• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Eksploitasi perempuan dalam ekon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Eksploitasi perempuan dalam ekon"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL JURNAL

EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM EKONOMI GLOBAL

OLEH

MUSTAQIM AKRAM

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG MAKASSAR TIMUR

(2)

ABSTRAK

This study aims to see how the exploitation has happened toward women by or using the media in this XXI century, which all of them are being controlled by the capitalist and its correlation to the second sila (principle) of Pancasila. This study is trying to analyze by observing the figure of “cewek kece” as an ideal women figure of XXI century in television.

The result of analyzing has proved that exploitation toward women by or using media has actually happened, especially through television in the form of commodification of “cewek kece”, symbolic viciousness, and it has shown by the pressure toward women to have slim body. If we connect the result of analyzing to the second sila of Pancasila, in fact, it shows that there is an unsuitable construction with the values and ethics of Pancasila as a basic personality of our nation.

Keyword : “Cewek Kece”, Exploitation, Commodification, The second sila of Pancasila

PENDAHULUAN

Di abad 21 ini, telah terjadi eksploitasi besar-besaran kepada perempuan yang tidak tersadari. Dengan topeng sebagai model iklan, covergirl, bintang film dan lain sebagainya, perempuan dituntut untuk tampil semaksimal mungkin sesuai keinginan para elit bisnis. Selain itu di kalangan masyarakat biasa yang mencerna topeng-topeng tersebut melalui media, juga tertuntut untuk tampil sesempurna topeng yang dibuat elit bisnis, karena topeng-topeng itu telah menjadi patokan standar untuk menjadi perempuan.

Bukan lagi kulit putih, rambut lurus, dan mata besar, tetapi lebih ke penglobalisasian tampang perempuan, atau percampuran ke-barat-baratan dan ketimur-timuran, sudah menjadi patokan perempuan disebut cantik oleh masyarakat umum. Desain Amerikanisasi atau Koreanisasi juga telah menjadi tren busana yang wajib digunakan untuk memperlihatkan keindahan perempuan itu sendiri. Sebegitu banyak tuntutan perempuan di zaman ini, sehingga membuat perempuan seakan-akan harus memperhatikan ujung kuku tanganya hingga ujung kuku kakinya.

Sekarang bila kita melihat televisi, tanpa adanya perhatian yang khususpun kita bisa melihat suatu fenomena. Fenomena itu adalah banyaknya iklan dengan gencar menampilkan model perempuan sebagai ikon produk yang dipasarkan. Perempuan yang menjadi ikon itupun bukanlah sembarang perempuan, tetapi perempuan yang dalam pandangan masyarakat pada umumnya disebut “cewek kece.” Sebutan itu digunakan untuk menyebut perempuan-perempuan yang masuk dalam kategori ideal, cantik dan feminim yang dicitrakan oleh para elit bisnis.

(3)

Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak dari perekonomian global khususnya di Indonesia dan eksploitasi perempuan dalam ekonomian global penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Apa saja dampak dari eksploitasi perempuan dalam ekonomi global?

b. Bagaimana dampak eksploitasi perempuan dalam ekonomi global di Indonesia?

c. Bagaimana langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi eksploitasi perempuan dalam ekonomi global?

TUJUAN

Tujuan makalah ini untuk kelengkapan berkas LK II HMI Cabang Yogyakarta. Tujuan Khusus dari makalah ini untuk mengetahui bagaimana eksploitasi perempuan dalam ekonomi global.

PEMBAHASAN

Derita Perempuan Akibat Perdagangan Bebas

Kemiskinan dan eksploitasi tengah menjadi pekerjaan sentral di hampir seluruh penjuru dunia. Problem kemiskinan menjadi penyebab munculnya sejumlah problem sosial kemasyarakatan. Kemiskinan telah mendorong jutaan kaum perempuan terjebak dalam pekerjaan yang eksploitatif. Salah satunya membuat sekian banyak perempuan menempuh perjalanan ribuan mil dan meninggalkan keluarganya menjadi pekerja migran yang rentan perlakuan tak manusiawi. Perempuan diperas fisik, harta dan kemolekan tubuhnya demi keuntungan segelintir pemilik modal. Kondisi perempuan dalam sistem kapitalisme saat ini boleh dibilang sangat miris, sistem ini telah melahirkan kesenjangan massal dan derita kemiskinan yang melanda jutaan perempuan di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Sistem ini memaksa kaum perempuan untuk mencari pekerjaan sebagai buruh migran, buruh pabrik, buruh tani, pedagang kecil serta kerap terpaksa bekerja dalam kondisi yang mirip perbudakan untuk bertahan hidup demi sesuap nasi. Kaum perempuan digiring untuk sejajar dengan kaum laki laki dalam hal mencari materi, alhasil peran perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga pun sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan yang berujung pada

rusaknya generasi yang akan memimpin peradaban ini.

Faktanya, buruh migran Indonesia tersebar di beberapa negara. Di Malaysia, Singapura, Hongkong, dan negara-negara Timur Tengah. Di antara negara-negara tujuan migrasi, Hong Kong telah memiliki undang-undang yang melindungi perempuan. Namun eksploitasi fisik di negara itu tetap saja tak bisa dihindari. Mereka bekerja tanpa dibayar dan paspor mereka ditahan. Lagi-lagi alasan rendahnya kualitas pendidikan, keterampilan dan kemampuan komunikasi, menjadi

penyebab utama penistaan terhadap pekerja migran perempuan.

(4)

ketika jumlah order meningkat. Perjanjian kerja yang harus mereka tanda tangani di awal kontrak memaksa mereka bekerja, kapan pun ketika diperlukan perusahaan. Tidak hanya eksploitasi fisik, penderitaan pekerja perempuan diperparah dengan eksploitasi seksual. Belum usai penanganan perkosaan seorang tenaga kerja Indonesia di pengadilan sipil Penang terhadap tiga polisi Malaysia, publik kembali terguncang. Telah terjadi lagi pemerkosaan dan kekerasan terhadap TKI asal Aceh. Pelakunya adalah pasangan suami dan istri, majikan sang TKI. Realitas yang dihimpun Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) pada 2011 menunjukkan, terjadi 2.209 pelecehan/kekerasan seksual pada perempuan pekerja migran. Bahkan 535 orang yang kembali ke tanah air dalam keadaan hamil.

Eksploitasi perempuan secara finansial.

Era globalisasi sesungguhnya sebuah wajah dari era informasi.Era yang menampakkan gejalanya pada tahun 1960-an dan akan menegaskan bentuknya sekitar tahun 2000 ini (Membincangkan Feminisme “Refleksi muslimah atas peran sosial kaum wanita”Hal.117)

Derita buruh perempuan belum berakhir. Eksploitasi fisik dan seksual, makin diperparah oleh eksploitasi finansial. Ketidakberdayaan mereka dimanfaatkan pasar. Gaji yang mereka dapatkan dihabiskan hanya untuk memenuhi selera konsumtif. Mereka suka berbelanja pakaian yang sedang trend di mall atau membeli telepon seluler untuk komunikasi di antara mereka. Sebuah penelitian menyatakan bahwa kaum buruh yang berlatar agraris membayangkan bahwa menjadi orang kota adalah menjadi orang modern, dan menjadi orang modern mesti berperilaku bagaikan kisah-kisah dalam sinetron. Rambut rebounding, make up, “melepas lelah” di pusat perbelanjaan, seperangkat stereo set terpasang di rumah kontrakan, dan berbagai perilaku lainnya.

Perempuan Korban Perdagangan Bebas Kemiskinan telah mendorong perempuan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga masuklah mereka ke bursa kerja. Kentalnya liberalisme tampak pada kebolehan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan perutnya asal tidak melanggar kebebasan orang lain. Begitu besarnya problem kemiskinan ini, sehingga pada September tahun 2000 perwakilan 189 negara menandatangani deklarasi yang berisi 8 poin proyek bersama sasaran pembangunan - MDGs-Millenium Development Goals - yang bermuara pada satu target, yakni eliminasi problem besar bernama “kemiskinan”. Resep mengatasi kemiskinan yang ditawarkan tak jauh dari dua agenda. Pertama: Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (PEP) dengan mendorong secara massif dan terstruktur agar perempuan masuk ke dunia kerja. Kedua: mewujudkan kesetaraan jender agar bisa dihilangkan semua penghambat baik kultur, ajaran agama maupun nilai-nilai moral bagi kiprah ekonomi perempuan. Padahal dibelakang program ini telah menanti program lain yang tak kalah kejamnya dalam mematikan perekonomian bangsa ini. Serangkaian agenda ekonomi yang terus digulirkan memaksa Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya untuk membuka pasar bagi negara-negara maju. Pasar bebas dalam berbagai bentuknya terus dibesarkan opininya dan masyarakat dipaksa untuk menerima semua akibat buruknya.

Bahaya era globalisasi adalah ancaman perang nilai yang datang diam-diam karena senjatanya adalah materi-materi hiburan yang hadir bersama perangkat tekhnologi (Membincangkan Feminisme “Refleksi muslimah atas peran sosial kaum wanita”Hal.120).

Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015 adalah salah satu contohnya. Hasil KTT APEC bulan September lalu juga merekomendasikan hal senada. Begitu pula agenda organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) yang melangsungkan Konferensi Tingkat Menteri di Bali pada tanggal 3 – 8 Desember 2013. Semuanya menekankan pada komitmen menuju pasar bebas. Padahal jelas telah terjadi bagaimana kerugian yang akan diterima Indonesia manakala

pasar bebas ini benar-benar berjalan.

(5)

lihat dari fakta kondisi para buruh perempuan baik dalam negeri maupun buruh migran. Perhatian terhadap buruh, pelaku ekonomi, dan tenaga kerja perempuan hanya kamuflase untuk mengamankan tujuan keberlangsungan eksploitasi ekonomi. Itulah sesungguhnya dibalik program pemberdayaan perempuan berdasarkan konsep kapitalis, perempuan hanya dijadikan objek eksploitasi saja, kapitalis tidak memikirkan akan kesejahteraan perempuan.

Perempuan dalam sudut pandang islam & kapitalisme

Perempuan Menjadi Mulia Hanya Dengan Islam Perbedaan pandangan antara Islam dan Kapitalisme dalam hal ini memang sangat nyata. Diawali dengan perbedaan yang signifikan terhadap peran dan fungsi perempuan di tengah masyarakat hingga persoalan-persoalan yang menyangkut keluarga dan keberlangsungan generasi. Islam memberikan banyak aturan pada perempuan bukan karena ingin menindas perempuan. Sebab aturan yang sangat banyak dan rinci itu dibuat sesuai dengan fitrah manusia sebagai perempuan.Al-Qur’an sebagai rujukan perinsip masyarakat islam,pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama,dimana yang satu tidak miliki keunggulan terhadap yang lain ( Analisis Gender Hal.129) Islam memandang perempuan dengan tepat dan mendudukannya pada posisi yang mulia. Yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ini adalah posisi yang sangat strategis. Sebab masa depan generasi dan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh posisi ini. Maka proses pendidikan pada anak yang dilakukan oleh kaum perempuan menjadi kunci utama tingginya peradaban sebuah bangsa. Adapun kewajiban mencari nafkah dibebankan pada kaum laki-laki. Bukan untuk menunjukkan kekuatan laki-laki dan kelemahan perempuan. Tapi peran ini diberikan sesuai dengan kemampuan fisik dan tanggung jawab yang diberikan Allah swt pada laki-laki. Dan ketika masing-masing pihak saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat dengan tetap fokus pada peran yang sudah ditetapkan, maka ketentraman dalam sebuah masyarakat akan terwujud. Di lain pihak, Islam mengatur bagaimana Negara (Khilafah) memberikan jaminan terhadap terpenuhinya semua kebutuhan pokok rakyatnya. Islam menyerahkan tugas ini bukan pada pundak individu atau sebagian orang, apalagi perempuan. Islam memberikan solusi untuk mengentaskan kemiskinan melalui distribusi kekayaan yang dibebankan pada negara untuk mengaturnya. Dengan demikian, perempuan tak perlu bersusah payah menghidupi dirinya dengan menghabiskan waktu sekian banyak di luar rumah. Maka nyatalah Islam memuliakan perempuan. Karena itu memperjuangkan tegaknya sistem Islam dalam naungan Khilafah, yang akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan menjadi keharusan bagi siapa saja yang ingin mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat.

Peran Perempuan dalam Perjuangan Penegakkan Khilafah Terwujudnya kembali kehidupan Islam memang merupakan keniscayaan. Apalagi Allah SWT telah memberikan kabar gembira (bisyarah) akan datangnya kembali kehidupan Islam itu dengan tegaknya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, seharusnya siap berkontribusi maksimal untuk mewujudkan kabar gembira tadi dalam waktu secepatnya. Apalagi mengemban dakwah yang ditujukan untuk penegakkan Khilafah sejatinya adalah kewajiban bagi laki-laki dan perempuan. Perempuan diwajibkan melakukan aktivitas dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki. Sebagai separuh masyarakat, kaum perempuan tentu memiliki kesempatan besar untuk berperan menjadi agen perubahan, baik dalam posisinya sebagai ibu pencetak generasi pemimpin, maupun dalam posisinya sebagai guru bagi sesama kaum perempuan, yang siap mengajak kaumnya turut memproses perubahan dengan menjadi pejuang penegak syariah dan Khilafah sebagaimana dirinya. Karena itu banyak hal yang dapat diperankan oleh kaum perempuan dalam mewujudkan kemuliaan umat, dengan tetap melaksanakan kewajiban utamanya sebagai ummun wa rabbah bait (ibu dan pengelola rumah tangga) :

(6)

kemuliaan umat. Aktivitas dakwah tidak boleh dijadikan sebagai aktivitas sampingan atau sekedar rutinitas belaka, tetapi menjadi aktivitas yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan serius, serta diarahkan untuk membangkitkan umat dengan Islam.

b. Melakukan pembinaan terhadap kaum perempuan agar mampu menjalankan peran utama dan strategisnya dengan baik, sebagai pencetak generasi berkualitas prima, yang siap berjuang untuk Islam. Mengembalikan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Memahamkan bahwa keluarga Muslim merupakan basis pertahanan terakhir umat yang harus segera diselamatkan. Pasalnya, di dalam keluarga inilah tempat persemaian generasi pemimpin bangsa. Generasi yang siap membawa umat ini kembali menuju kemuliaannya, generasi pemimpin peradaban umat manusia di dunia. Pencerdasan terhadap kaum perempuan ini dilakukan dengan dakwah pemikiran dengan cara membangkitkan dan membangun pemikiran yang berlandaskan pada akidah. Selanjutnya pemikiran ini dijadikan sebagai landasan dalam berbuat dan bertingkah laku. Kesadaran inilah yang akan mendorong manusia untuk senantiasa menyesuaikan seluruh perbuatannya dengan aturan-aturan Allah SWT.

c. Membangun kesadaran politik umat (wa’yu siyasi), yaitu kesadaran umat tentang bagaimana memelihara urusannya dengan syariah. Dengan itu akan muncul perempuan yang pandai mendidik anak, melahirkan generasi islami, dan berjuang di tengah masyarakat.

d. Amar makruf nahi mungkar. Aktivitas ini merupakan kewajiban bagi laki-laki maupun perempuan ( QS al-Imran [3]: 104; QS at-Taubah [9]: 71).

e. Menasihati dan mengoreksi penguasa. Jika penguasa menetapkan suatu aturan yang melanggar syariah atau merampas hak rakyat, maka wajib untuk menasihati penguasa.

f. Membela, menjaga, dan mendukung upaya penegakkan syariah dan Khilafah serta para pejuangnya.

g. Menjadikan diri dan keluarga sebagai teladan umat, baik dalam masalah akidah, ibadah, muamalah, maupun perjuangan Islam.

h. Telah jelaslah bagi kita bahwa hanya Islam satu-satunya solusi atas berbagai macam problematika yang ada saat ini, termasuk masalah eksploitasi perempuan. Hanya dengan Islam yang akan membawa kita kepada kemuliaan, sebagai satu tubuh yang tidak akan tergoyahkan. Hanya kepada Allah SWT semata kita memohon agar kita diberi kesanggupan untuk menegakkan kembali kepemimpinan Islam yang mengikuti metode kenabian. Semoga Allah SWT memberikan karunia kepada kita semua agar kita mampu memberlakukan kembali hukum-hukum Islam dalam waktu dekat ini. Amiin. Wallahu a’lam bisshawab.

KESIMPULAN

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Muthahhari Murtadha, 2008, Wanita dan hijab. Shihab M.Quraish, 2005, Perempun.

Sugihastuti Suharto,2000, Kritik Sastra Feminis.

Muthahhari Murtadha,2012 Filsafat Perempuan dalam islam

Referensi

Dokumen terkait

dan inspirasi setiap kegiatan, pendidikan akan menempati posisi strategis melampaui pendidikan lainnya yang tidak bersumber pada kitab suci.[82] Konsep ini mempertegas bahwa

Aktiva tidak berwujud yang dimiliki dicatat dalam rekening) sebesar harga perolehannya. Harga perolehan ini tergantung pada cara perolehan aktiva tidak berwujud.

Penggunaan ampas kecap memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, hal ini dapat disebabkan oleh konsumsi pakan yang juga tidak berbeda nyata (P>0,05), selain itu

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan tujuan dan manfaat penelitian adalah membangun suatu model pengambilan keputusan dengan metode WP (Weighted Product) untuk

berwirausaha.10 Berdasarkan penelitian pertama yang dilakukan oleh Ermaleli Putri terdapat persamaan dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang berwirausaha siswa

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan, metode pemantulan total teredam mampu membuktikan keberadaan ragam- ragam polariton dalam sampel berlapis-lapis yang

Tenaga kerja subsektor Kehutanan, investasi Pemerintah sektor Kehutanan serta sektor Industri secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

Sementara dari segi sumber daya manusia lebih ditingkatkan ketrampilan para karyawan didalam memberikan pelayanan kepada konsumen, seperti pada pelayanan hotel