• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Anak Usia Dini. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Anak Usia Dini. doc"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Anak Usia Dini

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Dosen Pengampu: Sutiman, M.Pd

Kelompok III

(2)

MANAJEMEN PENDIDIKAN perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan (Yuliani ,2011: 54).

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masih inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari hari (Hainstok, 1999: 34)

Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak yang lahir dengan lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembanganya dengan cara memeperkaya lingkungan bermainnya. Seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Perkembangan anak usia dini melalui tahap-tahap tertentu, yang pada masing tahapan tersebut diberlakukan cara mendidik anak tersebut berbeda.

Perkembangan anak usia dini, dimulai dari usia 0-8 tahun. Dalam setiap tahapanya, memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing–masing anak mempunyai perbedaan karakter meski dilahirkan dihari yang sama dan dibesarkan di lingkungan yang sama. Maka dari itulah pentingnya mempelajari perkembangan anak usia dini.

B. RUMUSAN MASALAH

(3)

2. Apa saja aspek yang termasuk dalam pendidikan anak usia dini?

C. TUJUAN

1. Mengetahui bagaimana perkambangan anak usia dini.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Batasan tentang anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adala anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas 1-3, TK, Kelompok Bermain dan anak pada masa sebelumnya, yaitu masa bayi. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangn fungsi- fungsi hasil dari pertumbuhan yang berupa bertambah panjang tulang- tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan bertambah berat badan serta susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri seorang individu.

Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang dilihat dari berbagai sudut pandang yang meliputi:

1. Teori Behaviorisme

Watson, Thorndike, dan Skinner adalah para ahli behaviorisme yang terkenal. Masing-masing ahli yang menganut teori ini percaya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Menurut Dr. Yuliani N.S, M.Pd (2011:55) teori tersebut identik dengan teori stimulus-respons dan operant conditioning. Unsur-unsur dasar teori ini meliputi bantuan, hukuman, operant conditioning dan mengurangi prilaku yang tidak baik.

(5)

seekor anjing mengeluarkan air liur apabila diberikan makanan yang disesuaikan dengan bunyi bel.

Operant conditioning berbeda dengan classical conditioning dalam arti bahwa perilaku sudah mendahului penguatan tersebut. Contoh, seekor merpati sedang belajar untuk mendorong sebuah pengungkit untuk mendapatkan sebutir makanan.

Dalam suatu kelas, operant conditioning boleh jadi digunakan untuk sebagai suatu pencapaian anak-anak terhadap suatu tugas yang bersifat akademik. Operant conditioning dapat juga digunakan untuk membentuk suatu perilaku bentuk dengan cara menyediakan bantuan ketika perilaku anak semakin menjauh dari tujuan. Membentuk perilaku melibatkan beberapa komponen beikut (Yuliani Nuraini Sujiono , 2011: 56):

1. Mengarahkan perilaku yang diinginkan tersebut. 2. Perbaikan pada suatu dasar dari tingkah laku. 3. Memilih penguatan.

4. Melakukan penelitian dangan memberikan isyarat pada seseorang mengenai tugas dan peruntunan segmen.

5. Menerapkan sistem penguatan secara sistematis.

Tujuan akhir dari teori behavioristik ini adalah untuk semakin meningkatkan perilaku yang diinginkan untuk memberikan penghargaan kepada anak, sedemikian sehigga guru atau orang tua tidak perlu melanjutkan untuk terus memberikan penghargaan yang disebabkan oleh adanya kedaan dari luar. Teori ini lebih terkait dengan bagaimana anak-anak berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual, tetapi tidak menjelaskan tentang perkembangan fisik karena banyak banyak orang yang menyetujui bahwa perkembangan fisik berkaitan dengan genetika (keturunan) yang ditentukan berdasarkan gen dari kedua orang tuanya, sehingga dengan demikian tidak mempengaruhi perilaku anak.

2. Teori Maturationis

(6)

pada dasarnya berbeda-beda. Teori ini juga percaya bahwa suatu tingkatan perkembangan anak adalah penentu yang paling utama dalam hal kesuksesan sosial dan intelektual, terutama dalam lingkungan sekolah.

Teori maturationis menekankan tahap perkembangan dari masing-masing anak lebih penting daripada penghargaan, hukuman, pengalaman, atau interaksi, dengan lingkungan tersebut. Pengalaman, dari teori maturationis selalu disaring oleh suatu tingkatan anak.

3. Teori Interaksi

Teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh Piaget. Para tokoh interaksi modern, seperti Bruner dan Forman sedang berkelanjutan untuk melakukan penyaringan teori dari Piaget dan untuk memperjelas konsep tentang perkembangan anak-anak.

Piaget dalam Catron dan Allen (1999:7-8) percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuanya melalui interaksi dengan lingkungan. Selanjutnya Piaget menguraikan pemikiran anak-anak yang meliputi konsep asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak sedang melakukan proses pencocokan informasi ke dalam kategori atau bagan yang ada.

Menciptakan suatu kategori yang baru adalah proses dari akomodasi anak dimana secepatnya menciptakan suatu struktur mental yang berkaitan dengan semua hewan yang ada (Catron dan Allen, 1999:8)

Keseimbangan merupakan bagian akhir dari sisa yang mencapai semua informasi atau pengalaman, yang kapan saja dapat dicocokan kedalam suatu bagan atau suatu bagan yang baru diciptakan untuk untuk hal tersebut. Keseimbangan akan menberikan kesempatan bagi para anak untuk menggunakan asimilasi dan akomodasi sebagai alat untuk menuju keberhasilan dalam hal keseimbangan.

Para pendukung teori Piagetian menggolongkan pengetahuan sebagai berikut yaitu perkembangan fisik, sosial, atau logika-matematika. Forman dan Kushner (1983:14-15) mengemukakan sebuah dalil tentang keempat pengetahuan yang ada yaitu mengetahui apa yang diketahui oleh seseorang. Istilah lain yang digunakan dalam literatur untuk menguraikan kategori ini adalah mete-knowledge.

Wadsworth dalam Nasution (1989:25-26) , memguraikan tentang definisi belajar di dalam terminologi para pengikut Piaget sebagai berikut:

(7)

sedang memperbincangkan tentang perkembangan dari fisik pengetahuan, logika– matematika, dan pengetahuan sosial. Pemakaian kedua tentang belajar adalah mengenai hal-hal yang lebih dangkal. Hal ini mengacu pada pengadaan informasi yang spesifik dari lingkungan, yang berasimilasi ke dalam suatu bagan yang ada.

Memori yang dihafal tanpa berpikir/penghafalan, tidaklah dipertimbangankan sebab dalam hal tersebut tidak melibatkan asimilasi dan pengertian. Beberapa teori, seperti behavioristik, mempertimbangkan memori yang dihafal tanpa berpikir sebagai salah satu format belajar dimana tidak membedakan antara dua macam belajar yang digambarkan disini.

4. Teori Psikoanalisis

Di dalam terminologi dikatakan bahwa anak-anak bergerak melalui langkah – langkah yang berbeda dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber berbeda, dimana mereka juga harus berusaha untuk menyeimbangkan keadaann tersebut dengan harapan orang tua. Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan perasaan mereka dan juga berusaha agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial serta untuk mengintegrasikan diri mereka. Frued dalam Catron dan Allen (1999: 7) memandang manusia sebagai makhluk biologi yang kompleks, baik dalam hal sosial, emosional dan juga sebagai suatu organisme yang bisa berpikir.

5. Teori Pengaruh

Perkembangan di satu area pasti mempengaruhi perkembangan di dalam area lain. Anak yang belajar untuk mampu mengendalikan perilaku mereka yang impulsive dapat berinteraksi dengan orang lain atau alat – alat permainan dalam waktu yang lebih lama, dimana hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual mereka. Perkembangan sosial, fisik, emosional, dan perkembangan intelektual anak biasanya selalu berkaitan.

6. Teori Konstruktivisme

(8)

penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental untuk menguasai apa yang dipelajari. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengamatan, pengalaman dan pemahamannya. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Biasanya didapatkan secara turun-temurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak. Aliran konstruksivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi pada saat anak berusaha memahami dunia di sekeliling mereka. Setiap anak membangun pengetahuan mereka sendiri berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan sekitar dan budaya di mana mereka berada melalui bermain.

B. ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 1. Kesadaran Personal

Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya.

2. Pengembangan Emosi

Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup (Catron dan Allen,1999: 215-232).

3. Membangun sosialisasi

Bermain memberikan jalan perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluan empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme dan meningkatkan rasa sosialisasi anak (Catron dan Allen, 1999: 232-250).

Ada beberapa faktor yang mendukung anak agar dapat bersosialisasi yaitu: a. adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang- orang yang ada di sekitarnya b. adanya minat dan motivasi untuk bergaul

c. adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi model bagi orang lain.

(9)

4. Pengembangan Komunikasi

Bermain dapat memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut ini : (1) Bahasa reseptif, yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan memahami konsep dasar, (2) Bahasa ekpresif, yaitu kebutuhan mengekspresikan keinginan, perasaan, (3) Komunikasi nonverbal, yaitu menggunakan komunikasi ekspresi muka, isyarat tubuh, (4) Memory pendengaran, yaitu memahami bahasa berbicara dan membedakan bunyi (Catron dan Allen, 1999:251-256).

5. Pengembangan kognitif

Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, menanipulasi bahan atau alat, berinteraksi denga orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja anak untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan.

6. Pengembangan Kemampuan Motorik

Bermain dapat memacu perkembangan perceptual motorik pada beberapa area, yaitu :

a. koordinasi mata dan tanagan atau mata dan kaki seperti saat menggambar, menulis, menangkap, menendang, dan lain-lain.

b. kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, dan lain-lain.

c. kemampuan motorik statis, seperti duduk, berdiri, jongkok.

d. mamajemen tubuh dan control seperti menunjukka kepekaan tubuh, mempengarui seseorang anak banyak berbicara (Ulfiani Rahman, 2009: 54)

a. intelegensi, semakin cerdas anak, maka kemampuan berbicaranya semakin baik.

(10)

sifat keras yang beranggapan bahwa seorang anak hanya untuk dilihat tidak untuk di dengar.

c. Posisi urutan, posisi anak sulung dituntut untuk lebih banyak bicara dari pada adiknya.

(11)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini. Pertumbuhan lebih mengarah kepada pertumbuhan fisik yang bersifat kuantitatif , sedangkan perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif yaitu suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antaran aspek- aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Konsep mengenai perkembangan peserta didik dapat diuraikan dengan mengambil beberapa teori diantaranya teori behaviorisme, teori maturarationis, teori interksi, teori psikoanalisis, teori pengaruh dan teori konstruktivisme seperti yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan diatas. Perkembangan anak usia dini dapat meliputi aspek- aspek diantaranya kemampuan bahasa, kesadaran personal, pengembangan emosi, membangun sosialisasi, pengembangan komunikasi, pengembangan kognitif, dan pengembangan kemampuan motorik yang kesemua aspek tersebut dapat diperoleh melalui salah satu cara yaitu bermain.

B. SARAN

1. Anak pada usia 0-8 tahun berada dalam masa keemasan, sebaiknya dalam masa-masa tersebut peran orang tua haruslah menjadi yang paling utama, karena anak sangat mudah meresapi apa saja yang ditangkap oleh panca indra, apalagi seorang anak yang masih dalam tahap perkembangan belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd.(2009). Konsep Dasar PAUD. Jakarta : Putri Media.

Referensi

Dokumen terkait

• GKI SW Jabar menjadi gereja yang memfasilitasi terjadinya perjumpaan antara manusia dengan Tuhan pada semua aras dan bidang kehidupan sepenuh potensi dan kinerja

Hasil panen pada percobaan menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang sapi 15 ton/ha lebih tinggi pada varietas Turangga dibandingkan varietas Patriot dalam parameter

Hasil penelitian, menunjukan bahwa pendapat Hanifah tentang diperbolehkan zakat fitrah dengan uang merupakan pendapat yang penulis tidak setuju , membayar zakat fitrah

Meskipun Presiden Indonesia telah membuat komitmen yang jelas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan, Kementerian Kehutanan dan

Pengolahan data yang dilakukan adalah mengubah data nasabah peminjaman KUR berdasarkan bobot yang sudah ditentukan seperti pada Tabel 3. Data ini nantinya akan

Sejak tahun 1983, dimana pengukuran radius bumi dapat dilakukan lebih akurat dari hasil riset yang menggunakan GPS, maka nilai datum di Amerika diperbaiki dan dikenal dengan

Dengan teknik inilah peneliti mendapatkan data atau hasil berupa nilai atau skor dari tes yang diadakan pada waktu penelitian, kemudian nilai atau kor yang

Orang tua yang bekerja sebagai swasta memiliki status ekonomi yang lebih baik sehingga lebih mudah dalam memfasilitasi anak dalam proses perkembangan khususnya