• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU SIKEPIS SOLUSI PETANI CERDAS 100 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUKU SIKEPIS SOLUSI PETANI CERDAS 100 TAHUN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

WARINO SIKEPIS

2 MEI 2018

PONDOK PESANTREN PETANI NUSANTARA

SI

K

E

P

I

S

SOLUSI PETANI CERDAS

100 TAHUN

Motto : “Menanam Hari Ini Untuk 100 Tahun Kedepan”

Yel yel : “Maju Terus, Jaya, Sukses”

“ Memupuk Kesuburan, Menebar Kemakmuran”

Gerakan Regenerasi Petani

(2)

DEDIKASI HIDUPKU

Dedikasi hidupku hanya untuk sebuah pengabdian, pengabdian pada Sang Pencipta dan pengabdian pada kampong halaman, tanah tumpah darah, mengimplementasikan TRISAKTI dan PANCASILA 1 Juni 1945 dengan membangun lima pondasi rumah petani :

1) Pondok Pesantren Petani Nusantara,

2) Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis ( Demfarm SIKEPIS ), 3) Waroeng Tani Nusantara,

4) Pelatihan Anak Tani Remaja ( PATRA ) Taruna Tani Nusantara, 5) Sikepis Institute.

Walau dalam proses merintis dan memulainya dengan tergopoh – gopoh dan terseok – seok, merangkak penuh keringat darah, swadaya modal dengkul, berdikari, namun dengan jiwa pengabdian, semua lebih berarti dalam hidupku dan bernilai ibadah, semangat bergelora tak pernah padam penuh kebeningan jiwa, gotong royong bersama petani di perdesaan.

(3)

LIMA PONDASI RUMAH PETANI

1. Pondok Pesantren Petani Nusantara

Pusat Ngaji Agribisnis, Ngaji Religi, Ngaji Seni Budaya

2. Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis

Demfarm Komoditi Sikepis Sebagai Agrowisata Edukasi

3. Waroeng Tani Nusantara

(4)

4. PATRA Taruna Tani Nusantara

Pelatihan Anak Tani Remaja PATRA sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Regenerasi Petani

5. Sikepis Institute / PUSDIKLAT LPPNU

(5)

DAFTAR ISI SAMBUTAN BAB I

PENDAHULUAN BAB II

SEJARAH SIKEPIS LAHIR BAB III

PROFIL SIKEPIS

1. Rintisan SIKEPIS

2. Kondisi SIKEPIS Sekarang 3. Harapan SIKEPIS Kedepan BAB IV

MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS

1. Ketekunan dan Ketulusan Petani SIKEPIS 2. Mendidik Petani Tanpa Pamrih

3. Mencetak Regenerasi Petani Agribisnis BAB V

MEMBANGUN KESWADAYAAN

1. Petani Bangkit Menolong Diri Sendiri 2. Berdikari, Mandiri Berbasis Kearifan Lokal 3. Swadaya Sebagai Soko Guru Utama BAB VI

TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI 1. Menciptakan Akselerasi Informasi dan Teknologi 2. Pusat Pelayanan Informasi dan Teknologi

3. Pusan Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Petani BAB VII

SISTEM KEBERSAMAAN EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN 1. Sistem Kebersamaan Ekonomi Berdasarkan Manajemen Kemitraan

2. Pendidikan Orang Dewasa BAB VIII

PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS 1. Memberdayakan Potensi Masyarakat 2. Model Pemberdayaan Petani Kecil

3. Pusat Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan 4. Pemberdayaan Komunitas

BAB IX

SIKEPIS SEBAGAI SOLUSI PETANI 100 TAHUN 1. Pondok Pesantren Petani Nusantara

2. Kampoeng Sikepis 3. Waroeng Tani Nusantara

4. Pelatihan Anak Tani Remaja Sebagai Regenerasi Petani 5. Sikepis Institute

6. Dasa Usaha Tani BAB X

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Pemberdayaan SDM pertanian khususnya para petani pada hakekatnya adalah upaya menempatkan petani secara wajar, sebagai manusia yang mempunyai aspirasi, keinginan, cita – cita, kebutuhan, kelemahan dan kelebihannya masing – masing.

Upaya tersebut dilakukan secara terarah dan sistematis antara lain melalui peningkatan kompetensi petani dengan pendekatan “belajar melalui bekerja” di pondok pesantren petani nusantara melalui Sikepis Institute dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama PUSDIKLAT LPPNU dan Sikepis Institute.

Keberadaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara sebagai lembaga pelatihan swadaya yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk petani di perdesaan.

(7)

BAB II

SEJARAH SIKEPIS LAHIR

Perjalanan sejarah lahirnya SIKEPIS ( Sistem Integrasi Kakao Entog Padi Itik Sapi ) Tahun 1999

Mendirikan Musholla Darul Huda di RT 24/08 Dusun Cibadak, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Tahun 2000

Mendirikan Forum Ikatan Remaja Islam Kreatif ( FIKRI KREATIF ) tingkat Kecamatan Padaherang dengan kegiatan rutin pengajian setiap Ahad Manis secara bergiliran setiap DKM Masjid dan Musholla antar Desa.

Tahun 2002

Mendirikan Yayasan Kesejahteraan Amal Bakti Pendidikan Islam ( YaKABPI ) Bani Akhyar Tahun 2004

(8)

Tahun 2005

Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Masyarakat Ciamis Selatan ( LSM FOPMAS )

Tahun 2006

Membuat konsep pertanian Sistem Integrasi SIKEPIS ( Sistem Integrasi Kakao, Entog, Padi, Itik, Sapi )

Tahun 2007 – 2008

Membangun Kampoeng Agribisnis SIKEPIS dengan Mendirikan Gapura Kampoeng Agribisnis SIKEPIS

Tahun 2009

Merintis One Man One Product Tahun 2010

(9)

Tahun 2011

Mendirikan Karang Taruna SIKEPIS

Tahun 2013

Mendirikan Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Kabupaten Pangandaran

Tahun 2014

Membuat konsep Zonasi Desa Sentra Komoditi One Village One Product 93 Desa, 10 Kecamatan

Tahun 2015

Membuat Gerakan Membumikan SIKEPIS di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016

Merintis Pusat Pendidikan dan Pelatihan SIKEPIS Tahun 2017

(10)

Tahun 2018

Mendirikan Miniatur Kampoeng Petani Nusantara Di Dusun Cibadak, Desa Paledah Dengan Mendirikan :

1. Mendirikan Pondok Pesantren Petani Nusantara; 2. Mendirikan Waroeng Tani Nusantara;

3. Mendirikan Kampoeng Petrokimia Gresik SIKEPIS (Demfarm SIKEPIS),

4. Mendirikan Pelatihan Anak Tani Tani Remaja PATRA Jawa Barat Atas Rekomendasi Presiden PATRA Indonesia;

5. Mendirikan Sikepis Institute;

6. Mendirikan Kelompok Usaha Bersama PANCIMAS;

7. Mendirikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama ( PUSDIKLAT LPPNU ) Kabupaten Pangandaran,

8. Membuat Demfarm Agribisnis SIKEPIS FARM komoditas Unggulan : a. Tanaman Pangan ( Koordinator Mahpud )

b. Hortikultura / Sayuran dan Buah – Buahan ( Koordinator Iman Sakiran ) c. Peternakan Kambing dan Domba ( Koordinator Muhalim )

d. Peternakan Sapi ( Koordinator Titor Lesmana ) e. Perikanan Air Tawar ( Koordinator Sutarmo )

f. Makanan dan Minuman Olahan ( Koordinator Suhadi )

(11)

BAB III PROFIL SIKEPIS 1. Rintisan SIKEPIS

Tahun 2004

Tahun 2004 para petani yang tergabung dalam kelompoktani sejahtera dengan dimotori oleh para pemuda tani di Dusun Cibadak, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, dengan komoditas yang dikelola hanya padi sawah, mulai merintis komoditi kakao secara swadaya.

Tahun 2005

Kelompoktani kakao Sejahtera dengan swadaya kelompok memulai membuat konsep pertanian sistem integrasi dengan komoditas unggulan Kakao – Padi – Itik – Entog. Dengan nama program KPIE.

Tahun 2006

Tanggal 25 Januari 2006 kelompoktani kakao Sejahtera bersama kelompoktani kakao yang lain di Kecamatan Padaherang mendirikan Gabungan Kelompoktani ( GAPOKTAN ) Banyu Metu Sejahtera, dengan Motto : “Tak Kan Kuwariskan Air Mata, Tapi Akan Kuwariskan Mata Air dan Mata Pencaharian Untuk Kesejahteraan Anak Cucu”. Slogan : ‘Tak Kusisakan Walau Sejengkal Tanah Untuk Ditanami Komoditas SIKEPIS.

Tahun 2007

Awal 2007 Gapoktan Banyu Metu Sejahtera melakukan pembinaan kelompoktani secara swadaya di Kecamatan Padaherang yang tersebar di 14 Desa (Paledah, Maruyungsari, Sukanagara, Cibogo, Pasirgeulis, Karangmulya, Kedungwuluh, Karangpawitan, Padaherang, Ciganjeng, Sindangwangi, Karangsari, Bojongsari, Panyutran), sebanyak 14 kelompoktani kakao, dengan program pertanian Sistem Integrasi Kakao – Kambing – Padi – Itik – Entog ( KKPIE ), di integrasikan dengan Ternak Sapi, sehingga menjadi Sistem Integrasi Kakao – Kambing – Entog – Padi – Itik – Sapi (SIKEPIS). Tahun 2008 Tahun Prestasi

Awal tahun 2008 Ketua Kelompoktani Sejahtera Warino Ma’ruf Abdulloh yang sekaligus sebagai ketua Gapoktan Banyu Metu Sejahtera Sebagai Kelompoktani Berprestasi Bidang Perkebunan tingkat Kecamatan Padaherang dan menjadi utusan lomba petani berprestasi tingkat kabupaten. Tanggal 13 Juni 2008 mendapat penghargaan dari Bupati Ciamis dengan Nomor Piagam : 002/Kpts-417-Huk/2008.

(12)

Dilanjutkan dengan lomba tingkat Nasional. tanggal 18 Desember 2008 mendapat piagam penghargaan Ketahanan Pangan dari Menteri Pertanian RI atas Prakarsanya dan Prestasinya Dalam Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Agribisnis Pangan Tahun 2008, serta diundang ke Istana Presiden untuk menerima Piala Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional.

2. Kondisi SIKEPIS Sekarang

Konsep SIKEPIS yang awalnya merupakan program Gapoktan Banyu Metu Sejahtera, saat ini SIKEPIS menjadi Program Keluarga Petani, Setiap Keluarga Petani Melakukan Kegiatan Usaha Tani SIKEPIS, yang awalnya SIKEPIS adalah Sistem Integrasi Kakao-Entog-Padi-Itik-Sapi, sekarang dikembangan dengan komoditas spesifik lokal, K tidak lagi bermakna Kakao tapi semua komoditas unggulan yang berawalan huruf K seperti Kakao, Kambing, Kelapa, Kacang, Kapol, dll. E tidak lagi hanya Entog, tapi komoditas yang berawalan huruf E, begitu juga komoditas yang berawalan huruf P, I, dan S.

SIKEPIS sekarang diterapkan untuk demfarm SIKEPIS FARM di Dusun Cibadak RT 24, RT 25, RT 26, RT 27, RT 28 Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Dengan Pendampingan Oleh Tim PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara.

3. Harapan SIKEPIS Kedepan

(13)

BAB IV

MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS 1. Ketekunan dan Ketulusan Petani SIKEPIS

Pondok Pesantren Petani Nusantara yang dikelola oleh petani SIKEPIS sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama PUSDIKLAT LPPNU, berfungsi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani pertanian di perdesaan, baik kualitas fisik maupun non fisik. Kualitas fisik menyangkut ciri kualitas yang bersifat lahiriah dan bathiniyah. Kualitas ini melekat pada diri pribadi seorang petani. Sedangkan kualitas non fisik menyangkut ciri kualitas yang bersifat bathiniyah dan kejiwaan. Kualitas non fiisik tercermin dalam etos kerja produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan, dan berwawasan kemasa depan.

Petani SIKEPIS pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dalam membagi pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada sesama petani lainnya lebih mengedepankan kualitas non fisik yang melekat pada dirinya. Kualitas non fisik yang menonjol dalam pendampingan dan pembimbingan kepada sesama petani adalah ketekunan dan ketulusan hati untuk menjelaskan secara rinci dalam bahasa sederhana tentang pengalaman keberhasilan dan pengetahuan yang diperolehnya dalam agribisnis SIKEPIS pada lahan Usaha Tani yang menjadi tempat belajar petani.

Petani pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, dalam menyuguhkan informasi pada petani yang mengikuti pelatihan atau pemagangan, biasanya dijelaskan tanpa menyembunyikan sedikitpun pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Ketulusan untuk pintar dan cerdas bersama dalam pengelolaan Usaha Tani sudah menjadi kebiasaan dan budaya yang mengakar dikalangan petani SIKEPIS. Kondisi seperti ini juga mewarnai kelahiran dan keberadaan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, sehingga mendapat julukan “Mencerdaskan Petani Tanpa PAmrih”.

Dalam kontek pemberdayaan petani, nilai ketekunan dan ketulusan pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU sangatlah penting, mengingat keberagaman kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan petani. Sebagian besar petani di perdesaan merupakan PETANI KECIL dengan kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,2 hektar. Umumnya petani di perdesaan masih berusaha tani untuk kepentingan keluarga dan masih berorientasi produksi. Dengan kondisi yang demikian, peran Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dalam mencerdaskan petani sangat dibutuhkan dalam merubah pola pikir, perilaku dan sikap petani agar mampu meningkatkan kesejahteraannya untuk mendapatkan kehidupan yang layak.

Ketekunan dan ketulusan petani SIKEPIS dalam pendampingan dan pembimbingan petani kecil merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan mereka.

2. Mendidik Petani Tanpa Pamrih

Pendirian Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU di inisiasi oleh petani SIKEPIS yakni, Warino (Penggagas/Konseptor), Muhalim (Peternakan Domba / Kambing), Mahfud (Tanaman Pangan), Iman Sakiran (Hortikultura), Titor Lesmana (Peternakan Sapi), Suhadi (Makanan Olahan), Sutarmo (Perikanan Lele dan Gurame), dan yang lainnya, struktur organisasi Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dibuat sesederhana mungkin, pengaturan tugas dan fungsi disesuaikan potensi unggulan dan kemampuan yang dimiliki pengelolanya untuk dikembangkan kepada petani lainnya. Standar biaya operasional termasuk biaya pelatihan dan pemagangan tidak ditentukan dan dipatok besarannya oleh pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU. Biaya pelaksanaan pelatihan dan pemagangan lebih banyak menganut prinsip musyawarah dan mufakat.

Dengan kondisi seperti diatas, dapat dimaknai bahwa pada dasarnya pelatihan dan pemagangan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU menganut system pembiayaan Verry Low Cost dengan kata lain “Mendidik Petani Tanpa Pamrih”.

(14)

Insan berakhlak mulia biasanya mempunyai keyakinan kuat bahwa “Sebaik-baiknya Manuusia Adalah Yang Paling Banyak Manfaatnya Untuk Orang Lain”.

Karakter oleh Edi Sudewo (2011) dikatagorikan dalam 3 karakter dengan nilai 19 nilai-nilai kebaikan yakni :

a) Karakter Dasar dengan 3 nilai kebaikan, yakni : Tidak Egois, Jujur dan Disiplin;

b) Karakter Unggul dengan 7 nilai kebaikan, yakni : Ikhlas, Sabar, Syukur, Bertanggungjawab, Berkorban, Perbaiki Diri, dan Sungguh-Sungguh, dan;

c) Karakter Pemimpin dengan 9 nilai kebaikan, yakni : Adil, Arif, Bijaksana, Ksatria/Berani, Tawadlu, Sederhana, Visioner, Solutif, Komunikatif, dan Inspiratif.

3. Mencetak Regenerasi Petani Agribisnis

Peningkatan kompetensi SDM petani melalui pelatihan teknis dan kewirausahaan, dan kepemimpinan serta moral etika dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keharusan. Peningkatan kualitas SDM petani, merupakan masalah pelik yang dihadapi pemerintah dewasa ini, mengingat kurang lebih 75% SDM petani memiliki tingkat pendidikan SD. Kondisi ini menyulitkan untuk memacu peningkatan kompetensi dalam penerapan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan cepat dan tepat. Masalah pelik lainnya adalah bagaimana menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada generasi muda, bahwa ber Usaha Tani yang berwawasan agribisnis dilahan mereka sendiri jauh lebih baik dan menguntungkan serta lebih menjanjikan masa depan, dibandingkan dengan menjadi pelaku urban di perkotaan dan migrasi ke Negara lain.

Upaya menarik minat dan memikat generasi muda pertanian untuk mewarisi tradisi orang tuanya sebagai petani, bukanlah hal yang mudah, karena memerlukan konsep, pemikiran, kearifan, kreatifitas dan perencanaan yang matang.

Regenerasi petani selama ini sudah berlangsung secara alamiah, tetapi regenerasi tersebut hanya diwarisi oleh petani muda yang juga pendidikannya tergolong rendah, sehingga kemampuannya untuk mengembangkan Usaha Tani yang berorientasi Agribisnis sangat terbatas.

Untuk mencetak generasi muda pertanian dalam rangka regenerasi petani kedepan, peran Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU melalui Pelatihan Anak Tani Remaja ( PATRA ) sangat strategis dalam pemberdayaan petani – petani remaja yang pendidikannya lebih tinggi setingkat SLTA, Diploma, dan Sarjana.

Untuk meyakinkan mereka yang pendidikannya lebih tinggi atau SLTA keatas, perlu diciptakan iklim yang kondusif melalui pemberdayaan secara terencana dan berkelanjutan dengan melaksanakan model – model pembelajaran yang dapat memberikan contoh – contoh kongkrit usaha agribisnis skala kecil dan menengah untuk dikembangkan sesuai potensi dan kemampuan yang mereka miliki.

Contoh kongkrit paling sederhana adalah SIKEPIS FARM. Salah satu upaya yang dilakukan oleh SIKEPIS FARM adalah melalui kegiatan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dengan pola Agri Training Camp Pelatihan Anak Tani Remaja ATC PATRA. ATC PATRA pada dasarnya merupakan kegiatan untuk memperkenalkan pertanian agribisnis secara menarik, nyata, aktif dan menantang dilapangan guna menumbuh kembangkan minat bagi generasi muda agar mereka mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap usaha pertanian agribisnis secara komprehensif. Kegiatan pada ATC PATRA dimulai dengan pengenalan Tanaman/ Ternak/Ikan yang bernilai ekonomi, pengenalan alat pertanian tradisional dan modern, pengelolaan lahan dan air, pengenalan budidaya (dilahan dan tanpa lahan), panen, pasca penen, pengolahan bahan baku dan produk hasil jadi, pengolahan limbah pertanian, perikanan dan peternakan, dialog dengan pelaku usaha, pembinaan mental spiritual.

(15)

Agar generasi muda yang mengikuti ATC PATRA tidak monoton dan jenuh mengikuti materi pelatihan, setiap sesi kegiatan diselingi dengan ice breaking, dinamika kelompok bahkan out bound untuk membangun capacity building.

Pelatihan ATC PATRA tidak sekedar pelatihan dikelas dan observasi dilapangan, tetapi juga kerja nyata dengan melakukan sendiri, sehingga proses pelatihan ini betul – betul berjalan produktif, efisien dan efektif.

Adapun sasaran pesertanya adalah siswa SLTP, SLTA, Madrasah Tsanawiyah, dan Aliyah serta masyarakat pertanian lainnya. Pemilihan sasaran seperti ini, dimaksudkan untuk memperkenalkan secara dini tentang prospek usaha pertanian agribisnis dimasa depan sekaligus meyakinkan kepada generasi muda bahwa berusaha tani agribisnis itu bukanlah pekerjaan kotor, tidak hanya dalam batas budidaya dan panen, tetapi generasi muda perlu diyakinkan bahwa dengan berusaha tani secara terencana disertai inovasi teknologi tepat guna, maka akan memberi hasil yang optimal dan menguntungkan serta dapat menjadi pilihan pekerjaan yang mampu mensejahterakan mereka dimasa depan.

Materi ATC PATRA dirancang sesuai dengan kualifikasi generasi muda, terutama dari usia dan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu, aktivitas pada ATC PATRA, materinya tidak digeneralisir tetapi disesuaikan dengan usia sasarannya. Berdasarkan sasarannya pembinaan dan pemberdayaan petani secara umum, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok pendekatan yaitu :

1. Petani Dewasa 2. Taruna Tani 3. Petani Remaja

(16)

BAB V

MEMBANGUN KESWADAYAAN 1. Petani Bangkit Menolong Diri Sendiri

Hampir 60% dari jumlah Penduduk Indonesia adalah Petani. Dalam kondisi nyata, sebagian masyarakat perdesaan yang masuk dalam katagori petani gurem digolongkan miskin karena mereka tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kesejahteraannya. Terkadang pula masyarakat perdesaan mempunyai peluang untuk membuka usaha kecil kecilan tetapi mereka tidak memiliki modal finansial untuk mewujudkannya. Bencana alam, pergeseran cuaca dan iklim yang tidak menentu, menjadi pelengkap kemiskinan tersebut.

Solusi untuk memecahkan permasalahan diatas tidak semudah membalikan tangan, karena mata rantai permasalahannya sangat kompleks dan pemecahannya harus dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan terkoordinasi dengan baik. Upaya pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas SDM dan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur perdesaan perlu ditangani secara lebih substantif dan mendasar serta pelaksanaannya mengedepankan proses yang menganut prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi / penyederhanaan oleh semua instansi terkait, disertai niat tulus ikhlas untuk memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada keberdayaan masyarakat perdesaan, khususnya petani kecil yang berpredikat “The Have Little”.

Sedang solusi implementasi adalah mengembangkan upaya - upaya khusus yang dapat mengantar masyarakat dan petani untuk Bangkit Menolong Dirinya Sendiri, sehingga mampu berswadaya dan menumbuh kembangkan kemandiriannya.

Peran PUSDIKLAT LPPNU dan PATRA dipandang sangat penting untuk mendorong perubahan secara terencana dalam upaya penanaman nilai nilai positif guna tumbuh kembangnya semangat Bangkit Menolong Dirinya Sendiri agar dapat terwujud kehidupan layak yang pada gilirannya dapat mengantarakan mereka ke jenjang kesejahteraan yang lebih baik.

2. Berdikari, Mandiri Berbasis Kearifan Lokal

Petani SIKEPIS berdikari dalam ekonomi, agenda ini menekankan pada sikap petani mewujudkan berdikari di bidang ekonomi, ini adalah antithesa terhadap melunturnya kemandirian ekonomi petani sebagaimana berlangsung saat ini.

Dalam kontek keluarga petani, maka keluarga petani yang mandiri adalah keluarga petani yang bergantung pada orang atau individu petani lain untuk mendorong kemajuan dan keberlangsungan hidupnya dimasa mendatang. Disamping itu, keluarga petani dapat juga disebut memiliki kemandirian apabila memiliki kekuatan bertahan terhadap berbagai perubahan dan dinamika yang terjadi diluar dirinya.

Untuk mencapai keluarga petani yang mandiri maka langkah awal yang harus dipenuhi adalah memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi :

6. Air bersih yang aman dan sanitasi baik; 7. Lahan Usaha Tani;

8. Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup; 9. Keamanan;

10. Partisipasi.

(17)

fisik maupun non fisik. Potensi fisik seperti lahan/tanah, tanaman (Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan), ternak dan ikan, dapat dioptimalkan pada produksi dan produktivitasnya oleh petani itu sendiri melalui penerapan teknologi anjuran atau teknologi temuan petani, dengan pendampingan dan bimbingan dari PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara. Sementara itu, potensi non fisik seperti keamanan, kemampuan, kreatifitas, pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki oleh petani sebelumnya dapat ditingkatkan melalui Pemagangan secara periodik dengan menggunakan methode dan materi sesuai permasalahan dan kebutuhan nyata dari petani yang bersangkutan.

3. Swadaya Sebagai Soko Guru Utama

Kelembagaan petani (Kelompoktani, Gapoktan, Asosiasi Komoditas, dan Badan Usaha Milik Petani BUMP) dan kelembagaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara merupakan dua lembaga yang ditumbuh kembangkan oleh, dari, dan untuk petani, mempunyai misi dan tujuan yang sama, yaitu mensejahterakan masyarakat petani di perdesaan melalui peningkatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam usaha agribisnis. Tetapi kedua lembaga itu berbeda atau tak sama dalam wujud pengelolaannya. Meskipun serupa tapi tak sama, kedua lembaga itu dalam melaksanakan peran dan fungsinya selalu mengedepankan SWADAYA SEBAGAI SOKO GURU UTAMA.

Adapun upaya penguatan kelembagaan Pelatihan Swadaya, dapat dilakukan sesuai dengan latar belakang pembentukannya, yaitu diarahkan untuk mencetak lebih banyak generasi petani terdidik guna mendorong tumbuh kembangnya jiwa kewirausahaan agribisnis melalui proses Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan, antara lain pelatihan keterampilan, kewirausahaan, magang agribisnis, kaji terap teknologi spesiifik lokalita, inkubasi Teknologi (Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh Inkubator teknologi kepada peserta inkubasi), dan teknik agribisnis. Oleh karena itu PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara perlu mendapatkan penguatan sesuai ciri khasnya sebagai berikut :

a. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas kemandirian, sehingga perlu difasilitasi dengan pendampingan usaha agribisnisnya, dalam bentuk pelatihan kepemimpinan dan manajemen serta permagangan teknis, kewirausahaan, akses modal dan pasar;

b. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas keswadayaan, sehingga perlu diberdayakan pengelolanya agar mampu mengembangkan informasi teknologi tepat guna dan spesifik lokalita, melakukan desiminasi teknolog. diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi. Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan inovasi pertanian hasil litkaji melalui berbagai kegiatan komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak maupun media elektronik (Sulaiman, 2003). Dalam penyebarluasan itu tersirat adanya harapan atau respon terhadap materi yang disebarluaskan itu. Jadi diseminasi harus merupakan proses penyampaian inovasi yang interaktif, dapat merubah pola pikir dan tindakan orang yang terlibat di dalamnya, termasuk orang yang membawa inovasi itu sendiri (Rogers, 1983). Perubahan yang diharapkan dari kegiatan diseminasi adalah akan terjadi pada aspek kognitif (pengetahuan – P), afektif (sikap – S) dan psikomotorik (keterampilan – K). Perubahan tersebut menuju ke arah yang sesuai dengan konsep dan cara yang benar atau seharusnya.

c. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara sebagai lembaga pelatihan dan permagangan perlu diperkuat agar dapat menjadi lembaga pelatihan dan permagangan secara terstruktur dengan mengembangkan kurikulum, modul, silabus, dan paket paket pembelajaran sesuai potensi komoditas yang dikembangkannya.

d. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas beradministrasi sederhana, perlu diperkuat dengan pelatihan atau bimbingan administrasi, antara lain :

a. Pelatihan administrasi bagi sekretaris ;

b. Pelatihan administrasi keuangan bagi bendahara; c. Bimbingan untuk memperoleh SIUP, TDP, NPWP, dll;

(18)

BAB VI

TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI 1. Menciptakan Akselerasi Informasi dan Teknologi

PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara mempunyai misi dan tujuan, yaitu mensejahterakan petani perdesaan melalui peningkatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam usaha agribisnis. Dalam pengelolaannya menciptakan Gerakan Akselerasi Informasi dan Teknologi di bidang Pertanian Agribisnis.

2. Pusat Pelayanan Informasi dan Teknologi

PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara menerapkan sistem pembelajaran yang lebih bersifat keterampilan teknis pertanian agribisnis yang ditularkan ke petani lain dan sekitarnya berdasarkan pengalaman, keberhasilan dan keahlian pengelola melalui proses pelatihan dan permagangan. Dengan keunggulan ketersediaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Insani, maka PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara mempunyai peluang untuk menjadi sentra Pelayanan Informasi dan Teknologi dalam rangka pengembangan usaha agribisnis perdesaan sesuai dengan karakteristik agroklimat dan potensi yang dimiliki.

Agroklimat dapat diartikan = klimatologi Pertanian = ilmu iklim pertanian = meteorologi Pertanian = ilmu cuaca pertanian.

Agroklimat adalah ilmu yang memepelajari interaksi antara ilmu klimatologi dan ilmu pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca (iklim) dan manfaat pengaruh-pengaruh tersebut untuk usaha pertanian (World of Meteorology Organization). Agroklimat ini merupakan acuan dalam dasar -dasar bisnis yaitu untuk perencanaan pemilihan tanaman dan menganalisa tempat yang cocok untuk pembudidayaannya.

Tujuan mempelajari ilmu Agroklimat

a. Untuk menegtahui proses pembentukan cuaca b. Pengaruh cuaca dalam pertanian

c. Analisis unsur dan pengendali cuaca d. Pengklasifikasian iklim

e. Iklim di Indonesia

f. Pengeloaan cuaca (iklim) untuk bidang pertanian (pemodelan anasir cuaca) g. Pemodelan sistem pertanian

h. Dampak perubahan iklim global terhadap pertania i. Pranata mangsa

Manfaat memepelajari Agroklimat

a. Dalam budidaya sebagai pertimbangan dalam perencanaan kultur teknik, misalnya pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan, seleksi varietas pemindahan bibit, dll. b. Secara umum dapat mewaspadai akibat dari cuca yang buruk

c. Pemilihan tempat untuk suatu tanaman d. Pemilihan tanaman untuk suatu tempat

Pengembangan agribisnis di perdesaan membutuhkan kelembagaan yang mandiri dan mampu berswadaya sekaligus sebagai sentra pelayanan informasi dan teknologi bagi masyarakat petani perdesaan.

3. Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Petani

PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara dapat menjadi titik simpul pemberdayaan petani perdesaan. Selain berfungsi sebagai tempat pelatihan dan pemagangan juga menjadi sentra pelayanan informasi dan teknologi. Peluang lainnya adalah menjadi basis pengembangan teknologi temuan petani.

(19)

BAB VII

SISTEM KEBERSAMAAN EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN 1. Sistem Kebersamaan Ekonomi Berdasarkan Manajemen Kemitraan (SKE - BMK)

Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan V

Dilaksanakan Melalui V

Sistem Kebersamaan Ekonomi (Logis, Ekonomis, Harmonis) V

Melalui Aspek V

SDM, KELEMBAGAAN, BUDIDAYA, KEUANGAN, KEMITRAAN V

Menggunakan V STRATEGI,

Berdasarkan Akumulasi Aset, Modal, Keterampilan, Gagasan, Kebutuhan dan Komitmen Petani. > Petani (individu) dikembangkan dalam kesatuan ekonomi (kelompok produktif)

> Kelompok Produktif menciptakan wadah Kebersamaan Ekonomi (Forum Koordinasi Manajemen Usaha Tani=FKMUT)

> Seluruh Kelompok Produktif bekerjasama dalam Koperasi Pertanian (KOPTAN) V

METODE > Partisipatif

> Pendidikan Orang Dewasa (POD) > Spirit Kemitraan

V OUTPUT

> Petani Pandai & Profesional > Kelembagaan Kuat & Berfungsi

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

BAB VIII

PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS 1. Memberdayakan Potensi Masyarakat

Permasalahan utama di masyarakat yang menjadi mitra kegiatan pengabdian adalah tidak termanfaatkanya potensi dan sumber daya lokal dari sisi keterampilan wirausaha, maupun dana untuk membangun kegiatan produktif yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Tujuan utama kegiatan Pemberdayaan Potensi Masyarakat adalah pemanfaatan lahan kurang produktif melalui pengembangan wirausaha agribisnis bagi masyarakat lokal sebagai mitra untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian keluarga. Adapun luaran kegiatan sebagai berikut:

1) Pemanfaatan lahan tidak produktif melalui wirausaha agribisnis SIKEPIS,

2) Meningkatkan keterampilan wirausaha agribisnis masyarakat dalam pemberdayaan lahan, 3) Terbentuknya kelompok usaha agribisnis untuk mengelola wirausaha agribisnis SIKEPIS. Metode Pemberdayaan yang diterapkan untuk mencapai target luaran adalah

1) Analisis situasi;

2) Identifikasi permasalahan utama; 3) Studi literatur;

4) Identifikasi solusi yang ditawarkan kepada mitra; 5) Penyusunan rencana dan jadwal pelaksanaan kegiatan;

6) Pelatihan teknik dan budidaya SIKEPIS, pengelolaan administrasi keuangan, dan pemasaran;

7) Pembentukan kelompok usaha bersama untuk pengelolaan agribisnis SIKEPIS, pendampingan usaha bersama, merintis pembentukan koperasi, monitoring kegiatan usaha bersama dan merumuskan tindakan pengembangan wirausaha agribisnis SIKEPIS.

2. Model Pemberdayaan Petani Kecil

Pembangunan pertanian belum berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Sebagian besar petani adalah petani kecil yang berpendapatan rendah dan tergolong miskin. Dari total penduduk miskin sebanyak 29,89 juta jiwa (12,36 persen), sebanyak 19,93 juta jiwa berada di perdesaan dan 13,5 juta adalah petani kecil dengan kondisi kesehatan dan status gizi yang buruk, pendidikan yang rendah, besarnya jumlah tanggungan keluarga, tanah yang tidak produktif dan kecilnya pemilikan lahan (BPS 2011; Saragih 2011; Stamboel 2012).

Kondisi kemiskinan menyebabkan petani kecil di Negara - negara berkembang (termasuk Indonesia) menghadapi masalah ketidaktahanan pangan (FAO, 2003; Spring 2008). Keberpihakan pemerintah terhadap petani lemah diidentifikasi dari:

 Penurunan subsidi input,

 Lemahnya kebijakan agraria dan proteksi pasar,

 Penyediaan informasi dan inovasi,

 Pengembangan Sumber Daya Insani petani yang rendah dan kurangnya sarana prasarana pertanian (Wahono 2011; Machfoedz 2011).

Akibatnya petani sulit mengakses input produksi, informasi dan inovasi, pasar, modal dan sarana prasarana untuk mendukung usaha tani.

Implementasi program pemberdayaan kerap kurang berhasil dalam membangun Sumber Daya Insani petani karena factor :

 Partisipasi rendah,

 Program tidak tepat sasaran karena informasi tidak akurat,

 Intervensi pihak luar menyebabkan petani tidak terlibat dalam pengambilan keputusan,

 Teknologi tidak sesuai kebutuhan,

 Informasi dan inovasi pertanian kurang dipahami dan diterapkan oleh petani karena ketidaksesuaian gaya bahasa,

 Saluran dan media, pihak luar sering merasa lebih tahu sehingga mengabaikan pengetahuan lokal (Ascroft & Masilela 2004; Anyaegbunam et al. 2004).

(25)

Pemberdayaan memiliki arti yang beragam, hakekat pemberdayaan petani kecil adalah upaya meningkatkan kapasitas petani kecil agar mereka memiliki kemampuan, kekuatan dan akses yang lebih besar terhadap sumberdaya pembangunan guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Petani yang berdaya memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berperan dalam mengambil keputusan dan mampu mengelola dan mengatasi masalah usaha tani.

Konsep Proses Pembelajaran Partisipatif Freire (1970) mengkritik metode pembelajaran petani yang tidak partisipatif. Menurutnya dibalik praktek penyuluhan pertanian terdapat suatu ideologi (implicit) struktur hirarkhis, vertikal, kontrol sosial dan hubungan satu arah dari para ahli kepada petani yang pada dasarnya tidak partisipatif.

Tujuan pendidikan adalah “mengisi” petani dengan “pengetahuan” teknis. Freire menyebutnya “Banking Concept Education” yang menganggap pengetahuan adalah entitas yang sudah selesai dan tidak akan dipertemukan dalam dialog subjek, petani sebagai penerima pasif pengetahuan dari pihak luar. “Banking Concept Education” tidak menumbuhkan sikap kritis refleksi terhadap kebenaran pengetahuan.

Freire (1970) juga menyatakan “petani yang sungguh-sungguh belajar hanyalah mereka yang menyetujui apa yang dipelajarinya dan menerapkan apa yang dipelajarinya kepada eksistensial konkret. Sebaliknya petani yang hanya diisi oleh orang dengan “isi” yang tidak disadarinya malah bertentangan dengan cara adanya, tidak dapat belajar karena mereka tidak merasa ditantang dan “digugah”.

Pembelajaran petani melibatkan tiga unsur yakni guru (penyuluh/petugas) dan murid (petani) sebagai subyek yang sadar (cognitive), yang diperantarai oleh obyek yang ingin diketahui dan yang dapat diketahui. Pembelajaran petani diawali dengan penyadaran melalui belajar mengenal masalah, menafsirkan masalah, mereflesikan dan melihat hubungan sebab akibat permasalahan dengan realitas yang dihadapi serta mengambil tindakan mengatasi masalah. Rhoades (1990) dan Leeuwis (2009) mengajukan paradigma baru proses pembelajaran petani melalui penyuluhan dari model linier-top down ke intervensi komunikatif bercirikan komunikasi partisipatif melalui dialog. Pendekatan ini memberikan peran yang tinggi kepada petani untuk bersama-sama penyuluh dan peneliti mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan hingga tahap mengevaluasi berbagai jenis informasi dan teknologi kepada petani. Akses dan Dukungan Lingkungan Usaha Menurut Lionberger dan Gwin (1982) selain komunikasi, variabel esensial untuk mendukung perubahan sosial petani yaitu ketersediaan suplai input, pemasaran, penyediaan kredit, penyediaan informasi, dan ketersedian fasilitas (pergudangan) dan infrastruktur. Sejalan dengan pendapat Lionberger dan Gwin, Mosher (1978) menyatakan bila pertanian hendak dimajukan, maka petani harus didukung dengan fasilitas jasa yang dikenal sebagai syarat pokok pembangunan pertanian, terdiri dari:

 Pasar untuk hasil usaha,

 Teknologi yang senantiasa berubah,

 Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal,

 Perangsang produksi bagi petani dan pengangkutan. ARAH TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI

Menurut Saragih (1998), makna terdalam era globalisasi dalam struktur perekonomian adalah perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri. Di Indonesia bahan baku untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis, atau penekanan masalah yang dihadapi dalam era globalisasi adalah pada peningkatan SDM ( termasuk bagi para petani kecil).

(26)

masih terbuka luas. Khusus tentang arah pembangunan perikanan dengan pendekatan agribisnis adalah dengan membangun dan mengembangkan subsistim industri hulu perikanan ( pembenihan, industri peralatan tangkap ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya pasca panen / tangkap, subsistim pengolahan hasil perikanan dan perdagangan, dan subsistim jasa penunjang ( R and D) dalam suatu sistim yang terintegrasi.

Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan tuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan, penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian selama ini. Pengembangan agribisnis akan tetap relevan walau telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara. Bahkan agribisnis akan menjadi andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia ini.

Beberapa alasan lain untuk memperkuat pilihan pada agribisnis, adalah: (1) Tersedianya bahan baku yang tersedia,

(2) Akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian dan pedesaan, dan

(3) Pengembangan agrobisnis dalam skala kecil lebih mudah diarahkan untuk lebih bersahabat dengan lingkungan (daripada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan. PEMBERDAYAAN MENUJU PETANI DAN NELAYAN KECIL MANDIRI

Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi - institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.

Dalam rangka mencari solusi masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, semua pihak telah memberikan rambu - rambu untuk tidak terjebak membuat ‘bungkus baru namun isi lama’. Dari berbagai tawaran alternatif model pemberdayaan masyarakat, ‘model ekonomi kerakyatan’ secara teoritik telah berkembang menjadi wacana baru saat ini.

Paradigma pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja berupa tuntutan atas pembagian secara adil aset ekonomi, tetapi juga merupakan keniscayaan ideologis dengan semangat meruntuhkan dominasi - dominasi birokrasi dalam mengatur dan menentukan berbagai bidang kehidupan rakyat. (Sasono, 1999). Untuk itu, maka pemberdayaan ekonomi rakyat ( dalam penerapan untuk petani dan nelayan kecil) berarti menuju kepada terbentuknya kemandirian petani dan nelayan itu, yaitu berperilaku efisien, modern dan berdaya saing tinggi.

Perilaku efisien artinya berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi secara tepat guna atau berdaya guna. Berperilaku modern artinya mengikuti dan terbuka terhadap perkembangan dan inovasi serta perubahan yang ada. Sedangkan berdaya saing tinggi yaitu mampu berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi atas dasar memperhatikan mutu hasil kerjanya dan kepuasan konsumen yang dilayaninya (Sumardjo, 1999).

Gagasan pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Mahmudi (1999) adalah merupakan upaya mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) oleh masyarakat yang berbasiskan pada kekuatan rakyat. Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk dapat mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi sumber daya lokal untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindunginya hak - hak rakyat dalam pengelolaan sumberdaya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi dan sosialnya. Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2001) menuju kemandirian petani dan nelayan kecil, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :

(27)

kebebasan untuk mengembangkan pendekatan dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan setempat / lokal di wilayah tugasnya masing - masing.

b. Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah). Karena masing -masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda antar daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus ditinggalkan.

c. Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan. Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif adalah pendekatan birokrasi / kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu. Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam skala besar dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih produktif.

d. Membangun kembali kelembagaan masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar - benar diciptakan oleh masyarakat sendiri. Misalnya lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.

e. Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis. Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Temuan - temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat harus mendapatkan pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru dari luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo, 1998) perlu diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.

f. Pengembangan kesadaran pelaku ekonomi. Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Pemberdayaan yang diperlukan adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses demokratisasi ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga - lembaga terkait pada pengembangan kemandirian petani dan nelayan kecil merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.

g. Membangun jaringan ekonomi strategis. Jaringan strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasi keterbatasan - keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan. Salah satu yang sudah waktunya dibangun adalah jaringan infrastruktur telekomunikasi dan sistim informasi pendukungnya yang memanfaatkan seperti internet untuk membuka pintu gerbang seluas - luasnya bagi petani dan nelayan atas informasi yang diperlukan bagi pengembangan usahanya ( setidanya memalui mediasi para petugas penyuluh / pendamping pemberdayaan masyarakat).

h. Kontrol kebijakan. Agar kebijakan pemerintah benar - benar mendukung upaya pemberdayaan masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah keikutsertaan organisasi petani dan nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian dan perikanan.

Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu seharusnya dikembangkan ke arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran strategis pemberdayaan masyarakat bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata, malainkan juga sebagai upaya membangun basis - basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumber daya lokal yang handal. Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek - aspek penting dan mendasar lainnya.

Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara lain :

a. Pengembangan organisasi / kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya KTNA, HKTI, HNSI, dan organisasi lokal lainya .

b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok / organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan nelayan, misalnya asosiasi dari organisasi petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.

(28)

serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. Ekonomi jaringan adalah suatu perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service provider, equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis. Ekonomi jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti hasil temuan riset dan teknologi / inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono, 2000).

d. Pengembangan kemampuan - kemampuan teknis dan manajerial kelompok - kelompok masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di sini, selain masyarakat sasaran (petani dan nelayan), juga para petugas penyuluh / pendamping pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan , karena banyak diantara mereka justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya.

Upaya pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil merupakan jalan yang masih panjang dan masih penuh tantangan. Model pembangunan ekonomi yang sentralistik dan sangat kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi, politik maupun budaya, sehingga tidak mudah untuk menjebolnya. Hanya dengan komitmen yang kuat dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-sungguh, pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil tersebut dapat diwujudkan.

Pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil agar mampu menjawab tantangan di era globalisasi ( yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasi profesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah lainnya. Komitmen itu dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan kepercayaan berkembangnya kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat.

Penguatan peran serta masyarakat petani dan nelayan kecil sebagai pelaku pembangunan, karena harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan menuju suatu kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu pengembangan organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian itu, mudah-mudahan dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

3. Pusat Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan

Kawasan agribisnis dikembangkan di wilayah perdesaan, terutama dalam skala kecil dan menengah, dengan memanfaatkan hasil pertanian dan tradisi usaha masyarakat setempat untuk mendukung pernbangunan pertanian, pertumbuhan dan restruksi ekonomi perdesaan.

Pembangunan perdesaan akan dilakukan dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada pembangunan pertanian dengan memperhatikan karakteristik wilayah, sehingga kebijakan pembangunan akan makin terarah dan sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara lebih optimal dan terpadu. Dengan demikian diharapkan disparitas pertumbuhan pendapatan desa dan kota dapat diperkecil, serta terciptanya lapangan kerja yang produktif pada gilirannya dapat mengatasi kesenjangan antara daerah perkotaan dan perdesaan, juga terwujudnya kondisi ekononomi rakyat di perdesaan yang kukuh dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan memprioritaskan pendekatan pemberdayaan masyarakat maka pembangunan pertanian akan tetap menjadi perhatian utama. Sektor pertanian akan tetap menjadi tumpuan pemberdayaan ekonomi rakyat dengan peningkatan kualitas usaha pertanian yang berwawasan agribisnis di daerah perdesaan, dan sekaligus mengembangkan agroindustri yang mampu mendukung proses transformasi struktural. Sehubungan dengan transformasi struktural, pengembangan kawasan agribisnis akan semakin strategis peranannya mengingat alas an - alasan sebagai berikut :

Pertama, kegiatan agribisnis mempunyai basis surnber daya yang kuat dan beraneka ragarn serta merupakan basis kegiatan ekonomi masyarakat yang luas;

(29)

Ketiga, produk - produknya menghasilkan komoditas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat serta ekspor secara bersaing.

Pengernbangan agribisnis diperkuat dengan pengembangan lima komponen dasar yaitu :

Pertama, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mencakup kualitas petani pengusaha agribisnis dan aparat pemerintahan.

Kedua, pengembangan teknologi tepat guna yang mendukung produktivitas, mutu dan kelestarian sistem pertanian.

Ketiga, pengembangan kelembagaan pembangunan pertanian dengan memperhatikan simpul -simpul dan jaringan kelembagaan agribisnis serta kelembagaan pendukung lainnya seperti kelembagaan pendanaan dan informasi.

Keempat, pengembangan sumber daya biofisika yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya hayati.

Kelima, pengembangan sistem pendukung pertanian di tingkat lokal yang meliputi prasarana fisik seperti transportasi, komunikasi, tenaga listrik, tata ruang dan tata guna tanah, serta penyediaan berbagai sarana produksi,.pengolahan dan pemasaran hasilnya

Pengembangan agribisnis mernpunyai peranan yang sangat penting dan strategis terutama dalam kaitannya dengan :

1) Pengembangan agribisnis lebih menjamin peningkatan efisiensi dan produktivitas masyarakat pertanian, terutama bila proses pengembangan sistem agribisnis yang dilakukan dibangun di atas landasan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penerapannya, dan 2) Pengembangan agribisnis dapat berfungsi sebagai jembatan peralihan orientasi ekonomi

masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Artinya, agribisnis bisa menjadi motor penggerak proses industrialisasi perdesaan secara berkelanjutan tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat serta fungsi sumberdaya alam dan lingkungan. Namun demikian, pembangunan pertanian yang didasarkan atas pengembangan agribisnis tersebut di atas harus pula bertitik tolak dari kondisi nyata kinerja sistem pertanian nasional. Hal ini sangat penting untuk diintegrasikan mengingat sistem agribisnis menuntut pola baru dalam praktik pembangunan pertanian. Sementara itu sistem pembangunan pertanian nasional memiliki ciri-ciri berikut :

1. Pusat pembangunan pertanian nasional masih terkonsentrasi di Pulau Jawa telah memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih baik daripada pulau - pulau lain Indonesia; 2. Tingkat urbanisasi masyarakat pertanian perdesaan ke perkotaan lebih didorong oleh

lemahnya sistem ekonomi pertanian di perdesaan daripada ditentukan oleh tingginya harapan - harapan kehidupan yang lebih baik di perkotaan;

3. Sistem produksi pertanian nasional didominasi oleh pola usaha tani'subsisten'; 4. Struktur permodalan di sektor pertanian masih relatif lemah;

5. Belum berkembangnya penguasaan iptek untuk berbagai komoditas unggulan; dan

6. Masih ri:ndahnya kualitas Sumber Daya Insani pertanian secara relatif dari Sumber Daya Insani yang berada di sektor industri dan jasa.

Mekanisme pemberdayaan masyarakat menuntut berbagai bentuk pembaharuan pembangunan pertanian dan perdesaan. Perubahan mendasar yang pertama adalah mengintegrasikan agribisnis on farm dan off farm beserta sub-sistem pendukungnya sebagai satu kesatuan sistem yang bisa ditangani penuh oleh masyarakat pertanian. Namun demikian, ada beberapa komponen subsistem pendukung, misalnya pengembangan infrastruktur pertanian dan perdesaan, yang masih harus tetap berada dalam ranah (domain) publik dengan pemerintah sebagai pemegang peran utama" Perubahan ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam praksis pembangunan pertanian karena berbagai aspek agribisnis yang selama ini dipersepsikan sebagai aspek di luar pertanian harus sudah mulai diinternalisasikan ke dalam pembangunan pertanian.

(30)

Oleh karenanya, adalah wajar bila investasi pembangunan diarahkan lebih banyak pada sektor ini. Hal ini juga penting artinya untuk merevitalisasi perekonomian perdesaan sehingga urbanisasi yang saat ini sangat tinggi lajunya dapat dikurangi melalui pembangunan pertanian dan perdesaan. Dalam pengertian pemberdayaan ekonorni rakyat, investasi diartikan lebih luas dari yang umumnya dipahami masyarakat. Investasi, dalam pengertian ini, akan berpengaruh terhadap perubahan sistem nilai masyarakat. Investasi di sini bukan saja investasi dalam bentuk modal, tetapi juga meliputi akumulasi modal manusia dan modal sosial. Dengan pengertian ini, perubahan pola inrrestasi pembangunan akan merupakan hal yang fundamental.

Dalam konteks pembangunan ekonomi rakyat, investasi menjadi salah satu instrumen pemberdayaan masyarakat pertanian yang fundamental. Dengan perubahan pola investasi ini sistem agribisnis yang menguntungkan dan terjangkau masyarakat dapat dikembangkan. Perubahan pola investasi pembangunan yang dimaksudkan. juga akan menjadi rirekanisme penting dalam mengatasi kendala-kendala sistem pertanian.

Di samping kedua perubahan mendasar di atas, upaya perwujudan agribisnis sebagai strategi pemberdayaan ekonomi rakyat di perdesaan harus pula disertai dengan pengembangan hal - hal sebagai berikut : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian. Pengembangan sunrberdaya manusia pertanian merupakan pondasi dasar untuk mewujudkan peningkatan produktivitas dan kemandirian masyarakat pertanian. Sumber daya manusia pertanian dan perdesaan yang berkualitas tinggi adalah prasyarat pengembangan agribisnis dan sekaligus prasyarat pengembangan sistem inovasi pertanian, termasuk di dalamnya teknologi dan kelembagaan pertanian beserta perangkat -perangkat pendukungnya. Hanya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian dan perdesaan yang tinggi sub-sistem off farm agrobusiness yang selama ini berada di luar domain masyarakat pertanian akan dapat diambil alih.

Pengembangan teknologi masyarakat yang menjamin peningkatan produktivitas dan efisiensi tanpa harus membuat masyarakat pertanian tersisih dari sistem pertanian secara struktural. Pengembangan teknologi pertanian secara partisipatif perlu ditingkatkan. Pengembangan kelembagaan pertanian baik formal maupun informal yang berkaitan dengan penyediaan input, produksi, pengolahan dan peningkatan mutu produk, maupun Pemasaran yang mampu mewadahi perubahan perilaku komponen sistem agribisnis.

Dan, yang lebih penting lagi adalah perlunya pemantapan tata ruang dan tata guna tanah serta kelembagaan pertanahan yang mampu meningkatkan kinerja pertanian dan agribisnis, yang mampu menjamin keamanan dan kenyamanan berusaha di bidang pertanian.

Demikian pula penataan jaringan kelembagaan agribisnis yang meliputi pengembangan kelompok tani yang terintegrasi dalam wadah koperasi pertanian, serta pembinaan kemitraan usaha antara kelembagaan ekonomi petani dengan pelaku ekonomi skala besar BUMN dan swasta, Pemanfaatan, pengembangan, dan peningkatan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan sehingga keberlanjutan sistem pertanian dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Hal ini berimplikasi bahwa upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem agribisnis.

Pengembangan factor faktor penunjang yang mampu menjamin perilaku optimal komponen -komponen sistem agribisnis dalam mewujudkan visi dan misi yang telah disepakati. Faktor - faktor penunjang ini terutama berupa pengembangan prasarana, pengaturan sistem persaingan dan perdagangan, kelembagaan pendanaan agribisnis, dan lain sebagainya.

(31)

BAB IX

SIKEPIS SEBAGAI SOLUSI PETANI 100 TAHUN 1. Pondok Pesantren Petani Nusantara

MOTTO : “MENANAM HARI INI UNTUK 100 TAHUN KEDEPAN” Visi Perjuangan Dakwah

Mewujudkan TRIPONDASI, TRIKARIMAH, TRISAKTI Dalam Kehidupan Seluruh Masyarakat Nusantara

Misi Perjuangan Dakwah 1. TRIPONDASI

a. Membumikan Islam Nusantara;

b. Merawat Tradisi & Budaya Lokal Nusantara;

c. Mewujudkan Agribisnis & Melestarikan Lingkungan Hidup. 2. TRIKARIMAH

a. Moral Karimah; b. Keahlian Karimah c. Pengabdian Karimah 3. TRISAKTI

a. Berdaulat Secara Politik; b. Mandiri Bidang Ekonomi;

c. Berkepribadian Secara Sosial Budaya Nusantara. Kegiatan Aplikatif

1) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Kelompoktani; 2) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Karang Taruna; 3) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Wanita Tani

4) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Pelajar & Mahasiswa; 5) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan UMKM.

Pendidikan dan Pelatihan Aplikatif

a) Keterampilan IT dan Perbengkelan;

b) Sekolah Alam ( PAUD, RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, PT); c) Ngaji Religi/Kitab Kuning;

d) Ngaji Agribisnis Tanaman Pangan; e) Ngaji Agribisnis Hortikultura; f) Ngaji Agribisnis Peternakan; g) Ngaji Agribisnis Perkebunan; h) Ngaji Agribisnis Perikanan;

i) Ngaji Agribisnis Makanan Olahan;

(32)

k) Ngaji Agribisnis Kerajinan Tangan; l) Ngaji Waroeng Tani Nusantara; m) Ngaji Koperasi.

SIKEPIS

Solusi Indonesia Kebersamaan Ekonomi Pertanian Insan Semesta

2. Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis

Visi :

”Dengan Iman dan Taqwa Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis Maju, Amanah, Nyaman, Tangguh, Aman, Produktif ”MANTAP” Dalam Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis Yang Berkelanjutan Melalui Kegiatan Agribisnis Integrasi Kakao Kelapa Kambing Entog Padi Itik Ikan Sapi (SI-KEPIS).

Misi :

1) Menumbuhkembangkan kewirausahaan Agribisnis Sikepis.

2) Meningkatkan kualitas kesejahteraan Petani melalui kegiatan Agribisnis Integrasi Kakao – Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik – Ikan – Sapi (SI-KEPIS).

3) Membangun jaringan Agribisnis Sikepis di Kabupaten Pangandaran.

4) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya hayati Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Perdesaan.

Tujuan :

1) Meningkatkan kesejahteraan Petani melalui kegiatan Agribisnis Sistem Integrasi – Kakao – Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik – Ikan – Sapi (SI-KEPIS).

2) Meningkatkan kepemilikan asset produktif Petani

3) Mewujudkan etos kemandirian dalam komunitas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat.

4) Mengembangkan potensi Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

5) Membangun sentra produksi Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri.

Strategi :

1) Pemberdayaan dan pendampingan intensif Petani melalui kegiatan Agribisnis Sistem Integrasi – Kakao – Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik Ikan – Sapi (SI-KEPIS).

2) Pemuliaan dan Pengembangan Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat. 3) Pembangunan Jaringan Pasar (Marketing Board / Bangsal Pemasaran).

(33)

4. Pelatihan Anak Tani Remaja PATRA Sebagai Regenerasi Petani

5. Sikepis Institute

A. Latar Belakang

Latar Belakang Pemberdayaan Petani adalah proses perubahan pola pikir, perilaku dan sikap petani dari subsisten tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui proses Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan yang berkelanjutan. Program ini meliputi tiga aspek, yaitu:

1) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Sumber Daya Insani Petani; 2) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Kelembagaan Petani; dan 3) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Usahatani.

SIKEPIS INSTITUTE sebagai kelembagaan Pembelajaran – Pemberdayaan - Pemartabatan petani diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan Sumber Daya Insani pertanian dalam bentuk permagangan bagi petani dan masyarakat di Nusantara. Hal ini dilandasi oleh adanya fakta keberhasilan petani maju dalam usahanya yang layak dicontoh dan ditiru oleh petani lainnya, sehingga mendorong pemerintah untuk memotivasi petani maju tersebut dalam menumbuhkan kelembagaan permagangan dari, oleh dan untuk petani.

Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE sangat strategis untuk terus diberdayakan, baik dari aspek menajemen permagangan, maupun pengembangan usaha agribisnis, sehingga kontribusinya dalam mempercepat penerapan teknologi baru di bidang pertanian / agribisnis di tingkat petani dan masyarakat perdesaan meningkat secara nyata. Hal ini dipandang penting mengingat kapasitas pengelola SIKEPIS INSTITUTE tersebut masih perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pembinaan secara berkesinambungan sehingga mampu membawa SIKEPIS INSTITUTE sebagai mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan Sumber Daya Insani pertanian.

(34)

usaha dan jejaring kerja. Selain itu, Pemerintah melakukan kegiatan klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE, guna mendorong pengelola SIKEPIS INSTITUTE untuk meningkatkan kualitas permagangan secara terus menerus, sehingga SIKEPIS INSTITUTE mampu menjadi pusat pelatihan pertanian yang berkualitas.

Pedoman Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola dan pemangku kepentingan lainnya dalam menentukan arah dan langkah - langkah pembinaan, serta memberikan kepastian hukum tentang keberadaan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE.

B. Tujuan

Tujuan Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE:

1. Meningkatkan kapasitas pengelola SIKEPIS INSTITUTE dalam menyelenggarakan dan atau melaksanakan permagangan;

2. Meningkatkan kualitas permagangan yang dilaksanakan oleh kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

3. Menyediakan acuan dalam menentukan arah dan langkah-langkah pembinaan SIKEPIS INSTITUTE.

C. Sasaran

Sasaran Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE:

1. Terbentuknya SIKEPIS INSTITUTE di setiap Kecamatan sebagai mitra kerja Pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan sumber daya manusia pertanian;

2. Terbentuknya Forum Komunikasi (FK) SIKEPIS INSTITUTE di setiap tingkat kabupaten/kota;

3. Meningkatnya intensitas dan kualitas pelaksanaan permagangan di SIKEPIS INSTITUTE; 4. Terciptanya kesamaan persepsi dan gerak langkah dalam melaksanakan pembinaan

SIKEPIS INSTITUTE diantara pengelola, pembina dan pemangku kepentingan SIKEPIS INSTITUTE lainnya;

5. Terciptanya kondisi yang mendorong tumbuhkembangnya tanggungjawab sosial pengelola, pembina dan pemangku kepentingan SIKEPIS INSTITUTE lainnya dalam turut memajukan kelembagaan pelatihan swadaya;

6. Diperolehnya dukungan penguatan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE dari seluruh pemangku kepentingan.

D. Pengertian

Dalam hal ini yang dimaksud dengan:

1. SIKEPIS INSTITUTE adalah lembaga permagangan pertanian dan perdesaan yang didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh petani secara swadaya, baik perorangan maupun kelompok.

2. Magang adalah salah satu metodologi pelatihan yang menekankan pada proses belajar sambil bekerja secara langsung di lahan usahatani dengan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa.

3. Pengelola SIKEPIS INSTITUTE adalah petani atau kelompoktani yang merencanakan dan menyelenggarakan permagangan bagi petani/ masyarakat di SIKEPIS INSTITUTE.

4. Forum Komunikasi (FK) SIKEPIS INSTITUTE adalah lembaga berhimpunnya SIKEPIS INSTITUTE yang bersifat independen untuk menjembatani dan memperjuangkan aspirasi anggotanya.

AZAS SIKEPIS INSTITUTE

1. Keswadayaan, SIKEPIS INSTITUTE dikembangkan dengan tetap mejaga kemandirian melalui kemampuan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi baik masalah teknis, sosial maupun ekonomi.

2. Demokrasi Dalam melaksanakan setiap kegiatan, pengelola SIKEPIS INSTITUTE dan pengguna jasa mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif.

3. Kekeluargaan, SIKEPIS INSTITUTE tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh menjalin kekerabatan antara pengelola dan fasilitator dengan peserta yang mengikuti permagangan.

4. Kemanfaatan, Keberadaan SIKEPIS INSTITUTE dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan pengguna jasa lainnya.

(35)

6. Kesederhanaan, Permagangan di SIKEPIS INSTITUTE dilaksanakan secara sederhana dan bertahap sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.

PRINSIP SIKEPIS INSTITUTE

1. Kemandirian, Dukungan pihak lain tidak boleh menyebabkan ketergantungan SIKEPIS INSTITUTE, namun sebaliknya harus mampu mendorong tumbuh kembangnya keswadayaan.

2. Kerakyatan, Penumbuhan dan pengembangan SIKEPIS INSTITUTE dilakukan dari, oleh dan untuk petani serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang dimiliki.

3. Kemitraan, SIKEPIS INSTITUTE merupakan mitra kerja pemerintah dalam pengembangan Sumber Daya Manusia pertanian, khususnya petani dan masyarakat perdesaan.

4. Sinergi, Keberadaan SIKEPIS INSTITUTE merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian / perdesaan dan dilakukan dengan mengerahkan segala sumberdaya pada berbagai pemangku kepentingan secara sinergis.

5. Berkelanjutan, Aktivitas SIKEPIS INSTITUTE dilaksanakan sesuai kemampuan dan kondisi setempat secara berkelanjutan.

PENUMBUHAN

SIKEPIS INSTITUTE yang tumbuh dari, oleh dan untuk petani serta masyarakat luas lebih menekankan pada pengembangan kemandirian dan keswadayaan petani. Untuk itu, proses penumbuhan SIKEPIS INSTITUTE dilakukan melalui serangkaian kegiatan bimbingan dan pelatihan untuk memotivasi dan mendorong terbentuknya SIKEPIS INSTITUTE. Penumbuhan SIKEPIS INSTITUTE dilakukan melalui tahapan identifikasi potensi dan registrasi. Identifikasi potensi dilakukan oleh kelembagaan Pondok Pesantren Petani Nusantara untuk menilai:

1. Profil petani/kelompoktani dalam pengelolaan usahanya;

2. Frekuensi dan intensitas kunjungan, konsultasi dan magang yang dilakukan oleh petani/kelompoktani lain ke petani/kelompoktani tersebut.

Hasil identifikasi tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi kelembagaan Pondok Pesantren Petani Nusantara dalam meregistrasi SIKEPIS INSTITUTE. Registrasi dilakukan terhadap SIKEPIS INSTITUTE yang sudah diidentifikasi oleh kelembagaan Pondok Pesantren Petani Nusantara. SIKEPIS INSTITUTE terdaftar dapat membentuk FK- SIKEPIS INSTITUTE sbb:

1. FK- SIKEPIS INSTITUTE kabupaten/kota dapat dibentuk apabila di wilayah kabupaten/ kota bersangkutan telah terbentuk paling kurang 5 SIKEPIS INSTITUTE terdaftar;

2. FK- SIKEPIS INSTITUTE provinsi dapat dibentuk apabila dalam provinsi bersangkutan telah terbentuk paling kurang 9 SIKEPIS INSTITUTE terdaftar; Bagi kabupaten/ kota dan atau provinsi yang belum memenuhi syarat pembentukan FK- SIKEPIS INSTITUTE, maka P4S di daerah tersebut berkoordinasi dengan FK- SIKEPIS INSTITUTE provinsi dan atau FK- SIKEPIS INSTITUTE nasional.

PENGEMBANGAN

Pengembangan SIKEPIS INSTITUTE merupakan serangkaian kegiatan pembinaan melalui bimbingan dan pelatihan oleh pembina untuk meningkatkan secara bertahap kapasitas SIKEPIS INSTITUTE dalam menyelenggarakan dan atau melaksanakan permagangan. Bimbingan dan pelatihan pengembangan SIKEPIS INSTITUTE meliputi aspek-aspek :

1. Kelembagaan, Pengembangan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE ditempuh melalui pengembangan organisasi, manajemen dan administrasi yang menunjang kapasitasnya dalam penyelenggaraan dan atau pelaksanaan permagangan bagi petani dan pengguna jasa lainnya.

2. Sarana dan prasarana. Pengembangan sarana dan prasarana ditempuh melalui pemenuhan kelengkapan SIKEPIS INSTITUTE secara mandiri sampai memenuhi standar pelayanan minimal. Sarana dan prasarana tersebut tersediri atas: kesekretariatan, dan proses belajar mengajar.

3. Ketenagaan, Pengembangan kapasitas ketenagaan SIKEPIS INSTITUTE ditempuh melalui pelatihan bagi pengelola, pelatih/ fasilitator, dan sumberdaya manusia lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan perangkat pembelajaran biologi berbasis bioentrepreneurship dalam proses pembelajaran selain dapat membekali peserta didik dengan berwirausaha

adalah madu yang nektarnya berasal dari bunga clover memiliki kandungan gizi yang paling tinggi dan baik kaya dengan vitamin, mineral, dan enzim juga mengandung pollen serta

1 = isi laporan kurang lengkap (pendahuluan, isi, kesimpulan) dan tidak ditulis dengan sistematika yang tepat. 0 = tidak

Umat Islam, termasuk muslim Jawa, merayakan peringatan wilujengan tahun baru; (2) peristiwa banjir di zaman Nabi Nuh yang membuat kalangan muslim Jawa kemudian melaksanakan ritual

Para pelaku melarikan diri saat petugas keamanan apartemen dan pilisi yang dihubungi dari Polsek sukmajaya datang ke lokasi.. “dug- aan sementara karena salah paham akibat

Pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan pada setiap pokok bahasan atau tema dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan studi dokumen pendidikan multikultural

fasilitas relaksasi stres sangat memperhatikan ketenangan dan kenyamanan dalam penyelesainan masalah stres, dimana fasilitas yang tidak membutuhkan tingkat ketenangan yang

Alternatif jawaban telah dituliskan pada blok tempat jawaban soal di atas (teks warna merah). Aspek format tampilan masukan dan keluaran tidak termasuk aspek yang dinilai,