EKOSISTEM PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMATANGAN EMOSI SISWA
DI SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI Helmi4
Abstract: Theaims of this study areto find out: 1) the influence of educational ecosystem on the students' emotional maturity 2) the influence of family education on the students' emotional maturity 3) the influence of school education on the students' emotional maturity, and 4) the influence of public education on the students' emotional maturity. This research was correlational research with quantitative approach. This research used a survey method with a questionnaire, which contained a series of questions about a problem or field to be studied. The sample comprised of 47 students, which were randomly taken from the Class XII IPA as the population. The data analysis used simple linear regression analysis. The result revealedthat there was the correlation between the educational ecosystem and the students' emotional maturity. From the result of the data, family education was the most influencingfactor on the students' emotional maturity in the school. Itwas around 12.72% students in the low category but sure. Mean while, the result of the school education was almost the same as theresult of public education.Both were in the lower effect on the students' emotional maturity in SMA Negeri 1 Muaro Jambi. They were around 7.43% and 7.15% studentsin a low category but defined.
Keywords:Educational Ecosystems, Emotional Maturity
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan suatu kekuatan dinamis yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, etika dan seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan adalah salah satu faktor yang besar peranannya bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong dan menetukan maju mundurnya proses pembangunan bangsa dalam segala bidang.
Dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM) sangat memerlukan peran aktif guru dalam memberikan pengetahuan bagi para muridnya, sehingga menghasilkan peserta didik yang berhasil guna dan siap untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Disamping itu, materi/bahan ajar yang diberikan harus memperhatikan keadaan masyarakat setempat. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkanpada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Efendi(2012:17) mengungkapkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia berbakat dan interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan ekosistemnya.
EkosistemPendidikan merupakan factor penting dalam membangun
kematangan emosisiswa. Pendidikan bukan saja merupakan proses belajar mengajar di sekolah tetapi semua hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang dapat merubah seseorang yang sebelumnya tidak baik menjadi baik, yang sebelumnya tidak bagus menjadi bagus, yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Itu semua bukan hanya didapatkan di sekolah saja tetapi disemua tempat termasuk dalam keluarga dan di masyarakat.
Dari semua itu tujuan dari setiap komponen yang terdapat dalam ekosistem pendidikan tersebut adalah mematangkan emosi siswa sehingga terbentuklah emosi yang baik dan benar terhadap diri siswa. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh siswa untuk belajar, di sekolah bukan hanya belajar mata pelajaran saja yang diutamakan oleh guru kepada siswa tetapi ada hal lain yang harus guru perhatikan adalah bagaimana caranya mematangkan emosi siswa sehingga siswa dapat
mengontrol emosi yang ia
perlihatkan.
oleh siswa akan berbeda dari yang sewajarnya.
Ekosistem pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta di lapangan banyak ditemukan ekosistem pendidikan yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen ekosistem pendidikan persekolahan berbasissekolah.
Pihak sekolah seharusnya
bekerjasama dengan pihak
masyarakat maupun dengan pihak keluarga yaitu kedua orang tua, barulah terbentuk suatu ekosistem pendidikan yang akan mematangkan emosi siswa. Ekosistem pendidikan (sekolah, keluarga, masyarakat) sudah pasti sangat berpengaruh terhadap kematangan emosi siswa, tetapi seberapa besar pengaruh ekosistem pendidikan tersebut untuk membentuk kematangan emosi siswa. Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Menurut Hurlock dalam R.Wahab (2015:165) individu yang dikatakan dapat mengendalikan emosinya,yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekpresi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energy fisik dan mental yang
bertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. b. Pemahaman diri individu
yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya
untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat. c. Menggunakan kemampuan
krisis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.
Penelitian ini tidak hanya menemukan besarnya pengaruh ekosistem terhadap kematangan emosi siswa secara keseluruhan saja, akan tetapi juga menganalisis setiap butir yang terdapat di dalam ekosistem pendidikan terhadap kematangan emosi siswa di sekolah, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yang memiliki dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang menggunakan instrument (angket), angka-angka, mengolah data secara deduktif (dari umum kekhusus) sehingga menghasilkan kesimpulan yang bersifat menguji teori (Sutja,dkk.2014:85).
kepada responden. Pada penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas XII IPA dan populasi responden adalah seluruh siswa di kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 153 orang yang dibagi dalam 5 kelas. Untuk jelasnya jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 XII IPA.1 32 orang
2 XII IPA.2 32 orang
3 XII IPA.3 30 orang
4 XII IPA.4 32 orang
5 XII IPA.5 31 orang
Jumlah 157 orang
Teknik atau cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling. Menurut Sutja,dkk (2017:69) sample random
sampling (acak sederhana) adalah
pengambilan data sembarangan yang memungkinkan setiap populasi jadi sampel, tanpa membedakan karakteristiknya. Pada teknik ini sampel bias diambil sembarangan asalkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan atau ukuran yang representatif. Pada penelitian ini jumlah sampel representatif adalah 47 orang yang diperoleh dari 29,7% dari 157 siswa. Distribusinya sesuai dengan jumlah siswa perkelas.
Data tentang ekosistem pendidikan dan kematangan emosi siswa di SMA Negeri1Muaro Jambi diperoleh dari angket yang disebarkan secara langsung kepada siswa yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Untuk mencari pengaruh ekosistem pendidikan dengan kematangan emosi dinyatakan dalam bentuk hubungan pengaruh X (pengaruh ekosistem pendidikan) terhadap Y (kematangan emosi).
Analisis regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan secara manual/sederhana. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah dengan menggunakan indek determinasi (KD) yang dinyatakan dalam persentase.
KD = r2x 100% Keterangan:
KD = Koefisien determinasi yang dicari
r = korelasi variabel X denganY yang sudah ditemukan
Adapun kriteria penafsiran pengaruh (X tunggal) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Penafsiran Pengaruh Parsial (X tunggal)
No Nilai
Determinasi Pengaruh
1 0,00–0,04 Sangat lemah 2 0,05–0,16 Rendah tapi pasti 3 0,17–0,49 Cukup kuat 4 0,50–0,81 Tinggi atau kuat 5 0,82–1,00 Sangat tinggi atau
sangatkuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
indikator yang dijabarkan dalam
bentuk kisi-kisi serta
dioperasionalkan melalui pernyataan-pernyataan seperti yang tertera pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dihitung dengan menggunakan rumus regresi linear, maka pengaruh ekosistem pendidikan dengan kematangan emosi siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi seperti tertera pada Tabel 4.
Dari hasil perhitungan dengan persamaan regresi linear yang diperoleh secara manual adalah Y = 18,43 + 0,233 X. Persamaan regresi linear sederhana ini memberikan prediksi bahwa ekosistem memiliki pengaruh yang rendah tapi pasti terhadap kematangan emosi siswa di sekolah. Dengan adanya dukungan dari ekosistem pendidikan, maka hasil kematangan emosi secara konstan berada pada18,43. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah dengan menggunakan indek determinasi (KD) yang dinyatakan dalam persentase. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan rumus indek determinasi adalah 5,4%. Hasil perhitungan dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh variabel X terhadap Y sebesar 5,4%. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa 5,4% dari variabel kematangan emosi (Y) dipengaruhi oleh variabel ekosistem pendidikan (X). Jika dilihat dari tabel penafsiran pengaruh parsial (X tunggal), menurut Sutja dkk
(2017:100) nilai determinasi yang berada pada angka 0,05–0,16 ditafsirkan memiliki pengaruh yang rendah tapi pasti.
Pada Tabel 5 dapat dilihat analisa setiap butir yang terdapat di dalam ekosistem pendidikan. Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai r untuk pengaruh pendidikan keluarga terhadap kematangan emosi siswa (diolah dengan menggunakan Microsoft excel 2010) adalah r = 0,13 dengan nilai KD = 12,72%. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan keluarga terhadap kematangan emosi. Hasil pencarian koefisien determinasi adalah 12,72% berada pada kisaran angka 0,05–0,16 yang artinya pengaruh pendidikan keluarga terhadap kematangan emosi siswa adalah rendah tapi pasti.
Untuk pengaruh pendidikan sekolah terhadap kematangan emosi siswa adalah r = 0,074 hasil KD adalah 7,43% berada pada kisaran 0,05–0,16 yang artinya pengaruh pendidikan sekolah terhadap kematangan emosi siswa juga rendah tapi pasti.
Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Variabel Ekosistem Pendidikan
Tabel 4. Skor Ekosistem Pendidikan (EP) terhadap Kematangan Emosi (KE)
Res p
Skor
Res p
Skor E
P E K
EP EK
X Y X Y
1 20 22 25 18 21
2 15 24 26 23 26
3 15 25 27 17 24
4 19 25 28 17 19
5 20 23 29 23 25
6 21 23 30 19 23
7 17 23 31 20 21
8 22 24 32 17 17
9 17 26 33 23 26
10 21 21 34 24 28
11 18 22 35 19 19
12 15 23 36 21 23
13 20 28 37 19 21
14 22 25 38 21 25
15 23 21 39 22 22
16 18 21 40 18 23
17 20 26 41 16 23
18 19 20 42 21 20
19 17 24 43 24 25
20 21 27 44 17 21
21 13 25 45 19 21
22 18 21 46 21 22
23 19 21 47 20 21
24 17 21
Jumla
h 906 1077
Rerata 19,2 8
22,9 1
Maks 25 28
Min 13 17
Tabel 5. Skor Pendidikan Keluarga (PK), Pendidikan Sekolah (PS) dan Pendidikan Masyarakan (PM) terhadap Kematangan Emosi
Resp
Skor Skor Skor
PK KE PS KE PM KE
X Y X Y X Y
1 10 22 5 22 5 22
2 8 24 4 24 3 24
3 5 25 4 25 6 25
4 6 25 6 25 7 25
5 7 23 6 23 7 23
6 7 23 6 23 8 23
7 7 23 5 23 5 23
8 8 24 7 24 7 24
9 6 26 5 26 6 26
10 5 21 7 21 9 21
11 5 22 6 22 7 22
12 6 23 5 23 4 23
13 7 28 5 28 8 28
14 8 25 6 25 8 25
15 9 21 6 21 8 21
16 6 21 6 21 6 21
17 7 26 6 26 7 26
18 7 20 5 20 7 20
19 5 24 6 24 6 24
20 6 27 6 27 9 27
21 5 25 4 25 4 25
22 8 21 5 21 5 21
23 7 21 7 21 5 21
24 6 21 6 21 5 21
26 8 26 7 26 8 26
Jumlah 316 1077 270 1077 320 1077
Rerata 6,72 22,91 5,74 22,91 6,81 22,91
Max. 10 28 7 28 10 28
Min. 5 17 4 17 3 17
Berdasarkan hasil penelitian ekosistem pendidikan dan pengaruhnya terhadap kematangan emosi siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ditemukan hasil adanya korelasi yang rendah tapi pasti. Data diolah menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk menghitung besarnya pengaruh variabel X terhadap Y. Hasil akhir dari pengolahan angket yang diisi oleh 47 responden tersebut diperoleh nilai determinasi 0,054 (5,4%). Dari perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara variabel X terhadap variabel Y sebesar 5,4%. Dengan kata lain dapat diartikan
bahwa 5,4% dari variabel
kematangan emosi (Y) dipengaruhi oleh variabel ekosistem pendidikan (X).
Mengacu pada kriteria penafsiran pengaruh parsial (X tunggal) yang dikemukan oleh Sutja dkk (2017:100) nilai 0,054 tersebut berada pada pengaruh rendah tapi pasti, hal ini dikarenakan nilai koefisien determinan berada pada nilai 0,05-0,16. Artinya ada pengaruh yang positif antara ekosistem pendidikan terhadap kematangan emosi siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi. Ini nampaknya berbeda dengan fenomena atau gejala lapangan yang diamati sebelumnya, meskipun terlihat banyak ekosistem pendidikan yang menjurus kepada perilaku yang negative bukan berarti ekosistem pendidikan juga akan memberikan pengaruh yang negative pula pada kematangan emosinya.
Hasil penelitian ini
membuktikan pandangan Khairani (2011:155) suasana lingkungan sosial, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar yang berhubungan dengan proses-proses sosialisasi yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang matang. Sejalan dengan pandangan Khairani di atas Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2012:37) menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai tri pusat pendidikan. Maksudnya, tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Hasil penelitian yang menunjukkan
adanya pengaruh ekosistem
pengaruh yang disumbangkan oleh ekosistem pendidikan bukan saja berupa pengaruh yang bersifat negatif tetapi juga bersifat positif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
ekosistem pendidikan dan
pengaruhnya terhadap kematangan emosi siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi yang telah dilakukan berada pada kategori rendah tapi pasti. Artinya terdapat pengaruh yang berarti antara variabel X (ekosistem pendidikan) terhadap variabel Y (kematangan emosi siswa). Kondisi tersebut dapat dilihat dari nilai variabel X terhadap variabel Y sebesar 5,4% yang berada pada kisaran angka 0,05-0,16 (rendah tapi pasti). Untuk nilai skor masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh pendidikan
keluarga terhadap
kematangan emosi siswa di sekolah adalah 12,72% berada pada kisaran angka 0,05-0,16 berarti pengaruh pendidikan keluarga terhadap kematangan emosi siswa di sekolah adalah rendah tapi pasti.
2. Pengaruh pendidikan sekolah terhadap kematangan emosi siswa di sekolah adalah 7,43% berada pada kisaran angka 0,05-0,16 berarti pengaruh pendidikan sekolah terhadap kematangan emosi siswa di sekolah juga rendah tapi pasti.
3. Pengaruh pendidikan
masyarakat terhadap
kematangan emosi siswa di
sekolah adalah 7,15% berada pada kisaran angka 0,05-0,16 berarti pengaruh pendidikan
masyarakat terhadap
kematangan emosi siswa di sekolah adalah rendah tapi pasti.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas secara umum pendidikan keluarga paling mempengaruhi kematangan emosi siswa di sekolah yaitu12,72%, sedangkan pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat hampir berimbang dengan nilai lebih rendah pengaruhnya terhadap kematangan emosi siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi yaitu 7,43% dan 7,15%.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT Gramedia.
Hurlock E.B. 2015. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hadi, H. 2001. Analisis
Regresi.Yogyakarta: Andi.
Hurlock E.B. 2015. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Khairani M. 2016. Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswada Pressindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sutja, A. dkk. 2017. Penulisan Skripsi
untuk Prodi Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Writing
Revolution.
Triwiyanto, T. 2015. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi