• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengkaji Ulang Teori Kritis dan Peneliti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mengkaji Ulang Teori Kritis dan Peneliti"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MENGKAJI ULANG TEORI

KRITIS DAN PENELITIAN

KUALITATIF

(Joe L. Kincheloe & Peter L. McLaren)

MUHAMMAD NUR ADNAN

C1B1 11 026

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK

(2)

Asal–Usul Penelitian

Kritis

Teori kritis

disebut juga sebagai

(3)

Lanjutan . . .

(4)

Penelitian Partisan dalam

Budaya Akademik yang Netral

Di dalam tradisi kaum kritikalis, secara

esensial dikenali empat mazhab baru

penelitian sosial:

Tradisi

teori kritis neo-Marxis

yang

dihubungkan paling dekat dengan karya

Horkheimer, Adorno, dan Marcuse;

Tulisan-tulisan

genealogis

Michel

(5)

Lanjutan . . .

Praktik-praktik

dekonstruksi

post-strukturalis

yang dikaitkan dengan Derrida;

Aliran-aliran kaum

post-modernis

yang

(6)

Lanjutan . . .

Penelitian kritis dapat

dipahami sebaik-baiknya

dalam konteks pemberdayaan

individu-individu. Penelitian

yang berkeinginan untuk

menyandang gelar kritis harus

dikaitkan dengan sebuah

usaha untuk menentang

ketidakadilan dalam suatu

masyarakat tertentu atau

kungkungan kekuasaan di

dalam masyarakat (Denzin

(7)

Lanjutan . . .

Perbedaan antara

“peneliti tradisional”

dengan

“peneliti kritis”

menurut Horkheimer

(1972, dalam Denzin dan Lincoln, 2010:

174):

Para

peneliti tradisional

berpegang teguh

(8)

Lanjutan . . .

Para

peneliti tradisional

melihat tugas

(9)

Di kalangan peneliti kritis, ada keyakinan

kuat bahwa ideologi bukan sekadar relasi

mental yang imajiner dan menipu yang

dijalani oleh individu dan kelompok terkait

dengan

kondisi

material

eksistensi

mereka, namun juga tertanam kuat dalam

materialitas praktik-praktik sosial dan

institusional (Kincheloe, 1993; McLaren,

1989).

(10)

Etnograf Kritis:

Memulihkan Warisan Marxis

pada Masa Kemunduran

Sosialis

Lenyapnya minat yang diberikan pada teori

Marxis tentu saja merupakan penjelasan parsial

bagi gairah baru –

dan kadang-kadang narsistis

(11)

Lanjutan . . .

Tak dapat disangkal bahwa salah satu

kelemahan diskursus Marxis yang cukup

serius adalah kegagalannya secara

terus-menerus memasukkan karya tradisi-tradisi

(12)

Lanjutan . . .

Krisis Marxisme yang

terjadi saat ini tidaklah

memberikan gagasan

kepada kita bahwa

diskursus Marxis telah

mati dan seharusnya

dipamerkan. Dalam

pengertian yang lebih

post-modern, kritik

Marxisme tidak

(13)

Bayi-Bayi di

Toyland

:

Teori Kritis dalam

Hyper-Reality

Hiperrealitas

” adalah sebuah terma

yang

dipakai

untuk

menjabarkan

masyarakat informasi yang secara

sosial dipenuhi oleh berbagai

bentuk-bentuk representasi/ sajian yang terus

meningkat (Denzin dan Lincoln, 2010:

177).

(14)

Lanjutan . . .

Di arena politik, kaum

tradisionalis membentengi

gerbong-gerbong budaya

mereka dan menyingkirkan

hantu-hantu khayalan seperti

humanis sekuler, “liberal

ekstrem”, dan kaum utopianis,

tidak menyadari dampak yang

ditimbulkan oleh

hiperrealitas

post-modern

terhadap

lembaga-lembaga mereka

yang disakralkan (

Denzin dan

(15)

Lanjutan . . .

Teori Sosial Post-Modern

Post-modernisme berbeda dengan

post-modernitas.

Post-modernitas

mengacu

pada kondisi post-modern yang telah kami

gambarkan

sebagai

hiperrealitas

,

sedangkan terma teori

post-modernisme

(16)

Lanjutan . . .

(17)

Post-Modernisme yang

Menggelikan dan

Resisten

Kritik post-modernis tidak bersifat

monolitik karena memiliki dua

aliran teoritis, yaitu

(18)

Dari Teressa Ebert (1991),

post-modernisme yang menggelikan (

ludic

postmodernism) – sebuah pendekatan

terhadap teori sosial yang jelas-jelas

memiliki

keterbatasan

kemampuan

dalam mengubah rezim kekuasaan

sosial dan politik yang menindas.

(19)

Lanjutan . . .

Para peneliti kritis harus berhati-hati

terhadap

kritik

post-modernisme

yang

menggelikan karena menurut Ebert, kritik

tersebut cenderung meneguhkan kembali

status quo

dan mereduksikan sejarah

(20)

Lanjutan . . .

Teori sosial post-modernisme resistensi

merupakan penyeimbang bagi

teori

post-modernisme yang menggelikan

.

Post-modernisme

resistensi

memasukkan

(21)

Lanjutan . . .

Sinergisme percakapan antara post-modern

resistensi dengan teori kritis melibatkan pengaruh

timbal balik antara praksis ketidakpastian kritis

modern dengan ketidakpastian radikal

post-modern. Teori kritis memberikan landasan

normatif bagi paparan post-modern (sebuah

dasar untuk membedakan antara relasi sosial

yang menindas dengan relasi sosial yang

membebaskan). Tanpa landasan yang demikian,

maka paparan post-modern sangat mudah

(22)

Satu Langkah Melampaui yang

Empiris:

Penelitian Kritis

Proyek penelitian kritis bukan hanya

penyajian ulang empiris terhadap

dunia, namun juga untuk

memperlihatkan bahwa penelitian

merupakan rangkaian praktik

(23)

Lanjutan . . .

Menurut pandangan

kaum analis

kritis

, interpretasi teori mencakup

pemahaman hubungan antara yang

partikuler dengan yang menyeluruh dan

antara subyek dengan obyek analisis.

Berbeda dengan

kaum

empiris

tradisional

yang menegaskan bahwa

(24)

Lanjutan . . .

Center for Contemporary Cultural Studies (CCCS) di University of Birmingham menjadi salah satu lokasi studi yang menghasilkan penelitian kritis berciri teoritis. Telaah kondisi sosial yang ditinjau

dalam penelitian kritis adalah kasus gender dalam dunia kerja (penelitian Paul Willis dan Christine Grifin) serta narasi kebudayaan dalam

(25)

Lanjutan . . .

Studi tentang gender: Kehadiran

post-strukturalisme

telah

menjadikan patriarki sebagai unsur

yang menjiwai seluruh aspek sosial

dan secara efektif dapat membentuk

kehidupan kaum perempuan.

Studi tentang pendidikan: Para siswa

melakukan

upaya

perlawanan

terhadap sekolah yang berusaha

meminggirkan

kebudayaan

dan

(26)

Satu Contoh:

Para Pekerja sebagai

Peneliti Kritis

Satu contoh bagaimana penelitian

kualitatif yang didasarkan pada teori kritis

post-modern dapat diterapkan mencakup

adanya pembahasan tentang para pekerja

sebagai peneliti kritis. Klaim-klaim

penelitian tradisional mengenai kepuasan

kerja dan keterlibatan pekerja dalam

(27)

Lanjutan . . .

Pertama-tama, berbagai

pekerjaan dalam bidang

jasa dan informasi pada

dasarnya adalah pekerjaan

dengan keterampilan dan

upah yang rendah. Bertolak

belakang dengan pesan

media, pekerjaan yang

menghasilkan

barang-barang menuntut upah yang

lebih

tinggi

daripada

pekerjaan dalam bidang

jasa dan informasi.

(28)

Lanjutan . . .

Kedua, kaum perempuan

memegang lebih dari separuh

pekerjaan dalam perekonomian

jasa dan informasi, namun

secara tradisional kaum

Hawa

menerima uang dan kekuasaan

mengambil keputusan di tempat

kerja lebih sedikit daripada kaum

(29)

Para pekerja sebagai peneliti menemukan

bahwa kepedulian terhadap perkembangan

intelektual dan moral bagi tenaga kerja

sering kali tidak memperoleh perhatian serius

dalam suasana diskursus bisnis yang “tak

mengenal omong kosong”. Berhadapan

dengan corak kondisi post-modern yang

antidemokratis, para pekerja sebagai peneliti

kualitatif kritis pun menjadi penafsir

demokrasi dalam lanskap yang berkembang

secara hegemonis (Denzin dan Lincoln,

2010: 182-183).

(30)

Lanjutan . . .

(31)

Lanjutan . . .

Ringkasan hasil penelitian para pekerja yang didasarkan pada teori kritis (Denzin dan Lincoln, 2010: 186-188):

Perancangan Penelitian yang Lebih Berguna dan Relevan tentang Pekerja.

Penelitian pekerja memberikan paparan tentang dunia dan perspektif marjinal para pekerja, mempertimbangkan perspektif pengusaha dan

buruh (Hartsock, 1989). Para peneliti pekerja mengajukan pertanyaan tentang berbagai kondisi

(32)

Lanjutan . . .

Legitimasi bagi Ilmu Pengetahuan Pekerja.

Para pekerja dan ilmu pengetahuan praktis yang telah diakumulasi oleh kaum modernis tradisional

seputar pekerjaan mereka dikesampingkan dari diskursus tentang ilmu pengetahuan. Penelitian pekerja yang didasarkan pada teori post-modern kritis membantu melegitimasi pengetahuan pekerja

dengan menunjukkan keterposisian dan keterbatasan-keterbatasan “penelitian ahli”.

Pemberdayaan Pekerja.

Penelitian pekerja kritis bekerja berdasarkan

asumsi yang menyatakan bahwa validasi bagi ilmu pengetahuan pekerja dapat mengarah ke

(33)

Lanjutan . . .

Reorganisasi Tempat Kerja secara Paksa.

Penelitian pekerja kritis meruntuhkan susunan hierarkis tempat kerja yang sudah ada (mengetahui

dan yang diketahui, peneliti dan yang diteliti, ahli dan praktisi ilmiah) sewaktu menentang asumsi-asumsi yang menjadi landasan bagi pemujaan pakar dan manajemen ilmiah. Tanpa struktur epistemologis

Cartesian untuk menjustifkasinya, binerisme hierarkis ilmu pengetahuan secara signifkan melemah (Butler, 1990; Garrison, 1989; McLaren,

(34)

Lanjutan . . .

Inspirasi bagi Demokratisasi Ilmu Pengetahuan.

Ketika para pekerja ikut serta dalam penelitian dan melegitimasi ilmu pengetahuannya sendiri, maka penelitian ilmiah akan lebih mampu untuk melayani tujuan-tujuan demokratis progresif (Garrison, 1989).

Pengangsiran Rasionalitas Teknik.

Di dalam hierarki tempat kerja kaum modernis, para manajer memulai penelitian yang dirancang oleh para

ahli dan melatih para pekerja sesuai dengan hasil-hasil penelitian tersebut. Sebaliknya, sebuah tempat

kerja yang kritis memulai penelitian yang dilakukan oleh para pekerja itu sendiri menurut kondisi

(35)

Lanjutan . . .

Meningkatkan Kesadaran akan Kognisi Pekerja.

Penelitian pekerja kritis mendorong hubungan dengan hasil produksi pekerja yang terungkap dalam bentuk apresiasi estetis terhadap proses dan

hasil kerja seseorang, kesadaran akan hubungan antara pekerjaan dengan dunia, dan solidaritas dengan pekerja-pekerja lain. Sebagai peneliti kritis,

para pekerja belajar untuk mendidik diri mereka sendiri dan melihat berbagai peristiwa secara dekonstruktif, cara-cara yang menyingkap oposisi

biner yang diistimewakan dalam diskursus

logosentris yang tidak serta-merta muncul sebelum direnungkan secara kritis (Feinberg dan Horowitz,

(36)

Penelitian Post-Modern Kritis:

Pertimbangan-Pertimbangan

Lebih Lanjut

Sepanjang

peneliti kritis

mengklaim

mampu melihat makna yang luput dari

pengamatan pihak-pihak lain, maka

penelitian post-modern kritis

(37)

Penelitian tradisional

berpandangan bahwa

satu-satunya cara untuk

menghasilkan informasi

yang valid adalah melalui

penerapan metodologi

yang mengikuti

serangkaian prosedur

obyektif yang tegas, yang

memisahkan para peneliti

dengan yang ditelitinya

(Denzin dan Lincoln,

2010: 188).

Lanjutan . .

(38)

Lanjutan . . .

(39)

Penelitian tradisional telah memandang

validitas internal

sebagai tingkat kesesuaian

antara observasi dan pengukuran seorang

peneliti dengan deskripsi tentang realitas tertentu

dan

validitas eksternal

sebagai tingkat yang

dengannya

deskripsi

tersebut

dapat

diperbandingkan

secara

akurat

dengan

kelompok-kelompok lain.

(40)

Lanjutan . . .

Keterpercayaan

, menurut

pandangan banyak pihak,

adalah sebuah kata yang

lebih tepat untuk digunakan

dalam konteks penelitian

kritis. Kata ini lebih

membantu karena mengacu

pada serangkaian asumsi

yang berbeda tentang

tujuan-tujuan penelitian

daripada validitas (Denzin

(41)

Lanjutan . . .

Kriteria

untuk

menilai

keterpercayaan

penelitian kritis menurut Anderson (1989,

dalam Denzin dan Lincoln, 2010: 189):

1.

Kredibilitas dari gambaran realitas yang

dikonstruksi.

(42)

Lanjutan . . .

Kredibilitas dari Gambaran Realitas yang

Dikonstruksi.

Para peneliti kritis menghargai kredibilitas

ketika konstruksinya dapat diterima/ masuk

akal oleh orang-orang yang menciptakannya,

dan bahkan hal tersebut boleh jadi memicu

perselisihan pendapat, karena peneliti bisa

jadi melihat dampak-dampak penindasan

dalam konstruk yang diteliti tersebut –

dampak-dampak yang bisa jadi tidak dilihat

oleh yang diteliti (Kincheloe, 1991).

(43)

Lanjutan . . .

Akomodasi Antisipatif.

Kemampuan untuk membuat generalisasi

yang murni dari satu proyek penelitian ke

proyek penelitian yang lain mengandung arti

menerima sebuah semesta yang satu dimensi

dan berciri sebab-akibat. Para peneliti

mempelajari kesamaan dan perbedaan

antar-konteks (Donmoyer, 1990; Kincheloe, 1991).

(44)

Proyek penelitian kritis bertujuan untuk

bergerak melampaui pengalaman yang

membaur, mengungkapkan cara yang

digunakan ideologi untuk menghambat

kehendak ke arah bimbingan diri, dan

menentang cara kekuasaan menciptakan

dirinya sendiri dalam proses pembentukan

kesadaran manusia (Denzin dan Lincoln,

2010: 190).

(45)

Lanjutan . . .

(46)

Lanjutan . . .

Berbagai tradisi penelitian kritis telah sampai

pada titik ketika para peneliti mengakui

bahwa klaim-klaim kebenaran selalu

terposisikan secara diskursif dan terlibat

dalam relasi-relasi kekuasaan.

Dari Phil Carspecken (1993),

“Kebenaran

dihubungkan secara internal dengan makna

dalam suatu cara pragmatis melalui

klaim-klaim yang berciri normatif, intersubyektif,

subyektif, dan cara yang kita gunakan untuk

(47)

Penelitian post-modern kritis

menuntut para peneliti agar

membangun persepsi

mereka tentang dunia

secara baru, dengan cara

yang mampu menghilangkan

apa yang tampak alami,

yang mempersoalkan apa

yang tampak sudah jelas

(Slaughter, 1989).

(48)

Lanjutan . . .

Terlibat dalam penelitian

post-modern kritis

berarti ikut serta

dalam proses penciptaan

dunia

kritis

, yang dipandu oleh sketsa

bayangan dari impian dunia yang

tidak dikondisikan oleh

kesengsaraan, penderitaan, dan

politik kebohongan. Ringkasnya,

penelitian

post-modern kritis

(49)

Pesan Super

(50)

Selesai ! ! !

Terima kasih

atas atensi

kawan-kawan!

Semoga

bermanfaat...

[

SALAM SUPER

]

Terima kasih

atas atensi

kawan-kawan!

Semoga

bermanfaat...

Referensi

Dokumen terkait

1) Tempatkan pasien di ruang tersendiri bila mungkin, bila tidak tersedia dapat diletakkan di ruang umum dengan pasien sejenis. 2) Gunakan alat pelindung diri :

Biaya bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dan yang diproses menjadi produk jadi dengan menggunakan tenaga kerja dan overhead pabrik.. Biaya

PENGARUH PENGGUNAAN SUHU PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS ROTI MANIS DILIHAT DARI ASPEK WARNA.. KULIT, RASA, AROMA

Faktor pembatas lain pada sub kelas ini adalah media perakaran kurang mendukung untuk tanaman tebu yaitu berupa gambut saprik.tanaman tebu yang tumbuh pada

Penelitian tentang pengolahan limbah cair industry penyamakan kulit dengan memanfatkan teknik fitoremediasi di dalam constructed wetland belum banyak

BRANDING INSTITUTION PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA DI KAWASAN PESISIR (STUDI MULTI SITUS DI SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM TUBAN DAN INSITUT AGAMA

"Diagnosis Kesulitan Belajar: Diagnosis Sebagai Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar" dalam Ta'allum Jurnal Pendidikan Islam, Vol.18.No.1.. Baharuddin dan Esa Nur

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat menyatakan bahwa standarisasi sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan pada