• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GRANULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS BUNCIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GRANULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS BUNCIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GRANULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS BUNCIS

(Phaseolus vulgaris L.)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh:

APRILIA LUSI FAJARARUM H 1108501

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GRANULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS BUNCIS

(Phaseolus vulgaris L.)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: APRILIA LUSI FAJARARUM

H 1108501

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :... dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof.Dr.Ir. Edi Purwanto, M.Sc NIP. 196010081985031001

Anggota I

Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP NIP. 195011171976111001

Anggota II

Ir. Trijono Djoko Sulistijo, MP NIP. 195606161984 03 1002

Surakarta, Oktober 2011 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Penggunaan Pupuk

Organik Granular Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Pada Tiga Varietas Buncis

(Phaseolus vulgaris L.)”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS.

3. Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku Pembimbing Akademik.

4. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc selaku Pembimbing Utama.

5. Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP selaku Pembimbing Pendamping.

6. Ir. Trijono Djoko Sulistijo, MP selaku Pembahas.

7. Ir. Eddy Tri Haryanto, MP yang telah memberikan kesempatan dan

kepercayaan untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Bapak Khodir Abdullah, Ibu Kun Mareta C, Kakak Taufiq Susanto, Adik

Wirawan Bayu H yang telah memberikan dukungan dan doa selalu.

9. Ranger Matrix 2008 : Diana Hapsari, Kurnia Prabawati, Syam Mahesa Iswara,

Siti Yuliana F, Wida Setya Anggara atas dukungan dan doanya.

Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

skripsi ini.

Surakarta, November 2011

(4)

commit to user

iv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Tanaman Buncis ... 4

B. Pupuk Organik Granular ... 7

C. Hipotesis... 10

III. METODE PENELITIAN ... 11

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

B. Bahan dan Alat ... 11

C. Cara Kerja Penelitian ... 11

1. Rancangan Penelitian... 11

2. Pelaksanaan Penelitian... 12

3. Variabel Pengamatan... 13

4. Analisis Data... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

A. Pertumbuhan Tanaman ... 16

(5)

commit to user

v

2. Luas Daun... 19

3. Indeks Luas Daun (ILD)... 21

4. Tinggi Tanaman... 23

5. Panjang Akar... 26

6. Volume Akar... 27

7. Berat Brangkasan Kering Tanaman... 30

B. Komponen Hasil ... 31

1. Jumlah Polong... 31

2. Diameter Polong... 33

3. Panjang Polong... 35

4. Berat Polong Segar Per Tanaman... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 39

A. Kesimpulan... 39

B. Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA... 40

(6)

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap jumlah daun pada tiga varietas buncis...

16

2. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap luas daun

pada tiga varietas buncis...

20

3. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap tinggi tanaman pada tiga varietas buncis...

23

4. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap panjang akar

pada tiga varietas buncis...

27

5. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap volume akar

pada tiga varietas buncis...

28

6. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap jumlah polong pada tiga varietas buncis...

32

7. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap diameter polong pada tiga varietas buncis...

34

8. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap panjang polong

pada tiga varietas buncis...

35

9. Pengaruh dosis pupuk granular terhadap berat polong

per tanaman pada tiga varietas buncis...

37

(7)

commit to user

3. Grafik pertumbuhan jumlah daun pada buncis varietas Lokal... 18

4. Histogram rerata luas daun pada tiga varietas buncis... 21

5. Histogram rerata Indeks Luas Daun pada tiga varietas buncis.. 22

6. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada buncis varietas Perancis...

24

7. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada buncis varietas

Jimbaran...

25

8. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada buncis varietas

Lokal...

26

9. Histogram rerata panjang akar pada tiga varietas buncis... 27

10. Histogram rerata volume akar pada tiga varietas buncis... 29

11. Histogram rerata berat brangkasan kering pada tiga varietas buncis...

30

12. Histogram rerata jumlah polong pada tiga varietas buncis... 32

13. Histogram rerata diameter polong pada tiga varietas buncis... 34

14. Histogram rerata panjang polong pada tiga varietas buncis... 36

15. Histogram rerata berat polong segar per tanaman pada tiga varietas buncis...

(8)

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Hasil analisis of varian (anova) 5% jumlah daun buncis... 42

2. Hasil analisis of varian (anova) 5% luas daun buncis... 42

3. Hasil analisis of varian (anova) 5% indeks luas daun (ILD) 6. Hasil analisis of varian (anova) 5% panjang akar buncis... 43

7. Hasil analisis of varian (anova) 5% volume akar buncis... 44 8. Hasil analisis of varian (anova) 5% jumlah polong buncis... 44

9. Hasil analisis of varian (anova) 5% diameter polong buncis... 44

10. Hasil analisis of varian (anova) 5% panjang polong buncis... 45

11. Hasil analisis of varian (anova) 5% berat polong segar per 13. Rerata data variabel penelitian... 46

14. Konversi Kebutuhan Dosis Pupuk... 47

15. Deskripsi Tanaman Buncis... 48

16. Hasil Analisis Kimia Tanah Pada Lahan Penelitian... 50

17. Hasil Analisis Pupuk Organik Granular... 50

18. Dokumen Penelitian... 51

(9)

commit to user

ix

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK GRANULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS BUNCIS

(Phaseolus vulgaris L.)

APRILIA LUSI FAJARARUM H 1108501

RINGKASAN

Buncis merupakan sayuran polong semusim yang terdapat dua tipe yaitu tipe merambat dan tipe tegak. Polong buncis sangat digemari konsumen karena rasanya enak dan gurih. Selain enak, kacang buncis merupakan sumber protein nabati yang penting dan banyak mengandung vitamin A, B, dan C terutama pada bijinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik granular dengan berbagai macam dosis terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas tanaman buncis. Penelitian ini dilaksanakan mulai 23 April – 2 Juli 2011 di Desa Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Salatiga Jawa Tengah, dengan jenis tanah Andosol pada ketinggian 1450 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata antara 20-300C.

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAKL), yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk granular dan varietas buncis. Dosis yang digunakan adalah 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha dan 30 ton/ha. Varietas yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Perancis, Jimbaran dan Lokal. Jumlah kombinasi perlakuan ada 12 dan setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel penelitian meliputi jumlah daun, luas daun, indeks luas daun, tinggi tanaman, panjang akar, volume akar, berat brangkasan kering, jumlah polong, diameter polong, panjang polong dan berat polong segar per tanaman. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji F tingkat kepercayaan 95%, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Jimbaran dan Lokal memberikan hasil berat polong segar per tanaman yaitu 61, 45 g dan 47,88 g lebih tinggi daripada varietas Perancis 17,17 g untuk semua perlakuan penggunaan pupuk organik granular, selain itu interaksi antara penggunaan dosis pupuk organik granular terhadap tiga varietas buncis terjadi hanya pada variabel pengamatan panjang akar.

(10)

commit to user

x

A STUDY OF USE ORGANIC FERTILIZER GRANULAR TO THE GROWTH AND YIELD OF THREE VARIETIES BEANS and the upright type. Pods of beans is a favorite of consumers because it feels good and tasty. In addition to delicious, beans are an important source of vegetable protein and contains vitamins A, B, and C, especially in the seeds. The research objective was to determine the effect of the use of organic granular fertilizer with different doses on the growth and yield of three varieties of bean plants. The research was carried out starting from April 23 to July 2 2011 in the Village District Nogosaren Getasan Salatiga Central Java regency, with the type of soil andosol at an altitude of 1450 meters above sea level with average temperatures between 20-30 0C.

The research method used was a factorial experiment Randomized Completely Block Design (RCBD), study treatment consisted of two factors : used of granular fertilizer and varieties of beans. Dosase used were 0 tons/ha, 10 tons/ ha, 20 tons/ha and 30 tonnes/ha. Varieties used in this study is the French varieties, Jimbaran and Local. The number there were 12 treatment combinations and each combination was repeated 3 times. Research variables included : the number of leaves, leaf area, leaf area index, plant height, root length, root volume, stover dry weight, number of beans, diameter of beans, length of beans and fresh weight of beans per plant. Data analysis was performed using the F test confidence level of 95%, when there was difference among the treatment, it was continued with Duncans Multiple Range Test (DMRT) at 95% signification level

(11)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai

peranan penting dalam menyediakan zat gizi, yang berfungsi melindungi

tubuh dan mengatur proses metabolisme tubuh dalam bentuk mineral dan

vitamin. Buncis salah satu komoditas hasil pertanian dan sudah banyak

dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Hampir semua kalangan masyarakat

memanfaatkannya, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam

jumlah sedikit sampai ke industri yang membutuhkan dalam jumlah besar dan

kontinu.

Buncis merupakan sayuran polong semusim yang terdapat dua tipe

yaitu tipe merambat dan tipe tegak. Polong buncis sangat digemari konsumen

karena rasanya enak dan gurih. Selain enak, kacang buncis merupakan sumber

protein nabati yang penting dan banyak mengandung vitamin A, B, dan C

terutama pada bijinya. Setiap 100 gram kacang buncis mengandung 35.00

kalori, 2.4 gram protein, 0.2 gram lemak, 7.4 gram karbohidrat, 65 mg

kalsium, 44 gram fosfor, 1.1 gram besi, vitamin A 630 SI, vitamin B 0.8 mg,

vitamin C 19 mg dan air 88.9 gram (Anonim, 2010a). Budidaya organik yakni

budidaya yang bebas dari residu bahan anorganik (kimia) mulai dari

pembukaan lahan, pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

penggunaan pestisida sampai penanganan pasca panen. Bahan organik pada

umumnya murah dan mudah didapat, sehingga biaya yang dibutuhkan tidak

membebani petani ataupun para pengolah kebun sayuran. Bahan organik yang

dapat digunakan salah satunya adalah kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk

organik granular.

Permasalahan pangan dan gizi saat ini disebabkan karena kebutuhan

terhadap protein nabati yang terus meningkat, protein nabati dapat diproduksi

dan disediakan dengan mudah dan murah dibandingkan dengan protein

hewani, salah satu yang menjadi sumber protein nabati adalah buncis. Untuk

(12)

commit to user

jumlah yang cukup dan seimbang. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan

memberikan pupuk organik, salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk

granular. Pupuk organik granular dapat dibuat dari limbah peternakan sapi

perah, baik berupa feses maupun urinenya yang dapat dijadikan bahan

pembuatan pupuk organik.

Menurut Lingga dan Marsono (2003) kelebihan penggunaan pupuk

organik granular untuk pertumbuhan tanaman adalah selain menambah unsur

hara makro, dan mikro juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah,

sehingga struktur tanah menjadi lebih baik (remah), penggunaannya pun lebih

efektif dan efisien seperti halnya pupuk kimia, serta kemampuannya setara

dengan pupuk organik (pupuk kandang, kompos) walaupun kuantitasnya lebih

sedikit. Kebutuhan tanaman akan pupuk organik (pupuk kandang atau

kompos) sangat tinggi mencapai 10 ton/Ha dengan 22.5 Kg/Ha nitrogen akan

tetapi jika menggunakan pupuk organik granular hanya 850 Kg/Ha dengan

kandungan 90 Kg/Ha nitrogen (Komposindo Granular Arendi, 2005),

sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui dosis pupuk organik

granular yang sesuai untuk varietas buncis tegak maupun merambat.

B. Rumusan Masalah

Tingginya permintaan terhadap sayuran tidak lepas pula dari keinginan

masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran organik. Kualitas dan kuantitas

sayuran juga menjadi pertimbangan, untuk meningkatkan hal tersebut salah

satunya dengan memberikan pupuk dengan dosis yang tepat. Bahan organik

yang tersedia di alam dapat menjadi pilihan bagi masyarakat. Salah satu yang

sering dijumpai adalah pupuk kandang. Salah satu pupuk organik dari pupuk

kandang adalah pupuk granular. Tanaman buncis terdapat dua tipe, yaitu tipe

merambat dan tegak.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang diangkat dalam

penelitian adalah :

1. Penggunaan pupuk organik granular dalam membudidayakan tanaman

(13)

commit to user

2. Dosis pupuk organik granular yang tepat untuk budidaya tanaman buncis

3. Kombinasi dosis pupuk organik granular terhadap pertumbuhan dan hasil

tiga varietas tanaman buncis

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik granular terhadap

pertumbuhan dan hasil tiga varietas tanaman buncis

2. Mengetahui dosis pupuk organik granular yang sesuai pada tiga varietas

tanaman buncis

3. Mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi dosis pupuk organik

(14)

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)

1. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Buncis

Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plant Kingdom

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Calyciflorae

Ordo : Rosales (Leguminales)

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Sub famili : Papilionoideae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L. (Anonim, 2007).

Kacang buncis merupakan sayuran polong semusim yang merambat.

Kacang buncis sifatnya mirip kacang panjang. Daunnya agak lebih kasar

dan polongnya cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Aroma polong

buncis agak langu (kurang sedap). Buah dan polongnya pendek, berukuran

12 cm, ada yang lurus atau bengkok, dan warnanya bermacam-macam.

Bentuk polongnya ada yang pipih (flat) dan ada yang gilig (round). Buncis

(Phaseolus vulgaris L.) banyak sekali jenisnya, tetapi secara garis

besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tanaman buncis yang

membelit (merambat) dan yang tidak membelit (Sunarjono, 2010).

Kacang buncis tipe tegak di Indonesia merupakan tanaman sayuran

yang spesifik dataran tinggi. Biasanya diusahakan di daerah-daerah

dengan ketinggian 500-1500 m dpI. Beberapa kultivar yang sudah agak

lama dikenal di Indonesia seperti Richgreen, Monel, Howkesbury Wonder,

(15)

commit to user

2. Syarat Tanam Tanaman Buncis

Kacang buncis mudah ditanam di daerah dengan ketinggian antara

300-600 m dpl, terutama di ketinggian 1000-1500 m dpl. Syarat buncis

dapat tumbuh baik di antaranya air tanahnya tidak menggenang, suhu

udara antara 20-25 0C, dan iklimnya kering selama pertumbuhan dengan

pH tanah antara 5,5-6. Untuk curah hujan yang sesuai antara 1500-2500

mm/th (Sunarjono, 2010).

Selain curah hujan, unsur cuaca dan iklim yang sangat penting dalam

sistem produksi tanaman adalah cahaya dan suhu. Variasi lingkungan yang

berhubungan dengan perubahan dari variabel diatas dapat mempengaruhi

produktifitas tanaman. Radiasi surya merupakan sumber energi utama bagi

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman berhubungan erat dengan

jumlah total radiasi surya yang diterima oleh tanaman

(Buhr dan Sinclair, 1998).

Menurut Gardner et al. (1991), cahaya yang diserap selama siang hari

oleh permukaan tanaman budidaya dibagi dalam beberapa kegiatan : 75 %

- 85 % digunakan untuk menguapkan air, 5 % - 10 % menjadi cadangan

bahang dalam tanah, 5 % - 10 % lainnya menjadi bahan pertukaran bahan

dengan atmosfir bumi melalui proses konveksi dan 1 % - 5 % berfungsi

dalam proses fotosintesis.

3. Cara Tanam Tanaman Buncis

a. Persiapan Benih

Benih yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

mempunyai daya tumbuh minimal 80-85%, bentuk utuh, bernas, warna

mengkilat, tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya, bebas dari

hama dan penyakit, seragam dan tidak tercampur varietas lain serta

bebas dari kotoran (Rukmana, 2000).

b. Persiapan Lahan

Lahan yang akan ditanami dibersihkan secara manual yaitu dengan

cara mencabut gulma dengan tangan, cangkul ataupun traktor.

(16)

commit to user

bedengan-bedengan dengan ukuran menyesuaikan dengan luas lahan.

Umumnya ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm,

sedangkan jarak antar bedengan 40-50 cm, selain sebagai jalan juga

untuk saluran pembuangan air (drainase). Untuk meningkatkan

kesuburan tanah dilakukan pemupukan dasar dengan cara menaburkan

sepanjang larikan, sedangkan jarak tanam ditentukan berdasarkan

tersedianya air, hara, dan cahaya matahari. Biasanya jarak tanam

tanaman buncis sekitar 20 x 50 cm, setelah menentukan jarak tanam,

kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal

(Rukmana, 2000).

c. Penanaman

Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian, karena termasuk

tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih buncis dapat

langsung ditanam di lahan. Setiap lubang tanam dapat diisi 2-3 butir

benih, setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah

(Adrianto dan Indarto, 2004).

d. Pemasangan ajir

Setelah tinggi tanaman buncis mencapai 20 cm, diberikan ajir yang

dibuat dari bambu. Ajir tersebut berfungsi sebagai tempat membelit,

seperti halnya pada tanaman kacang panjang

(Adrianto dan Indarto, 2004).

e. Pemeliharaan Tanaman Buncis

Memelihara tanaman buncis dengan cara membersihkan rumput

atau gulma atau alang-alang dan mengendalikan hama dan penyakit.

Hama yang sering menyerang adalah lalat kacang (Agromyza sp.),

yang merusak saat fase larva (ulat). Penyakit yang sering menyerang

ialah penyakit bercak, yang disebabkan oleh cendawan anthraknose.

Cendawan ini menyerang polong muda (Adrianto dan Indarto, 2004).

Penyiraman tanaman buncis disesuaikan kebutuhan dan kondisi

lingkungan. Biasanya pengairan dilakukan apabila penanamannya

(17)

commit to user

dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari. Bila penanamannya

dilakukan pada musim hujan diberikan pada parit-parit dan yang perlu

diperhatikan adalah bedengan atau guludan, yang ditinggikan dengan

tujuan untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman

dan memelihara struktur tanah (Adrianto dan Indarto, 2004).

f. Pemanenan Tanaman Buncis

Polong buncis dapat dipungut hasilnya setelah tanaman berumur

2,5 bulan dari waktu tanam. Memungutnya secara bertahap sesuai

derajat ketuaannya. Memungut buah buncis tidak boleh terlambat,

karena buah akan menjadi berserat keras dan tidak mudah patah,

sehingga rasanya kurang enak (Adrianto dan Indarto, 2004).

B. Pupuk Organik Granular

Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar

berkembang dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat

dibuat dari bahan organik ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa

dibuat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet,

briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya,

dan aspek-aspek pemasaran lainnya (Anonim, 2009).

Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang berasal dari sisa

tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa,

berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami

dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah,

dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah

(Wahyono, 2009).

Pemberian kompos granular yang memiliki sifat-sifat humus dapat

memberikan media pada tanah untuk terjadi nitrifikasi lebih cepat dan terus

menerus sehingga meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah dan

memberikan perbaikan sifat-sifat tanah terhadap kehilangan nitrogen nitrat

tanah atau dengan kata lain kesuburan tanah akan meningkat, disamping itu

(18)

commit to user

sehingga pemberian pupuk anorganik sebagai pupuk tambahan dengan dosis

yang efisien akan sangat efektif karena kehilangan dalam tanah yang

berlebihan dapat dihindari. Kompos granular dapat digunakan dalam dosis

yang ekonomis sudah cukup untuk memberikan keuntungan yang berarti pada

hasil pertanian (Anonim, 2010b).

Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah, baik

melalui perbaikan sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga tanaman

dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (Rosliani dan Sumarni, 1996).

Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur

hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan

semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk yang dilakukan pada tanaman,

maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Pemberian dengan dosis

yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada

tanaman (Fitri dan Erlinawati, 2007).

Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam unsur hara selama

pertumbuhan dan perkembangannya adalah tidak sama, membutuhkan waktu

yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Dalam hal pemupukan, sebaiknya

diberikan pada waktu atau saat tanaman memerlukan unsur hara secara

intensif agar pertumbuhan dan perkembangannnya berlangsung dengan baik

(Abdul dan Jumiati, 2007).

Granular dapat dibuat dengan berbagai cara, cara paling sederhana

adalah dengan menggunakan nampan biasa. Biasanya cara tersebut untuk

membuat contoh granul skala kecil. Bahan yang diperlukan sekitar 300 g –

500 g. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan, tambahkan air dan

perekat (jika perlu), kemudian nampan digoyang-goyang sampai terbentuk

granul. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penambahan air

atau perekat. Jumlahnya harus tepat, tidak boleh berlebih atau terlalu sedikit

(Isroi, 2008).

Berdasarkan Bapak Suwar sumber primer petani Getasan (2011) pupuk

organik granular adalah pupuk organik berbentuk granular (butiran-butiran)

(19)

commit to user

menghasilkan pupuk organik granular. Komposisi dari pupuk tersebut adalah

60 % kompos jadi, dolomite 20%, kalsit 10%, zeolit 10%, dan bakteri yang

berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah melalui proses mikrobiologi

tanah. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai stabilisator unsur hara tanah

dengan jalan merangsang jasad mikro yang mampu mengikat partikel tanah

secara bersama-sama, sehingga dapat memperbaiki struktur tanah.

Berdasarkan hasil laboratorium FMIPA UNS (2011) Unsur hara yang

terkandung pada pupuk organik granular ini adalah C organik 34,5%, N total

2,76%, C/N 12,48%, pH 6,9%, kadar P2O5 7,34%.

Menurut Setiawan (2000), pemberian pupuk kandang pada tanaman

semusim seperti palawija, sayuran, dan buah-buahan biasanya diberikan

sebagai pupuk dasar yaitu 10 ton/ha, sedangkan pupuk kandang yang

digunakan pada pemupukan tanaman bawang merah yaitu 10 ton/ha, untuk

tanaman kentang 20 ton/ha, sedangkan pada tanaman jahe menggunakan

pupuk kandang sapi atau domba dengan dosis 30 ton/ha

(Martodireso dan Suryanto, 2001).

Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah meningkatkan

kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi

pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi,

memperbaiki sifat-sifat tanah (Swift dan Sanchez, 1984).

Pupuk organik dengan kandungan nutrisi yang memadai sangat

diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal dan berkembang

dengan baik seperti jika dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk

anorganik NPK, dengan demikian penggunaan pupuk organik ternyata mampu

menggantikan peran pupuk anorganik. Hal ini dapat menghilangkan anggapan

bahwa pupuk organik akan melepaskan nutrisinya hingga mampu diserap

tanaman dalam waktu yang lama (Akanbi et al, 2010).

Hasil penelitian pada kubis bunga yang ditumpangsari dengan beberapa

tanaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik granular 20 ton/Ha

memberikan pengaruh yang paling baik terhadap hasil diameter krop, artinya

(20)

commit to user

sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan.

Masing-masing unsur yang terkandung dalam pupuk organik granular memiliki

peranan masing-masing dalam menunjang pertumbuhan tanaman untuk

menghasilkan diameter krop kubis bunga. Hasil rata-rata pada perlakuan yang

lain dengan berbagai dosis pupuk organik granular dan dengan perlakuan

tumpangsari bawang putih dan cabai ternyata mampu memberikan pengaruh

yang baik terhadap hasil diameter yang ditunjukkan dengan rata-rata yang

tidak berbeda jauh dengan perlakuan pemberian tanaman sela kenikir

(Hamidah, 2011).

Hasil penelitian pada tanaman ketimun menunjukkan bahwa penggunaan

pupuk kandang sapi bentuk granular dengan dosis 40 ton/ha juga memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, berat brangkasan segar

tanaman, brangkasan kering, sedangkan untuk diameter buah pada perlakuan

dosis 15 ton/ha dengan pupuk serbuk dipadu dengan 25 ton/ha pupuk granular

(Ulwiyah, 2011).

C. Hipotesis

Penggunaan dosis pupuk organik granular 10 ton/ha pada tiga varietas

buncis akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil

(21)

commit to user

11

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai 23 April – 2 Juli 2011 di Desa

Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Salatiga Jawa Tengah, dengan

jenis tanah Andosol pada ketinggian 1450 meter diatas permukaan laut

dengan suhu rata-rata antara 20-300C, dan pada koordinat 7023’53”LS

110024’37” BT.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih buncis

(Phaseolus vulgaris) tiga varietas Perancis, Jimbaran dan Lokal, kotoran

sapi, dolomit (5%), stardek (0,5%).

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, timbangan,

meteran/penggaris, tempat untuk fermentasi pupuk organik granular, tali

rafia, gunting, kertas label, mesin giling, mesin ayakan, alat untuk

membuat granular dan alat tulis.

C. Cara Kerja Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan faktorial dalam

Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang terdiri dari dua faktor

untuk faktor I adalah dosis pupuk organik granular, faktor II adalah tiga

varietas buncis, jumlah kombinasi perlakuan ada 12 dan setiap kombinasi

diulang sebanyak tiga kali.

a. Faktor I : Dosis pupuk organik granular yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

(D0) : Tanpa Pupuk

(D1) : Dosis pupuk organik granular 10 ton/ha

(22)

commit to user

(D3) : Dosis pupuk organik granular 30 ton/ha

b. Faktor II : Varietas buncis dengan 3 macam, yaitu :

(V1) : Varietas Perancis (buncis tipe tegak)

(V2) : Varietas Jimbaran (buncis tipe merambat)

(V3) : Varietas Lokal (buncis tipe merambat)

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pembuatan Pupuk Organik Granular

Kotoran sapi dicampurkan dengan Dolomit (5%) dan ditambahkan

dengan Stardek (0,5%). Setelah itu difermentasi selama 6 minggu,

dengan setiap 1 minggu sekali dibalik dengan menggunakan cangkul.

Setelah 6 minggu hasilnya digiling yang merupakan pupuk serbuk atau

dengan alat granul supaya terbentuk pupuk granular yang bentuknya

menyerupai pupuk urea (Berdasarkan pembuatan pupuk granular

Lembah Hijau Karanganyar).

b. Penyiapan Benih

Memilih benih yang baik yaitu : mempunyai daya tumbuh minimal

80-85 %, berbentuk utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda cokelat

terutama pada mata bijinya, bebas hama dan penyakit, seragam dan

tidak tercampur varietas lain serta bersih dari kotoran.

c. Pengolahan Lahan dan Pemupukan

Tanaman buncis dikembangbiakan dengan bijinya, bijinya langsung

ditanam di lahan. Sebelum ditanami lahan diolah dahulu dengan cara

dicangkul dan membersihkan gulma, setelah tanah rata maka

selanjutnya, dibuat bedengan dengan ukuran 2 m x 1,5 m dengan

tinggi 15 cm, dengan jarak antar bedengan 50 cm. Persiapan

selanjutnya adalah diberikan pupuk sesuai dengan perlakuan

masing-masing. Pemberian pupuk dilakukan dua kali yaitu 1/3 total pupuk

keseluruhan pada masing-masing perlakuan, yang digunakan untuk

pupuk dasar dan 2/3 total pupuk keseluruhan atau pupuk susulan

diberikan pada 35 HST.

(23)

commit to user

d. Penanaman

Tiap bedengan terdapat empat baris tanaman dengan jarak antar baris

50 cm, jarak antar lubang tanaman 20 cm, setelah itu membuat lubang

tanam dengan cara ditugal, kedalaman tugal 4-6 cm. Setiap lubang

tanam ditanam 2-3 biji, lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis. Biji akan

tumbuh setelah lima hari ditanam.

e. Pemasangan ajir

Setelah tinggi tanaman buncis mencapai ± 20 cm atau pada saat

tanaman berusia 20 hari setelah tanam (HST), diberikan ajir yang

dibuat dari bambu. Ajir tersebut berfungsi sebagai tempat membeli dan

pemberian pupuk lanjutan yaitu 2/3 dari pupuk total.

f. Pengairan

Pengairan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari atau

disesuaikan dengan kondisi dilapang.

g. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada lubang tanam yang kosong dengan

memindahkan tanaman buncis sesuai perlakuan.

h. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan sebatas pembentukan sulur setelah tanaman

berumur 2 dan 5 minggu.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi lahan.

j. Pemanenan

Polong buncis dapat dipanen mulai buncis berukuran 12 cm atau

sekitar 60 HST dan untuk tanaman buncis dipanen ± 3 kali secara

bertahap pada 60 HST, 65 HST dan pada 70 HST.

3. Variabel Pengamatan

a. Pertumbuhan tanaman

1) Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung dengan menghitung jumlah daun tanaman.

(24)

commit to user

sempurna. Setiap 1 minggu sekali sampai 65 hari setelah tanam

(HST).

2) Luas daun (cm2)

Luas daun ditentukan dengan menggunakan metode gravimetri

dengan persamaan sebagai berikut :

LD = xLk

Wt Wr

Dimana, Wr : berat kertas replika daun

Wt : berat kertas total

Lk : luas kertas total

3) Indeks Luas Daun (ILD)

Nilai ILD dihitung dengan menggunakan rumus :

aman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh

5) Panjang Akar (cm)

Setelah tanaman dibersihkan, panjang akar diukur mulai dari

pangkal bawah sampai ujung akar.

6) Volume Akar (ml)

Volume akar dapat dihitung dengan merendam akar pada air

volume tertentu dalam gelas ukur, kemudian dihitung selisih

volume air sebelum dan sesudah direndam.

7) Berat Brangkasan Kering Tanaman (g)

Menimbang seluruh tanaman sampel yang telah diambil dan

kemudian di oven pada suhu 70-800C sampai beratnya konstan.

b. Komponen Hasil

1) Jumlah Polong

Jumlah polong dihitung pada seluruh tanaman sampel sampai

(25)

commit to user 2) Diameter Polong (cm)

Diameter polong diukur dengan menggunakan jangka sorong.

3) Panjang Polong (cm)

Panjang polong diukur dengan penggaris, dari ujung polong ke

ujung yang lain.

4) Berat Segar Polong Per Tanaman (g)

Menimbang seluruh polong yang dilakukan setelah pemanenan.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dengan

menggunakan uji F tingkat kepercayaan 95%, apabila terdapat beda nyata

dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf

(26)

commit to user

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Interaksi antara penggunaan dosis pupuk organik granular terhadap tiga

varietas buncis terjadi hanya pada variabel pengamatan panjang akar.

2. Varietas Jimbaran dan Lokal memberikan hasil berat polong segar per

tanaman yaitu 61, 45 g dan 47,88 g lebih tinggi daripada varietas Perancis

17,17 g untuk semua perlakuan penggunaan pupuk organik granular.

3. Pupuk organik granular dosis 20 ton/ha meningkatkan pertumbuhan

panjang akar pada varietas Lokal 24,27 cm.

4. Varietas Lokal memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada variabel

jumlah daun 56,25 helai, tinggi tanaman 137,26 cm dan diameter polong

0,84 cm, sedangkan varietas Jimbaran memberikan pertumbuhan luas daun

tertinggi yaitu 856,89 cm2.

B. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pupuk organik

granular pada varietas buncis, dan penggunaan pupuk kandang ayam dalam

pembuatan pupuk organik granular, karena telah diketahui pupuk kandang

ayam memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan pupuk

Gambar

Grafik pertumbuhan jumlah daun pada buncis varietas

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pelaksanaan, terdapat beberapa upaya yang perlu diperhatikan yaitu Dinas Kesehatan belum melakukan sosialisasi dan advokasi pada sarana umum milik swasta

Hasil penelitian menunjukkan varietas dan tinggi muka air sangat berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum Varietas Cilosari,

Uji organoleptik terhadap enam sampel kue semprit berdasarkan kriteria bentuk, warna, aroma, rasa, kerenyahan, keremahan dan tingkat kesukaan dapat diambil kesimpulan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perlakuan varietas (V), konsentrasi ZPT (T), dan penggenangan (G) menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh

Hasil dari 26 responden yang merupakan mahasiswa/i sastra Inggris UAI semester 6 dapat dibagi menjadi dua kategori: kelompok A sebanyak 46.15% yang memahami isu

“ singkatnya, ketika guru dan siswa menganalisis contoh bersama sejumlah tujuan penting dapat dicapai: mengklarifikasi harapan dan standar; memungkinkan siswa

Dari teori listrik tentang kapasitor, besarnya rapat tenaga medan listrik yang tersimpan dalam kapasitor sebanding dengan kuadrat medan listriknya dituliskan,.. 2 2

pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran (Amstrong dan Kotler, 1999).Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang