• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN DETEKSI DINI MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN DETEKSI DINI MA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

DETEKSI DINI MASALAH GIZI BURUK

DI POSYANDU GETAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRABAG

II KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Disusun Oleh:

1. Sri Puji Lestari

P07131215078

2. Harfi Gatra Wicaksono

P07131215084

3.

Nurfitriani FaraLiana

P07131215086

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Praktik Lapangan Deteksi Dini Gizi Buruk dapat diselesaian dengan baik.

Penulisan Laporan Praktik Lapangan ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada.

1. Tjarono Sari, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

2. Ir. Herawati M.Kes selaku koordinator dosen pengampu mata kuliah Deteksi Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 3. Th. Ninuk Sri Hartini, MS, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Deteksi

Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 4. DR. Waryana, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Deteksi

Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 5. Petugas Gizi Puskesmas Grabag II yang telah memberikan informasi untuk

mendukung penyusunan Laporan Praktik Lapangan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Praktik Lapangan Deteksi Dini Gizi Buruk ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran kami harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 29 Desember 2015 Penulis,

(3)

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 3

B.

Tujuan... 3

C. Manfaat... 3

BAB II METODE... 4

A.

Lokasi dan Waktu ... 4

B.

Sasaran... 4

C.

Metode Deteksi di Posyandu... 4

D. Jenis Data... 5

E. Cara Pengumpulan Data... 5

F. Instrumen... 6

G. Pengolahan dan Analisis Data... 6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 7

A. Karakteristik Balita di Posyandu Getak... 7

B. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak... 8

C. Deteksi Dini Balita... 9

BAB IV KESIMPULAN... 20

Daftar Pustaka... 21

Lampiran ... 22

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Balita di Posandu Getak... 7

Tabel 2. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak... 8

Tabel 3. Identitas Balita... 10

Tabel 4. Identitas Orangtua Balita... 10

Tabel 5. Pengamatan Tanda Fisik Balita... 12

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemantauan Antropometri... 11

Gambar 2. Nilai Z-Score Antripometri... 12

Gambar 3. Asupan Energi... 13

Gambar 4. Asupan Protein... 14

Gambar 5. Asupan Lemak... 14

Gambar 6. Asupan Karbohidrat... 15

Gambar 7. Kondisi Rumah Balita 1... 16

(5)
(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi utama di Indonesia saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dan Anemia Gizi Besi (AGB) (Almatsier, 2007). Kurang Energi Protein dapat diderita oleh siapa saja, baik bayi, anak-anak, maupun dewasa (Arisman, 2004). KEP pada anak balita merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam waktu yang cukup lama dan atau karena gangguan penyakit tertentu (Supariasa, 2001). Bayi dan anak usia bawah lima tahun sangat rentan terserang KEP karena sedang mengalami masa tumbuh kembang (Arisman, 2004). Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor, oleh sebab itu dalam penanggulangannya harus melibatkan berbagai faktor yang terkait ( Supariasa, 2002 ).

Menurut Riskesdas (2013), prevalensi berat-kurang balita rata- rata nasional menurut indeks BB/U sebesar 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9 %). Hal ini berarti terjadi peningkatan prevalensi berat-kurang menurut indeks BB/U pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013.

Hasil data status gizi anak balita menurut Riskesdas 2010 dengan indikator status gizi menurut indeks BB/TB menunjukkan prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3%, terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010) dan 7,4% (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013

(7)

dan protein (zat pembangun) akan mengakibatkan anak menderita kekurangan gizi yang disebut Kurang Energi dan Protein (KEP) tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental dan terganggunya sistem pertahanan tubuh sehingga dapat menjadikan penderita KEP tingkat berat dan sangat mudah terserang penyakit (Moehji, 2005).

Dalam rangka mencegah agar tidak terjadi masalah gizi yang lebih parah maka diperlukan deteksi dini. Deteksi dini gizi buruk adalah kegiatan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita sebelum terjadinya kasus gizi buruk, Posyandu adalah salah satu ujung tombak masyarakat untuk mendeteksi gizi buruk balita secara dini. posyandu untuk mengetahui pertumbuhan balita apakah terdapat penyimpangan atau tidak dengan cara menimbang anak setiap bulannya.

Berdasarkan Depkes RI (2012), Indonesia masih mengalami permasalahan gizi pada anak-anak, maka usaha deteksi dini penting untuk dilakukan. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya pertumbuhan anak terganggu dan anak beresiko akan mengalami kekurangan gizi.

Ahli gizi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bertugas membina kesehatan pada masyarakat harus mendapat bekal pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam melakukan deteksi dini masalah gizi yang ada di masyarakat. Salah satu peran Ahli Gizi adalah sebagai pengelola program gizi masyarakat. Salah satu aspek dalam pengeloolaan program gizi masyarakat adalah mendeteksi masalah gizi yang ada di masyarakat. Peran tersebut dapat dicapai setelah Ahli Gizi memperoleh bekal ketrampilan (kompetensi) yang appropriate selama mengikuti pendidikan

(8)

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah melakukan praktek kunjungan lapangan diharapkan mahasiswa termpil melakukan deteksi dini masalah gizi buruk yang ada di masyarakat.

2. Tujuan khusus

Setelah melakukan kunjungan lapangan diharapkan mahasiswa: a. Mampu melakukan pengukuran berat badan

b. Mampu melakukan tinggi badan/panjang badan c. Mampu menentukan menetukan z scor

d. Mengetahui umur

e. Mengetahui jenis kelamin f. Mampu mengenal tanda fisik g. Mampu menentukan asupan energi h. Mampu menetukan asupan protein i. Mampu melakukan FFQ

j. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi

C. Manfaat

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan praktek kerja lapangan di posyandu Grabag II Kabupaten Magelang mengenai deteksi dini masalah gizi makro kurang energi protein (KEP) dan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut.

Bahan masukan dalam menentukan program perbaikan gizi sehingga tidak terjadi akibat yang lebih buruk.

BAB II

METODE

A. Lokasi dan Waktu

(9)

B. Sasaran

Anak balita yang berada di Posyandu X wilayah kerja Puskesmas Grabag II Kabupaten Magelang

C. Metode Deteksi Di Posyandu 1. Antropmetri

Antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U), dan berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB).

2. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2002).

3. Recall

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara yang dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu.

4. FFQ

FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau bulan, atau dalam waktu satu tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman

D. Jenis Data 1. Data primer

a. Data identitas balita meliputi nama, tempat/tanggal lahir, usia, alamat. b. Data identitas orang tua (ayah dan ibu) meliputi nama, usia, alamat.

c.

Data Berat Badan dan Tinggi Badan

(10)

e. Pola konsumsi

f. Data sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan.

g. Data riwayat penyakit balita. h. Data pola asuh balita.

i. Data kondisi rumah keluarga balita 2. Data sekunder

a. Data di posyandu

b. Data BGM (melihat KMS).

E. Cara pengumpulan data

1. Data identitas balita, identitas orang tua, sosial ekonomi keluarga, riwayat penyakit balita, pola asuh balita dan kondisi rumah keluarga balita diperoleh dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner.

2. Data antropometri diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi atau panjang badan.

3. Data asupan gizi diperoleh dengan recall, sedangkan data kebiasaan makan diperoleh dengan menggunakan form food frekuensi.

4. Data gambaran umum lokasi diperoleh dari menyalin dokumentasi posyandu, dengan cara mencatat.

5. Data biofisik diperoleh dengan observasi F. Instrumen

7. Form pelacakan gizi buruk.

G. Pengolahan dan Analisis Data

(11)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Balita di Posyandu Getak

(12)

sedangkan balita dengan usia ≥12 bulan sejumlah 5 orang (50%). Karakteristik balita menurut jenis kelamin yaitu balita dengan jenis kelamin laki-laki sejumlah 9 orang (90%) dan balita dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 1 orang (10%).

Hasil pemantauan status gizi balita di Posyandu Getak menunjukkan status gizi balita menurut indeks BB/U yaitu balita dengan status gizi kurang (<-2 SD- -3 SD) sejumlah 2 orang (20%) dan balita dengan status gizi baik (-2 SD–(-2 SD) sejumlah 8 orang (80%). Balita dengan status gizi buruk dan gizi lebih tidak ditemukan di Posyandu Getak.

Status gizi balita menurut indeks PB/U atau TB/U yaitu balita dengan status gizi sangat pendek (<-3 SD) sejumlah 3 orang (30%), balita dengan status gizi pendek (<-2 SD- -3 SD) sejumlah 1 orang (10%), balita dengan status gizi normal (-2 SD–2 SD) sejumlah 5 orang (50%) dan balita dengan status gizi tinggi (>3 SD) sejumlah 1 orang (10%). Status gizi balita menurut indeks BB/PB atau BB/TB yaitu sebagian besar balita memiliki status gizi normal (90%) dan masih ditemukan balita dengan status gizi kurus (<-2 SD--3 SD) sejumlah 1 orang (10%).

Bedasarkan hasil pemantauan penimbangan balita di Posyandu balita sebelum terjadinya kasus gizi buruk pada balita tersebut.

B. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak

Berdasarkan data penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan, maka cakupan penimbangan balita di Posyandu Getak sebagai berikut:

(13)

6 D/S 79,2 91,7 75 79,2

7 K/S 100 100 100 100

8 D/K 79,2 91,7 75 79,2

9 N/D 73,3 68,2 77,8 84,2

Tabel 1 menunjukkan beberapa indikator posyandu antara lain: 1) Rata-rata cakupan keberhasilan program (N/S) di posyandu Getak selama 4 bulan terakhir telah mencapai target nasional (40%) yaitu sebesar 61,45%; 2) Rata-rata cakupan partisipasi masyarakat (D/S) posyandu Getak selama 4 bulan terakhir telah mencapai target nasional (80%) yaitu sebesar 81,27%; 3) Rata-rata cakupan progam (K/S) di posyandu Getak selama 4 bulan terakhir telah mencapai target nasional (85%) yaitu sebesar 100%; 4) Rata-rata cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) di posyandu wilayah kerja Puskesmas Dlingo I telah mencapai target nasional (70%) yaitu sebesar 81,27%; 5) Rata-rata cakupan hasil penimbangan (N/D) di posyandu Getak selama 4 bulan terakhir belum mencapai target nasional (80%) yaitu sebesar 75,9%.

Berdasarkan hasil cakupan kegiatan penimbangan selama 4 bulan terakhir di posyandu Getak menunjukkan semua indikator penimbangan telah mencapai target nasional kecuali indikator N/D yaitu cakupan hasil penimbangan belum mencapai target nasional (80%). Pelaksanaan posyandu Getak secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Namun, kegiatan meja tidak berjalan. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan posyandu mencapai >90%.

C. Deteksi Dini Balita

(14)

1. Identitas Balita

Tabel 3. Identitas Balita

No Jenis Data Balita 1 Balita 2

1 Nama Fikri Mahmud Muhammad Lutfi

2 Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

3 Tanggal Lahir 01 April 2015 01 April 2012

4 Usia 8 bulan 44 bulan

5 Anak ke 2 1

6 Berat Badan Lahir 1,8 kg 2,4 kg 7 Panjang Badan Lahir 41 cm 43 cm

8 Z-Score (BB/U) -2,8 SD -2,31 SD

9 Z-Score (PB/U) -5,1 SD -3,37 SD

10 Z-Score (BB/PB) 1,75 SD 1,08 SD

2. Identitas Orangtua Balita

Tabel 4. Identitas Orangtua Balita

No Jenis Data Balita 1 Balita 2 1 Nama Ayah Mahmudi Agus Rumidi 2 Nama Ibu Umi Khalifah Sulistyani 3 Usia Ayah 28 tahun 27 tahun 4 Usia Ibu 28 tahun 24 tahun 5 Pendidikan Ayah Tamat SD Tamat SMP 6 Pendidikan Ibu Tamat SMA Tamat SD 7 Pekerjaan Ayah Buruh Buruh

8 Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga 9 Pendapatan/bulan Rp 500.000 Rp 1.000.000 10 Jumlah anggota keluarga 4 3

11 Jumlah anak 2 1

Tabel 4 menunjukkan identitas orangtua balita yang menjadi sasaran dalam melakukan tindakan deteksi dini gizi buruk. Pendidikan ayah untuk balita 1 tergolong dalam pendidikan rendah (tamat SD) dan pendidikan ibu tergolong menengah (tamat SMA). Pendapatan keluarga untuk balita 1 kurang dari UMR (Rp 1.200.000) yaitu sebesar Rp 500.000. Penghasilan yang rendah dapat mengakibatkan kurangnya daya beli keluarga terhadap kebutuhan gizi anak karena penghasilan tersebut digunakan untuk prioritas lain.

(15)

salah. Pendapatan keluarga untuk balita 2 kurang dari UMR (Rp 1.200.000) yaitu sebesar Rp 1.000.000.

3. Kajian Deteksi Dini

a. Pemantauan antropometri

Gambar 1. Pemantauan Antropometri

Gambar 1 menunjukkan berat badan balita 1 yang terpantau selama tiga bulan terakhir mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Grafik pertumbuhan balita masih menunjukkan dibawah garis merah walaupun berat badan mengalami peningkatan setiap bulannya. Pemantauan berat badan pada bulan Oktober tidak dilakukan karena kegiatan Posyandu pada bulan tersebut ditiadakan.

Berat badan balita 2 yang terpantau selama tiga bulan terakhir menunjukkan grafik pertumbuhan mengalami peningkatan pada pemantauan bulan kedua (11 kg), namun menurun pada pemantauan bulan ketiga (10,2 kg). Pemantauan berat badan pada bulan Oktober tidak dilakukan karena kegiatan Posyandu pada bulan tersebut ditiadakan.

(16)

Gambar 2. Nilai Z-Score Antrpometri

Gambar 2 menunjukkan nilai Z-Score bedasarkan indeks BB/U, PB/U dan BB/PB. Nilai Z-Score untuk balita 1 menunjukkan bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi kronis yang ditadai oleh nilai Z-Score dengan indeks BB/U (-2,8 SD) dan PB/U (-5,1 SD) yang rendah (-2 SD – (-3 SD)). Demikian juga dengan nilai Z-Score untuk balita 2 menunjukkan kondisi masalah gizi kronis dan dikategorikan KEP ringan.

c. Tanda Fisik

Tabel 5. Pengamatan Tanda Fisik

Jenis Pemeriksaan Balita 1 Balita 2

Kurus Ya Ya

Iga Gambang Tidak Tidak

Odema Tidak Tidak

Rambut Jagung Tidak Tidak Moon Face Tidak Tidak Baggy Pants Tidak Tidak d. Riwayat penyakit yang Diderita

Tabel 6. Riwayat Penyakit balita

Jenis Pemeriksaan Balita 1 Balita 2

Batuk Ya Ya

Pilek Ya Tidak

Panas Ya Ya

(17)

e. Dietary History

Penentuan dietary history dengan menggunakan metode recall 24 jam dan FFQ (Food Frequency Questionary). Dalam menentukan tingkat asupan makan pada metode recall 24 jam menggunakan prosentase hasil dari asupan makan balita dibagi dengan kebutuhan zat gizi balita. Menurut WNPG (2008), Asupan defisit apabila prosentase <90%, asupan normal apabila prosentase 90-120% dan asupan berlebih apabila prosentase >120%. Adapaun hasil recall 24 jam terhadap balita sebagai berikut:

Gambar 3. Asupan Energi

(18)

Gambar 4. Asupan Protein

Gambar 4 menunjukkan asupan protein pada balita 1 sebesar 10,2 gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 43,35 gram sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (23,52%). Asupan protein pada balita 2 sebesar 30,1 gram sedangkan kebutuhan protein balita 2 sebesar 62,8 gram sehingga asupan protein untuk balita 2 dikategorikan defisit berat (47,9%).

Gambar 5 menunjukkan asupan lemak pada balita 1 sebesar 6,2 gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 24,08 gram sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (25,7%). Asupan protein pada balita 2 sebesar 20,7 gram sedangkan kebutuhan protein balita 2 sebesar 34,91 gram sehingga asupan protein untuk balita 2 dikategorikan defisit berat (59,3%).

(19)

Gambar 6. Asupan Karbohidrat

Gambar 6 menunjukkan asupan karbohidrat pada balita 1 sebesar 65,3 gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 119,24 gram sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (54,74%). Asupan karbohidrat pada balita 2 sebesar 90,8 gram sedangkan kebutuhan protein balita 2 sebesar 172,85 gram sehingga asupan protein untuk balita 2 dikategorikan defisit berat (52,5%).

(20)

Gambar 7. Kondisi Rumah Balita 1

Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan kunjungan kerumah balita 1 diketahui bangunan rumah permanen terbuat dari tembok (batu bata), namun lantai rumah masih dari tanah. Terdapat fasilitas MCK (Mandi,Cuci dan Kakus) sendiri. Ventilasi rumah kurang memadai karena kondisi ventilasi ditutupi plastik sehingga sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Kondisi pencahayaan kurang memadai, cahaya hanya masuk ke bagian ruangan tertentu saja. Hasil wawancara yang diperoleh bahwa penanganan sampah dilakukan dengan cara membuang sampah terlebih dahulu di kebun kemudian dibakar.

Gambar 8. Kondisi Rumah Balita 2

(21)

5. Pengetahuan Ibu Balita

Pengetahuan ibu balita didapat dari hasil wawancara dengan ibu balita menggunakan kuesioner. Penentuan tingkat pengetahuan ibu balita dilakukan dengan cara skoring. Hasil wawancara dengan ibu balita sebagai berikut:

a. Pengetahuan Ibu balita 1

Berdasarkan hasil wawancara diketahui pengetahuan ibu balita 1 (Fikri Mahmud) dikategorikan baik karena ibu balita tersebut berhasil menjawab dengan benar sebagaian besar pertanyaan yang diajukan. b. Pengetahuan Ibu balita 2

Berdasarkan hasil wawancara diketahui pengetahuan ibu balita 2 (Muhammad Lutfi) dikategorikan rendah karena ibu balita tersebut hanya dapat menjawab dengan benar beberapa pertanyaan saja dari beberapa pertanyaan yang diajukan.

6. Pola Asuh Balita

Pola asuh balita ditentukan dengan observasi terhadap ibu balita menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Adapun pola asuh balita sebagai berikut:

a. Pola asuh balita 1

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa ibu balita memberi makan anaknya >3 kali dalam sehari. Reaksi anak ketika diberi makan pada awalnya menangis namun setelah itu tidak menangis. Situasi yang diciptakan saat ibu balita memberikan makan pada anaknya terlihat membosankan bagi anak sehingga sesekali anak menangis disela-sela waktu makan. Makanan sering dihabiskan oleh balita namun kadang-kadang tidak habis. Berdasarkan hasil wawancara ibu balita tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masak bahan makanan.

(22)

b. Pola asuh balita 2

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa ibu balita memberi makan anaknya ≥3 kali dalam sehari. Reaksi anak ketika diberi makan biasa saja. Situasi yang diciptakan saat ibu balita memberikan makan pada anaknya terlihat membosankan bagi anak. Makanan sering tidak dihabiskan oleh balita. Anak mengalami kesulitan makan dan menu yang diberikan kepada anak kurang bervariasi. Balita sering minta diberikan menu mi instan. Apabila tidak diberikan balita menangis sehingga ibu balita menuruti kemauan anak. Hasil observasi diketahui bahwa pola asuh ibu balita terhadap balita kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari ibu balita kurang mampu mengatasi situasi pada saat waktu makan sehingga membosankan bagi anaknya. Selain itu ibu balita tidak kurang memahami dampak buruk dari mengkonsumsi mi instan terlalu sering untuk balita.

7. Analisa Penyebab Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas diketahui penyebab langsung dan tidak langsung masing-masing balita sebagai berikut:

a. Balita 1

1) Penyebab langsung

Faktor penyebab langsung yang terjadi pada balita ini adalah asupan makan kurang dari kebutuhan. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil recall 24 jam balita yang mengalami defisit berat (<70%). Riwayat penyakit yang diderita balita selama sebula terakhir juga memperkuat terjadinya masalah gizi pada balita.

2) Penyebab tiak langsung

Faktor penyebab tidak langsung adalah pola asuh terhaddap balita yang kurang baik. Ibu balita kurang mampu mengatasi situasi anak menangis saat makan. Berat badan lahir sangat kurang dari normal yaitu hanya 1,8 kg. Kondisi rumah yang kurang baik yang ditunjukkan oleh lantai rumah masih dari tanah, ventilasi rumah kurang memadai dan pencahayaan kurang sempurna.

(23)

1) Penyebab langsung

Faktor penyebab langsung yang terjadi pada balita ini adalah asupan makan kurang dari kebutuhan. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil recall 24 jam balita yang mengalami defisit berat (<70%). Riwayat penyakit yang diderita balita selama sebula terakhir juga memperkuat terjadinya masalah gizi pada balita.

2) Penyebab tiak langsung

Faktor penyebab tidak langsung adalah pola asuh terhadap balita yang kurang baik. Ibu balita memiliki pengetahuan yang rendah berkaitan dengan pola asuh anak. Berat badan lahir kurang dari normal yaitu hanya 2,4 kg. Kondisi rumah dan sanitasi yang kurang baik yang ditunjukkan oleh kondisi MCK yang kurang memadai, ventilasi rumah kurang memadai dan pencahayaan kurang sempurna.

BAB IV

KESIMPULAN

(24)

kondisi KEP ringan yang ditandai dengan nilai Z-Score indeks BB/U sebesar -2,31 SD dan indeks TB/U sebesar -3,37 SD.

2. Berdasarkan tanda fisik pada balita 1 (Fikri Mahmud) yang menunjukkan kenampakan kurus namun tidak terdapat odema. Hal tersebut menegakkan diagnosa jika balita 1 mengalami kondisi KEP ringan. Pada balita 2 (Muhammad Lutfi) menunjukkan kenampakan kurus, sehingga balita 2 mengalami kondisi KEP ringan.

3.

Berdasarkan dietary history diperoleh asupan zat gizi balita 1 (Fikri Mahmud) yaitu: a) energi 360,3 kkal; b) protein 10,2 gram; c) lemak 6,2 gram; d) karbohidrat 65,3 gram. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi diperoleh prosentase asupan energi sebesar 41,54% (defisit berat), asupan protein sebesar 43,35% (defisit berat), asupan lemak sebesar 25,7% (defisit berat) dan asupan karbohidrat sebesar 54,74 (defisit berat). Asupan zat gizi balita 2 (Muhammad Lutfi) yaitu: a) 628,6 kkal; b) protein 30,1 gram; c) lemak 20,7 gram; d) 90,8 gram. Prosentase asupan zat gizi pada balita 2 jika dibandingkan dengan kebutuhan diperoleh asupan energi sebesar 50% (defisit berat), asupan protein sebesar 47,9% (defisit berat), asupan lemak sebesar 59,3% (defisit berat) dan asupan karbohidrat sebesar 52,5% (defisit berat).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI.1997.Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita. Jakarta: Ditjen Yankes.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta, 1998.

Departemen Kesehatan RI, 1999, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta: Bhakti Husada.

(25)

H. Boerhan. I. Roedi. & H. Siti Nurul. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo: Surabaya.

Kristijono, Anton. 1999. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan. Cermin Dunia Kedokteran. Departemen Kesehatan RI: D.I. Nangroe Darusalam Aceh.

Moehji, S. 1998. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.

Notas, mis. 2010. Program Penanggulangan KEP.

http://zweetscorpioluv.blogspot.com/2010/06/program-penanggulangan-kep.html. Diunduh pada tanggal 3 maret 2013.

Pudjiani. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Penerit FKUI.

Soekirman. 2000. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta: Dirjen Pendidik Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

.

(26)

Lampiran 1

FORMULIR PELACAKAN KASUS BALITA GIZI BURUK

I. KETERANGAN TEMPAT 1 Desa/Kalurahan :

2 Dusun :

3 No. Identitas : 4 Tanggal pelacakan :

II. IDENTITAS BALITA

1 Nama :

2 Tanggal Lahir :

3 Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 4 Berat Badan : September kg

Oktober kg November kg TB/PB : September cm

Oktober cm November cm

Umur :

5 Status Gizi :

Bulan BB/U TB/U BB/TB September

Oktober November Tanda tanda

fisik

III. PENYAKIT YANG DIDERITA BALITA 1

2 3

Lampiran 2

(27)

A. IDENTITAS

1. Penyakit berdasarkan diagnosa dokter : 2. Penyakit yang sering diderita*)

a. Batuk b. Pilek c. Panas d. Diare

e. Lain-lain, sebutkan………..

*) lingkari yang sesuai, boleh lebih dari satu jawaban

Lampiran 3

FORMULIR KARAKTERISTIK ORANG TUA BALITA

IDENTITAS

Jumlah anggota keluarga dalam 1 rumah

SOSIAL EKONOMI

Pendidikan*) a. Tidak sekolah/tidak tamat

SD

(28)

b. Tamat SD Pekerjaan*) a. PNS/TNI/POLRI

b. Wiraswasta Pendapatan/bulan*) a. 0 – Rp 500.000,00

b. > Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 c. > Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 d. > Rp 2.000.000,00

Lampiran 4

FORMULIR FOOD RECALL (PENCATATAN MAKANAN HARIAN) Nama Balita :

Umur : bulan

Tgl. Wawancara :

Mendapatkan ASI

: Ya / Tidak

Waktu MakananNama Jenis BahanMakanan Berat Ket

URT Gram

Pagi

Selingan Pagi

(29)

Selingan Sore

(30)

Lampiran 5

FORMULIR FREKUENSI MAKANAN

No. Responden:

Nama balita :

Nama bahan

makanan URT (gram)Berat

Frekuensi Konsumsi Keterangan

(31)

Lampiran 6

KUESIONER KONDISI FISIK RUMAH 1. Sumber air :

a. Sumur sendiri atau PDAM b. Sumur umum pembuangan akhir (TPA) atau dibakar atau dijadikan pupuk.

b. Mengumpulkan sampah di kebun/lubang setelah penuh dibakar/ditimbun c. Membuang sampah ke kebun atau sekitar rumah (selokan dan sungai)

tanpa penanganan apapun 4. Keadaan aliran selokan:

a. Mengalir dengan baik b. Tergenang

c. Kurang lancar karena banyaknya sampah organik/anorganik 5. Dinding rumah:

a. Sinar matahari masuk diseluruh ruangan b. Sinar matahari masuk disebagian ruangan c. Sinar matahari tidak masuk/gelap

9. Aktivitas MCK: a. MCK sendiri

b. MCK tetangga/saudara c. Sungai/ruang publik terbuka 10. Kandang ternak:

a. Ada dengan jarak <10 m b. Ada, dengan jarak 10 m c. Tidak ada

Lampiran 7

KUESIONER PENGETAHUAN IBU

No ITEM JAWABAN SKOR

(32)

dinamakan kolostrum

2 Kolostrum adalah ASI yang kotor dan harus dibuang B S 3 ASI lebih baik gizinya daripada susu formula B S 4 Balita KEP tidak membahayakan tumbuh kembangnya B S 5 ASI ekslusif sampai anak berumur 4 bulan B S 6 Makanan balita seperti orang dewasa mulai diberikan

sejak usia 6 bulan

B S

7 Nasi, lauk pauk dan sayuran sangat baik untuk usia 1 tahun ke atas

B S

8 Makanan balita cukup diberikan nasi tanpa protein seperti telur, tempe, tahu dsb.

B S

9 Buah-buahan sangat baik untuk balita B S 10 Porsi makan meningkat sesuai umur balita B S 11 Bila pertumbuhan anak terhambat dikarenakan lebih

besar karena faktor keturunan

B S

12 Makanan lebih baik kalau bervariasi sesuai anjuran gizi seimbang

B S

13 Makanan yang bervariasi baik untuk pertumbuhan balita B S 14 Bila anak diberik makan telur akan menyebabkan sakit

bisul

B S

15 Umur 6-12 bulan saatnya diberi nasi tim B S 16 Buah-buahan berwarna banyak mengandung vitamin C B S 17 Anak yang sehat bertambah umur bertambah berat badan B S 18 Nasi, mi, dan jagung banyak mengandung energi B S 19 Hati dn telur bangayk mengandung vitamin A B S 20 Kita makan agar tidak kelaparan B S

Lampiran 8

KUESIONER POLA ASUH BALITA

A. Perhatian/ Dukungan Ibu Terhadap Anak Dalam Praktekpemberian Makanan

1. Bagaimana cara ibu dalam memilih menu makanan untuk anak? a. Nasi + ikan + sayur

b. Nasi + ikan, Nasi + sayur

2. Berapa kali ibu memberi makan anak dalam satu hari? a. ≥ 3 kali

b. b. <3 kali

3. Bagaimana reaksi anak setiap kali makan? (observasi) a. Senang

(33)

4. Bagaimana situasi yang diciptakan ibu pada saat makan? a. Menyenangkan bagi anak

b. Membosankan bagi anak

5. Apakah makanan selalu dihabiskan oleh anak? (observasi) a. Dihabiskan

b. Tidak dihabiskan

6. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan? a. Membujuk

b. Memaksa

7. Apakah ibu selalu memberikan makanan jajanan pada anak? a. Ya b. Tidak

8. Adakah makanan pantangan pada anak? a. Tidak Ada b. Ada

9. Apakah ibu selalu menyiapkan makanan untuk anak ibu? a. Ya b. Tidak

10. Apakah ibu selalu mencuci tangan dahulu sebelum mengolah atau sebelummemasak bahan makanan?

a. Ya b. Tidak

1. Bagaimana cara ibu mencuci sayuran yang sebelum dimasak? a. Sayur dicuci dulu kemudian baru dipotong-potong

b. Sayur dipotong-potong dulu kemudian dicuci

12. Apakah alat makan dan memasak sebelum dipakai selalu dalam

1 Apakah ibu selalu mendongengkan atau bercerita pada anak?

2 Apakah ibu memberikan hukuman bila anak melakukan kesalahan?

3 Apakah ibu selalu menganjurkan anak agar tidur siang 4 Apakah ibu selalu mempunyai waktu untuk berliburan

dengan anak?

(34)

teman-temannya?

C. Perawatan Kesehatan

1. Berapa kali memandikan anak dalam satu hari? a. > 2 kali b. < 2 kali

2. Apakah ibu selalu membersihkan gigi anak setiap hari? a. Ya b. Tidak

3. Apakah ibu selalu membersihkan kuku anak secara teratur? a. Ya b. Tidak

4. Bila anak sedang bermain diluar rumah, apakah anak selalu memakai alas kaki?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah lingkungan sekitar rumah selalu dibersihkan? a. Ya b. Tidak

6. Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan atau menyuapi anak?

a. Ya b. Tidak

7. Jika anak minum susu botol, apakah ibu selalu membersihkan botolnya setelah anak minum susu?

a. Ya b. Tidak

8. Setelah anak BAB, apakah ibu selalu mencuci tangan pakai sabun? a. Ya b. Tidak

9. Pernahkah anak ibu menderita sakit dalam 1 bulan terakhir ini? a. Tidak Pernah b. Pernah

10. Apakah ibu langsung membawa anak ibu ke pelayanan kesehatan terdekat jika anak sakit?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sarana pelayanan kesehatan apa yang sering ibu kunjungi bila anak sakit?

a. Puskesmas b. Rumah Sakit c. Praktek Bidan d. Praktek Dokter

Jika tidak, upaya apa yang ibu lakukan untuk kesembuhan anak? a. Diobati sendiri b. Dibawa ke dukun

11. Apakah ibu mendampingi anak ibu selama sakit?

a. Ya b. Tidak

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Balita di Posandu Getak.................................Tabel 2
Tabel 1. Karakteristik Balita
Tabel 2. Cakupan Penimbangan Balita Posyandu Getak Tahun 2015
Tabel 1 menunjukkan beberapa indikator posyandu antara lain: 1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan terdapat faktor yang berperan yaitu faktor genetik yaitu pada Renin Angiotensin

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN

a) Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan. b) Bisa dilaksanakan oleh penjamin. c) Harus merupakan piutang mengikat

1 Validasi laporan pembiayaan di daerah Normal Laporan valid/sesuai Ok 2 Membandingkan rincian menggunakan free table Normal Perbandingan rincian bisa ditampilkan

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) apakah hasil belajar siswa Sekolah Dasar Trayu 01 Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2006/2007 pada

Inovasi Teknologi dan Informasi untuk Optimalisasi Energi. Rekayasa Teknologi Industri

Deskripsi : Ibu guru Butet, Nangkabau dan Beindah sedang melihat orang desa yang menebang pohon disekitar tempat tinggal mereka, sangat ramai suara orang-orang

Pemilihan calon anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diusulkan oleh panitia pemilihan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon anggota BPD yang berhak