh karena itu capaian kinerja birokrasi tidak lagi harus bersifat rule based namun harus bergerak maju ke arah yang lebih dinamis.

Situasi dalam VOCA membutuhkan setidaknya pendekatan berpikir ke depan (thinking ahead) yakni kapabilitas untuk mengidentifikasi perkembangan, memahami implikasi perubahan sosial ekonomi dan menentukan investasi kebijakan strategis maupun menciptakan lingkungan

yang memungkinkan bagi masyarakat untuk memanfaatkan peluang dan meminimalisasi

ancaman (Neo & Chen, 2007).

Secara fundamental, arah pengembangan birokrasi pasca-2015 perlu untuk memahami

dinamika relasi antara birokrasi dan pasar misalnya. Paradigma lama yang menekankan pada

minimalisasi peran birokrasi untuk merespon globalisasi telah usang. Shin (2005) menjelaskan

fenomena integrasi ekonomi, seperti MEA, memiliki 2 dimensi utama yakni mobile factors

dan non-mobile factors.

Dimensi pertama terfokus pada pilar investasi. Kemudahan teknologi dan integrasi

perbankan membuat modal dengan cepat berpindah. Sementara itu, pada dimensi kedua,

kualitas non-mobile factors seperti respon sektor publik terhadap tantangan perbaikan pelayanan, percepatan infrastruktur dan harmonisasi regulasi menjadi hal krusial yang menentukan

kemana mobile factors tadi berpindah.

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas

ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh

pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yaitu industri agro, otomotif,

elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian

sisanya berasal dari lima sektor jasa yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan

teknologi informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam bentuk

pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.

Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana strategis

(5)

1) Penguatan Daya Saing Ekonomi

Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan perwujudan transformasi

ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat,

inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Sejak MP3EI diluncurkan sampai akhir Desember 2011

telah dilaksanakan Groundbreaking sebanyak 94 proyek investasi sektor riil dan pembangunan infrastruktur.

2) Program ACI (Aku Cinta Indonesia)

ACI (Aku Cinta Indonesia) merupakan salah satu gerakan „Nation Branding‟ bagian dari

pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk dalam Inpres No.6 Tahun 2009 yang berisikan

Program Ekonomi Kreatif bagi 27 Kementrian Negara dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih

berjalan sampai sekarang dalam bentuk kampanye nasional yang terus berjalan dalam berbagai

produk dalam negeri seperti busana, aksesoris, entertainment, pariwisata dan lain sebagainya. (dalam Kemendag RI : 2009:17).

3) Penguatan Sektor UMKM

Persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk

menghadapi MEA adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi

merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM

mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015. Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah

disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era

pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA,

peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk

KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing

dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara

umum masih rendah. Oleh karena itu, pihak Kementrian Koperasi dan UKM melakukan

pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar

produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang

berdaya saing tinggi.

Pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan

(6)

Penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui perluasan

kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor.

4) Perbaikan Infrastruktur

Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah

berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan,

perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan

informatika, serta ketenagalistrikan :

- Perbaikan Akses Jalan dan Transportasi

- Perbaikan dan Pengembangan Jalur TIK

- Perbaikan dan Pengembangan Bidang Energi Listrik.

5) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan. Selain

itu, dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah membangun

sarana dan prasarana pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat.

Data Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 173.344 ruang kelas

jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:36).

6) Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan

Dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah

ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-2025

dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan

aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan

(7)

Sumber :

N.n. (2013). Indonesia Hanya Menduduki Peringkat Empat di ASEAN.

Association of Southeast ASIAN Nations (2008). ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

BLUEPRINT. Jakarta: Asean Secretariat.

Fernandez, R. A. (2014, Januari). YEARENDER: Asean Economic Community to play major

role in SEA food security.

Plummer, M, G., &Yue, C, S. (2009). Realizing the ASEAN Economic Community: A

Comprehensive Assessment. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

Santoso, W. et.al (2008). Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN

dan prospek perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan

Kebijakan Moneter.

http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-menatap-era-mea-2015.

http://asc.fisipol.ugm.ac.id/masyarakat-ekonomi-asean-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/

Investor Daily.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.2009, “Menuju ASEAN EconomicCommunity 2015”, Jakarta.

KPPN/Bappenas.2012.”Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013”.Buku I.

KPPN/Bappenas.2013.”Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013”.Buku II.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian secara umum dapat terlihat bahwa di Kabupaten % rumah tangga tidak ada genangan air walaupun tidak ada SPAL karena kondisi topografi atau halaman rumah

Hasil dalam penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara status ekonomi keluarga terhadap status imunisasi dasar

Hasil Penelitian : Sampel bisa di degradasi secara pirolisis microwave dengan absorber karbon pada suhu 700 0 K yang menghasilkan 24,9% padat, 32,6% cair, dan 24,1% gas.... •

Selain terjadinya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II serta kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung

Bangunan juga harus mevisualisasikan fasad yang menarik dan sesuai dengan fungsi bangunan, mengolah ruang-ruang bangunan agar dapat memfasilitasi seluruh kegiatan

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:117), “Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan (Planning),

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yakni keberhasilan penggunaan pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching Learning dalam bidang