• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENELAAH KONTRIBUSI ORGANISASI MASYARAKA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENELAAH KONTRIBUSI ORGANISASI MASYARAKA docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENELAAH KONTRIBUSI ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL

(OMS) DALAM DEMOKRASI DI INDONESIA

Studi kasus : Program Pengkaderan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) Cabang Sleman

1Andi Triswoyo, Universitas Gadjah Mada, anditrsw@gmail.com

PENDAHULUAN

A. Abstraksi

Student movement has big role to make such state last more dynamic. PMII (Indonesia Moslem Student Movement) become one of few student movement organizations in Indonesia, who urge, even make Indonesia keep democratic. As we know together, student movement is belonged to civil society organization. Regarding on intimate relation between civil society and democracy, this paper would like to overview, and draw how PMII as civil society organization can contribute onto democracy. I would make some case study, with cadre program (program pengkaderan) as the orientation bases for PMII to work.

Keywords : PMII, civil society organization, democracy, cadre program B. Latar Belakang

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi pergerakan mahasiswa yang berdiri pada 17 April 1960. Berdirinya PMII sendiri, merupakan inisiasi dari berbagai tokoh pemuda Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam KMNU, IMANU ataupun IPNU. Mereka kemudian, berkumpul dan mendeklarasikan sebuah organisasi mahasiswa Nahdliyin yang bergerak dalam isu-isu sosial dan politik. Akhirnya, bertempat di Wonokromo, Surabaya, PMII secara resmi terbentuk.

PMII merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang besar yang bertahan sampai saat ini. Terdapat sekitar 200an cabang di seluruh wilayah Indonesia. Tak ayal, dengan besarnya massa membuat PMII selalu diperhitungkan, baik dalam perebutan kekuasaan di tingkat nasional maupun daerah. Kebesaran PMII juga dapat dilihat dengan berbagai alumni yang mengisi berbagai posisi dan jabatan di republik ini. Dengan berbagai karakteristik inilah, menjadi alasan mengapa PMII perlu diangkat sebagai organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia.

Dalam rangka memperdalam kajian PMII sebagai OMS di Indonesia, penulis akan membawa tulisan ini kedalam salah satu program utama dari PMII di salah satu cabangnya. Penulis memilih Cabang Sleman dengan Program Pengkaderan sebagai

(2)

bahasan utamanya. Hal ini dikarenakan pengkaderan merupakan program yang hampir pasti ditemukan di semua organisasi pergerakan. Menjadi menarik untuk dibahas, kaitan antara program pengkaderan dengan peran PMII sebagai OMS yang berpengaruh terhadap demokrasi di Indonesia.

Pengurus Cabang PMII Sleman merupakan salah satu cabang PMII di lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta. PC PMII Sleman memiliki dua kepengurusan tingkat komisariat dan tiga kepengurusan tingkat rayon, antara lain (1) Pengurus Komisariat PMII Universitas Gadjah Mada (bernama PMII Gadjah Mada); (2) Pengurus Komisariat PMII Universitas Negeri Yogyakarta (bernama PMII Hasyim Asy’ari); (3) Pengurus Rayon Sosiohumaniora PMII UGM; (4) Pengurus Rayon Agro PMII UGM; dan (5) Pengurus Rayon Saintekmedika PMII UGM.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana PMII dapat dikategorikan sebagai OMS?

2. Bagaimana Implikasi Program Pengkaderan PMII Cabang Sleman terhadap Demokrasi di Indonesia?

D. Landasan Konseptual/ Teori 1. Organisasi Masyarakat Sipil

OMS merupakan organisasi atau asosiasi yang ada di luar negara, bersifat bebas dan independen (Diamond, 1999). Beberapa kategori organisasi, baik formal maupun informal yang termasuk dalam OMS, antara lain

a. Bersifat ekonomis : asosiasi atau jaringan produktif dan komersial;

b. Bersifat kultural : institusi dan asosiasi relijius, etnis, komunal, dan asosiasi-asosiasi lain yang mempertahankan hak-hak, nilai-nilai, dan keyakinan dan simbol kolektif;

c. Bersifat informasional dan edukasional : organisasi-organisasi yang memiliki bidang gerak pada produksi dan diseminasi (baik untuk tujuan perolehan laba atau tidak) pengetahuan, ide, berita, dan informasi publik;

d. Berkaitan dengan kepentingan: kelompok-kelompok yang berupaya memajukan atau mempertahankan kepentingan-kepentingan fungsional atau material bersama untuk para anggotanya, seperti serikat buruh, kelompok professional, dll;

(3)

g. Berorientasi kewargaan : kelompok-kelompok non-partisan yang berupaya memperbaiki sistem politik dan membuatnya lebih demokratis, seperti kelompok-kelompok yang bekerja untuk HAM, pendidikan dan mobilisasi pemilih, pemantauan pemilu, pengungkapan praktek-praktek korupsi, dll; dan

h. Berhubungan dengan “ideological marketplace”, aliran informasi dan ide-ide yang mencakup kelompok-kelompok yang mengevaluasi dan mengkritisi negara, seperti media massa yang independen, dan area-area yang lebih luas dari aktivitas kultural dan intelektual yang otonom, seperti universitas, kelompok pemikir (think tanks), kelompok teater, dll.

Sedangkan, OMS dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lain dalam masyarakat dari lima karakteristik berikut ini, antara lain (1) OMS berhubungan dengan negara dalam berbagai cara, namun tidak berupaya untuk memenangkan kontrol atas dan posisi dalam negara; (2) OMS memperjuangkan pluralisme dan diversitas; (3) OMS tidak berupaya untuk mewakili serangkaian kepentingan yang utuh dari orang per orang atau suatu komunitas; (4) OMS memiliki kepedulian yang berhubungan dengan tujuan-tujuan publik daripada tujuan-tujuan privat; dan (5) OMS berbeda dengan fenomena demokrasi yang telah maju yang oleh Putnam disebut sebagai komunitas yang beradab (civilized community).

2. Demokrasi Substantif

Demokrasi substantif merupakan demokrasi yang dikemukakan oleh David Beetham. Beetham menilai bahwa demokrasi bukan sekadar politik elektoral (prosedural), melainkan demokrasi adalah segala perkara yang menyangkut kontrol terhadap urusan-urusan publik (control over public affairs). Oleh karena itu, demokrasi adalah persoalan kehidupan sehari-hari, yang perlu didukung dan diawasi oleh masyarakat sipil.

3. Teori Strukturasi

Teori strukturasi berusaha menghubungkan antara agen dan struktur dalam masyarakat. Temuan Giddens ini didasari pada keterjebakan ilmuwan sosial pada determinasi agen (Max Weber) ataupun struktur (Emile Durkheim) dalam membentuk suatu tatanan sosial di masyarakat. Hal ini ditegaskan Giddens berikut ini.

(4)

oleh para aktor sosial, melainkan terus-menerus diciptakan oleh mereka melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka sebagai aktor. Di dalam dan melalui aktivitas-aktivitas mereka, para agen mereproduksi kondisi-kondisi yang memungkinkan keberadaan aktivitas-aktivitas itu.(Giddens, 1984 : 3)

Gagasan Giddens tentang strukturasi diafirmasi oleh A. Malik Haramain yang mengaitkannya dengan intelektualisme yang dimiliki kader PMII sebagaimana berikut.

Gagasan Giddens tentang teori strukturasi yang membelah dimensi struktur dan aktor menjadi lebih dinamik dan emansipatorik nampaknya ke depan akan memberi warna tersendiri dalam membangun demokrasi dari aspek statis dan aspek dinamis tersebut. (Haramain : 2000: 126)

E. Metodologi

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penggunaan Metode kualitatif sendiri dimaksudkan untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada berdasarkan teknik-teknik tertentu, seperti observasi. Dalam penelitian ini, metode kualitatif tentu saja ditujukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai program pengkaderan yang ada di PMII Cabang Sleman, yakni melalui menelusuri publikasi-publikasi yang ada.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui obervasi terhadap dokumentasi dan publikasi kegiatan-kegiatan pengkaderan. Adapun daftar pertanyaan hendak dijawab melalui penelusuran dokumen, antara lain

a. Menurut anda, apakah hubungan antara organisasi pergerakan dengan demokrasi di Indonesia?

b. Sejauh mana, PMII berperan dalam pembangunan demokrasi di Indonesia? c. Bagaimana proses pengkaderan di PMII Cabang Sleman sendiri? Jelaskan. F. Argumentasi Utama

(5)

PEMBAHASAN

A. PMII Sebagai OMS di Indonesia

PMII merupakan salah satu organisasi pergerakan mahasiswa di Indonesia. Didalam sebuah organisasi pergerakan, tentu saja tidak lepas dari sebuah gagasan ataupun tujuan organisasi yang dicita-citakan dan diperjuangkan agar terrealisasi. Dalam hal ini, PMII memiliki sebuah tujuan, yaitu “ Terbentuknya pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”. Berkenaan dengan cita-cita itulah, PMII ingin mewarnai belantika dunia pergerakan di Indonesia.

OMS sendiri, merupakan kelompok organisasi yang tergolong dan berperan sebagai masyarakat sipil di Indonesia. Larry Diamond telah menjelaskan bagaimana karakteristik sebuah organisasi yang tergolong sebagai OMS. Riset yang dilakukannya terhadap kecenderungan bagaimana kelompok masyarakat sipil mengorganisasikan dirinya menjadi kelompok penyeimbang diantara Negara dan Pasar. Dalam kajian ini, pentingnya untuk melihat organisasi pergerakan mahasiswa atau biasanya disebut organisasi mahasiswa ekstra kampus (OMEK) dalam kategorisasi Diamond merupakan peluang besar untuk mengidentifikasi status mereka apakah OMS atau bukan dan kontribusi mereka dalam demokrasi di Indonesia.

Mencermati karakteristik yang dipaparkan Diamond, saya berargumen bahwa PMII dapat digolongkan sebagai OMS di Indonesia. Terdapat beberapa kategori yang dapat menjelaskan mengapa PMII dapat dianggap sebagai OMS. Ranah kinerja PMII yang berusaha untuk menyebarkan gagasan kebangsaan dan nilai-nilai pluralisme menjadi fondasi awal mengapa dapat dikategorikan sebagai OMS.

(6)

memunculkan optimisme bagi PMII untuk membuat perubahan di masyarakat menjadi lebih baik dan maju.

Kedua, PMII berperan sebagai organisasi yang memproduksi dan mereproduksi informasi ataupun edukasi, baik terhadap anggota maupun masyarakat luas. Diakui atau tidak, PMII selalu berusaha untuk terlibat dalam wacana kebangsaan. Mereka terus konsisten untuk terus melakukan sinkronisasi antara ranah agama dengan negara, maupun ruang publik dan privat.

Ketiga, PMII berorientasi pada kewargaan. Hal ini tercermin dalam nilai-nilai kewargaan yang dianut PMII, yaitu tawasuth (seimbang), tasamuh (toleran), dan tawazzun (anti-ekstremisme). Masing-masing nilai ini diejawantahkan dalam pedoman berorganisasi.

B. Program Pengkaderan di PMII Cabang Sleman

Dalam menggali mengenai program pengkaderan yang dihelat oleh PMII Cabang Sleman, saya menyusun beberapa rancangan pertanyaan yang dapat dikonfirmasi melalui modul pengkaderan PMII Cabang Sleman. Sesi wawancara batal untuk dilakukan, dikarenakan pertimbangan waktu dan ketersediaan jawaban yang dihasilkan. Sehingga, peneliti lebih memilih mencermati dokumen pengkaderan yang ada, daripada melakukan sesi wawancara. Berikut draft pertanyaan wawancara yang hendak dijawab.

1. Apakah tantangan terbesar bagi organisasi pergerakan mahasiswa dalam meningkatkan taraf demokrasi di Indonesia?

2. Berdasarkan tujuan PMII, bagaimana PMII merealisasikan tujuannya?

3. Sejauh mana PMII dapat berperan dalam pembangunan demokrasi di Indonesia? 4. Apakah terdapat program utama yang diemban oleh PMII Cabang Sleman? Jelaskan! 5. Apakah PMII Cabang Sleman memiliki program kaderisasi? Kalo ada, jelaskan! 6. Seberapa penting memunculkan kader-kader PMII Cabang Sleman di tengah

tantangan sosio-politik di Indonesia sekarang ini?

Tantangan terbesar yang dimiliki oleh organisasi pergerakan mahasiswa Indonesia masa kini, terdiri dari dua lingkup, yaitu lingkup internal dan eksternal. Pertama, lingkup internal adalah urgensi organisasi pergerakan untuk mencetak kader-kader yang dapat bermanfaat bagi kebaikan publik. Sedangkan, lingkup eksternal meliputi berbagai situasi yang ada, baik intra maupun ekstra kampus. Dalam tataran intra kampus, mahasiswa tidak diberikan ruang yang lebih luas untuk mengembangkan diri di lingkungan pergerakan dikarenakan semakin dibatasinya waktu perkuliahan menjadi lima tahun. Adapun dalam tataran ekstra kampus, mahasiswa dituntut untuk mengembangkan keahlian di disiplinnya, sehingga kurang leluasa untuk bersinergi dalam menyusun gerakan massa yang besar.

(7)

(argumentasi strategis), memperbanyak anggota (argumentasi psikis), persaingan antar kelompok (argumentasi pragmatis), dan juga mandat organisasi (argumentasi administratif). Beberapa argumentasi tersebutlah yang membuat PMII sangat serius dalam menyusun program pengkaderannya. Sehingga, program pengkaderanlah yang menjadi program utama, karena berhubungan secara langsung dengan tujuan PMII.

B.1 Pilar Kaderisasi

Dalam membentuk seorang kader ulul albab, PMII memiliki tiga pilar kaderisasi, yaitu

pilar kemahasiswaan (semangat gerakan, ketrampilan dan daya intelektualitasnya sebagai mahasiswa), pilar keislaman (keyakinan, pemahaman, pelaksanaan dan penghayatan atas ajaran agama islam), dan pilar keindonesiaan (pengetahuan, wawasan, komitmen, dan pembelaannya atas kelangsungan negara-bangsa Indonesia). Pilar pertama diarahkan untuk mencetak kader yang cerdas, bergerak dan mengembangkan intelektualitasnya, sehingga dapat berperan sebagai intelektual organik. Pilar kedua diarahkan untuk mencetak kader-kader relijius yang berorientasi keislaman. Dan pilar ketiga, diarahkan untuk membangun kader-kader yang nasionalis dan tak segan untuk membantu terwujudnya negara-bangsa Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.

B.2 Alur Kaderisasi

Proses membangun sebuah kader yang berkualitas tentu saja membutuhkan berbagai persiapan dalam merencanakannya. Setiap organisasi memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu dalam mencetak kader-kadernya. Dalam hal ini, PMII memiliki tiga kualifikasi kader, antara lain kader mu’taqid, kader mujahid, dan kader mujtahid. Masing-masing tipikal kader ini memiliki beberapa karakter dan kompetensi.

Pertama, kader mu’taqid merupakan kader yang memiliki loyalitas sangat tinggi terhadap organisasi. Kesetiaan ini diawali dengan amanah yang dibebankan, yaitu menjadi pengurus di tingkat rayon. Kader mu’taqid sendiri merupakan kader yang telah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA). Adapun karakter dan kompetensi kader mu’taqid

sendiri sebagai berikut.

No Karakter Definisi

1 Berpikir terbuka Dapat menerima sesuatu yang baru dari luar dirinya dan berjiwa seorang pembelajar

2 Percaya diri Percaya dengan kemampuan diri sendiri

3 Tanggungjawab Menjalankan keputusan yang diambil dengan segala resiko 4 Peduli Keinginan untuk berbagi dan menolong

5 Loyalitas Setia terhadap organisasi dan persekawanan

6 Religius Memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari

(8)

8 Disiplin Patuh terhadap nilai-nilai yang dipercayai

9 Jujur Menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya

No Kompetensi

1 Mampu memahami diri sendiri

2 Mampu memahami nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan 3 Mampu memahami konstruksi jender

4 Mampu memahami peta kampus 5 Mampu memahami gerakan mahasiswa

6 Mampu memahami nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah

7 Mampu memahami nilai dasar pergerakan dan gagasan PMII 8 Memahami gagasan-gagasan besar dunia

9 Menguasai manajemen organisasi 10 Mampu menulis

11 Mampu berbicara di publik

12 Mampu membaca dan mengkhatamkan Al-qur’an 13 Mampu membaca tulisan berbahasa inggris (reading)

Kedua, kader mujahid sendiri merupakan kader yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan. Lebih lanjut, kader ini dipersiapkan untuk menjadi pengurus komisariat. Kader ini merupakan kader yang telah melewati program pengkaderan formal Pelatihan

Membela dan mendukung kaum lemah atau yang dilemahkan

2 Kongruen Berani memunculkan diri apa adanya, dengan segala konsekuensinya

3 Mandiri Tidak bergantung pada orang lain

4 Kreatif Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru

5 Optimis Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu, selalu percaya bahwa sesuatu yang diinginkan pasti akan tercapai

6 Berintegritas Konsisten dan teguh, tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai dan prinsip

7 Toleran Menghargai perbedaan dan tidak memaksakan kehendak

No Kompetensi

1 Mampu menjadi pemimpin di komunitasnya 2 Mampu memahami analisis sosial

(9)

5 Mampu memahami dan mengelola jaringan, kampus, alumni dan pesantren 6 Mampu memahami media, baik online maupun offline

7 Mampu memproduksi gagasan 8 Mampu bekerja dalam tim

9 Memahami basis epistemologi pemikiran 10 Mampu memimpin tahlil

11 Mampu berbicara dalam bahasa inggris (speaking)

Ketiga, kader mujtahid meruapakan kader yang diharapkan mampu menjadi pelopor, pembaharu, dan kreator gerakan. Kader mujtahid sendiri dipersiapkan untuk menjadi pengurus cabang, setelah mengikuti program pengkaderan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) maupun program lainnya. Adapun karakter dan kompetensi kader mujtahid sebagai berikut.

No Karakter Definisi

1 Militan Bersemangat tinggi dan penuh pengabdian terhadap nilai dan organisasi

2 Bersikap adil Berpihak pada kebenaran dan tidak sewenang-wenang

3 Kematangan personal Dewasa, mampu mengontrol diri dna tidak mudah

3 Mampu memahami PMII dalam berbagai perspektif 4 Mampu mengelola sumber daya

5 Mampu memfasilitasi pelatihan

6 Mampu memberikan ceramah keagamaan 7 Mampu menulis dalam bahasa inggris (writing)

B.3 Tahap Kaderisasi

Kaderisasi merupakan salah satu program utama dalam setiap organisasi pergerakan. Selain PMII, organisasi pergerakan lainnya seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ataupun Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) memiliki bentuk kaderisasi yang spesifik. Di PMII Cabang Sleman, terdapat setidaknya beberapa poin penting dari setiap tahap kaderisasi.

(10)

dari urusan organisasi, tatkala mereka belum siap, tidak siap atau tidak menerima program yag ditawarkan organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap kader yang terbentuk dalam proses awal merupakan pemimpin-pemimpin yan telah siap memikul beban organisasi dan telah selesai dengan dirinya sendiri.

Kedua, program kaderisasi lanjutan dimaksudkan sebagai kawah candradimuka bagi para kader yang telah siap secara mental untuk terlibat dalam persoalan publik. Pentingnya untuk menerjunkan mereka dalam persoalan publik berperan penting dalam mendekatkan mereka terhadap kehidupan sebenarnya. Meskipun mahasiswa berada dalam ruang keilmuan yang cenderung homogen, bukan merupakan lokus yang terpisah dari kehidupan bermasyarakat. Bagaimanapun juga, mereka adalah calon pemimpin masyarakat di masa depan. Sehingga, upaya untuk mendekatkan persoalan publik secara lebih dini, memberikan peluang mereka untuk berlatih dan belajar menyelesaikan persoalan yang ada. Di titik inilah, pengejawantahan PMII sebagai OMS menemui keabsahannya. Sedangkan, titik kulminasi seorang kader adalah dia yang merupakan alumnus dan berperan dalam berbagai posisinya di masyarakat.

ANALISIS

Penjelasan Diamond (1999 : 278) mengenai “masyarakat sipil melingkupi kehidupan sosial terorganisasi yang terbuka, sukarela, lahir secara mandiri, setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara, dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai-nilai bersama“, memunculkan peluang bagi segenap OMS untuk berlomba-lomba dalam memunculkan organisasi yang dimaksud, tak terkecuali PMII. Dari uraian karakteristik yang dipaparkan Diamond, PMII setidaknya telah berusaha mengembangkan kapasitas dan potensinya untuk menjadi masyarakat sipil yang demokratis, terutama dalam program pengkaderannya.

(11)

seberapa mampu dia menempatkan dirinya ditengah-tengah lingkungan masyarakat dan menjadi agen-agen pembaharu demokrasi di kehidupan sosialnya.

Kemudian, kader mujahid dapat dimaknai sebagai tahap, dimana seorang kader untuk melakukan sebuah aksi nyata. Jenis kader ini dinilai dari peran apa yang ditampilkan dalam ranah publik. Ke-mujahid-an kader tercermin dalam upayanya untuk memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Dalam hal ini, kader mujahid terlihat dalam upayanya untuk membantu persoalan-persoalan kehidupan bermasyarakat, seperti kemiskinan, konflik horizontal, maupun berbagai kebijakan pemerintah yang menindas masyarakat. Kader mujahid adalah mesin-mesin penggerak bagi gerbong partisipasi publik terhadap proses pengambilan keputusan. Dengan semakin banyaknya kader mujahid, masing-masing dapat berperan dan mulai mengembangkan partisipasi politik dalam demokrasi di berbagai lini, seperti pendidikan, sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan.

Terakhir, kader mujtahid adalah kader penggerak yang mampu menularkan semangat, idealisme dan keberlanjutan gerakan di berbagai arah dan tipe massa. Dalam tataran praktis, kader mujtahid merupakan kader yang siap pakai dan telah menjadi panutan di berbagai komunitas dan organisasi di berbagai lingkungan, seperti pemimpin organisasi kemahasiswaan. Seorang kader mujtahid memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk memikirkan, menuangkan gagasan, dan menularkan gerakan mengenai apa yang harus dilakukan, terutama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan publik.

Dari uraian mengenai peran yang seyogyanya dimainkan oleh masing-masing kader, PMII menunjukkan konsen yang optimal dalam mendukung keberlangsungan demokrasi di Indonesia. PMII menilai tidak cukup untuk mendayagunakan kapasitas yang ada dalam mengawal agenda demokrasi saat ini. PMII berperan dalam mempersiapkan generasi penerus, sekaligus pembaharu bagi keberlangsungan demokrasi di masa yang akan datang, tentu saja dengan pelbagai tantangan dan kompleksitasnya.

(12)

PENUTUP A. Kesimpulan

Sebagai organisasi pergerakan mahasiswa yang berorientasi pengkaderan, PMII turut mewarnai belantika keberadaan masyarakat sipil di Indonesia. Bertindak sebagai OMS, PMII ikut berkontribusi terhadap dinamika demokratisasi di republik ini, terutama sejak kelahirannya di tahun 1960, yang berkeinginan untuk membangun sebuah negara yang terbuka akan kritik di tengah situasi politik yang cenderung repressif dan opressif. Dalam kacamata sejarah, PMII terus-menerus membangun dan bangkit dalam melawan segala bentuk penindasan atas nama demokrasi.

(13)

Pengurus Cabang PMII Sleman tetap terlibat dalam mempersiapkan aktor-aktor pembaharu, melalui sistem pengkaderan yang terrencana. Diharapkan, aktor-aktor berbasis sistem pengkaderan tersebut dapat bersinergi dalam membangun struktur-struktur sosial politik yang emansipatoris, demi terbentuknya demokrasi yang terkonsolidasi secara baik (well-consolidated democracy).

B. Daftar Pustaka

Diamond, Larry. (1999). Developing Democracy : Toward Consolidation. Baltimore: The John Hopkins University Press. hal 278

Suharko. (2005). “ Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tata Kelola Pemerintahan yang Demokratis. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 8, No. 3 (Maret 2005). hal 278 Giddens, Antonio. (2010). TEORI STRUKTURASI : Dasar-dasar Pembentukan Struktur

Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 3

Haramain, A. Malik. (2000). PMII di Persimpangan Jalan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 126

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat Signifikansi pengaruh Variabel bebas Motivasi Pimpinan yang terdiri dari Prestise, Pengakuan, Jenis Pekerjaan,

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Davies (2004) bahwa adanya kesamaan yang tinggi ( high similarity ) dalam urutan sekuen nukleotida gen 16S rRNA P. multocida

Membran plasma bersifat selektif permeabel (semipermeabel) yang artinya membran plasma dapat dilalui oleh molekul atau ion tertentu. Perpindahan molekul atau

 b) wahana inisiasi dan ritus pubertas. wahana inisiasi dan ritus pubertas. wahana untuk memilih jodoh. wahana untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan. wahana

pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas serta mengakui aset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual. Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, definisi desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

Hasil penelitian di puskesmas Paliyan menunjukkan bahwa responden yang bekerja cenderung tidak tepat waktu dalam melakukan imunisasi pentavalen dan campak lanjutan

Clifford Geertz berkeyakinan bahwa agama adalah sistem budaya sendiri yang dapat membentuk karakter masyarakat.Walaupun Clifford Geertz mengakui bahwa ide yang demikian tidaklah