• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SUMATERA BARAT Adree Octova, Alwen Bentri, Amali Putra, Abna Hidayati Ulfia Rahmi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SUMATERA BARAT Adree Octova, Alwen Bentri, Amali Putra, Abna Hidayati Ulfia Rahmi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

88 Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 5, No. 1, Januari 2014

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SUMATERA BARAT Adree Octova, Alwen Bentri, Amali Putra, Abna Hidayati & Ulfia Rahmi

Universitas Negeri Padang

Abstrak

Seiring dengan digulirkan pemerintah kurikulum 2013 sejak pertengahan tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) juga mela-kukan melamela-kukan program pengadaan buku, pelatihan kurikulum, pendampingan, dan pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 di seluruh Indonesia, termasuk di provinsi Sumatera Barat. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) oleh tim monev dari Universitas Negeri Padang yang berjumlah 5 orang, yang dibantu oleh sebanyak 48 orang surveyor sebagai tim pengambil data di lapangan terhadap 3108 responden yang terdiri dari guru, siswa, kepala sekolah dan pengawas untuk satuan pendidikan SD, MP, SMA dan SMK. Monev dilakukan dari

bulan Agustus – November 2014) pada 6 kabupaten/kota di provinsi sumatera

Barat yang dipilih secara acak. Metode monev yang diterapkan adalah metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif menggunakan instrumen berupa kuesioner dan di triangulasi dengan teknik observasi dan indepth interview. Monev bertujuan agar teridentifikasinya proses, kendala dan hasil yang diperoleh dari implemen-tasi kurikulum 2013 tersebut, meliputi empat komponen utama yaitu pengadaan buku guru dan buku siswa, pelatihan, pendampingan, dan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari monev menyimpulkan bahwa: a) Kualitas buku menurut persepsi responden pada umumnya berada pada kategori bagus (65 %); b) Proses pelatihan berada pada kategori baik (56,2 %), kejelasan materi yang disajikan berada pada kategori jelas (53,8 %) dan sangat jelas (19,1 %). Tingkat pe-mahaman materi pada kategori paham 68,8 % dan sangat paham 5 %. Sedangkan keyakinan terhadap mengimplementasikan kurikulum berada pada kategori yakin 58,7 % dan sangat yakin 3,70 %; c) Tingkat keefektifan pendampingan pada umumnya yang berada pada kategori cukup efektif dan sangat efektif; d) mengenai kegiatan pembelajaran langkah-langkah pendekatan saintifik telah mulai dilak-sanakan, cuma masih ditemukan kendala pada evaluasi proses, kegiatan menanya, dan konfirmasi materi pelajaran belum berjalan dengan baik dan tuntas.

Kata kunci: implementasi, kurikulum 2013, pengadaan buku, pelatihan, pendam-pingan, pembelajaran

Abstract

(2)

secondary, high and vocational schools. Monev was done from August to

November 2014 in regency/city in West Sumatera that was selected randomly.The

monev method is quantitative descriptive and qualitative by using questionnaire and triangulation with observation and indepth interview. The purpose of monev is to identify processes, constraints, and the results of the implementation of curriculum 2013 including four main components which are the provision of teachers and students books, training, mentoring and learning. The results of

monev are: a) The books’ quality according to respondents’ perception in general is in good category (65%); b) Training processes is in good category (56,2%), the distinctness of materials that was presented is in distinct category (53,8%) and very distinct (19,1%). The level of understanding of the material are understand 68,8% and very understand 5%. Meanwhile, the belief in the implementation of curriculum category of believe is 58,7% and very believe is 3,70%; c) The level of the effectiveness of mentoring in general are in the category of effective and very effective; d) Learning activity of the steps of scientific approach has been implemented, but there were some constraints in the process of evaluation, asking activity, and the confirmation of learning materials which were not going well and thoroughly.

Keywords : Implementation, curriculum 2013, books provisioning, training, mentoring, learning

Pendahuluan

Kurikulum 2013 telah di implemen-tasi mulai pada Tahun Ajaran 2013/2014, diawali dengan menyiapkan Buku Teks Pelajaran Siswa dan Buku Pedoman Guru, pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah dan pengawas, pendampingan serta pembe-lajaran di kelas. Pada Tahun Ajaran 2014/ 2015 implementasi telah diterapkan ter-hadap seluruh sekolah dan madrasah yang ada di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat. Proses implementasi Kurikulum 2013 melibatkan banyak pihak, yang diha-rapkan bekerja dalam sebuah sistem yang dikoordinir dengan baik. Apabila sistem yang dibentuk dapat berjalan dengan baik, maka proses implementasi dapat berjalan dengan baik, dan apabila terjadi sebaliknya, akan mengakibatkan kegagalan.

Salah satu indikator keberhasilan kurikulum 2013 adalah tersedianya buku bagi murid dan guru di sekolah. Buku yang tersedia harus memenuhi syarat dapat mem-bangun kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa, serta memiliki daya tarik siswa untuk membacanya. Pada tahun 2014,

pengadaan buku untuk siswa dan guru dilaksanakan secara desentralisasi meng-gunakan dana dari Kemdikbud yang dititip-kan pada dana Bantuan Operasi Sekolah (BOS), Pencairan dana dapat dilakukan oleh kepala sekolah, sementara dalam proses pengadannya melibatkan Dinas didikan setempat. Dalam hal ini Dinas Pen-didikan di daerahpun ikut berperan dan bertanggung jawab akan tersedianya buku yang dibutuhkan di sekolah.

Pelatihan Guru telah dan sedang di-laksanakan dengan mekanisme ToT. Proses pelatihan di daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Guru Sasaran. Kejelasan materi pelatihan adalah sangat penting sehingga peserta pelatihan dapat memahami secara men-dalam segala seluk beluk berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013. Materi yang disampaikan haruslah mencakup perubahan mindset yang diharapkan, substansi konten materi, pendekatan dan metode yang

(3)

yang disajikan dengan cara menarik oleh instruktur/nara sumber yang ditunjuk se-hingga peserta pelatihan mempunyai ke-yakinan yang baik untuk menerapkannya. Agar hasil pelatihan dapat berdayaguna dan berhasil guna, pengelolaan pelatihan se-layaknya dikerjakan oleh individu yang profesional, yang mampu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelatihan,

Pada awal proses pembelajaran dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, akan dilakukan pendampingan agar guru maupun kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran dan manajemen seko-lah sesuai Kurikulum 2013. Proses pendam-pingan dilakukan oleh pendamping yang dipilih dari guru-guru terbaik dan sudah terlatih sebagai guru pendamping. Proses pembelajaran di kelas dilakukan oleh guru yang telah dilatih. Proses pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran dengan menyiapkan RPP, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian oleh guru.

Monitoring dan evaluasi (monev) ter-hadap seluruh implementasi Kurikulum 2013 yang telah direncanakan Kemdikbud sangat penting dilakukan guna memastikan bahwa seluruh proses berjalan sesuai rencana, dan output yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Monitoring dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Evalua-si adalah proses membandingkan, mengana-lisis, dan memutuskan hasil dari suatu kegiatan terhadap kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi yang dilakukan bersamaan dengan monitoring, maka eva-luasi tersebut adalah bersifat formatif dalam arti memastikan bahwa implementasi kuri-kulum 2013 yang sedang berjalan akan ber-hasil sesuai dengan yang diharapkan. Hasil monev dipersiapkan sebagai bahan evaluasi summatif dan ditindaklanjuti untuk pe-nyempurnaan di masa mendatang.

Secara umum tujuan monev imple-mentasi Kurikulum 2013 ini adalah untuk

mengawal dan memastikan bahwa semua proses implementasi Kurikulum 2013 ber-jalan sesuai dengan rencana. Secara khusus monev ini bertujuan untuk mengetahui: a) proses pengadaan buku, pelatihan guru/ kepala sekolah dan pengawas, pendamping-an dpendamping-an proses pembelajarpendamping-an; b) kendala-kendala yang terjadi dan yang membutuh-kan penanganan segera; c) rekomendasi untuk penyempurnaan.

Sejak lahir, siswa telah dibekali de-ngan kemampuan dasar yang diberikan

Sang Pencipta, berupa kemampuan

ber-pikir, berbuat, dan bersikap yang masih dalam bentuk potensi. Pengembangan dan peningkatan potensi ini sangat tergantung pada pengalaman belajar siswa. Oleh sebab itu dalam pembelajaran di sekolah, pen-didik mengemban tugas mengembangkan potensi yang dimiliki siswa melalui inter-aksi dengan objek belajarnya dengan me-libatkan peserta didik melalui berbagai macam pengalaman belajar, dengan me-manfaatkan berbagai sumber belajar, peng-gunaan berbagai media, kegiatan labora-torium, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga berkembang ke-mampuan dasar siswa menjadi kompetensi ilmiah (scientific competence) dalam bentuk perubahan sikap dan ketrampilannya

se-jalan dengan pertambahan

pengetahuan-nya.

(4)

kompe-tensi spesifik yang khusus digunakan untuk pengetahuan tertentu dikenal dengan kom-petensi ilmiah (Darliana, 2007)

Dalam upaya meningkatkan kom-petensi ilmiah, aktivitas berpikir akan men-dominasi kegiatan ilmiah yang dilakukan-nya. Peningkatan kompetensi ilmiah ini di-perlukan oleh siswa, karena mereka setelah lulus dari sekolahnya dan pada saat dewasa-nya nanti akan dihadapkan pada keperluan mempelajari konsep-konsep yang belum pernah dialami dan dipelajarinya. Kompe-tensi ilmiah pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah dengan di perguruan tinggi berbeda. Di sekolah dasar dan me-nengah, kompetensi ilmiah yang ditingkat-kan pada siswa diutamaditingkat-kan pada pening-katan kompetensi ilmiah yang lebih luas. Di perguruan tinggi kompetensi ilmiah yang ditingkatkan pada mahasiswa adalah kom-petensi ilmiah yang lebih spesifik.

Kompetensi Berbuat, merupakan

kompetensi yang mengintegrasikan ke-mampuan menggunakan alat indera dan berpikir ilmiah dengan merealisasikan hasil pemikiran pada wujud nyata. Dalam pen-didikan dikenal istilah learning by doing, istilah doing di sini mengandung arti ber-buat sesuatu dengan benda-benda riil. Kompetensi berbuat dikenal dengan psiko-motor, yaitu kompetensi melakukan sesuatu yang realistis dengan menggunakan alat-alat indera yang dikendalikan oleh pikiran. Kompetensi melakukan sesuatu untuk me-realisasikan hasil pemikiran lebih penting dibandingkan dengan kompetensi melaku-kan sesuatu yang memerlumelaku-kan keterampilan menggunakan alat indera (lokomotor). Ke-terampilan lokomotor memerlukan latihan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama.

Kompetensi bersikap mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kemampuan berpikir dan berbuat. Siswa yang memiliki minat yang tinggi dalam belajar, yang umumnya memiliki kompetensi ilmiah yang lebih baik daripada siswa yang kurang berminat. Kompetensi bersikap dapat ditingkatkan pada siswa dengan cara membiasakan siswa bersikap pada sikap-sikap yang diharapkan

dalam pembelajaran, dalam bentuk sikap ilmiah dan budi pekerti siswa. Berdasarkan pengalaman para ilmuwan, pendekatan pembelajaran yang diyakini dapat mem-bangun kompetensi ilmiah siswa adalah pendekatan saintifik (scientific approach). Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah mengamanatkan agar proses pembelajaran di laksanakan dengan pendekatan saintifik yang merupakan ciri khas dan kekuatan dari Kurikulum 2013. Hal ini sangat wajar karena pembelajaran itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan). Selanjutnya pada lampiran empat Permendikbud No.81 A Tahun 2013 ditetapkan bahwa semua bidang studi diwajibkan untuk menerapkan pembelajaran melalui pendekatan saintifik yang mencakup lima kegiatan utama, yaitu mengamati, menanya, mencoba mengaso-siasikan/mengolah informasi dan mengko-munikasikan. Melalui pendekatan ini, tu-gas guru adalah merancang disain instruk-sional yang berfungsi untuk melibatkan siswa secara optimal sehingga menjadi pembelajar yang tangguh. Secara umum komponen-komponen pembentuk kompe-tensi ilmiah siswa disajikan oleh diagram pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Komponen-Komponen Kompetensi Ilmiah

Memulai suatu kegiatan pembelajaran sedapatnya diawali melalui aktivitas peng-amatan. Siswa dapat mengamati fenomena dalam bentuk video, gambar, kerangka

POTENSI

Mengamati Pengetahuan Objek Kebendaan

Menanya Ketrampilan Objek Gejala

Mencoba Sikap

(5)

pikir, teks, bahkan fenomena sosial maupun alam. Guru perlu selalu menyiapkan bahan pelajaran yang akan diamati siswa sebelum melakukan aktivitas belajar sehingga pem-belajaran menjadi kontekstual. Tindak lanjut dari pengamatannya adalah menanya dalam bentuk merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. Dengan demikian sesungguhnya guru meletakan fondasi akti-vitas pada metode pemecahan masalah

(problem based learning). Apabila tindak

lanjut dari pengamatan siswa berusaha me-nyingkap kedalaman penomena dengan

per-tanyaan mengapa sehingga siswa mencari

tahu untuk menemukan hal baru yang ingin diketahuinya maka guru dapat menerapkan metode inkuiri. Setelah melakukan aktivitas mengamati, siswa dapat menggunakan kata

tanya bagaimana sehingga rasa ingin

tahu-nya berkembang untuk mendalami proses kerja, maka boleh jadi guru menggunakan metode proyek untuk menghasilkan karya. Oleh karena itu, dalam menerapkan pen-dekatan saintifik dapat mengkombinasikan metode pemecahan masalah, metode inkui-ri, dan metode proyek.

Secara konseptual proses pembelajar-an ypembelajar-ang ditawarkpembelajar-an dalam Kurikulum 2013), pada dasarnya menghendaki proses pembelajaran yang sama seperti apa yang tersurat dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006. Hanya saja dalam pelak-sanannya pendekatan yang sering diguna-kan adalah pendekatan pembelajaran kon-vensional dengan kekuatan intinya pada

penggunaan metode ceramah (Chalk and

Talk Approach). Artinya jika pada

kuri-kulum 2013 ini jika semua unsur unsur pelaksana pendidikan tidak sepakat untuk melaksanakan pendekatan saintifik secara konsisten, maka tentu kegagalan yang se-rupa akan kita alami. Oleh sebab itu faktor utama dalam implementasi kurikulum 2013

adalah perubahan mindset guru dari budaya

mengajar ke membelajarkan, serta melatih kebiasaan siswa agar menjadi individu pembelajar yang selalu berkembang ke-mampuan berfikir kritis, analitis, dan kreatif.

Menurut Ahmad Sudrajat (2013),

berkaitan dengan permasalahan implement-tasi pendekatan saintifik seperti diamanat-kan kurikulum 2013, setidaknya ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, yang tidak dapat dipisahkan, yaitu masalah keterba-tasan kemampuan (ketrampilan) dan keter-batasan kemauan (motivasi) pendidik. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Kemdibud, telah telah menyiapkan dan melaksanakan strategi implementasi kurikulum 2013 melalui pengadaan buku siswa dan buku pegangan guru, pelatihan bagi guru-guru, pengawas dan kepala seko-lah, pendampingan terhadap guru sasaran, serta implementasi pembelajaran di kelas bagi guru-guru yang sudah terlatih. untuk kepentingan implementasi Kurikulum 2013. Dalam mengimplementasikan 2013 ini, diharapkan tidak hanya bertumpu pada sisi keterampilan saja, tetapi sedapatnya juga menyentuh aspek motivasional, dalam arti, perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mem-bangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan secara konsisten berba-gai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Pendi-dikan Dasar dan Menengah mengamanat-kan agar proses pembelajaran dilaksanamengamanat-kan dengan pendekatan saintifik yang merupa-kan ciri khas dan kekuatan dari Kurikulum 2013. Hal ini sangat wajar karena pembela-jaran itu sendiri sesungguhnya adalah se-buah proses ilmiah (keilmuan).

Metode Penelitian

Monitoring dan evaluasi (monev) terhadap kebijakan implementasi kuriku-lum 2013 berupa kegiatan-kegiatan : penga-daan buku, pelatihan, pendampingan, dan pembelajaran. Lokasi penelitian yaitu pro-vinsi Sumatera Barat pada 6 kabupaten/ kota yang dipilih secara acak, yaitu kabupa-ten Tanah Datar, Kabupakabupa-ten 50 Kota, kota Padang, Pariaman, Bukittinggi, dan kota Payakumbuh. Penelitian dilakukan selama 3

bulan yaitu pada bulan September–

(6)

kualitatif. Secara umum metode pengum-pulan data mengikuti langkah-langkah se-bagai berikut: a) Pengamatan (observasi) di lapangan, dirangkum dengan didukungan data pengamatan; b) Pengisian kuesioner untuk mengambil data kuantitatif, data yang diperoleh dikelompokkan, ditabulasi, dan diolah dengan teknik persentase, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, dibahas dan didiskripsikan dalam bentuk narasi ; c) Indepth interview dengan

penye-lenggara pelatihan, pelatih/narasumber,

guru, kepala sekolah, pengawas dan siswa sebagai triangulasi terhadap data kuantitatif yang telah diperoleh. Subjek penelitian yaitu dosen Universitas Negeri Padang yang berjumlah 5 orang, dan dibantu oleh sebanyak 48 orang surveyor sebagai tim pengambil data di lapangan. Proses monev dilakukan dengan teknik random sampling untuk semua jenjang pendidikan. Jumlah responden pada setiap item kegiatan di sajikan padaTabel 1.

Tabel 1. Komponen dan Jumlah Responden Pelaksanaan Monev Kurikulum 2013

Hasil dan Pembahasan

Monev yang dilakukan meliputi 4 komponen yaitu: pengadaan buku, pelatih-an, pendampingan dan pelaksanaan pembe-lajaran.

Pengadaan Buku

Data yang diperoleh dari pengadaan buku diantaranya adalah menyangkut pro-ses pengadaan buku, ketersediaan buku pada saat pembelajaran dilakukan, serta kualitas buku. Pada Gambar 1 disajikan proses pengadaan buku guru dan buku siswa. Yang menunjukkan bahwa rata-rata pengadaan buku kurikulum 2013 sebesar 58,8 % melalui melalui koordinir Dinas Pendidikan, dan diikuti dengan melalui penerbit (19,7 %) , beli langsung (13,9 %) dan lain lain (7,6 %). Artinya apapun kon-disi yang dialami dari pengadaan buku se-cara umum merupakan tanggung jawab dinas pendidikan setempat.

Gambar 1. Grafik Persentase Proses Peng-adaan Buku Kurikulum 2013

Hasil monev berdasarkan data hasil angket mengenai ketersediaan buku siswa pada saat awal tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil sekolah yang telah menerima buku siswa dan buku guru, masih banyak yang belum. Rata-rata hasil angket menyatakan bahwa 82,6 % dari responden menyatakan bahwa buku siswa belum tersedia, dan 82,1 % menyatakan buku guru belum tersedia. Sebanyak 14,2 % menyatakan bahwa buku siswa yang datang tidak lengkap (kurang) dan 13,9 % untuk buku guru.

(7)

Hanya sebagian kecil responden (2,5 % ) untuk buku siswa dan 3,2 % untuk buku guru menyatakan bahwa buku yang datang cukup. Sehingga secara umum dapat di-pastikan bahwa salah satu penyebeb utama penyebab proses pembelajaran terganggu karena ketidak tersediaan buku. Tanpa buku tentu proses belajar aktif siswa ditak dapat terlaksana, dan guru akan menjadi repot dalam mengadakan bahan ajar sendiri dengan cara memfoto copy atau palaksa-naan pembelajaran didominasi oleh metode ceramah. Data ini disajikan oleh grafik pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Grafik Persentase Ketersediaan Buku Siswa

Gambar 3. Grafik Persentase Ketersediaan dan Keadaan Buku Guru pada Saat Monev

Mengenai kualitas buku kurikulum 2013, baik buku guru maupun buku siswa, hasil angket menunjukan bahwa rata-rata sekitar 65 % responden menyatakan kuali-tas buku bagus, sekitar 14 % menyatakan

sangat bagus, 12 % menyatakan tidak bagus dan sekitar 9 % menyatakan buku sangat tidak bagus. Kualitas buku yang ditinjau adalah dari segi tata letak, warna, gambar/ ilustrasi dan keterbacaannya. Hanya saja karena sebagian besar buku belum datang, maka kualitas buku yang secara umum berada pada kategori bagus ini tidak dapat dimanfaatkan, dan pembelajaran kurikulum 2013 akan menjadi terganggu. Data ini di-sajikan oleh grafik pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Persentase Persepsi Kualitas Buku Kurikulum 2013 Provinsi Sumatera Barat

Pelatihan

Pelatihan kurikulum 2013 yang dilak-sanakan tahun 2014 mencakup pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas. Monev dilakukan terutama mengenai kualitas pe-nyelenggaraan pelatihan, kejelasan materi pelatihan yang disampaikan, ketersediaan buku dan alat peraga pelatihan, pemahaman peserta tentanga materi pelatihan dan ke-yakinan peserta pelatihan untuk mengim-plementasikan hasil pelatihan secara baik.

(8)

Gambar 5. Grafik Persentase Persepsi Tentang Penyelenggaraan Pelatihan Kurikulum 2013 Ditinjau dari ketersediaan buku yang dibutuhkan pada saat pelatihan untuk ke-lancaran kegiatan pelatihan, rata-rata res-ponden menyatakan bahwa buku yang di-butuhkan tidak tersedia (83,1 %). Hanya sekitar 16,9 % responden yang menyatakan bahwa buku yang dibutuhkan tersedia. Data yang dimaksud disajikan oleh grafik pada Gambar 6. Hasil intervieu juga mengung-kapkan bahwa ketidak tersediaan buku yang dibutuhkan, menyebabkan jalannya pelatih-an agak tergpelatih-anggu sehingga akpelatih-an berdam-pak terhadap pemahaman peserta pelatihan secara sempurna.

Gambar 6. Grafik Persentase Ketersedia-an Buku yKetersedia-ang DibutuhkKetersedia-an untuk Kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013

Ditinjau dari ketersediaan alat pera-ga yang dibutuhkan untuk kelancaran ke-giatan pelatihan, rata-rata sebanyak 71 %. Responden menyatakan bahwa alat peraga yang dibutuhkan ada dan relevan. Sebanyak 17 % responden yang menyatakan bahwa alat peraga tersedia, tapi tidak relevan, dan 12 % responden menyetakan alat peraga tidak tersedia. Data yang dimaksud disaji-kan oleh grafik pada Gambar 7. Hasil inter-viu juga mengungkapkan bahwa

ketidak-tersediaan alat peraga yang dimaksud ter-utama mengenai video model pembelajaran yang dapat memberikan informasi secara lengkap.

Gambar 7. Grafik Persentase Persepsi Tentang Ketersediaan Alat Peraga Yang Relevan Pada Pelatihan Kurikulum 2013 Mengenai kejelasan materi pelatihan untuk berbagai tingkatan satuan pendidik-an, rata-rata responden menyatakan bahwa materi yang disampaikan berada pada kate-gori sangat jelas 19,1 %, katekate-gori jelas 53,8 %, kategori cukup jelas 22 % dan yang menyatakan pada kategori kurang jelas hanya 5,1 %. Secara umum responden mengungkapkan rata-rata materi yang disampaikan ditinjau dari perbedaan tingkat satuan pendidikan berada pada kategori jelas. Data persentase kejelasan ini disaji-kan oleh grafik pada Gambar 8.

(9)

Jika ditinjau kejelasan materi pelatih-an berdasarkpelatih-an perbedapelatih-an cakuppelatih-an materi yang disampaikan, rata-rata responden juga menyatakan bahwa materi yang disampai-kan berada pada ketegori sangat jelas se-kitar 20 %, kategori jelas sese-kitar 48 %, kategori cukup jelas 27 % dan yang me-nyatakan pada kategori kurang jelas hanya sekitar 5 %. Secara umum responden meng-ungkapkan rata-rata materi yang disampai-kan ditinjau dari perbedaan tingkat satuan pendidikan berada pada kategori jelas. Data persentase kejelasan ini disajikan oleh grafik pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Persentase Persepsi Peserta Tentang Kejelasan Penyampaian Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Berdasarkan Materi Pelatihan

Tinjauan mengenai tingkat pemaham-an responden terhadap materi pelatihpemaham-an, ditinjau dari tingkatan jenjang pendidikan, rata yang menyatakan sangat paham sekitar 5 %, menyatakan paham sekitar 68,8%, kurang paham 25,4 %, dan sisanya sekitar 0,8 % menyatakan tidak paham. Secara umum berada pada kategori memahami materi yang disampaikan pada saat pelatih-an. Informasi persentase pemahaman pe-serta pelatihan ini bedasarkan jenjang satu-an pendidiksatu-an disajiksatu-an oleh grafik pada Gambar 10.

Angket yang diberikan kepada res-ponden yang merupakan peserta pelatihan juga mengungkapkan tingkat keyakinan

peserta pelatihan untuk dapat mengimple-mentasikan kuriklum 2013 secara baik. Hasil angket menunjukkan bahwa rata-rata responden yang memilih sangat yakin hanya sekitar 3,12 %, berada pada kategori yakin 58,7 %, kurang yakin 35,01 % dan kurang yakin sekitar 3,17 %. Secara umum tingkat keyakinan hanya 60% (masih ber-ada pber-ada kategori cukup). Data tingkat keyakinan ini disajikan oleh grafik pada Gambar 11.

Gambar 10. Grafik Persentase Rata-rata Tingkat Pemahaman Peserta Pelatihan Kurikulum 2013 Berdasarkan Jenjang

Pendidikan

(10)

Data ini jika diinterpretasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa dapat diramalkan tingkat keberhasilan implementasi kuriku-lum 2013 baru sekitar 60 %.

Pendampingan

Proses Pendampingan Kurikulum

2013 bertujuan untuk memaksimalkan pe-nerapan kurikulum 2013 oleh guru sasaran, yang dilakukan oleh guru inti sebagai pen-damping yang sebelumnya sudah mengikuti pelatihan dan mendapatkan nilai terbaik. Guru sasaran pendampingan adalah guru yang baru melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015, baik guru tematik, guru mata pelajaran, kepala seko-lah yang diberi pendampingan, serta penga-was yang terlibat dari jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Proses pendampingan

dilakuan dengan sistem In-On-in house

training dan on job training, selama 5 kali.

Pada saat monev dilakukan, umum-nya yang sedang melaksanakan kegiatan

pendampingan on job training. adalah pada

jenjang pendidikan SD dan SMP.

Sedang-kan SMA sebagian telah melaksanaSedang-kan on

job training dan sebagian belum.

Sedang-kan dan SMK baru aSedang-kan melaksanaSedang-kan on

job training. Sehingga data yang

dikum-pulkan belum optimal. Disamping peng-edaran angket terhadap responden yang terdiri dari guru, siswa, kepala sekolah dan pengawas, Pada saat pendampingan juga dilakukan observasi kelas dalam kegiatan

on job training, yang berfungsi sebagai

triangulasi data dengan hasil pengisian angket. Hasil monev pendampingan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Persepsi guru sasaran tentang pelak-sanaan pendampingan oleh guru inti pada umumnya berada pada kategori baik dan cukup, ditinjau dari segi tingkat pemaham-an, kemampuan menjelaskpemaham-an, kemampuan berkomunikasi, jiwa membimbing, suasana pembimbingan yang diciptakan serta ke-mampuan membimbing dalam kegiatan pendampingan. Data lengkap keadaan per-sentase rata-rata untuk tiap komponen pendampingan disajikan oleh grafik pada Gambar 12. Selanjutnya tingkat efektifitas

kegiatan pendampingan dimata guru ber-dasarkan perbedaan tingkat satuan pendi-dikan disajikan oleh grafik pada Gambar 13. Secara umum pilihan guru sasaran se-bagai responden berada pada kategori efek-tif, dan cukup efektif.

Gambar 12. Grafik Persentase Persepsi Guru Sasaran Terhadap Ke-giatan Pendampingan oleh Guru Inti Ditinjau dari Tiap Komponen Pendampingan

Pembelajaran

Monev terhadap pembelajaran dila-kukan dengan pengisian angket, observasi kelas dan indeph interview. Hasil monev didapatkan bahwa :

1. Dalam melaksanakan pembelajaran

umumnya guru telah menjalankan pen-dekatan saintifik, tetapi aktivitas siswa yang diprogramkan guru masih ter-golong low order thinking.

2. Ada kecenderungan peningkatan

akti-vitas belajar menurunkan tingkatan pe-ngetahuan yang akan diperoleh siswa (konten materi pembelajaran menjadi tidak jelas)

3. Penguasaan materi guru dalam

menje-laskan konsep masih rendah, kurang memiliki kemampuan analisis sintesis dan evaluatif.

4. Dalam pembelajaran IPA dan IPS pada

(11)

Keterangan:

Gambar 13. Grafik Persentase Efektifitas Pendampingan Dimata Guru Sasaran Berdasar-kan Perbedaan Tingkat Satuan PendidiBerdasar-kan

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil monev yang

dikalukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pengadaan buku masih

meng-ungkapkan banyak permasalahan, ter-utama berkenaan dengan proses peng-adaan, dan kelengkapannya untuk semua mata pelajaran dan kelas yang menjalankannya

2. Pelatihan kurikulum 2013, umumnya

telah berjalan baik, ramalan tingkat ke-berhasilannya guru yang dilatih untuk mampu menerapkan kurikulum 2013 secara baik masih rendah.

3. Pendampingan, yang dilakukan

terha-dap guru sasaran pada setiap satuan pendidikan belum optimal.

4. Praktek pembelajaran kurikulum 2013

masih perlu dibenahi, karena belum banyak yang berubah dibandingkan penerapan kurikulum KTSP.

Kesimpulan umum yang diperoleh adalah bahwa Penerapan kurikulum 2013 akan memberikan hasil sesuai dengan ha-rapan jika dilaksanakan oleh pendidik yang professional dan berkarakter baik.

Berdasarkan kesimpulan yang diper-oleh, hasil monev implementasi kurikulum 2013 di provinsi Sumatera Barat dapat dire-komendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Buku yang dipakai hendaknya buku

yang dikembangkan oleh ahli bidang studi dan ahli kurikulum melalui proses ilmiah yang benar dan telah diujicoba-kan dan direkomendasidiujicoba-kan oleh kalang-an pendidik dapat menumbuh kembkalang-ang- kembang-kan kompentensi peserta didik secara seimbang antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor ;

2. Pelatihan guru sasaran, kepala sekolah dan pengawas, hendaknya dilakukan oleh pelatih yang professional, diseleksi secara ketat dan diyakini memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai tentang proses pembelajaran yang men-didik ;

3. Pendampingan terhadap guru sasaran

dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil belajar guru sasaran oleh tenaga yang profes-sional yang telah diseleksi secara ketat;

4. Proses pembelajaran hendaknya tidak

hanya difokuskan pada langkah-langkah pendekatan saintifik, tetapi juga dipan-dang dapat mengembangkan komptensi siswa secara utuh dan seimbang.

Daftar Rujukan

Darliana. 2007. Kompetensi Ilmiah dan

Kelemahan Pendidikan Sains. Bandung: PPPPTK IPA.

(12)

Permendik-bud No. 65 Tahun 2013, tentang

Standar Proses. Kemendikbud:

Jakarta

________. 2013. Salinan Permendikbud No. 81 A Lampiran Empat Tentang

Pedoman Umum Pembelajaran.

Kemendikbud: Jakarta.

OECD. 2006. Assessing Scientific,

Reading and Mathematical Literacy: A framework for

PISA2006. Paris: OECD.

http://www.oecd.org/dataoecd/63/35/ 37464175.pdf Diakses tanggal 4 Mei 2007

Akhmad Sudrajat. 2006. Pendekatan dan

Metode Pembelajaran dalam Kuri-kulum 2013. Diakses pada 13

Nopember 2014, dari alamat

Gambar

Gambar 1. Diagram Komponen-Komponen Kompetensi Ilmiah
Gambar 1. Grafik Persentase Proses Peng-adaan Buku Kurikulum 2013
Gambar 4. Grafik Persentase Persepsi
Gambar 7. Grafik  Persentase  Persepsi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat aktivitas Matahari minimum (gambar kiri) lubang korona yang terletak di dekat kutub akan mengakibatkan aliran angin surya yang cepat dan renggang,

Pengaruh yang sangat besar terjadi pada harga PI yang relatif kecil, dapat dilihat bahwa kenaikan harga PI dari 0.1 menjadi 0.2 akan mengakibatkan kenaikan kumulatif produksi

Monitoring pelaksanaan kegiatan Rancang Bangun Teknologi Mahasiswa dilakukan oleh Tim Monev yang dibentuk Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dengan

seperangkat peralatan tambahan pada komputer, misal printer dan mouse semua program yang dapat menjalankan komputer karakteristik gambar yang biasanya berupa titik angka

dkk tentang fibrinogen sebagai suatu prediktor perforasi pada pasien apendisitis anak di Cina tahun 2014, penelitian ini dilakukan pemeriksaan serum fibrinogen

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 Dengan angka perbandingan untuk tahun 2005 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain).. SALDO DAN TRANSAKSI DENGAN

Mahasiwa dapat melihat nilai-nilai mata kuliah yang diambilnya pada semester sebelumnya, hal ini akan digunakan sebagai salah satu pertimbangan