perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
“PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KREDIT
INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA PERIODE 2004:1 – 2009:12”
Disusun Oleh :
Dhevi Sistya Indira
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2011
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KREDIT INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA PERIODE 2004:1 – 2009:12
ABSTRAKSI
Oleh :
Dhevi Sistya Indira
Dosen Pembimbing : Dr. Agustinus Suryantoro, M.S.
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kredit Investasi Domestik di Indonesia Periode 2004:1 – 2009:12” bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter seperti pendapatan nasional, suku bunga kredit, dan jumlah uang beredar terhadap jumlah kredit investasi domestik di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Adjustment Model (PAM), dengan model data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Pengujian statistik yang digunakan meliputi uji t, uji F, dan R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikoliniaritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
v “ Jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu “
(QS. Al – Baqoroh : 153)
v “ Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah
akan memudahkan padanya jalan menuju ke surga”
(H.R. Muslim)
v “ Kerjakan sesuatu dengan totalitas dan hadapi hidup ini dengan
optimis.”
v “ Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun sebuah pilihan.”
v “ Kehidupan kan terasa nikmat manakala kita selalu berfikir cerdas.”
v “ Ubahlah cara berfikir anda maka anda akan berubah.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur yang mendalam skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Mama dan Papa tercinta (Endry Djendrati dan Yoyok Siswarno) yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada terputus.
2. Kakakku (Mas Dian, Mas Dheva, Mbak Iin, Mbak
Kris) dan Adik (Dheas) yang selalu memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesainya skripsi ini.
3. Oka Herdin Wibisono yang telah setia menemani dan membantu serta memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
4. Teman – teman Swadana Transfer Ekonomi
Pembangunan seperjuangan angkatan 2009.
5. Sahabat – sahabatku tersayang (Mbak Redha, Mbak Anggun, Mas Vanno, Mas Arif, Ryandi) yang selalu menemani dalam suka maupun duka.
6. Teman – teman CSO BCA yang selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Subhanallah Walhamdulillah Walailahailallah Wallahu Akbar. Tiada
ungkapan paling indah kecuali puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang dengan
penuh kasih telah membuka hati dan pemikiran penulis sehingga penulisan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kredit Investasi
Domestik di Indonesia Periode 2004:1-2009:12”, sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat
terselesaikan.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan Islam. Atas
perjuangan dan kesabaran beliaulah keindahan Islam dapat terasa sebagai rahmat
seluruh alam. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan serta do’a restu dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. Agustinus Suryantoro,M.S. selaku dosen pembimbing yang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Keluarga tersayang ( mama, papa, eyang, kakak-kakakku dan adikku
tercinta) yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun
materiil serta doa yang tiada terputus.
5. Teman – teman kuliah (khususnya Ekonomi Pembangunan 2009) dan
kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril dan
spiritual, serta semuanya yang telah memberikan saran dan semangat
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Teman – teman kantor BCA Solo yang telah banyak memberikan
semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat
kekurangan, namun besar harapan penulis jika tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang memerlukannya. Semoga kasih sayang Alloh SWT selalu
terlimpah untuk kita semua. Amin.
Surakarta, Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………iii
HALAMAN PENGESAHAN………...iv
HALAMAN MOTTO………...v
HALAMAN PERSEMBAHAN………vi
KATA PENGANTAR………...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian...5
D. Kegunaan Penelitian………...………...……….6
E. Hipotesis………...………...6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Prinsip Umum Manajemen Perbankan………...……….8
2. Kredit………...10
a. Pengertian Kredit.……….………..……..……….10
b. Jangka Waktu Kredit………... ………....………..11
c. Tujuan Penggunaan Dana………...………...…...….11
d. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit………..12
3. Kredit Investasi………..…….………...… 15
a. Fungsi Kredit Investasi….……….….….……..16
b. Tujuan Kredit Investasi…...……….……….…...…. 16
4. Kebijakan Moneter………...…..19
a. Structural Model Evidence………..……..19
b. Reduced Form Evidence………..……….20
c. Jenis Transmisi Kebijakan Moneter………..21
5. Penjelasan Tentang Variabel Penelitian………...…..23
a. Pendapatan Nasional……….23
b. Tingkat Suku Bunga………...26
c. Jumlah Uang Beredar……….26
B. Penelitian Terdahulu………….…….………...………....…...27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Uji t………...39
b. Uji f………..41
2. Nilai Koefisien Determinan (R2)………42
3. Uji Asumsi Klasik...43
a. Multikolinearitas………..………...43
b. Heteroskedastisitas...44
c. Autokorelasi...44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian………..………47
1. Kredit Investasi Domestik (Loan)..……….47
2. Pendapatan Nasional………...49
3. Suku Bunga Kredit………..50
4. Jumlah Uang Beredar………...51
B. Analisis Hasil Regresi 1. Uji Statistik………...54
a. Uji t……….55
b. Uji f……….56
2. Nilai Koefisien Determinan (R2)………...57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...………63
B. Saran……….………...…………..………64
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Uji Partial Adjustment Model……….52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Structural Model Evidence……….………20
2.2 Reduced Form Evidence………....20
3.1 Daerah Kritis Uji t...40
3.2 Daerah Kritis Uji F……….…………42
4.1 Grafik data Kredit Investasi Domestik (Loan) tahun 2004 – 2009……...48
4.2 Grafik data Pendapatan Nasional (Y) tahun 2004 – 2009………..49
4.3 Grafik data Suku Bunga Kredit (r) tahun 2004 – 2009………..50
4.4 Grafik data JUB tahun 2004 – 2009………...51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KREDIT INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA PERIODE 2004:1 – 2009:12
ABSTRAKSI
Oleh :
Dhevi Sistya Indira F 1109009
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kredit Investasi Domestik di Indonesia Periode 2004:1 – 2009:12” bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter seperti pendapatan nasional, suku bunga kredit, dan jumlah uang beredar terhadap jumlah kredit investasi domestik di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Adjustment Model (PAM), dengan model data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Pengujian statistik yang digunakan meliputi uji t, uji F, dan R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikoliniaritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id permodalan lainnya. Bagi bank umum, kredit merupakan sumber utama
penghasilan, sekaligus sumber resiko operasi bisnis terbesar. Sebagian dana
operasional bank diputarkan dalam kredit, maka kredit akan mempunyai suatu
kedudukan yang istimewa (Sutoyo, 1995). Dan dapat dikatakan bahwa “Kredit”
adalah sebagai salah satu sumber dana yang penting dari setiap jenis kegiatan
usaha dan dapat diibaratkan sebagai darah bagi makhluk hidup.
Secara natural, Bank tidak berbeda dengan perusahaan komoditas atau
perusahaan jasa lainnya. Dalam hal ini, Bank menghasilkan input berupa kredit
dan input berupa dana simpanan masyarakat. Dengan melakukan proses produksi
seperti itu, bank menjembatani kepentingan pihak pemilik dana dengan pihak
yang membutuhkan dana. Dengan kata lain, bank menjalani fungsinya sebagai
lembaga intermediasi. Fungsi bank yang pokok adalah sebagai intermediasi dan
transmisi dimana menggambarkan kedudukan bank sebagai jantung dan urat nadi
kehidupan ekonomi, sehingga berpengaruh besar terhadap investasi, distribusi,
produksi, penghasilan, tingkat harga, dan sebagainya. Bank menjalankan dengan
berbagai cara, diantaranya memberikan pelayanan kepada masyarakat, member
kredit usaha dengan resiko usaha yang dihadapi oleh bank, salah satunya resiko
investasi.
Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa kredit konsumsi masih
mendominasi proporsi pengucuran kredit perbankan umum kepada masyarakat.
Hal ini wajar, mengingat sifat dari kredit konsumsi yang rendah resiko. Posisi
tertinggi kedua ditempati oleh kredit modal kerja, yang pada dasarnya juga serupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id namun berbeda halnya dengan kredit investasi dimana kredit investasi merupakan
kredit jangka panjang yang lebih tinggi dalam hal resiko pengembalian kredit.
Sehingga terkesan bahwa perbankan selama ini cenderung untuk memilih yang
aman.
Proporsi GDP selama rentang waktu 2004-2009 selalu didominasi oleh
konsumsi masyarakat, hal ini dapat dilihat melalui sumbangsihnya pada GDP
yang selalu diatas 60% atau dengan rata-rata sebesar 72%, sedangkan dari sisi
investasi hanya mampu berkontribusi rata- rata sebesar 20% tiap kuartalnya
(www.bps.go.id). Meskipun sumbangan investasi ini dapat dibilang masih relatif kecil, namun investasi tetap memiliki peranan penting di dalam permintaan
agregat.
Alasan pertama, biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila
dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat
menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik
untuk menganalisanya, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan stabilisasi
untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi (Nopirin: 1993).
Kedua, Harapan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan
pemberdayaan pengeluaran investasi nantinya ialah akan memberikan kontribusi
yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai media penyerap
tenaga kerja untuk kemudian menjadi pemecah masalah pengangguran yang terus
menghantui perekonomian Indonesia.
Menurut Retnadi (2006), ekspansi kredit bank sangat diharapkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berkembang. Pola penyaluran kredit perbankan sejak tahun 2003 yang kurang
memberikan peluang pada pengembangan proyek baru (investasi), harus dicarikan
jalan keluarnya. Penyebab kurang tertariknya perbankan untuk membiayai proyek
baru karena tingginya resiko yang dihadapi. Suku bunga yang belum stabil pada
tingkat yang rendah, dan buruknya prasarana dan sarana ekonomi tampaknya
menjadi alasan utama masih seretnya pengucuran kredit investasi.
Menyadari hal tersebut BI selaku pemegang otoritas moneter
bersama-sama dengan pemerintah mencoba menjalankan tugas dan fungsinya dalam
mengontrol tingkat pertumbuhan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat suku
bunga domestik secara simultan untuk membangun pertumbuhan investasi sektor
riil di Indonesia. Dengan mengacu pada latar belakang tersebut maka penulis
tertarik untuk menyajikan menyajikan skripsi yang berjudul :“Pengaruh
Kebijakan Moneter Terhadap Kredit Investasi Domestik di Indonesia Periode 2004:1-2009:12”
B. Rumusan Masalah
Sektor riil tidak akan bergerak menuju kearah pertumbuhan yang
signifikan sejauh investasi bisnis tidak memperoleh dukungan dari pihak pemberi
pinjaman, yang dalam hal ini ialah perbankan. Dan dapat dikatakan bahwa
pinjaman yang diberikan oleh perbankan dapat berbentuk kredit investasi.
Dari pemaparan diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah Pendapatan Nasional mempengaruhi pergerakan kredit dalam jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Apakah Suku Bunga Kredit mempengaruhi pergerakan kredit dalam jangka
pendek dan jangka panjang?
3. Apakah Jumlah Uang Beredar mempengaruhi pergerakan kredit dalam jangka
pendek dan jangka panjang?
4. Apakah Pendapatan Nasional, Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Uang Beredar
secara bersama – sama mempengaruhi pergerakan kredit dalam janka pendek
dan jangka panjang?
C. Tujuan Penelitian
Dalam rangka membangun sebuah negara yang besar maka dibutuhkan
sikap proaktif dari masyarakat sebagai elemen inti di dalamnya. Berangkat dari
hal tersebut, penulis sebagai seorang mahasiswa yang berafiliasi dalam bidang
ekonomi akan menghadirkan tulisan ini sebagai wacana bersama yang sekaligus
menjadi suplemen bagi wawasan kita terutama dalam bidang moneter. Tujuan
dari tulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Pendapatan Nasional mempengaruhi pergerakan
kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Untuk mengetahui apakah Suku Bunga Kredit mempengaruhi pergerakan
kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3. Untuk mengetahui apakah Jumlah Uang Beredar mempengaruhi pergerakan
kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
4. Untuk mengetahui apakah Pendapatan Nasional, Suku Bunga Kredit, dan
Jumlah Uang Beredar secara bersama – sama mempengaruhi pergerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Kegunaan Penelititan
Bagi akademisi dan pemerintah diharapkan mengetahui efektifitas
kebijakan moneter terhadap kredit dalam usaha untuk membangun kemajuan
sektor riil, disamping itu, para praktisi khususnya dari sisi investor usaha kecil
menengah dapat melihat bahwa BI berupaya optimal untuk mendorong perbankan
umum secara gradual menambah volume kucuran kredit bagi usaha kecil
menengah.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih memerlukan pengujian
berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka
untuk penelitian ini diajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai
berikut :
1. Diduga Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap pergerakan kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Diduga Suku Bunga Kredit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pergerakan kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3. Diduga Jumlah Uang Beredar mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap pergerakan kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.
4. Diduga Pendapatan Nasional, Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Uang Beredar
secara bersama – sama mempengaruhi pergerakan kredit dalam janka pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Umum
a. Pengertian Bank Umum
Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan
yang dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan usahanya.
Bank Umum menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalulintas pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan nomor 14 tahun
1967, bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam
usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek, sedangkan menurut
UU Perbankan nomor 7 tahun 1992, bank umum adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Pengertian bank yang dipaparkan oleh Mishkin (2001): “Banks are
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan memberikan
pinjaman.
b. Kegiatan Bank Umum
Bank umum adalah bank yang paling banyak beredar di Indonesia.
Bank umum juga memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan Bank Perkreditan Rakyat yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran dan kegiatannya lebih
sempit daripada kegiatan bank umum.
c. Prinsip Umum Manajemen Perbankkan
Bank dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi antar
peminjam dan pemberi dana pinjaman memiliki fungsi yang sangat
penting dalam menentukan apakah sistem keuangan dan ekonomi berjalan
dengan baik. Merujuk pada prinsip dasar manajemen perbankan maka
dalam mengelola dana yang ditampungnya, perbankan memiliki empat hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Liquidity management (manajemen likuiditas)
Manajemen likuiditas pada dasarnya menjelaskan bahwa bank
harus memiliki cukup kas untuk memenuhi obligasi/utang kepada
penabung, sehingga ketika suatu ketika penabung melakukan
penarikan uang tabungan dari bank maka bank harus dapat
memenuhinya. Ketidaksediaan kas dalam merespon penarikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Melalui penggunaan excess reserve;
1) Melalui pinjaman antar bank;
2) Melalui pengurangan aset pinjaman;
3) Melalui pinjaman bank sentral
3) Asset management (manajemen aset)
Dalam mengelola aset, perbankan harus memperoleh
keuntungan yang maksimum dengan cara memilih pinjaman dan
sekuritas dengan tingkat pengembalian yang tinggi secara simultan,
mengurangi resiko, dan menetapkan aset likuid yang harus dipegang
oleh bank. Untuk mencapai ketiga hal tersebut, maka perbankan harus
menempuh empat cara, yaitu:
a) Bank harus memperoleh kreditur yang mau untuk membayar
pinjaman dengan bunga tinggi tanpa resiko gagal pada
pinjamannya;
b) Bank harus membeli sekuritas dengan tingkat pengembalian yang
tinggi dan resiko rendah;
c) Bank harus melakukan diversifikasi pada asetnya;
d) Bank harus mengatur likuiditas asetnya, yang berarti bank akan
memegang sekuritas yang likuid walaupun dengan tingkat
pengembalian yang rendah.
4) Liability management (manajemen liabilitas)
Inti dari manajemen liabilitas ini adalah melakukan inovasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5) Capital adequacy management (manajemen kecukupan modal)
Perbankan dalam memegang modal, didasarkan pada tiga hal,
yaitu:
a) Modal bank dapat mencegah bank mengalami collapse ketika
terjadi penarikan besar-besaran pada dana pihak ketiga;
b) Modal bank dapat mempengaruhi tingkat pengembalian pada
modal bagi pemilik bank;
c) Adanya peraturan permodalan dari pemerintah.
Analisis lebih lanjut dari pembahasan manajemen kecukupan
modal diatas ialah, bahwasanya modal perbankan berpengaruh
terhadap terjadinya penurunan penawaran kredit, dalam bahasa yang
sederhana dapat dikatakan bahwa capital crunch dapat berujung pada
terjadinya credit crunch (Mishkin: 2001).
2. Kredit
a. Pengertian Kredit
Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,
dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti
Kepercayaan. Dalam arti yang lebih luas, pengertian kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu
pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu
jangka waktu yang disepakati.
UU RI NO.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam meminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah
bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
b. Jangka Waktu Kredit
Kriteria kredit berdasarkan jangka waktu dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1) Kredit jangka pendek
Kredit yang memiliki jangka waktu maksimum satu tahun.
Misalnya untuk membiayai modal kerja, pembiayaan musiman.
2) Kredit jangka panjang
Kredit yang jangka waktunya lebih dari satu tahun, contohnya
adalah kredit investasi
c. Tujuan Penggunaan Dana
Kriteria kredit penggunaan dana dapat dibagi menjadi :
1) Kredit modal kerja (working capital loan)
Kredit modal kerja (working capital loan) kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usahanya atau perputaran modal
misalnnya pemberian barang dagangan dan lainnya. Sifat penggunaan
dana dapat revolving dan non revolving. Jenis kreditnya pinjaman aset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Kredit investasi (investment Loan)
Kredit yang diberikan utnuk pembiayai pembelian aktiva tetap
(misalnya tanah, bangunan, mesin, kendaraan) untuk memproduksi
barang dan jasa utama yang diperlukan guna relokasi, ekspansi,
modernisasi usaha atau pendirian usaha baru. Sifat penggunaan dana
non revolving, dan umunya jangka waktu kredit lebih dari satu tahun. 3) Kredit konsumsi (consumer loan )
Kredit yang diberikan bank untuk membiayai pembelian
barang, yang tujuannya tidak untuk usaha tetapi untuk pemakaian
pribadi, sifat penggunaan dananya non revolving dan jenis kredit pada
umumnya KPR, car loan. d) Prinsip – prinsip Pemberian Kredit
Ada beberapa prinsip – prinsip pemberian kredit yang sering
dilakukan, yaitu dengan analisis 5C dan 7P. Adapun prinsip pemberian
kredit dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :
1) Character
Yaitu watak atau sifat seseorang dalam hal ini adalah calon
debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
adalah benar-benar dapat dipercaya. Hal ini dapat dilihat dari latar
belakang pekerjaan dan pribadi calon debitur. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan dari calon debitur untuk membayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membayar kreditnya dengan berbagai cara.
2) Capacity (Capability)
Untuk melihat kemampuan calon debitur untuk membayar
kredit dan dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuannya untuk mencari laba. Sehingga terlihat dalam
kemampuannya untuk mengembalikan kredit yang diberikan. Semakin
banyak kemampuan seseorang untuk memdapatkan laba, maka akan
semakin banyak pula kemampuannya untuk membayar kredit.
3) Capital
Biasanya bank tidak akan mau membiayai suatu usaha 100%,
artinya setiap calon debitur yang akan mengajukan kredit harus
memiliki sumber dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan
kata lain, capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber dana yang dimiliki oleh calon debitur terhadap usaha yang akan dibiayai oleh
bank.
4) Collateral
Yaitu jaminan yang diberikan oleh calon debitur baik fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi kredit yang diberikan,
dan jaminan hendaknya diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi
suatu masalah maka jaminan dapat digunakan secepat mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5) Condition
Dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi di masa yang
akan datang dan sekarang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi
yang kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu
tidak diberikan terlebih dahulu, namun jika memungkinkan, sebaiknya
melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.
Sedangkan penilaian kredit dengan 7P adalah sebagai berikut :
1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari kepribadian dan perilaku
sehari-hari atau masa lalunya. Personality mencakup sikap, emosi, tingkah
laku, dan tindakan calon debitur dalam menghadapi masalah.
Personality hampir sama dengan Character di 5C. 2) Party
Yaitu mengklasifikasikan calon debitur ke dalam golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga
nasabah dapat di golongkan ke dalam golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank.
3) Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan oleh nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam seperti kredit konsumsi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha dari calon debitur apakah
menguntungkan ataukah tidak. Dengan kata lain, untuk melihat usaha
tersebut mempunyai prospek atau tidak kedepannya.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara calon debitur
mengembalikan kredit yang telah di ambil atau dari sumber mana saja
untuk pengembalian kredit tersebut.
6) Profitabilitas
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan calon debitur
untuk mencari laba. Profitabilitas diukur dari periode ke periode apakah selalu naik ataukah sebaliknya.
7) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan
oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau jaminan asuransi.
3. Kredit Investasi
Menurut Kashmir (2003) kredit investasi merupakan kredit jangka
panjang yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha atau membangun
proyek / pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan menurut
Simorangkir (2004) kredit investasi merupakan fasilitas pinjaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id capital goods seperti pendirian pabrik, perluasan, perbaikan perusahaan, pembelian mesin, dan lain-lain.
a. Fungsi Kredit Investasi
Suatu kredit mencapai fungsinya baik bagi debitur, kreditur,
maupun masyarakat apabila secara ekonomis membawa pengaruh yang
lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur mereka sama-sama
memperoleh keuntungan dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan
Negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang
bersifat makro dan mikro. Kredit dalam kehidupan perekonomian
sekarang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Meningkatkan daya guna uang
2) Meningkatkan peredaran lalulintas uang
3) Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
4) Meningkatkan kegairahan berusaha
5) Meningkatkan pemerataan pendapatan
6) Meningkatkan hubungan internasional
b. Tujuan Kredit Investasi
Tujuan kredit investasi adalah :
1) Memberi kelonggaran cash flow pada nasabah sehingga dapat leluasa
dalam mengelola usahanya.
2) Member jangka waktu kredit yang cukup panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam pelaksanaan pembangunan, perbankan memegang peranan
penting dalam pembiayaan dengan kredit investasi. Kredit investasi
dimaksudkan sebagai bantuan dari perbankan untuk menambah modal guna
rehabilitasi, perluasan usaha, dan pendirian suatu proyek baru. Oleh sebab itu,
maka jangka waktu kredit investasi lebih dari satu tahun. Adapun ketentuan –
ketentuan pokok kredit investasi adalah :
a. Jangka Waktu Kredit Investasi
Agar dana yang tersedia dan terbatas jumlahnya tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat memberikan bantuan kepada
sebanyak mungkin perusahaan / proyek yang membutuhkan, maka jangka
waktu kredit investasi ditetapkan sampai lima tahun. Dengan
ditetapkannya jangka waktu tersebut maka diharapkan dana yang ada
tersebut dapat segera dipergunakan kembali. Dengan demikian,
proyek-proyek yangdi biayai pada tahap pertama terbatas pada proyek-proyek-proyek-proyek
yang quick yielding.
b. Ketentuan Pembiayaan dan Tanggung Jawab Kredit Investasi
Proyek-proyek pembanguna harus turut dibiayai oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu pengusaha dan pihak bank. Para pengusaha
yang menerima kredit investasi diwajibkan membiayai proyeknya sebesar
25% dari jumlah kebutuhan biaya investasi, sedangkan bank pemerintah
pemberi kredit harus membiayai 10% hingga 20% dari jumlah kredit
investasi yang disetujui. Sisa pembiayaan yang diperlukan akan dipenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bank sentral. Meskipun demikian, tanggungjawab kredit investasi tersebut
sepenuhnya diletakkan pada bank pemerintah yang bersangkutan.
c. Penggunaan Kredit Investasi
Untuk pembuatan kredit investasi harus dibuat rencana pemakaian
sesuai dengan rencana proyek yang bersangkutan. Oleh pihak bank perlu
diatur sedemikian rupa sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu agar bank-bank melakukan disbursement
dengan memperhatikan rencana penggunaan sehingga dana-dana dari
kredit investasi tersebut disediakan.
d. Jaminan Kredit Investasi
1) Kredit investasi diberikan dengan jaminan barang-barang kekayaan
perusahaan, termasuk barang-barang yang dibiayai oleh kredit
investasi tersebut. Apabila dianggap perlu, jaminan tambahan dapat
berupa jaminan perorangan melalui penagihan hutang.
2) Barang-barang jaminan tersebut harus sempurna cara pengikatannya
dan diasuransikan kepada perusahaan yang bonafit untuk jumlah
penuh dengan bank clause sekurang-kurangnya untuk selama jangka waktu kredit tersebut.
3) Premi asuransi dibebankan atas keuangan nasabah / debitur sendiri dan
tidak dibiayai dengan kredit investasi. Dalam hubungan itu, nasabah
yang bersangkutan harus memberikan pernyataan tertulis bahwa premi
asuransi tersebut akan dilunasi tepat pada waktunya denga keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Kebijakan Moneter
Dinamika dari variabel-varibel moneter seperti inflasi, tingkat suku
bunga, GDP, dan yang lainnya pada kenyataannya telah mendorong
pemegang otoritas moneter –yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia- dalam
mengeluarkan kebijakan moneter untuk kemudian diterapkan.
Namun permasalahannya tidak berhenti sampai disitu. Hal yang harus
diperhatikan dalam menerapkan kebijakan moneter tersebut ialah seberapa
akurat kebijakan tersebut terkait dengan masalah waktu dan dampak yang
akan terjadi. Untuk itu BI harus memahami mekanisme jalur dari kebijakan
moneter terhadap ekonomi.
Pada dasarnya ada dua tipe kerangka berpikir untuk memahami fakta
di lapangan mengenai dinamika dan fluktuasi dari variable-variabel moneter
(Mishkin: 2004)
a. Structural Model Evidence
Structural model evidence adalah kerangka berpikir dalam memahami fakta pergerakan variabel moneter dalam perekonomian yang
diperkenalkan oleh pendukung aliran Keynesian. Dimana titik tekan dari
kerangka berpikir ini ialah adanya mekanisme transmisi kebijakan
moneter yang terstruktur mulai dari pergerakan variabel independent kemudian diestafetkan melalui variabel mediasi hingga mencapai tujuan
akhir yang ingin dicapai. Secara bagan dapat digambarkan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
?
Gambar 2.1
Structural Model Evidence
M Y
Contoh kasus di atas menerangkan bagaimana jumlah uang beredar
diharapkan mampu mempengaruhi tingkat GDP melalui dua variabel
perantara yaitu tingkat suku bunga riil dan tingkat investasi sektor riil.
b. Reduced Form Evidence
Kaum Monetaris adalah kelompok yang sangat memberi apresiasi
pada peranan uang sebagai stimulator dalam aktivitas perekonomian.
Terkait dengan hal tersebut, kelompok Monetaris lebih cenderung melihat
korelasi antara pergerakan sebuah variabel terhadap variabel lainnya
sebagai sebuah kerangka berpikir dalam memahami fenomena dinamika
yang terjadi. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Reduced Form Evidence
M Y
Bagan diatas menerangkan bahwa adanya korelasi antara jumlah
uang beredar dan tingkat pertumbuhan ekonomi telah membawa kaum
Monetaris pada satu kesimpulan bulat bahwa ada korelasi positif antar dua
variabel tersebut tanpa harus melihat mekanisme intermediasi secara
terstruktur, karena menurut kaum Monetaris struktur yang dipaparkan oleh
kaum Keynesian membuka peluang untuk terjadinya kesalahan analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Jenis Transmisi Kebijakan Moneter
Mishkin (2004) membagi transmisi kebijakan moneter menjadi
tiga bagian besar, yaitu:
1) Jalur Suku Bunga Tradisional
Secara skematis transmisi kebijakan moneter melalui jalur
suku bunga tradisional dapat digambarkan sebagai berikut:
M à ir à I à Y
Mekanisme tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan jumlah
uang yang meningkat akan membuat tingkat suku bunga riil menjadi
turun, dan turunnya tingkat suku bunga riil ini akan direspon oleh
tingginya tingkat permintaan uang untuk investasi sektor riil yang
pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
agregat.
2) Jalur Harga Aset
Transmisi kebijkan moneter melalui jalur harga aset adalah
sebuah perbaikan yang dikeluarkan oleh kaum Monetaris kepada kaum
Keynesian dengan penjelasan bahwa suku bunga yang digunakan pada
transmisi moneter tidaklah sama sebagaiamana yang tercantum dalam
transmisi jalur suku bunga tradisional, transmisi jalur harga aset
menaruh perhatian bukan hanya pada tingkat suku bunga obligasi,
tetapi juga valas dan saham. Lebih jauh lagi, transmisi jalur harga aset
memiliki tiga derivatif jalur lagi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id è Jalur kesejahteraan melalui ekspektasi harga.
3) Jalur Kredit
Teori transmisi jalur kredit ialah bermula dari ketidakpuasan
pada teori konvensional klasik yang menjelaskan bahwa efek dari suku
bunga dapat menjelaskan pengaruh kebijakan moneter terhadap
aktivitas ekonomi pada sektor riil. Secara garis besar teori jalur kredit
dibagi menjadi dua, yaitu: Bank Lending Channel dan Balance Sheet Channel.
a) Faktor loansupply(Banklendingchannel)
Jalur Bank Lending muncul akibat peran penting perbankan sebagai lembaga intermediasi bagi para investor untuk melakukan
ekspansi finansial karena adanya masalah asymetric information pada pasar modal. Dengan kondisi seperti ini, permodalan menjadi
faktor penentu bagi sebuah bank dalam memberikan dana kredit
kepada investor. Pada masa kebijakan moneter ketat dimana
reserve menurun, bank dengan tingkat permodalan yang tinggi akan tetap dapat menyediakan kredit bagi investor, namun tidak
demikian dengan bank yang memiliki tingkat permodalan rendah.
b) Faktor loan demand(Balance Sheet Channel)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut untuk melakukan moral hazard sehingga perbankan akan cenderung mengurangi penawaran dana kredit pada perusahaan.
5. Penjelasan Tentang Variabel Penelitian
a. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor - faktor
produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa oleh
suatu negara dalam tahun tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan
Nasional Bruto (PNB). Pendapatan domestik bruto adalah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam
suatu tahun tertentu. Sedangkan pendapatan nasional bruto adalah nilai
dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor
produksi domestik dalam negeri dalam suatu periode tertentu.
1) Pendapatan Nasional Harga Berlaku Dan Harga Tetap
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam tahun tertentu
dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut.
Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertambahan yang
sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk
menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang
dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang
berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Nilai pendapatan nasional yang didapat dalam perhitungan secara ini
dinamakan pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan
nasional riil. (Sukirno, 2003 : 34-35).
2) Perhitungan Pendapatan Nasional
Untuk mengetahui nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diciptakan oleh suatu perekonomian, pendapatan nasional terdapat tiga
cara perhitungan dengan metode pendekatan sebagai berikut :
a) Pendekatan Produksi
Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, pendapatan
nasional dihitung berdasarkan atas perhitungan dari jumlah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
dalam perekonomian atau Negara pada periode tertentu.
Kelemahan pengukuran pendapatan nasional dengan
metode melalui pendekatan produksi ini adalah sering terjadinya
perhitungan ganda (double counting). Perhitungan ganda ini akan terjadi jika beberapa output dari suatu jenis usaha dijadikan input
bagi jenis usaha lain. Untuk menghindari perhitungan ganda
tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menghitung nilai
akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value
added).
b) Pendekatan Pendapatan
Pengukuran pendapatan nasional dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id cara menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua
pelaku ekonomi dari aktivitas ekonominya dalam suatu masyarakat
atau Negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa
sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya.
c) Pendekatan Pengeluaran
Pengukuran besarnya pendapatan nasional dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan
menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh semua
sektor ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
sektor pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat
atau Negara pada periode tertentu. (Mangkoesoebroto, 1998:
8-11).
Pendapatan nasional mempengaruhi pengeluran konsumsi
masyarakat yaitu terdapat kecenderungan jika pertumbuhan
ekonomi suatu Negara mengalami peningkatan maka hal tersebut
berdampak pada kenaikan dalam pendapatan nasional yang pada
akhirnya mempengaruhi tindakan masyarakat dalam keputusannya
dalam berkonsumsi. Dimana dalam hal ini terjadi peningkatan
konsumsi masyarakat dan sebaliknya. Karena secara makro
agregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus
dengan pendapatan nasional, semakin besar pendapatan maka
semakin besar pula pengeluaran konsumsi masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Tingkat Suku Bunga
Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar
borrowed atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap
pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung. Suku bunga
adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu.
1) Macam-Macam Suku Bunga
a) Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan
berdasarkan jangka waktu satu tahun.
b) Suku Bunga Riil
Suku bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi laju inflasi
yang terjadi selama periode yang sama.
c. Jumlah Uang Beredar
Konsep penawaran uang atau uang beredar mempunyai arti yang
komplek, dan oleh karena itu perlu dibedakan pada beberapa bentuk yaitu
M1, M2, ataupun M3. Penawaran uang M1 yang dinamakan juga sebagai
difinisi uang beredar dalam pengertian sempit, hanya meliputi uang kartal
(uang kertas atau uang logam) yang ada dalam peredaran ditambah dengan
uang giral atau uang bank yaitu deposito yang disimpan dalam bank-bank
umum dan dapat dikeluarkan dengan menggunakan cek. Penawaran uang
M2, yang dinamakan juga sebagai definisi uang beredar yang lebih luas
bank-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bank umum. Tabungan dan deposito berjangka tersebut dinamakan juga
sebagai uang kuasi.
Penawaran uang M3 mempunyai pengertian yang lebih luas lagi,
yaitu meliputi M2 dan ditambah dengan deposito dan tabungan berjangka
dalam lembaga-lembaga keuangan yang lain diluar dari bank-bank umum.
(Sukirno, 2003: 421).
Rudiger Dombush mendefinisikan jumlah uang beredar sebagai
stok uang beredar melalui jumlah rekening deposito yang dapat dijadikan
cek (rekening Koran di bank), CD (certificate of deposit) ditambah uang kartal (currency) yang dipegang oleh masyarakat. (Boediono, 1990: 339).
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Mochamad Faza Rifai (2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Faza Rifai yang ditulis
dalam skripsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit
Perbankan pada Bank Umum di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2007
memberikan penjelasan tentang faktor apa saja yang mempengaruhi kredit
perbankan. Menurut Mochamad Faza Rifai, faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit perbankan pada bank umum di Propinsi Jawa Tengah
adalah sebagai berikut:
a) Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga riil kredit perbankan
berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit perbankan pada bank
umum di Propinsi Jawa Tengah.
c) Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis ekonomi berpengaruh positif
terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Propinsi Jawa
Tengah.
d) Secara bersama-sama variabel independen yaitu Produk Domestik
Regional Bruto, tingkat suku bunga riil kredit perbankan, dan laju inflasi
serta dummy variabel krisis ekonomi memberikan pengaruh nyata dan
signifikan terhadap variabel dependen yaitu permintaan kredit perbankan
pada bank umum di Propinsi Jawa Tengah.
Penelitian tersebut menggunakan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi permintaan kredit perbankan pada bank umum = f (PDRB, suku bunga riil kredit dan inflasi
serta variabel dummy krisis ekonomi), maka persamaan regresi liniernya
adalah :
Y = β
0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + Dm X4 + e
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series
atau data runtun waktu sebanyak 16 observasi dari tahun 1990 sampai dengan
tahun 2005. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Permintaan kredit perbankan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Statistik Keuangan Daerah (Bank Indonesia) berbagai edisi, adapun untuk
variabel independennya adalah:
a. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang digunakan
adalah PDRB atas harga konstan 2000 yang dinyatakan dalam juta rupiah.
Data ini diperoleh dari Pendapatan Regional Propinsi Jawa Tengah (BPS)
berbagai edisi.
b. Suku bunga riil kredit perbankan pada bank umum.
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku
bunga riil kredit perbankan pada bank umum yang dinyatakan dalam
persen.
c. Laju Inflasi.
Tingkat inflasi yang digunakan adalah laju inflasi Kabupaten
Magelang yang dinyatakan dalam persen. Data ini diperoleh dari
Magelang Dalam Angka (BPS), berbagai edisi.
2. Penelitian Fauzal Muslim (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Fauzal Muslim yang ditulis dalam
skripsi Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit dan Posisi Kredit
Investasi Domestik di Indonesia Periode 2001:1-2007:6 pada tahun 2008 memberikan penjelasan tentang komponen dari mekanisme jalur kredit, yaitu
jalur pinjaman bank dan jalur neraca anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id investasi, serta ingin mengetahui apakah transmisi kebijakan moneter melalui
jalur kredit berlangsung selama periode sampel.
Hasil empiris menunjukan bahwa penawaran kredit investasi oleh
perbankan dalam jangka panjang hanya dipengaruhi oleh permodalan saja
sedangkan permintaan kredit investasi bukan hanya dipengaruhi tingkat suku
bunga kredit saja melainkan juga oleh pendapatan investor. Lebih jauh,
analisis impulse response menerangkan bahwa kebijakan moneter kontraktif melalui peningkatan suku bunga kredit berdampak pada penurunan
pendapatan investor yang pada akhirnya hal ini akan menurunkan permintaan
kredit investasi oleh investor.
Dalam membangun sebuah wacana empiris, penulis didukung oleh
data sekunder yang diperoleh dari internet, buku, dan sumber kepustakaan
lainnya yang terkait dengan pembahasan. Variabel yang nantinya akan masuk
kedalam model adalah sebagai berikut;
Loan = Posisi pinjaman atau kredit investasi nominal seluruh
bank umum
Equity = Permodalan nominal bank umum
rL = Suku bunga pinjaman bank umum
rM = SBI 1 bulanan
PGDP = Nilai pembentukan modal tetap bruto nominal + nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam melakukan perumusan secara kuantitatif, penulis membagi
menjadi tiga sesi. Sesi pertama ialah mengadopsi fungsi penawaran dan
permintaan kredit, sesi yang kedua ialah melihat kointegrasi dari penawaran
dan permintaan kredit, dan sesi yang ketiga ialah melihat signifikansi dari
tiap-tiap variabel.
a) Analisis Penawaran Kredit Investasi
Dari hasil pengujian kointegrasi dapat disimpulkan bahwa
persamaan penawaran kredit investasi memiliki hubungan yang
terkointegrasi dalam jangka panjang. Persamaan kointegrasi penawaran
kredit memberikan hasil:
LoanS = 416,4 rL – 506,4 rM + 0,77 Equity
Pada tingkat keyakinan 95%, variabel suku bunga kredit investasi
dan suku bunga SBI tidak signifikan dalam mempengaruhi penawaran
kredit investasi, artinya dalam hal ini perbankan umum bukan bergantung
pada tingkat suku bunga kredit investasi dan tingkat suku bunga SBI
dalam memberikan fasilitas pinjaman kredit investasi, namun lebih
dipengaruhi oleh struktur keuangan dari perbankan umum itu sendiri, hal
ini tercermin dari signifikansi yang sangat tinggi dari variabel equity, yang memberikan interpertasi bahwa peningkatan satu miliar Rupiah dari
permodalan perbankan umum akan mampu meningkatkan penawaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
moneter baik ekspansif maupun kontraktif dengan instrument suku bunga
SBI, tidak mampu mempengaruhi jumlah penawaran kredit investasi
perbankan umum, hal ini menjadi bukti bahwa kebijakan moneter melalui
jalur bank lending tidak berlangsung di Indonesia selama periode sampel. Hal ini senada dengan hasil survei BI, yang menyatakan bahwa suku
bunga tidak dijadikan faktor utama oleh bank dalam melakukan
persetujuan kredit (Agung: 2001).
b) Analisis Permintaan Kredit Investasi
Persamaan kointegrasi permintaan kredit digambarkan melalui
persamaan sebagai berikut:
LoanD = -1414,3 rL + 0.3 PGDP
Interpertasi dari persamaan diatas ialah bahwa permintaan kredit
investasi dipengaruhi secara negatif oleh tingkat suku bunga kredit sebesar
1414,3. Artinya setiap kenaikan 1% dari tingkat suku bunga kredit maka
permintaan akan kredit turun sebesar 1414,3 miliar Rupiah. Sedangkan
pendapatan investor agregat yang direpresentasikan melalui variabel
PGDP berpengaruh positif pada permintaan investasi, dimana setiap
peningkatan 1 miliar Rupiah pada pendapatan investor maka permintaan
akan kredit akan naik sebesar 0,3 miliar Rupiah.
Dari Penelitian Fauzal Muslim dengan pendekatan ekonometrik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Suku bunga kredit investasi dan suku bunga SBI tidak signifikan dalam
mempengaruhi penawaran kredit investasi oleh perbankan umum dalam
jangka panjang, sedangkan variabel equity menjadi variabel tunggal yang
berpengaruh signifikan pada penawaran kredit investasi. Hal ini menjadi
bukti bahwa kebijkan moneter melalui jalur bank lending tidak berjalan pada periode sampel.
2. Variabel suku bunga kredit yang merupakan cost of capital bagi para
investor berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan kredit
investasi dalam jangka panjang. Variabel pendapatan investor (PGDP)
juga signifikan dalam mempengaruhi permintaan kredit.
3. Lebih jauh uji impulse response menjelaskan bahwa ketika terjadi
kebijakan moneter kontraktif, pendapatan dari investor akan mengalami
penurunan sehingga hal ini akan mendorong penurunan pula pada
permintaan kredit investasi. Sehingga dapat dikatakan adanya transmisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia
(BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Adapun data yang digunakan adalah :
1. Data jumlah kredit tahun 2004 - 2009
2. Data pendapatan nasional tahun 2004 - 2009.
3. Data suku bunga kredit tahun 2004 - 2009.
4. Data jumlah uang beredar 2004 – 2009.
B. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel Dependen
Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kredit
investasi domestik yang ada di Indonesia. Kredit investasi merupakan kredit
jangka panjang yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha atau
membangun proyek / pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
Banyaknya kredit investasi domestik memang dipengaruhi berbagai hal, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kredit investasi domestik. Ukuran data yang diambil oleh penulis adalah
dalam milyar rupiah. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
2. Variabel Independen, terdiri dari:
a. Pendapatan Nasional Riil ( Y )
Pendapatan nasional riil adalah jumlah dari pendapatan
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa
dalam suatu tahun tertentu. Data pendapatan nasional yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional riil yang didasarkan oleh
harga konstan 1993 menurut lapangan usaha dalam milyar rupiah. Data ini
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan dinyatakan dalam milyar rupiah.
b. Suku Bunga Kredit Riil ( r )
Menurut Hubbard ( 1997 ) dalam Laksmono ( 2001), bunga adalah
biaya yang harus di bayar Borrower atas pinjaman yang di terima dan imbalan Lender atas investasinnya. Suku bunga mempengaruhi keputusan
individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
menabung. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan dinyatakan
dalam persen.
c. Jumlah Uang Beredar ( JUB )
Penelitian ini menggunakan jumlah uang beredar yang merupakan
kewajiban moneter sistem moneter kepada sektor swasta domestik, terdiri
atas uang kartal yang dipegang masyarakat atau yang ada di luar Bank
Indonesia dan Kas Negara ditambah uang giral. Data dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Model Analisis Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Partial
Adjustment Model (PAM). Yang mana Model PAM selama dua dekade dapat
dikatakan sangat sukses digunakan dalam analisis ekonomi, khususnya dalam
konteks permintaan uang dengan menggunakan data kuartalan. Tetapi harus
diakui bahwa pendekatan ini juga banyak mendapat kritikan dari para ahli
ekonomi sehubungan dengan masalah autokorelasi serta interpretasi koefisien
variabel kelambanan variabel tak bebas (Insukindro, 1990:93).
Untuk menggambarkan model ini, perhatikan model percepatan fleksibel
dari teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa ada jumlah keseimbangan,
optimal, diinginkan, atau jangka panjang yang diperlukan untuk memproduksi
hasil (output) tertentu dalam keadaan teknologi tertentu, tingkat bunga tertentu,
dan seterusnya. Untuk penyederhanaan diasumsikan bahwa tingkat modal yang
diinginkan ini adalah Yt* merupakan hasil linear dari hasil X sebagai berikut.
Yt* = β0 + β1Xt + µt ...1
Karena tingkat modal yang diinginkan tidak bisa diamati secara langsung,
Nerlove mendalilkan hipotesis berikut ini, yang dikenal sebagai hipotesis
Penyesuaian Parsial atau Penyesuaian Stok :
Yt – Yt-1= δ( Yt* - Yt-1 ) ...2
Dimana δ, sedemikian rupa sehingga 0 < δ ≤ 1, dikenal dengan koefisien
penyesuaian (coefficien of adjustment) dan dimana Yt – Yt-1 = perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Persamaan ( 2 ) mendalilkan bahwa perubahan sebenarnya dalam stok
modal investasi dalam suatu periode waktu tertentu t adalah suatu fraksi δ dari
perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Jika δ = 1, ini berarti bahwa stok
modal yang sebenarnya sama dengan stok yang diharapkan; yaitu stok yang
sebenarnya menyesuaikan diri dengan stok yang diharapkan secara seketika
(dalam periode yang sama). Tetapi, jika δ = 0 ini berarti tidak ada perubahan
apapun karena stok yang sebenarnya pada saat t sama seperti yang diamati dalam
periode waktu sebelumnya. Khususnya, δ diharapkan terletak antara kedua
ekstrim ini karena penyesuaian terhadap stok modal yang diharap nampaknya
akan tidak sempurna karena kekakuan ( = rigidity ), kelembaman, kewajiban yang
bersifat kontrak, dan seterusnya. Itulah sebabnya dinamakan model penyesuaian
parsial. Perhatikan bahwa mekanisme penyesuaian ( 2 ) secara alternatif dapat
ditulis sebagai :
Yt = δYt* + (1 – δ)Yt-1 ...3
Yang menunjukan bahwa stok modal yang diamati pada periode t adalah
rata-rata tertimbang dari stok model yang diinginkan pada saat itu dan stok modal
yang ada dalam periode waktu sebelumnya, dengan δ ( 1 – δ ) sebagai bobotnya.
Sekarang dengan mensubstitusikan ( 1 ) ke dalam ( 3 ), memberikan :
Yt= δ(β0 + β1X1 + µt) + ( 1 – δ )Yt-1
= δβ0 + δβ1X1 + ( 1 – δ )Yt-1+ δµt
Model ini disebut model penyesuaian parsial.
Model penyesuaian parsial menjasi menuerupai baik model Kyock
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mempunyai unsur gangguan yang jauh lebih sempurna : unsur gangguan semula
µt dikaitkan dengan suatu konstanta δ. Tetapi ingatlah bahwa meskipun serupa
nampaknya, model harapan adaptif dan model penyesuaian parsial secara konsep
sangat berbeda. Yang terdahulu didasarkan pada ketidakpastian (mengenai tingkat
harga, tingkat bunga, dan seterusnya untuk masa yang akan datang), sedangkan
yang belakangan adalah diakibatkan oleh kekakuan kelembaman, biaya
perubahan (cost of change) dan seterusnya yang bersifat teknis atau kelembagaan. Alasan mengapa peneliti menggunakan model PAM antara lain :
1) PAM dilihat dari sisi kelembaman (kekuatan kebiasaan) dapat dilihat bahwa
dengan adanya perubahan pendapatan, maka diduga masyarakat cenderung
meningkat kemampuannya untuk mengajukan kredit
2) Perkiraaan OLS untuk model PAM akan menghasilkan perkiraan yang
konsisten meskipun perkiraan tersebut cenderung akan bias (dalam sampel
kecil atau sampel terbatas).
Adapun rumusan PAM pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Loant*= β 0 + β
Y = Pendapatan Nasional (dalam milyar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian
variabel-variabel independen yang meliputi uji t (uji individu), dan uji F (uji
bersama-sama).
a. Uji t
Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel independen secara
individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel
dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau
konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut
(Gujarati, 1995: 119):
1) Menentukan Hipotesisnya
Ho : β1 = 0
Berarti suatu variabel independen secara individu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : β1 ≠ 0
Berarti suatu variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:
a) Nilai t tabel = t α/2;N – K ... (3.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a = derajat signifikansi
N = jumlah sampel (banyaknya observasi)
K = banyaknya parameter
b) thitung = …...……….… (3.5)
Keterangan:
βi = Koefisien regresi
Se (βi) = Standard error koefisien regresi 3) Kriteria pengujian
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t
H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak
-t α/2 0 t α/2
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai –t tabel < t hitung < + t tabel, maka Ho diterima. Artinya
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
secara signifikan.
b) Apabila nilai t hitung > + t tabel atau t hitung < - t tabel, maka Ho
ditolak. Artinya variabel independen mampu mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b. Uji F
Uji F ini merupakan pengujian bersama-sama variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan.
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995: 134):
1) Menentukan Hipotesis
H0: β1= β2= β3 = 0
Berarti semua variabel independen secara individu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha: β1≠ β2≠ β3 ≠ 0
Berarti semua variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Kriteria pengujian
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F
Ho diterima Ho ditolak
0 F (α; K-1; N-K)
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.
b) Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel independen secara bersama-sama mampu
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
2. Nilai Koefisien Determinasi (R²)
Nilai R² untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan
oleh besarnya koefisien daterminasi (R²) antara nol dan satu (0<R²<1). Jika
koefisien daterminan 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sedangkan jika koefisien
determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mempengaruhi
variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila
koefisien determinasinya mendekati nilai 1 (satu).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
lebih dari satu hubungan linear pasti di antara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995: 320). Salah satu
asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara
beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model
terdapat multikolinearitas, maka model tersebut memiliki kesalahan
standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan
tinggi.
Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas adalah menggunakan pengujian dengan metode korelasi
parsial. Pendekatan ini disarankan oleh Farrar dan Gruber (1967).
Indikasinya, jika R2 variabel dipenden lebih tinggi dari nilai R2 pada
regresi antar variable bebas, maka dalam model empiric tidak terdapat
adanya multikolinearitas, dan sebaliknya.
b. Heteroskedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas yaitu suatu keadaan
dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai
variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu uji Park, uji Glejser, uji White, dan uji Breusch-Pagan-Godfrey. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji White.
Dalam uji white ditawarkan dua jenis pengujian, yaitu: White Heteroscedasticity (no cross term) dan White Heteroscedasticity (crossterm). Untuk penelitian ini digunakan pengujian White Heteroscedasticity (no cross term) disebabkan banyak menggunakan variabel bebas. Jika nilai probabilitas dari semua variabel lebih besar nilai
taraf signifikansi 5%, maka pada model tersebut tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas. Sebaliknya, Jika nilai probabilitas dari semua variabel
kurang atau lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5%, maka pada model
tersebut terdapat masalah heteroskedastisitas (Insukindro 2003: 201).
c. Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel
pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan
pengganggu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai
variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel
independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995: 401).
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada