38 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Wates. SD Negeri 2 Wates terletak di desa Wates, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. SD Negeri 2 Wates berada cukup jauh dari Dinas Pendidikan Kecamatan, yaitu kurang lebih 20 km. Meskipun demikian tidak menyebabkan SD Negeri 2 Wates tertinggal dalam memperoleh informasi, baik informasi bagi guru maupun informasi bagi siswa.
Siswa SD Negeri 2 Wates berjumlah 182 siswa mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan masing-masing kelas terdiri dari 1 kelas. Masing-masing kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru pendidikan agama Islam, 1 guru bahasa inggris dan 1 guru olah raga. Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 12.30 WIB, kecuali pada hari jum’at dan sabtu yang berlangsung mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.00 WIB. Jumlah tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Wates adalah sebanyak 10 orang, dengan perincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru pendidikan agama, 1 guru olah raga, dan 1 tenaga perpustakaan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wates yang berjumlah 34 siswa.
4.2 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas 5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dengan jumlah 34 siswa pada mata pelajaran matematika, dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dan menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetris melalui penggunaan salah satu model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika.
4.3 Kondisi Awal
masih rendah sehingga dari kondisi inilah peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika.
4.3.1 Keaktifan Kondisi Awal
Kondisi awal keaktifaan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 34 siswa pada mata pelajaran Matematika, terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan ketika guru sedang mengajar, masih banyak siswa yang tidak mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tetapi mereka bermain sediri dengan teman sebangkunya, tidak ada yang bertanya, jika ditanya tidak mau menjawab dll.
Untuk menentukan kategori keaktifan siswa peneliti menggunakan metode observasi. Pengamatan pada kondisi awal dilakukan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung dengan mengisi lembar observasi keaktifan siswa yang telah disiapkan.
4.3.2 Hasil Belajar Kondisi Awal
Ketuntas
mencapai nilai KKM adalah 13 siswa KKM adalah 21 siswa (
Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015. Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran p
demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa. kondisi awal sebelum dilakukan tindakan
Gambar
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti pelajaran dikelas dan cara me
ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
0%
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal
Frekuensi Ketuntasan
Nilai KKM matematika : 65
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa perbandingan siswa y mencapai nilai KKM adalah 13 siswa (38%) dan siswa yang belum mencapai nilai
siswa (62%) dari keseluruhan jumlah siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015. Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran p
demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun data dari hasil belajar kondisi awal sebelum dilakukan tindakan disajikan dalam gambar
Gambar 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil ngaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti pelajaran dikelas dan cara mengajar guru yang masih terpaku dengan metode ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
Tuntas Tidak tuntas
diatas, terlihat bahwa perbandingan siswa yang lum mencapai nilai %) dari keseluruhan jumlah siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015. Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran pembelajaran Adapun data dari hasil belajar 4.1 berikut ini:
Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil ngaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti ngajar guru yang masih terpaku dengan metode ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
mengakibatkan pembelajaran kurang menarik dan berakibat keaktifan siswa kurang dan hasil belajar siswa pun menjadi rendah, sehingga menjadi hambatan dan menimbulkan proses pembelajaran yang kurang efektif.
Dari data hasil belajar siswa yang masih rendah, penulis melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika guna meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua Siklus.
4.4 Pelaksanaan Siklus I
Setelah diperoleh data pada hasil belajar kondisi awal, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk melaksanakan Siklus 1.
4.4.1 Perencanaan Tindakan (planning) Siklus I
Sebelum melakukan tidakan kelas penulis dan pengamat melakukan persiapan terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Penulis dan pengamat bersama-sama memeriksa kembali RPP yang telah disusun sebelumnya dan pengamat mencermati kembali setiap butir yang telah direncanakan.
b) Penulis menyiapkan semua alat peraga dan media yang akan digunakan apakah sudah benar-benar tersedia.
c) Memeriksa kembali urutan yang sudah direncanakan, dengan memeriksa skenario pembelajaran yang akan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan (Action) Siklus I
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, penulis dan pengamat sepakat akan melakukan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari 2 pertemuan pembelajaran. Masing-masing berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 6 maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 7 maret 2015. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya dan akan dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pertemuan pertama ( 6 Maret 2015)
a. Kegiatan awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan seperti guru membuka pelajaran dengan salam dan doa, mengabsen kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap belajar, melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti sebelum guru menjelaskan materi guru memperkenalkan alat peraga berupa roda pintar matematika yang akan digunakan untuk mempermudah penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian guru melanjutkan dari pertanyaan apersepsi dengan meminta anak menyebutkan nama-nama dari bangun ruang yang dibawa oleh guru.
Guru menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun ruang dan menunjuk perwakilan siswa untuk maju kedepan menunjukkan salah satu sifat yang dimiliki bangun ruang. Dan meminta siswa lain untuk membuktikan apakah jawabannya benar atau salah dengan menggunakan roda pintar matematika.
setiap anggotanya memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah selesai masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan game dengan masing-masing siswa mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya secara individu didepan. Setelah game selesai, kegiatan selanjutnya adalah melakukan turnamen, guru menjelaskan aturan yang akan digunakan. Urutan dalam setiap meja turnamen ditemati oleh pemain pertama (pembaca soal) dan para pemain (penantang). Soal dibacakan oleh pemain pertama dan dijawab oleh tim penantang (soal dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yaitu masing-masing soal 2 menit). Pemain penantang yang menjawab benar akan mendapatkan poin, jika salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi pertama selesai, pemain pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam, sehingga pemain pertama menjadi penantang dan pemain kedua menjadi pemain pertama (pembaca soal). Turnamen dilakuakan sampai semua pemain merasakan posisi sebagai pemain dan penantang.
c. Kegiatan akhir
Sebagai kegiatan akhir, guru bersama siswa membahas hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru menghitung nilai yang diperoleh setiap kelompok, memberikan penghargaan kelompok dan pujian terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dan diakhiri dengan memberi tindak lanjut oleh guru.
Pertemuan kedua (7 Maret 2015)
Pertemuan kedua dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan pertama. a. Kegiatan Awal
b. Kegiatan Inti
Guru melanjutkan materi tentang sifat-sifat bangun ruang dengan membagikan contoh benda bangun ruang dan meminta siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya, untuk menghitung jumlah sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang yang didapat, kemudian perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru membuktikan jawaban siswa dengan meminta siswa yang tidak presentasi didepan menggunakan roda pintar matematika untuk menunjukkan berapa jumlah sisi, rusuk dan titik sudut yang dimilki bangun ruang yang dipresentasikan.
Masih dengan kelompok pada pertemuan pertama, guru menyampaikan kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Guru membagikan lembar soal dan alat peraga roda pintar matematika pada setiap kelompok. Guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan soal dan memastikan semua anggotanya memahami jawaban yang telah didiskusikan, setiap kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meluruskan dan memberi penjelasan apakah jawaban tersebut benar atau salah.
Setelah semua kelompok maju, kemudian guru melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu game, setiap siswa maju kedepan mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya didepan secara individu (game dilakukan sekali dan dalam waktu 5 menit).
Setelah kegiatan game selesai guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan tournamen dengan aturan yang sama seperti pertemuan pertama pada siklus 1. Setelah semua pemain merasakan menjadi pemain pertama da penantang, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami, guru menghitung nilai setiap kelompok dan memberikan penghargaan kelompok dan pujian terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. c. Kegiatan Akhir
materi yang disampaikan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika. Hasil dari soal evaluasi ini lah yang akan diolah datanya untuk mengetahui kenaikan hasil belajar siswa. Setelah selesai, guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
4.4.3 Observasi (observation) Siklus I
Selama peneliti mengajar, guru kelas 5 sebagai pengamat harus memperhatikan jalannya pembelajaran dengan mengamati langkah-langkah yang digunakan peneliti (guru) dan siswa yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk melihat pengaruh tindakan perbaikan yang dilakukan. Setelah kegiatan dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua selesai, peneliti dan pengamat melakukan diskusi kembali untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran yang telah berlangsung, yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
1) Hasil Observasi terhadap Guru
Hasil observasi pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika dan meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran Siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika
No Siklus I Keterlaksanaan Sintaks f
Ya Tidak
1. Pertemuan 1 34 3
2. Pertemuan 2 34 2
ketika memulai pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang memperhatikan guru ketika membuka kegiatan pembelajaran dan asyik mengobrol dengan temannya. Selain itu Guru masih belum bisa menguasai kelas sehingga situasi kelas menjadi kurang terkontrol karena masih banyak siswa yang ramai. Guru juga belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Pada pertemua kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Guru sudah menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Guru juga sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami sehingga siswa sudah mulai berani untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa juga tampak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Namun ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya, guru masih belum memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk bertanya.
Secara keseluruhan penyajian dari pertemuan pertama dan kedua sudah cukup sistematis. Guru mengelola kelas dengan baik, memberikan motivasi kepada siswa saat proses pembelajaran. Memberikan arahan kepada siswa saat melakukan pengamatan. Hanya saja masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan oleh guru. Sehingga perlu diadakan perbaikan agar dapat mencapai semua indikator yang telah ditentukan.
2) Hasil Observasi Terhadap Siswa
siswa terlihat aktif, hal tersebut terlihat pada 1 dalam penerapan
Matematika. Sedangkan k 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Nilai
kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar siswa Siklus 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh data pada kondisi awal dan pelaksanaan
dilakukan tindakan dan setelah tindakan
0%
siswa terlihat aktif, hal tersebut terlihat pada pertemuan pertama dan kedua penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Sedangkan ketuntasan hasil belajar Siklus 1 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Frekuensi Ketuntasan
%) dan 14 siswa yang belum tuntas (41%) atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar
dapat dilihat pada gambar 4.2.
4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh data pada kondisi awal dan pelaksanaan Siklus I. Ketuntasan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan dan setelah tindakan Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.
0%
pertemuan pertama dan kedua Siklus erbantuan Roda Pintar 1 dapat dilihat pada tabel
Presentase kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar
Siklus 1
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh iklus I. Ketuntasan hasil belajar sebelum
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan setelah dilakukan Siklus I p
Perbandingan
Berikut ini disajikan perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan dengan set
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I
Frekuensi Presentase Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat peningkatan hasil belajar pada
Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan
iklus I pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal dengan Siklus I
Berikut ini disajikan perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah tindakan pada Siklus I. Uraiannya
abel 4.5 berikut ini:
Frekuensi Frekuensi
Kondisi Awal Siklus I
Tuntas Tidak Tuntas
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Siklus I
Frekuensi Presentase 59% 41% 100%
terlihat peningkatan hasil belajar pada Siklus I. Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan
lajar Siswa Kondisi Awal
Tabel 4.5
Persentase perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dengan Siklus I
No. Pembelajaran Siswa tuntas Siswa tidak tuntas
Frekuensi persentase Frekuensi persentase
1. Sebelum tindakan 13 38% 21 62%
2. Siklus I 20 59% 14 41%
Mengacu pada tabel 4.5, maka terjadi peningkatan hasil belajar sebelum siklus dan setelah Siklus I. Kondisi awal atau sebelum Siklus, siswa yang tuntas mencapai 38% sedangkan pada Siklus I, siswa yang tuntas mencapai 59%, sehingga terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 21%.
4.4.4 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan dari observasi pada Siklus I, yaitu: Kegiatan pembelajaran Siklus I berlangsung sesuai dengan harapan dan berjalan dengan baik sesuai RPP dan terlihat kegiatan pembelajaran tampak lebih menyenangkan, perhatian dan antusias siswa meningkat. Keaktifan belajar siswa sudah mengalami peningkatan sedangkan Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I yaitu sebanyak 59% siswa yang tuntas dan 41% belum tuntas. Namun beberapa siswa masih belum terbiasa bertanya kepada teman atau guru ketika belum materi yang disampaikan, sehingga sebagian siswa masih kurang aktif dalam mencatat berbagai penjelasan yang diberikan dan siswa tidak mau menyusun rangkuman ketika pembelajaran selesai.
kriteria ketuntasan belajar (KKM = 65) sebanyak 20 siswa atau 95%, yang belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar sebanyak 14 siswa atau 41%, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 68,4%. Untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar serta memperbaiki kekurangan dalam proses pembelajaran akan dilanjutkan ke Siklus II.
4.5 pelaksanaan Siklus II
4.5.4 Perencanaan Tindakan (planning) Siklus II
Bersama-sama guru dan pengamat merevisi RPP dan menyiapkan kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran Siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan pengamat dan refleksi Siklus I maka guru melakukan upaya perbaikan pembelajaran. Guru menyiapkan kembali lembar evaluasi, alat peraga, dan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan Siklus II.
4.5.2 Pelaksanaan Tindakan (Action) Siklus II
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, guru dan pengamat sepakat melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari 2 pertemuan pembelajaran. Masing-masing berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 Maret 2015. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya dan akan dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pertemuan pertama ( 13 Maret 2015)
a. Kegiatan awal
b. Kegiatan Inti
Guru membagikan kertas yang berisi gambar bangun datar pada siswa, dan meminta siswa memasangkan gambar bangun berdasarkan jenisnya. Dari pasangan gambar tersebut, pasangan bangun manakah yang sisi-sisinya bersesuaian dan mempunyai perbandingan sama. Kemudian guru menunjuk perwakilan siswa untuk maju kedepan dan menjelaskan bagaimana bentuk bangun setelah dipasangkan. Guru memberi penjelasan atas jawaban siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengambil salah satu gambar bangun dan memberi garis pada tengah-tengah bangun datar kalian masing-masing, kemudian lipat sesuai garis yang sudah ada. Sekarang jelaskan bagaimana bentuknya. Setelah siswa mengerjakan kemudian perwakilan maju kedepan untuk menjelaskan. Dari presentasi yang dilakukan siswa guru menjelaskan dan meluruskan jawaban siswa.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang, kemudian guru menyiapkan meja turnamen dan menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal tentang kesebangunan dan simetri lipat dan alat peraga roda pintar matematika kepada setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan soal yang telah diperoleh, setiap kelompok memastikan bahwa setiap anggotanya memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah selesai masing-masing kelompok mempresentasikan kembali hasil diskusinya didepan kelas.
salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi pertama selesai, pemain pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam, sehingga pemain pertama menjadi penantang dan pemain kedua menjadi pemain pertama (pembaca soal). Turnamen dilakuakan sampai semua pemain merasakan posisi sebagai pemain dan penantang.
c. Kegiatan akhir
Sebagai kegiatan akhir, guru bersama siswa membahas hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru menghitung nilai yang diperoleh setiap kelompok, guru memberikan penghargaan kelompok dan pujian terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
Pertemuan kedua (14 Maret 2015)
a. Kegiatan Awal
guru mengawali pelajaran dengan salam, berdoa, absensi dan mengkondisikan siswa untuk siap belajar. Guru melakukan apersepsi dengan membahas materi yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari dam menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Guru menempelkan macam-macam gambar benda, kemudian guru meminta siswa menujukkan gambar benda mana yang memiliki sumbu simetri lipat, dan kemudian diskusikan dengan teman sebangku mu hitunglah berapa jumlah simetri lipat dari gambar bangun yang telah ditempel. Selanjutnya perwakilan siswa maju untuk menunjukkan dan menghitung berapa jumlah simetri lipat yang ada pada gambar benda yang ditempel. Guru memberi penjelasan atas jawaban siswa dan membuktikannya dengan menggunakan roda pintar matematika.
dilakukan. Guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal tentang bangun-bangun yang memiliki simetri lipat dan alat peraga roda pintar matematika kepada setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan soal yang telah diperoleh, setiap kelompok memastikan bahwa setiap anggotanya memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah selesai masing-masing kelompok mempresentasikan kembali hasil diskusinya didepan kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan game dengan masing-masing siswa mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya secara individu di depan, game dilakukan sebanyak 1 kali dan dikerjakan dalam waktu 5 menit. Setelah game selesai, kegiatan selanjutnya adalah melakukan turnamen, guru menjelaskan aturan yang akan digunakan. Urutan dalam setiap meja turnamen ditemati oleh pemain pertama (pembaca soal) dan para pemain (penantang). Soal dibacakan oleh pemain pertama dan dijawab oleh tim penantang (soal dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yaitu masing-masing soal 2 menit). Pemain penantang yang menjawab benar akan mendapatkan poin, jika salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi pertama selesai, pemain pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam, sehingga pemain pertama menjadi penantang dan pemain kedua menjadi pemain pertama (pembaca soal). Turnamen dilakuakan sampai semua pemain merasakan posisi sebagai pemain dan penantang.
c. Kegiatan Akhir
untuk mengetahui kenaikan hasil belajar siswa sekaligus penentu sukses atau tidaknya penelitian ini.
4.5.3 Observasi (observation) Siklus II
Pengamat melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.
1) Hasil Observasi terhadap Guru.
Hasil observasi pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika pada pembelajaran Siklus II yang diperoleh selama proses pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe TGT berbatuan Roda Pintar Matematika Siklus II
No Siklus 2 Keterlaksanaan Siklus F
Ya Tidak
1. Pertemuan 1 34 0
2. Pertemuan 2 34 0
Berdasarkan tabel 4.6, hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan semua indikator pembelajaran yang sudah ditentukan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai kelas. Guru sudah mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
Secara keseluruhan penyajian dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru pada Siklus II ini sudah baik, karena semua indikator yang telah ditentukan sebelumnya sudah terlaksana. Perbaikan dari refleksi Siklus I sudah berjalan dengan baik.
2) Observasi terhadap siswa
Pengamatan terhadap siswa dilakukan saat Siklus berlangsung. Pengamatan pada Siklus II ini pelaksanaannya masih sama dengan pengamatan pada Siklus I yaitu dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dari pengamatan siswa pada Siklus II keaktifan siswa semakin bertambah, hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya siswa yang sudah aktif bertanya, memperhatikan penjelasan guru dan ketika guru bertanya siswa sudah berani mengungkapkan pendapatnya, hal tersebut terlihat pada pertemuan pertama dan kedua Siklus II dalam penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika sangat efektif untuk meningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan Siklus II
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase ≥65
<65
30 4
Tuntas Tidak tuntas
88% 12%
Jumlah 34 100%
dilakukan Siklus II menjadi 4 siswa (12%), sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa (59%) pada Siklus I kemudian meningkat menjadi 30 siswa (88%) pada Siklus II.
Setelah tindakan Siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 75% sedangkan hasil yang didapat adalah 76%.
Tabel 4.8
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II
Nilai Ketuntasan Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase ≥65
<65
Tuntas Tidak tuntas
20 14
59% 41%
30 4
88% 12%
Jumlah 34 100% 34 100%
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Dari diagram 4.
Siklus II sudah mencapai yang dihara melebihi target hingga mencapai 7
4.5.4 Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada dari dua pertemuan sebagai pemantapan
refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada pertemuan
siswa pada pertemuan kedua
pemantapan dengan membandingkan apakah pembelajaran indikator kinerja
pengamatan dari perlaksanaan
pembelajaran Siklus II berlangsung sesuai dengan harapan
pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan tournament melalui model Kooperatif
Matematika. Keaktifan siswa sehingga hasil belajar siswa
ditentukan oleh peneliti yaitu 75% dan pada dan hanya 12 % yang
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
diagram 4.4 terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada
iklus II sudah mencapai yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar 75% bahkan melebihi target hingga mencapai 76%.
Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Siklus II yang terdiri dari dua pertemuan sebagai pemantapan Siklus II maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada pertemuan Siklus II dan hasil nilai siswa pada pertemuan kedua Siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan pemantapan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran indikator kinerja Siklus I mengalami perbaikan pada
pengamatan dari perlaksanaan Siklus II. Dan diperoleh hasil k iklus II berlangsung sesuai dengan harapan dan juga k
pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan tournament melalui model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Keaktifan siswa juga sudah menunjukkan hasil yang memuaskan belajar siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75% dan pada Siklus II terdapat 88%
yang belum tuntas. Pada Siklus I masih belum
terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus I ke pkan yaitu ketuntasan belajar 75% bahkan
iklus II yang terdiri iklus II maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil iklus II dan hasil nilai iklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan tindakan dalam proses iklus I mengalami perbaikan pada Siklus II. Hasil Dan diperoleh hasil kegiatan dan juga kegiatan pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan ipe TGT Berbantuan Roda Pintar juga sudah menunjukkan hasil yang memuaskan sudah memenuhi indikator keberhasilan yang 88% yang tuntas, Pada Siklus I masih belum menjawab
pertanyaan yang diberikan dan siswa juga belum aktif mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru, namun pada Siklus II siswa sudah aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan juga sudah aktif dalam mencatat penjelasan yang diberikan guru.
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa kompetensi belajar siswa meningkat, terbukti dari perolehan nilai siswa setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika yang mencapai kriteria ketuntasan minimal Matematika yaitu 65 sebanyak 30 siswa (88%) dan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 4 siswa (12%). Dengan nilai rata-rata 75 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 60. Keaktifan siswa pada kategori cukup aktif sebanyak 5 siswa (15%), pada kategori aktif sebanyak 56%) dan kategori sangat aktif sebanyak 10 siswa (29%).
4.6 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui peningkatan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar setelah mengkuti proses belajar dengan penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika.
4.6.4 Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif Tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika, siswa terlihat memiliki ketertarikan dan semangat yang baik yang menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
dilakukannya tindakan pada Siklus I dan Siklus II, siswa sudah mulai terlihat aktif pada setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran saat guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika.
4.6.5 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian pada kondisi awal, hasil belajar dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami peningkatan. Perbandingan rekap ketuntasan hasil belajar siswa kondisi awal, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Perbandingan Rekap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Nilai ketuntasan Kondisi awal Siklus I Siklus II
F % F % F %
≥65 <65
Tuntas Tidak tuntas
13 21
38% 62%
20 14
59% 41%
30 4
88% 12%
Jumlah 34 100% 34 100% 34 100%
Perbandingan Rekap
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa
dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses pembelajaran berlangs
dilakukan ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena
bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah ditentukan sebe
berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan.
membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika c
pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
0
Perbandingan Rekap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses pembelajaran berlangsung dengan keaktifan dari siswa. Dalam pembelajaran yang dilakukan ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena siswa lebih aktif bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan
kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya dan ber
berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan.
membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika cocok diterapkan dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
frekuensi frekuensi frekuensi
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Tuntas Tidak tuntas
Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus
karena pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses siswa. Dalam pembelajaran yang siswa lebih aktif bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan lumnya dan berantusias untuk berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda ocok diterapkan dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus