• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Pengelolaan Zakat dalam Mengen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran dan Pengelolaan Zakat dalam Mengen"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peran dan Pengelolaan Zakat dalam Mengentaskan

Kemiskinan

Nama Kelompok:

Dosen Pengampu: Zein Muttaqin, S.E.I., M.A

Di Susun Oleh:

Lentera Rahadinda 14423002 Sitta Wulan Sari 14423028

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)
(3)

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridhoNya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan guna untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.

Semoga makalah ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca secara umum dan kami secara khususnya. Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami butuhkan. Sehingga kekurangan yang ada bisa kami perbaiki dan menjadikan apa yang terkandung dalam makalah ini bisa tersampaikan dengan jelas.

Dan tak lupa, kami berterimakasih sekali kepada dosen pengampu mata kuliah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Demikian semoga melalui ini kita senantiasa dapat terus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, amin.

Yogyakarta, 10 Desember 2016

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... .ii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... A. Pengertian Zakat ... 3

B. Dasar Hukum Zakat ... 4

C. Sumber – Sumber Zakat ... 5

D. Pengaruh Zakat terhadap Kemiskinan ... 6

E. Peran dan Pengelolaan Zakat terhadap kemiskinan ... 8

BAB III PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 12

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Zakat adalah salah satu institusi terpenting dalam kerangka sosial-ekonomi Islam. Dalam Al-Quran, perintah shalat juga sering diikuti dengan perintah zakat. Hal ini secara jelas menyiratkan betapa pentingnya zakat yang berdimensi sosial yang disetarakan dengan shalat yang dimensinya trasendental. Zakat adalah ibadah maliyah yang termasuk pada rukun Islam yang kelima, karena itu zakat merupakan pondasi agama Islam, selain merupakan kewajiban mutlak bagi seorang muslim, disadari secara penuh juga bahwa zakat merupakan instrumen kunci dalam menumbuhkan dan meningkatkan perekonomian ummat, dengan peran besarnya yang mampu menjadi alat distribusi kesejahteraan ummat.

Dalam sejarahnya praktek zakat sudah dilakukan sebelum zaman Rasulullah SAW, lalu pada masa Rasul Muhammad SAW peran zakat mendapat bentuk yang lebih baik khususnya ketika zakat yang diwajibkan pada masa-masa Rasul di Madinah, dimana nisbah dan besarnya sudah ditentukan. Orang-orang yang mengumpulkan dan membagikannya sudah diatur dan negara bertanggung jawab untuk mengelola. Kajian ini mengupas tentang bagaimana konsep hukum zakat sebagai instrumen dalam meningkatkan perekonomian ummat, bagaimana hukum positif di indonesia untuk mampu melembagakan zakat supaya dapat berfungsi maksimal, potensi-potensi besar pendayagunaan zakat dapat diraih. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa secara umum kehadiran undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sangat berperan dalam perkembangan organisasi pengelolaan zakat atau lembaga zakat di Indonesia, karena undang-undang ini memberikan kepastian hukum bagi operasional Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat melalui lembaga zakat atau Organisasi Pengelola zakat. Selain itu undang-undang ini juga memberikan landasan bagi terlaksananya zakat produktif. Undang-undang ini dapat menjadi instrumen penting utuk mencapai cita-cita zakat sebagai penghapus kemiskinan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian ummat. Sebagaimana diketahui bahwa sistem zakat ternyata mempunyai peran aktif dalam perekonomian. Karena zakat merupakan pungutan yang mendorong kehidupan ekonomi hingga terciptanya pengaruh-pengaruh tertentu. Integrasi zakat dalam menentukan kebijakan ekonomi sangatlah diperlukan. Apalagi secara teoritis, aplikasi zakat dalam kehidupan perekonomian akan menimbulkan sejumlah implikasi penting. Berdasarkan quran surat Al-Baqarah ayat 275 – 281, ada tiga sektor penting dalam perekonomian menurut Al-Quran, yaitu:

a) Sektor riil (al-bar) yaitu bisnis dan perdagangan

b) Sektor keuangan atau moneter yang diindikasikan oleh larangan riba c) Zakat, infaq dan sedekah (zis)

(6)

perhatian yang tinggi untuk melepaskan orang miskin dan kaum dhuafa dari kemiskinan dan kelatar belakangan. Islam sangat konsisten dalam mengentas kemiskinan, Islam sungguh memiliki konsep yang sangat matang untuk membangun keteraturan sosial yang berbasis tolong menolong dan gotong royong. Yang kaya harus menyisihkan sebagian kecil hartanya untuk mereka yang kurang mampu dan golongan lainnya. pemberian tersebut dapat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (Nawawi, 2010)

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah zakat itu? Apa dasar hukum dan sumber zakat? 2. Apa pengaruh zakat terhadap kemiskinan?

3. Apa peran dan pengelolaan zakat terhadap kemiskinan?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui arti zakat yang sebetulnya dan mengetahui dasar hukum zakat serta sumber zakat

2. Untuk mengetahui pengaruh zakat terhadap kemiskinan

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian, dasar hukum dan sumber zakat

A.1 Pengertian zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti yaitu keberkahan (al-barkatu), pertumbuhan dan perkembangan (al nama), kesucian (ath thaharatu) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS At-Taubah : 10). Sedangkan arti zakat menurut istilah (syar’iyah), yaitu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Selain itu ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqih, mengatakan bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat sedangkan shadaqah sunnah dinamakan infaq sebagian yang lain mengatakan bahwa infaq wajib dinamakan zakat sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.

Adapun zakat menurut terminologi (syara) berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta. Mazhab maliki mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan kepemilikian itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan barang pertanian. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus ditentukan oleh syariat karna Allah SWT. Menurut mazhab Hanbali mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Menurut Nabawi, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan disebut zakat karena yang dikeluarkan itu

“menambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari

kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Taymiyah, jiwa orang yang berzakat menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula, dan berambah pula maknanya. Dengan mengeluarkan zakat, harta itu menjadi bersih.

(8)

ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang – orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan pendistribusian kekayaan yang adil. Zakat mungkin didistribusikan secara langsung kepada orang – orang yang berhak, baik kepada satu atau lebih penerima zakat maupun kepada organisasi sosial yang mengurusi fakir miskin. namun hendaknya kita mencari orang – orang yang benar membutuhkan. Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang – orang yang salah, maka pembayar zakat hendaknya memastikan dulu.

A.2 Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan dasar prinsipil menegakkan struktur sosial Islam. Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, Ia adalah iuran wajib. Zakat adalah perintah

Allah yang harus dilaksanakan. Jadi hukumnya wajib ‘ain bagi setiap muslim

apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Dalam alquran dan hadist banyak perintah untuk melaksanakan zakat antara lain Firman Allah dalam (QS Al-Baqarah : 110) yang artinya :

Dan didirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya pada sisi

Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat apa apa yang kamu kerjakan.”

Dari sumber ajaran hukum Islam akan ditemukan dasar hukum zakat dalam Al-Quran terdapat dua periode penurunan yaitu periode Mekkah dan Madinah. Pada periode Mekkah terdapat pada surat al-Muzammil ayat 20, surat al-Bayyinah ayat 9. Pada periode Madinah terdapat pada surat al-Baqarah ayat 43. Hadist Nabi saw menyebutkan betapa zakat sangat asasi atas tegaknya Islam, selain dari syahadat, shalat, dan rukun Islam lainnya, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa rasulullah bersabda :

“ Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain

Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,

berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu”

Jadi didalam hadist tersebut Rasul mengatakan bahwa rukun Islam itu ada lima yang dimulai dengan syahadat, kedua shalat, dan ketiga zakat. Dengan demikian zakat didalam sunnah dan begitu juga dalam Al-Quran adalah dasar Islam yang ketiga tanpa dasar yang ketiga tersebut, bangunan Islam tidak akan berdiri tegak dengan baik.

(9)

A.3 Sumber-sumber Zakat

Adapun sumber – sumber zakat yaitu :

1. Hewan Ternak. Dalam berbagai hadist dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis, yaitu unta, sapi dan domba atau kambing. Dan para ulama juga telah bersepakat kewajiban zakat pada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut, para ulama berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat bahwa pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat,sedangkan Imam Malik dan

Imam Safi’i tidak mewajibkannya, kecuali bila kuda itu diperjual belikan. Apabila diperhatikan dari dalil-dalil dalam Al-Quran dan hadist serta pendapat para ulama, dapat disimpulkan bahwa hewan ternak selain unta, sapi, dan domba, seperti unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan zakat perdagangan.

2. Emas dan perak. Kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak setelah memenuhi persyaratan tertentu dinyatakan dalam surat At-Taubah ayat 34-35 dan hadist Nabi riwayat Imam Muslim. Para ulama fiqih telah bersepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun. Berdasarkan hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud, nishab zakat zakat emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar, sedangkan nishab zakat perak adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal atau dua puluh dinar sama dengan delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama dengan lima gram perak. 3. Perdagangan. Kewajiban zakat pada perdagangan yang telah memenuhi

persyaratan tertentu dilandaskan pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 267 dan hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud. Hampir seluruh ulama bersepakat bahwa perdagangan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila memenuhi persyaratan kewajiban zakat. Ada tiga persyaratan utama kewajiban zakat pada perdagangan, yaitu: pertama, niat berdagang. Kedua, mencapai nishab. Ketiga, telah berlalu satu tahun

4. Hasil Pertanian. Tanaman, tumbuhan, buah – buahan, dan hasil pertanian lainnya yang telah memenuhi persyaratan telah wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 141 dan hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari. Hadist Nabi telah membedakan besarnya zakat pertanian dari tanaman yang mempergunakan biaya yang besar dalam pengairannya, seperti sistim irigasi, yaitu sebesar lima persen. Sedangkan yang tidak menggunakannya, zakat yang lebih besar , yaitu sepuluh persen. 5. Barang Tambang (ma’din) dan Barang Temuan (rikaz). Yang menjadi dasar

(10)

harus disimpan di baitul mal untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat (Hafiduddin, 2008)

B. Pengaruh zakat terhadap kemiskinan

Mengeluarkan zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim diseluruh dunia. Khusunya bagi yang mampu dan telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam agama Islam serta hukum yang berlaku. Bahkan merupakan salah satu rukun Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai sarana yang efektif memberdayakan ekonomi ummat. Allah SWT sudah menentukan rizki bagi tiap – tiap hambanya, sebagian diberikan rizki yang lebih dibandingkan sebagian yang lain bukan untuk membeda – bedakan. Tetapi karna kelebihan rizki itulah maka seseorang wajib memberikan sebagian rizkinya untuk mereka yang membutuhkan melalui zakat, infaq, shadaqah. Alllah SWT dengan tegas menetapkan adanya hak dan kewajiban antar 2 kelompok di atas (kaya dan miskin) dalam pemerataan distribusiharta kekayaan, yaitu dengan mekanisme zakat, sehingga keseimbangan kehidupan sosial manusia itu sendiri akan tercapai serta akan menghapus rasa iri dan dengki yang mungkin timbul dari kelompok yang kurang mampu. Selain itu didalam harta orang – orang kaya sesungguhnya terdapat hak orang – orang miskin. Zakat bukanlah masalah pribadi yang pelaksanaannya diserahkan hanya atas kesadaran pribadi, zakat merupakan hak dan kewajiban. Secara yuridis formal keberadaan zakat diatur dalam UU Nomor 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu golongan fakir dan msikin, untuk mendorong terlaksananya undang – undang ini pemerintah telah memfasilitasi melalui Baznas dan Bazda yang bertugas untuk mengelola zakat, infaq, shadaqah.

(11)

bertambah dan terus bertambah jumlahnya jika diberikan dalam bentuk modal usaha dan beasiswa.

Membangun sebuah sistem pengentasan kemiskinan berbasis zakat tentu tidaklah mudah, perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak untuk memaksimumkan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga – lembaga yang mengelola zakat, tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang muslim untuk mensejahterakan muslim lain yang kekurangan. Pembangunan sistim pengelolaan zakat yang melibatkan struktur kemasyarakatan yang paling dekat dengan masyarakat itu sendiri harus tetap dikerjakan dan dikembangkan walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Menggali dan mengembangkan potensi zakat memang membutuhkan waktu yang panjang tetapi masyarakat harus optimis bahwa sistem zakat ini mampu memberikan solusi bagi masalah kemiskinan yang sudah berlarut – larut. Potensi zakat yang zakat yang sudah ada harus tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar zakat harus semakin ditingkatkan sehingga peran zakat dalam proses mengentaskan kemiskinan menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas (Hafiduddin, 2007).

Potensi dan peran zakat yang ada diharapkan menjadi sarana untuk mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar, penuntasan penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat diharapkan memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Seperti usaha yang dilakukan dalam pengelolaan peran zakat melalui upaya Pinjaman Modal Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian, Peternakan, dan Pendayagunaan zakat fakis miskin untuk Pemberdayaan Keluarga Muslim dan pelatihan serta ketrampilan agar nantinya masyarakat miskin memiliki bekal berupa pengalaman yang dapat digunakan untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik.

(12)

lebih besar serta lebih baik. Pemanfaatan zakat harta sangat tergantung pada pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerha ke daerah lain. Perlu diketahui, bahwa pada umumnya penggunaan zakat harta diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti, dipergunakan untuk usaha pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya.

C. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap kemiskinan

Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal. Pembentukan modal semata – mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian harta bagi yang mampu, yang wajib dibayarkan kepada pengelola zakat. Zakat dianggap akan mampu memaksimalkan kualitas sumber daya manusia melalui pengadaan sarana dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas, serta meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. Badan Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Sebagai lembaga pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama, tetapi lebih daripada itu Badan Amil Zakat dituntut juga menjadi lembaga yang benar – benar berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam. Telah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, tetapi hasilnya belum efektif seperti yang diharapkan. Program yang bersifat top down, ketidakjelasan kriteria sasaran, konsep dan perencanaan yang tidak fokus, sasaran yang ditentukan secara tergesa

(13)

dan shadaqah bukan hanya untuk orang miskin muslim tetapi juga orang miskin non muslim, dan selain untuk konsumtif, juga untuk kegiatan produktif. Jika zakat hukumnya wajib, maka infaq dan shadaqah hukumnya sunnah. Walaupun dalam penggunaannya, pada hakekatnya dana zakat, infaq, shadaqah tidaklah berbeda dengan dana – dana yang lain, tetapi zakat, infaq, shadaqah bukanlah produk manusia sebagaimana program yang lain, melainkan produk agama langsung dari Sang Pencipta. Oleh karena itu jika dijalankan dan dikelola, sesuai dengan ajaran agama pasti akan berhasil dengan baik (Sahri, 1982)

Seperti kita ketahui bersama kemiskinan terus menjadi masalah utama pembangunan hingga era modern saat ini. Kemiskinan tetap ada walau berada di tengah tingkat pertumbuhan yang meyakinkan. Salah satu instrumen terpenting dalam islam yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah zakat, zakat adalah instrumen religius yang membantu individu dalam masyarakat untuk menolong penduduk fakir dan miskin yang tidak mampu menolong dirinya sendiri.

Institusi zakat adalah program pengentasan kemiskinan wajib dalam perekonomian Islam. Dampak zakat terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis didalam sistem Islam. Terdapat ada beberapa alasan untuk ini yaitu :

a. Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti didalam syariat Islam. (QS At-Taubah : 60) dimana zakat hanya diperuntukkan bagi delapan golongan saja yaitu : fiqara (fakir), masakin (miskin), amilin alaiha (pihak pengelola zakat), muallafat ul qulub (orang yang dijinakkan hatinya), fi riqob (membebaskan budak), ghorimin (orang yang berhutang), fi sabilillah (berjuang dijalan Allah), ibnu us sabil (orang yang sedang dalam perjalanan). Jumhur ulama sepakat bahwa selain delapan golongan ini, tidak halal menerima zakat. Lebih jauh lagi Al-Quran menyebutkan fakir dan miskin sebagai kelompok pertama dan kedua dalam daftar penerima zakat. Mereka inilah yang mendapatkan prioritas dan pengutamaan oleh Al – Quran. Ini menunjukkan bahwa mengatasi masalah kemiskinan merupakan tujuan utama dari zakat.

b. Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas perekonomian. Zakat dipungut dari produk pertanian, hewan peliharaan, simpanan emas dan perak. Aktifitas perniagaan komersial, dan barang – barang tambang yang diambil dari perut bumi. Fiqih kontemporer memandang bahwa zakat diambil dari seluruh pendapatan dan dihasilkan dari aset fisik dan finansial serta keahlian pekerja. Dengan demikian potensi zakat adalah sangat besar. Hal ini menjadi modal besar yang terpenting bagi pembiayaan program – program pengentasan kemiskinan

(14)

kerangka sosial ekonomi Islam menjadi basis yang kuat bagi program pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan.

Peran zakat dalam pengentasan kemiskinan adalah peran yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya, baik dalam kehidupan muslim ataupun kehidupan lainnya. masyarakat umum hanya mengetahui bahwasannya tujuan zakat adalah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para fakir miskin tanpa mengetahui gambarannya secara jelas. Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan aqidah, akhlak, kelogisan berfikir keluarga juga masyarakat. Islam juga menganggapnya sebagai musibah bencana yang harus segera ditanggulangi. Jika kemiskinan makin banyak maka ia akan menjadi kemiskinan yang mapu membuatnya lupa akan Allah dan juga kemanusiaannya. adanya keterkaitan yang kuat adanya kefakiran dan kekafiran, karena kefakiran merupakan satu langkah menjadi kekafiran. Hal ini karena orang yang fakir miskin cenderung memiliki potensi dalam dirinya untuk menebarkan benih keraguan terhadap kebijaksanaan illahi mengenai pembagian rezeki (Umar, 2010)

Hadist Nabi Muhammad SAW artinya :

Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas orang kaya muslim suatu kewajiban zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidak mungkin terjadi seorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan sandang kecuali dikarenakan kebakhilan (pelit) orang kaya muslim. Ingatlah Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti serta meminta pertanggung jawaban mereka, lalu akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih (H.R Imam Al – Ashbahani).

Hadist diatas memberikan dua isyarat, yaitu

1. Kemiskinan dan kefakiran yang diderita ummat bukan semata – mata karena kemalasan mereka dalam bekerja, tetapi diakibatkan juga oleh ketimbangan dan tidak adanya pola kehidupan serta tidak ada tanggung jawab sosial para hartawan kepada kaum fakir miskin.

2. Jika zakat dikelola ( pngambilan dan pendistribusiannya) dengan baik dan benar, insyaAllah akan mampu menanggulangi atau paling tidak memperkecil kemiskinan dan kefakiran yang kini dihadapi sebagian ummat (Qardhawi, 2005)

Pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mekanisme zakat untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan akan semakin terwujud karena pertimbangan sebagai berikut :

a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu

(15)

proses produk atau proses transaksi dipasar barang karena orang miskin lemah dalam posisi tawar mereka.

c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan terarah dapat dinikmati masyarakat miskin

d. Mekanisme zakat secara sengaja dipersiapkan oleh Allah SWT agar disalurkan untuk menanggulangi kemiskinan karena tuntunan iman dan pertimbangan kemaslahatan lain dalam masyarakat miskin (Marthon, 2007)

(16)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti yaitu keberkahan (al-barkatu), pertumbuhan dan perkembangan (al nama), kesucian (ath thaharatu) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Sedangkan arti zakat menurut istilah (syar’iyah), yaitu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Selain itu ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqih, mengatakan bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat sedangkan shadaqah sunnah dinamakan infaq sebagian yang lain mengatakan bahwa infaq wajib dinamakan zakat sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Adapun zakat menurut terminologi (syara) berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta. Mazhab maliki mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan kepemilikian itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan barang pertanian. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus ditentukan oleh syariat karna Allah SWT. Menurut mazhab Hanbali mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Menurut Nabawi, jumlah yang dikeluarkan dari

kekayaan disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu

Taymiyah, jiwa orang yang berzakat menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula, dan berambah pula maknanya. Dengan mengeluarkan zakat, harta itu menjadi

bersih. hukumnya wajib ‘ain bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat -syarat yang telah ditentukan oleh syariat. dan seharusnya zakat yang diberikan oleh muzaki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk modal usaha dan beasiswa pendidikan. Sehingga nominal uang yang diberikan diawal akan bertambah dan terus bertambah jumlahnya jika diberikan dalam bentuk modal usaha dan beasiswa.

(17)

1) upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakat yang miskin akibat dampak krisis ekonomi, dan

2) upaya pemberdayaan agar memiliki kemampuan usaha bagi masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural. Upaya pemberdayaan yang bersifat bottom up tersebut sangat sesuai dengan budaya tolong – menolong yang sudah merupakan budaya bangsa yang mengakar sejak dahulu kala. Ajaran zakat, infaq, shadaqah.

Dampak zakat terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis didalam sistem Islam.

Terdapat ada beberapa alasan untuk ini yaitu :

a. Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti didalam syariat Islam

b. Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas perekonomian.

c. Zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim

Pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mekanisme zakat untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan akan semakin terwujud karena pertimbangan sebagai berikut :

a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu

b. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat luas yang masuk kedalam pola harta oranga kaya

c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan terarah dapat dinikmati masyarakat miskin

(18)

DAFTAR PUSTAKA

H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, 2010, Surabaya, Putra Media Nusantara, hlm 1

Iqbal M. Ambara, Problematika Zakat dan Pajak Di Indonesia, 2009, Sketsa, hlm 23

Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, 2008, Jakarta, Gema Insani, hlm 29

Didin Hafiduddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta, Gema Insani Press, hlm 168

M. Umar, Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, Jakarta, GP Press, hlm 50

Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam, 2007, Jakarta, Zikrul Hakim, hlm 128

Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin, Malang, Bahtera Press, hlm.45

Asrifin, Sucikan Hati dan Bertambah Rizki Bersama Zakat, Jakarta, Delta Prima Press

Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2005, Jakarta, Zikrul Hakim hlm.29

Mu’inan Rifi, Potensi Zakat (dari konsumtif-kariatif) ke produktif-berdayaguna) Perspektif Hukum Islam, 2011, Yogyakarta, Citra Pustaka, hlm.142

Jurnal ilmu – ilmu sosial Vol 21 No.1 februari 2009

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian teknik pengumpulan data menggunakan metode Angket.Metodeangketyaitu sejumlah pertanyaan tertulis tentang hal ± hal yang diteliti yang digunakan

Dalam memahami masalah, kedua siswa menggunakan pola sama yaitu terlebih dahulu membaca kembali masalah yang diberikan dan menyebutkan apa yang diketahui dan

Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 4.4 pada grafik analisis faktor konfirmatori pada variabel kepemimpinan pelayan dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji

Catatan : Angka produksi dan luas panen sayur-sayuran dan buah-buahan diambil dari SIMPP (Sistem Informasi Manajemen Padi dan Palawija) kerjasama BPS dan Dinas

proses jual-beli (Buy / Sell) otomatis pada Market Expert Advisor, sistem Risk and Reward yang dikombinasi dengan Trailing Stop akan menghasilkan total profit baling banyak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor stress dan strategi koping keluarga terhadap kepatuhan pembatasan asupan cairan pada klien penyakit

Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan ( jangka pendek dan jangka panjang ) yang

Penapisan kuantitatif merupakan suatu konfirmasi dan hasilnya belum tentu tepat sama dengan penapisan daerah bening Hasil analisis sidik ragam pada penentuan kuantitatif