MENGKAJI ULANG TEORI
KRITIS DAN PENELITIAN
KUALITATIF
(Joe L. Kincheloe & Peter L. McLaren)
MUHAMMAD NUR ADNAN
C1B1 11 026
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
Asal–Usul Penelitian
Kritis
Teori kritis
disebut juga sebagai
Lanjutan . . .
Penelitian Partisan dalam
Budaya Akademik yang Netral
Di dalam tradisi kaum kritikalis, secara
esensial dikenali empat mazhab baru
penelitian sosial:
Tradisi
teori kritis neo-Marxis
yang
dihubungkan paling dekat dengan karya
Horkheimer, Adorno, dan Marcuse;
Tulisan-tulisan
genealogis
Michel
Lanjutan . . .
Praktik-praktik
dekonstruksi
post-strukturalis
yang dikaitkan dengan Derrida;
Aliran-aliran kaum
post-modernis
yang
Lanjutan . . .
Penelitian kritis dapat
dipahami sebaik-baiknya
dalam konteks pemberdayaan
individu-individu. Penelitian
yang berkeinginan untuk
menyandang gelar kritis harus
dikaitkan dengan sebuah
usaha untuk menentang
ketidakadilan dalam suatu
masyarakat tertentu atau
kungkungan kekuasaan di
dalam masyarakat (Denzin
Lanjutan . . .
Perbedaan antara
“peneliti tradisional”
dengan
“peneliti kritis”
menurut Horkheimer
(1972, dalam Denzin dan Lincoln, 2010:
174):
Para
peneliti tradisional
berpegang teguh
Lanjutan . . .
Para
peneliti tradisional
melihat tugas
Di kalangan peneliti kritis, ada keyakinan
kuat bahwa ideologi bukan sekadar relasi
mental yang imajiner dan menipu yang
dijalani oleh individu dan kelompok terkait
dengan
kondisi
material
eksistensi
mereka, namun juga tertanam kuat dalam
materialitas praktik-praktik sosial dan
institusional (Kincheloe, 1993; McLaren,
1989).
Etnograf Kritis:
Memulihkan Warisan Marxis
pada Masa Kemunduran
Sosialis
Lenyapnya minat yang diberikan pada teori
Marxis tentu saja merupakan penjelasan parsial
bagi gairah baru –
dan kadang-kadang narsistis
Lanjutan . . .
Tak dapat disangkal bahwa salah satu
kelemahan diskursus Marxis yang cukup
serius adalah kegagalannya secara
terus-menerus memasukkan karya tradisi-tradisi
Lanjutan . . .
Krisis Marxisme yang
terjadi saat ini tidaklah
memberikan gagasan
kepada kita bahwa
diskursus Marxis telah
mati dan seharusnya
dipamerkan. Dalam
pengertian yang lebih
post-modern, kritik
Marxisme tidak
Bayi-Bayi di
Toyland
:
Teori Kritis dalam
Hyper-Reality
“
Hiperrealitas
” adalah sebuah terma
yang
dipakai
untuk
menjabarkan
masyarakat informasi yang secara
sosial dipenuhi oleh berbagai
bentuk-bentuk representasi/ sajian yang terus
meningkat (Denzin dan Lincoln, 2010:
177).
Lanjutan . . .
Di arena politik, kaum
tradisionalis membentengi
gerbong-gerbong budaya
mereka dan menyingkirkan
hantu-hantu khayalan seperti
humanis sekuler, “liberal
ekstrem”, dan kaum utopianis,
tidak menyadari dampak yang
ditimbulkan oleh
hiperrealitas
post-modern
terhadap
lembaga-lembaga mereka
yang disakralkan (
Denzin dan
Lanjutan . . .
Teori Sosial Post-Modern
Post-modernisme berbeda dengan
post-modernitas.
Post-modernitas
mengacu
pada kondisi post-modern yang telah kami
gambarkan
sebagai
hiperrealitas
,
sedangkan terma teori
post-modernisme
Lanjutan . . .
Post-Modernisme yang
Menggelikan dan
Resisten
Kritik post-modernis tidak bersifat
monolitik karena memiliki dua
aliran teoritis, yaitu
Dari Teressa Ebert (1991),
post-modernisme yang menggelikan (
ludic
postmodernism) – sebuah pendekatan
terhadap teori sosial yang jelas-jelas
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam mengubah rezim kekuasaan
sosial dan politik yang menindas.
Lanjutan . . .
Para peneliti kritis harus berhati-hati
terhadap
kritik
post-modernisme
yang
menggelikan karena menurut Ebert, kritik
tersebut cenderung meneguhkan kembali
status quo
dan mereduksikan sejarah
Lanjutan . . .
Teori sosial post-modernisme resistensi
merupakan penyeimbang bagi
teori
post-modernisme yang menggelikan
.
Post-modernisme
resistensi
memasukkan
Lanjutan . . .
Sinergisme percakapan antara post-modern
resistensi dengan teori kritis melibatkan pengaruh
timbal balik antara praksis ketidakpastian kritis
modern dengan ketidakpastian radikal
post-modern. Teori kritis memberikan landasan
normatif bagi paparan post-modern (sebuah
dasar untuk membedakan antara relasi sosial
yang menindas dengan relasi sosial yang
membebaskan). Tanpa landasan yang demikian,
maka paparan post-modern sangat mudah
Satu Langkah Melampaui yang
Empiris:
Penelitian Kritis
Proyek penelitian kritis bukan hanya
penyajian ulang empiris terhadap
dunia, namun juga untuk
memperlihatkan bahwa penelitian
merupakan rangkaian praktik
Lanjutan . . .
Menurut pandangan
kaum analis
kritis
, interpretasi teori mencakup
pemahaman hubungan antara yang
partikuler dengan yang menyeluruh dan
antara subyek dengan obyek analisis.
Berbeda dengan
kaum
empiris
tradisional
yang menegaskan bahwa
Lanjutan . . .
Center for Contemporary Cultural Studies (CCCS) di University of Birmingham menjadi salah satu lokasi studi yang menghasilkan penelitian kritis berciri teoritis. Telaah kondisi sosial yang ditinjau
dalam penelitian kritis adalah kasus gender dalam dunia kerja (penelitian Paul Willis dan Christine Grifin) serta narasi kebudayaan dalam
Lanjutan . . .
Studi tentang gender: Kehadiran
post-strukturalisme
telah
menjadikan patriarki sebagai unsur
yang menjiwai seluruh aspek sosial
dan secara efektif dapat membentuk
kehidupan kaum perempuan.
Studi tentang pendidikan: Para siswa
melakukan
upaya
perlawanan
terhadap sekolah yang berusaha
meminggirkan
kebudayaan
dan
Satu Contoh:
Para Pekerja sebagai
Peneliti Kritis
Satu contoh bagaimana penelitian
kualitatif yang didasarkan pada teori kritis
post-modern dapat diterapkan mencakup
adanya pembahasan tentang para pekerja
sebagai peneliti kritis. Klaim-klaim
penelitian tradisional mengenai kepuasan
kerja dan keterlibatan pekerja dalam
Lanjutan . . .
Pertama-tama, berbagai
pekerjaan dalam bidang
jasa dan informasi pada
dasarnya adalah pekerjaan
dengan keterampilan dan
upah yang rendah. Bertolak
belakang dengan pesan
media, pekerjaan yang
menghasilkan
barang-barang menuntut upah yang
lebih
tinggi
daripada
pekerjaan dalam bidang
jasa dan informasi.
Lanjutan . . .
Kedua, kaum perempuan
memegang lebih dari separuh
pekerjaan dalam perekonomian
jasa dan informasi, namun
secara tradisional kaum
Hawa
menerima uang dan kekuasaan
mengambil keputusan di tempat
kerja lebih sedikit daripada kaum
Para pekerja sebagai peneliti menemukan
bahwa kepedulian terhadap perkembangan
intelektual dan moral bagi tenaga kerja
sering kali tidak memperoleh perhatian serius
dalam suasana diskursus bisnis yang “tak
mengenal omong kosong”. Berhadapan
dengan corak kondisi post-modern yang
antidemokratis, para pekerja sebagai peneliti
kualitatif kritis pun menjadi penafsir
demokrasi dalam lanskap yang berkembang
secara hegemonis (Denzin dan Lincoln,
2010: 182-183).
Lanjutan . . .
Lanjutan . . .
Ringkasan hasil penelitian para pekerja yang didasarkan pada teori kritis (Denzin dan Lincoln, 2010: 186-188):
Perancangan Penelitian yang Lebih Berguna dan Relevan tentang Pekerja.
Penelitian pekerja memberikan paparan tentang dunia dan perspektif marjinal para pekerja, mempertimbangkan perspektif pengusaha dan
buruh (Hartsock, 1989). Para peneliti pekerja mengajukan pertanyaan tentang berbagai kondisi
Lanjutan . . .
Legitimasi bagi Ilmu Pengetahuan Pekerja.
Para pekerja dan ilmu pengetahuan praktis yang telah diakumulasi oleh kaum modernis tradisional
seputar pekerjaan mereka dikesampingkan dari diskursus tentang ilmu pengetahuan. Penelitian pekerja yang didasarkan pada teori post-modern kritis membantu melegitimasi pengetahuan pekerja
dengan menunjukkan keterposisian dan keterbatasan-keterbatasan “penelitian ahli”.
Pemberdayaan Pekerja.
Penelitian pekerja kritis bekerja berdasarkan
asumsi yang menyatakan bahwa validasi bagi ilmu pengetahuan pekerja dapat mengarah ke
Lanjutan . . .
Reorganisasi Tempat Kerja secara Paksa.
Penelitian pekerja kritis meruntuhkan susunan hierarkis tempat kerja yang sudah ada (mengetahui
dan yang diketahui, peneliti dan yang diteliti, ahli dan praktisi ilmiah) sewaktu menentang asumsi-asumsi yang menjadi landasan bagi pemujaan pakar dan manajemen ilmiah. Tanpa struktur epistemologis
Cartesian untuk menjustifkasinya, binerisme hierarkis ilmu pengetahuan secara signifkan melemah (Butler, 1990; Garrison, 1989; McLaren,
Lanjutan . . .
Inspirasi bagi Demokratisasi Ilmu Pengetahuan.
Ketika para pekerja ikut serta dalam penelitian dan melegitimasi ilmu pengetahuannya sendiri, maka penelitian ilmiah akan lebih mampu untuk melayani tujuan-tujuan demokratis progresif (Garrison, 1989).
Pengangsiran Rasionalitas Teknik.
Di dalam hierarki tempat kerja kaum modernis, para manajer memulai penelitian yang dirancang oleh para
ahli dan melatih para pekerja sesuai dengan hasil-hasil penelitian tersebut. Sebaliknya, sebuah tempat
kerja yang kritis memulai penelitian yang dilakukan oleh para pekerja itu sendiri menurut kondisi
Lanjutan . . .
Meningkatkan Kesadaran akan Kognisi Pekerja.
Penelitian pekerja kritis mendorong hubungan dengan hasil produksi pekerja yang terungkap dalam bentuk apresiasi estetis terhadap proses dan
hasil kerja seseorang, kesadaran akan hubungan antara pekerjaan dengan dunia, dan solidaritas dengan pekerja-pekerja lain. Sebagai peneliti kritis,
para pekerja belajar untuk mendidik diri mereka sendiri dan melihat berbagai peristiwa secara dekonstruktif, cara-cara yang menyingkap oposisi
biner yang diistimewakan dalam diskursus
logosentris yang tidak serta-merta muncul sebelum direnungkan secara kritis (Feinberg dan Horowitz,
Penelitian Post-Modern Kritis:
Pertimbangan-Pertimbangan
Lebih Lanjut
Sepanjang
peneliti kritis
mengklaim
mampu melihat makna yang luput dari
pengamatan pihak-pihak lain, maka
penelitian post-modern kritis
Penelitian tradisional
berpandangan bahwa
satu-satunya cara untuk
menghasilkan informasi
yang valid adalah melalui
penerapan metodologi
yang mengikuti
serangkaian prosedur
obyektif yang tegas, yang
memisahkan para peneliti
dengan yang ditelitinya
(Denzin dan Lincoln,
2010: 188).
Lanjutan . .Lanjutan . . .
Penelitian tradisional telah memandang
validitas internal
sebagai tingkat kesesuaian
antara observasi dan pengukuran seorang
peneliti dengan deskripsi tentang realitas tertentu
dan
validitas eksternal
sebagai tingkat yang
dengannya
deskripsi
tersebut
dapat
diperbandingkan
secara
akurat
dengan
kelompok-kelompok lain.
Lanjutan . . .
Keterpercayaan
, menurut
pandangan banyak pihak,
adalah sebuah kata yang
lebih tepat untuk digunakan
dalam konteks penelitian
kritis. Kata ini lebih
membantu karena mengacu
pada serangkaian asumsi
yang berbeda tentang
tujuan-tujuan penelitian
daripada validitas (Denzin
Lanjutan . . .
Kriteria
untuk
menilai
keterpercayaan
penelitian kritis menurut Anderson (1989,
dalam Denzin dan Lincoln, 2010: 189):
1.
Kredibilitas dari gambaran realitas yang
dikonstruksi.
Lanjutan . . .
Kredibilitas dari Gambaran Realitas yang
Dikonstruksi.
Para peneliti kritis menghargai kredibilitas
ketika konstruksinya dapat diterima/ masuk
akal oleh orang-orang yang menciptakannya,
dan bahkan hal tersebut boleh jadi memicu
perselisihan pendapat, karena peneliti bisa
jadi melihat dampak-dampak penindasan
dalam konstruk yang diteliti tersebut –
dampak-dampak yang bisa jadi tidak dilihat
oleh yang diteliti (Kincheloe, 1991).
Lanjutan . . .
Akomodasi Antisipatif.
Kemampuan untuk membuat generalisasi
yang murni dari satu proyek penelitian ke
proyek penelitian yang lain mengandung arti
menerima sebuah semesta yang satu dimensi
dan berciri sebab-akibat. Para peneliti
mempelajari kesamaan dan perbedaan
antar-konteks (Donmoyer, 1990; Kincheloe, 1991).
Proyek penelitian kritis bertujuan untuk
bergerak melampaui pengalaman yang
membaur, mengungkapkan cara yang
digunakan ideologi untuk menghambat
kehendak ke arah bimbingan diri, dan
menentang cara kekuasaan menciptakan
dirinya sendiri dalam proses pembentukan
kesadaran manusia (Denzin dan Lincoln,
2010: 190).
Lanjutan . . .
Lanjutan . . .
Berbagai tradisi penelitian kritis telah sampai
pada titik ketika para peneliti mengakui
bahwa klaim-klaim kebenaran selalu
terposisikan secara diskursif dan terlibat
dalam relasi-relasi kekuasaan.
Dari Phil Carspecken (1993),
“Kebenaran
dihubungkan secara internal dengan makna
dalam suatu cara pragmatis melalui
klaim-klaim yang berciri normatif, intersubyektif,
subyektif, dan cara yang kita gunakan untuk
Penelitian post-modern kritis
menuntut para peneliti agar
membangun persepsi
mereka tentang dunia
secara baru, dengan cara
yang mampu menghilangkan
apa yang tampak alami,
yang mempersoalkan apa
yang tampak sudah jelas
(Slaughter, 1989).
Lanjutan . . .
Terlibat dalam penelitian
post-modern kritis
berarti ikut serta
dalam proses penciptaan
dunia
kritis
, yang dipandu oleh sketsa
bayangan dari impian dunia yang
tidak dikondisikan oleh
kesengsaraan, penderitaan, dan
politik kebohongan. Ringkasnya,
penelitian
post-modern kritis
Pesan Super