• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Kelompok Psikologi Komunikasi bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Kelompok Psikologi Komunikasi bisnis"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kelompok Psikologi Komunikasi Psikologi Komunikasi dalam Kelompok

“Analisis Tindakan Slemania terhadap Hukuman yang diberikan oleh PSSI terkait Sepakbola Gajah”

Oleh:

Nana Tricia Maharani (13321002) Putri Ratna Dewi Werdiningsih (13321017)

Latifa Dinar (13321037) Risky Wahyudi (13321092) Lalu Muhammad Subagia (13321132)

Novan Fauzi Rahman (13321113) Darari Adlina (13321145) Muhammad Fadhel Ridwan (13321065)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Isalam Indonesia

(2)

Studi Kasus

Tindakan Slemania terhadap Hukuman yang diberikan oleh PSSI terkait Sepakbola Gajah

Awal munculnya tindakan Slemania mengecam tindakan PSSI saat dikeluarkan sangsi terhadap PSS Sleman. Pengambilan keputusan tersebut dikarenakan PSSI berkaca dari hasil pertandingan “Sepakbola Gajah” antara PSS sleman melawan PSIS Semarang. Pertandingan tersebut diselenggarakan pada tanggal 26 Oktober 2014 di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta.

Pertandingan tersebut berujung dengan akhir skor 3-2 yang dimenangkan oleh PSS Sleman. Pada pertandingan itu seluruh skornya tercipta akibat gol bunuh diri. Terlebih dahulu PSS sleman melakukan gol bunuh diri sebanyak dua kali. Setelah itu PSIS yang melakukan gol bunuh diri sebanyak tiga kali. Hal ini tentunya memberikan suatu permainan yang buruk. ( http://bola.liputan6.com/read/2124805/sepakbola-gajah-5-gol-bunuh-diri-tercipta-di-laga-divisi-utama. Akses pada tanggal 22 Mei 2015).

Awalnya pertandingan berjalan seperti biasa. Namun pada menit ke 78 barulah mulai terjadinya suatu ke anehan. PSS Sleman dan PSIS disinyalir tidak ingin menang dalam pertandingan tersebut. Karena diperkirakan agar bisa terhindar dari pertandingan melawan Borneo FC dan bisa berteanding dengan runner-up martapura FC.

CEO PT-Liga Indonesia sekaligus Sekretaris Jendral, Joko Driyono, langsung berkomentar terkait kasus “Sepak Bola Gajah” tersebut. "Kasus gol bunuh diri PSS Sleman lawan PSIS Semarang akan kami investigasi secara serius . Seperti ada indikasi pengaturan skor. Bila terbukti, kami bisa mendiskualifikasi," tegas Joko

( http://bola.liputan6.com/read/2124805/sepakbola-gajah-5-gol-bunuh-diri-tercipta-di-laga-divisi-utama. Akses pada tanggal 22 Mei 2015).

Hukuman untuk PSS Sleman

(3)

2. Ofisial lain, Edy Broto dan Erwin Syahrudin. Dihukum berupa larangan beraktivitas selama 10 tahun dan denda 150 juta.

3. Kiper Riono, bek Agus Setiawan, dan Hermawan Putra Jati. Dihukum berupa larangan beraktivitas seumur hidup dan denda 100 juta.

4. Marwan Muhamad, Satrio Aji, Wahyu Gunawan, Ridwan Awaludin, Anang, Eko Setiawan, Mudah Yulianto, Moneiga Bagus. Dihukum berupa larangan beraktivitas selama 5 tahun dan denda 50 juta.

5. Rasmoyo, Adelmund, Waluyo, Saktiawan Sinaga, Guy Junior, Gratheo Hadi Witama. Dihukum berupa larangan beraktivitas selama satu tahun dengan masa percobaan lima tahun dan denda 50 juta.

6. Kitman Dwi dan Masseur Suyono. Dihukum larangan beraktivitas selema 1 tahun dengan masa percobaan selama 5 tahun, tanpa denda .

(sumber: http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/2014/11/20/6331011/ini-hukuman-untuk-pihak-pss-sleman-psis-semarang. Akses pada tanggal 22 Mei 2015)

Reaksi Slemania

(4)

Gambar 1.1 Screenshoot Website Resmi Slemania

Selain itu pihak Slemania juga melakukan protes berupa kritikan terhadap PSSI. Selain itu, juga memberikan semangat kepada PSS Sleman berupa spanduk-spanduk yang di pajang di tepi jalan sekitar daerah Sleman, yogyakarta. Barangkali di saat kita melewati kawasan tersebut akan menemukan Kritik sosial tersebut.

Slemania pun juga melakukan rekasi berupa menyegel sekretaris PSS Sleman. Tindakan ini merupakan reaksi dari wujud kekecawaan superter PSS Sleman terhadapsangsi yang diberikan oleh PSSI. Aksi ini dilakukan di depan kantor PT Putra Sleman Sembada yang terletak di Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (21/11/2014) ( http://www.tribunnews.com/superball/2014/11/22/slemania-segel-sekretaris-pss-sleman-buntut-dari-sepakbola-gajah. Akses pada tanggal 22 Mei 2015).

(5)

Pendahuluan

Setiap orang pasti akan memandang dirinya sebagai individu yang memiliki tubuh, otak dan kulit yang berfungsi sebagai batas antara dirinya dengan dunia di luarnya. Setiap orang adalah unik dari segi fisiknya, dan bahkan jika dua orang yang bersaudara kembar identik sekalipun tidak memiliki wajah yang 100 persen sama. Setiap orang pada umumnya menyadari bahwa mereka sebagai individu memiliki sejumlah sifat yang membuat dirinya sebagai individu berbeda dengan individu lainnya. Namun pada saat bersamaan, Anda menyadari bahwa sebagai individu anda tidak tinggal sendirian di bumi ini namun anda menjadi bagian dari suatu masyarakat dan melakukan interaksi sosial dengan oran lain diluar.

(6)

sangat menarik perhatian bagi banyak ahli komunikasi, khususnya dalam studi mengenai perubahan perilaku dan efek interaksi.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, tentu kita bisa memahami bahwa manusia tentunya akan hidup secara berkelompok. Salahsatu alasan terbentuknya kelompok itu sendiri adalah karena setiap anggota nya memiliki tujuan yang sama. Hal ini tentu menjadi lasan bagi mereka untuk menunjukkan eksistensi dirinya dari kelompok tersebut.

Pada pmakalah ini nantinya akan mengangkat studi kasus terkait “Tindakan Slemania terhadap Hukuman yang diberikan oleh PSSI terkait Sepakbola Gajah”. Alasan pemakalah mengangkat isu ini ialah karena isu ini sangat menarik untuk dikaji. Terlebih lagi terdapatnya unsur proximity dalam kajian kasus ini. Selain itu hal ini pun juga masih bisa dikatakan sebagai fresh isssue. Harapannya sehingga mereka yang memahami makalah ini akan lebih mudah memahamni informasi dan pengetahuan yang di dapatkan, khususnya kajian psikologi dalam kelompok

TEORI

Faktor Situasional yang Mempengaruhi Kelompok

Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok; 1. Ukuran Kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok/performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok.

(7)

berinteraksi. . Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang. Pada tugas interaktif; anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya lebih produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai kegiatan gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.

Hubungan lainnya dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.

2. Jaringan Komunikasi

Ada lima macam jaringan komunikasi, yaitu;  Roda

Pada jaringan komunikasi model roda; seseorang, biasanya memimpin, menjadi fokus perhatian. ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

 Rantai

Pada jaringan komunikasi rantai; A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan seterusnya.

 Y

Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang disampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang-orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang disampingnya.

(8)

Pada jaringan komunikasi lingkaran; setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang di samping kiri dan kanannya. Dengan kata lain, disini tidak ada pemimpin.

 Bintang

Pada jaringan komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

Dalam hubungannta dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling lambat dalam memecahkan masalah. Jaringan komunikasi lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan.

Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling efektif adalah pola semua saluran. Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu berhubungan dengan masalah yang sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan paling rendah.

3. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaaan kita yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

Kohesi kelompok diukur dari;

a. keterkaitan anggota secara interpersonal satu sama lain b. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok

c. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.

(9)

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.

Faktor Personal yang Mempengaruhi Kelompok

1. Kebutuhan Interpersonal

William C. Schultz merumuskan teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relation Orientation). Menurut teori ini, orang memasuki kelompok karena didorong oleh 3 kebutuhan interpersonal, yaitu:

 Inclusion: ingin masuk, menjadi bagian kelompok;

 Control: ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarkis;

 Affection: ingin memperoleh keakraban emosional dari angora kelompok yang lain.

2. Tindakan Komunikasi

(10)

disampaikan atau yang diterima oleh para anggota kelompok. Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).

3. Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:

1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.

3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.

(11)

Pada studi kasus ini, pengklasifikasian kelompok diamati berdasarkan kacamata psikologi dan sosiologi. Berikut klasifikasi kelompok tersebut:

a) Kelompok Primer dan Sekunder

Dikemukaan oleh Charles Hartono Cooley (1991)

Kelompok Primer: ditandai adanya hubungan keakraban, hubungan emosional, hubungan menyentuh hati, dan hubungan ini biasanya lebih identik di daerah pedesaan.

Kelompok Sekunder: lawan dari primer (Hubungan tidak personal, tidak ada ikatan emosional, tidak menyentuh hati, biasanya lebih identik di daerah perkotaan).

b) Kelompok In-Group dan Out-Group

Secara umumnya kita dapat memhami In-Group adalah kelompok kita. Sedangkan Out-Group adalah kelompok mereka. Untuk memberikan batasannya, kita bisa memahami siapa orang di dalam kelompokkita dan siapa orang di luar kelompok kita. c) Kelompok Keanggotaan dalam kelompok rujukan

Klarifikasi ini dikemukakan oleh Theode New-comb yang melahirkan istilah membership group dan reference group. Secara sederhananya dapat dipahami sebagai kelompok yang memberikan rujukan terkait sikap.

d) Kelompok Deskriptif dan Perspektif

Pengklarifikasian ini dikemukakan oleh John F Cragan dan David W. Wright. Mereka membaginya atas dua teori.

Kelompok Deskriptif: berdasarkan proses pembentukannya secara ilmiah

Kelompok Perspektif: berdasarkan langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuan (Zubaidah, eJurnal Komunikasi, Vol.1, No 3, 2013: 468-469) .

ANALISIS KASUS BERDASARKAN TEORI

Faktor Situasional yang Mempengaruhi Kelompok

(12)

Berdasarkan studi kasus ini, tentu kita bisa memahami bahwa terdapatnya tugas kelompok di dalam kasus ini berupa tugas interaktif. Sejatinya terdapat dua tugas yaitu tugas koaktif dan integratif. Seperti yang kita pahami bahwa terdapatnya interaksi yang dilakukan oleh kelompok Slemania untuk menambil suatu tindakan demi terwujudnya keadilan ini. Sehingga pada kasus ini lebih tepatnya menerapkan praktik tugas interaktif. Hal itu dapat terlihat dimana seluruh anggota Slemania saling berinteraksi dan sepakat melakukan gerakan-gerakan yang sekiranya mampu menarik perhatian PSSI.

Pada studi kasus ini juga memberikan penjelasan bahwa terdapat tugas yang yang memerlukan kegiatan divergen (memerlukan berbagai kegiatan kreatif). Hal ini bisa kita pahami dari banyak nya anggota kelompok dalam slemania. Selain itu juga kita pahami bahwa terdapat berbagai cara yang diupayakan dalam menerapkan keadilan PSSI.

2. Jaringan komunikasi

Kasus ini menerapkan praktik jaringan komunikasi berbentuk bintang. Kita bisa memahami bahwa bentuk bintang ini merupakan bentuk dimana setiap anggota dapat berkomunikasi dengan kelompok lainnya. Berkaca dari kasus ini, kita tentu juga dapat memahami bahwa kelompok slemania bahwa terdapatnya kesempatan bagi siapa saja anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan komunikasi lainnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa praktik jaringan komunikasi berbentuk bintang ini lah yang paling efektif. Salahsatu alasannya ialah karena tidak adanya batasan atara ketua dan anggota untuk saling berinteraksi. Hal ini tentunya mampu mencegah istila Miss Communication. Hal tersebut dikarenakan interaksi dapat terjadi dengan lancar sehingga setiap anggotanya tentu akan lebih mudah mendapatkan informasi. Efek terbesarnya ialah dimana mempermudah reaksi anggota kelompoknya.

3. Kohesi Kelompok

(13)

Mereka yang sudah sangat loyal dengan PSS Sleman, tentunya tidak menerima apabila klub kesayangan mereka tidak berlaku adil oleh PSSI. Sehingga hal ini lah yang menjadikan mereka melakukan beberapa tindakan untuk menuntut ketidak adilan tersebut. Mulai dari memejang baliho yang berisi kritikan keras terhadap PSSI, Baliho yang menyemangati PSS Sleman, Menyegel sekretaris PSS Sleman sampai dengan menemui panitia sembilan untuk memberikan bukti-bukti.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan yang terdapat dalam fenomena ini merupakan bentuk kepemimpinan demokrasi. Hal tersebut bisa kita pahami dimana setiap anggota kelompok bebas mengeluarkan aspirasinya. Nantinya pemimpinlah yang akan mewadahi aspirasi tersebut agar segera diterapkan.

Faktor Personal yang Mempengaruhi Kelompok

1. Kebutuhan Interpersonal

Pada studi kasus ini lebih tepatnya kita memahami bahwa sejatinya anggota Slemania menjadi anggota kelompok dipastikan karena kebutuhan interpersonal. Kebutuhan personal tersebut dalam praktik ini ialah kebutuhan Inclusion dan kebutuhan Affection. Inclusion merupakan bentuk keinginan masuk, menjadi bagian kelompok. Sedangkan Affection ialah ingin memperoleh keakraban emosional dari angora kelompok yang lain.

Bisa dipahami bahwa setiap anggota kelompok Slemania memang ingin bergabung di kelompok tersebut. Selain itu alasan mereka ialah ingin memiliki rasa senasib sepenanggungan dengan anggota slemania yang lainnya juga. Hal ini lah yang menjadi alasan mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota kelompok.

2. Tindakan Komunikasi

(14)

Saat satu anggota selemania berkomunikasi dengan anggota yang lainnya mengatakan bahwa terdapat ketidak adilan dalam keputusan yang dibuat oleh PSSI. Hal itu tentunya juga telah terdapat beberapa argumen-argumen yang sekiranya mampu mendukung informasi. Tentunya anggota yang mendapatkan informasi tersebut akan menyebarkan informasi kepada anggota yang lainnya dan begitu seterusnya.Sehingga dari pertukaran informasi ini lah yang menjadikan anggota melakukan reaksi seperti yang telah dsijelaskan sebelumnya.

3. Peranan

Pada kasus ini pun juga mempraktikkan peranan kelompok menurut Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171). Peranan tersebuta adalah:

1) Peranan Tugas Kelompok berupa memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru.

2) Peranan Pemiliharaan Kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.

3) Peranan individual yang berkenaan dengan usahan anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.

Klasifikasi kelompok

Telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat beberapa pengklasifikasian kelompok dalam kasus ini. Pengklarifikasian ini di urutkan berdasarkan urutan dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Beberapa pengklafikasian kelompok tersebut adalah:

1. Kelompok Primer 2. Kelompok Out Group 3. Kelompok Rujukan 4. Kelompok Perspektif

Keempat hal ini tentunya berlandaskan berdasarkan pemahaman dari studi kasus tersebut. Pemakalah terlebih dahulu memahami studi kasus terlebih dahulu. Setelah memahmi barulah bisa memasukkannya kedalam kelompok-kelompok tersebut.

KESIMPULAN

(15)

memiliki kesamaan sehingga menjadi satu kesatuan. Terbentuknya suatu kelompok dapat dipengaruhi faktor interpersonal.

Pada kasus PSS ini menjadi contoh bahwa psikologi mempengaruhi kelompok. Keterkaitan antara PSS dan pendukungnya Slemania sangat erat hingga sudah menjadi keluarga. Pendukung merupakan salah satu alasan mengapa kelompok tersebut memiliki eksistensi begitu pula sebaliknya apabila kelompok tersebut memiliki daya eksistensi maka pendukung akan berdatangan dengan sendirinya. Tindakan yang dilakukan oleh Slemania dalam kasus “Sepak Bola Gajah” merupakan salah satu bentuk kecintaan mereka terhadap kelompok tersebut. Faktor interpersonal setiap anggota kelompok Slemania memang ingin bergabung di kelompok tersebut. Selain itu alasan mereka ialah ingin memiliki rasa senasib sepenanggungan dengan anggota Slemania yang lainnya juga. Hal ini lah yang menjadi alasan mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota kelompok. Slemania merupakan suatu kelompok yang memiliki ukuran yang besar. Interaksi yang dilakukan oleh kelompok Slemania untuk menambil suatu tindakan demi terwujudnya keadilan ini begitu meluas. Sehingga pada kasus ini lebih tepatnya menerapkan praktik tugas interaktif. Hal itu dapat terlihat dimana seluruh anggota Slemania saling berinteraksi dan sepakat melakukan gerakan-gerakan yang sekiranya mampu menarik perhatian PSSI.

(16)

kelompok akan berpengaruh pula dengan komunikasi yang terjadi baik terhadap sesama anggota kelompok maupun terhadap kelompok lainnya.

Daftar Pustaka

Referensi Buku

Rakhmat, Jalaluddin. (1998). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV Bandung Riswandi.(2013). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi Jurnal (e-Jurnal)

Zubaidah, Siti. (2013). Hubungan Komunikasi Kelompok terhadap Tradisi Hidup Sehat Pada Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus Samarinda Ilir. eJurnal Komunikasi, Vol.1, No. 3, Hal: 468-469)

(17)

http://www.slemania.or.id/ : web slemania

http://www.slemania.or.id/news/detail.php?id=22190 : Slemania Temui Tim Sembilan, Aktor Intelektual Sepakbola Gajah Mulai Terungkap

http://www.tribunnews.com/superball/2014/11/22/slemania-segel-sekretaris-pss-sleman-buntut-dari-sepakbola-gajah. Akses 22 Mei 2015

http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/09/jurnal%20eda %20edit%20(09-25-13-12-23-18).pdf. Akses pada tanggal 31 Mei 2015.

Gambar

Gambar 1.1 Screenshoot Website Resmi Slemania

Referensi

Dokumen terkait

Latihan dilakukan dalam 5 sesi yaitu : sesi 1 melatih kemampuan klien berkomunikasi meliputi: menggunakan bahasa tubuh, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab

Windows vista adalah pengembangan windows XP, versi ini dibuat agar memiliki keamanan lebih tangguh dari versi-versi sebelumnya, dengan memperkenalkan modus baru

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan Al–Qur’an adalah dengan menghafalnya. 5 Dalam menghafalkan Al-Qur’an ini tentu tidak mudah dengan sekali membaca

Ketiga struktur lapisan komposit ini menyokong membran reverse osmosis dengan kemampuan separasi yang baik (rejeksi garam dan permeasi air yang tinggi) serta kekuatan

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Dalam formulasi sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda ini digunakan pengawet benzil alkohol 1% v/v dan sediaan disterilkan dengan panas basah (autoklaf)

Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang