ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN : TUBERCULOSIS (TBC)
Disusun Oleh :
Kelompok VI
Alfiyana PO7121416004
Febi Romantri PO7121416023
Irmayani Sainuddin PO7121416032
Reni Arlinda
Siti Hajar Fadirubun
PO7121416054 PO7121416061
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN POLOTEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : Tuberculosis (TBC) tepat pada waktunya.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Wassalam...
Merauke, 26 september 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Tujuan Penulisan...2
1. Tujuan umum...2
2. Tujuan khusus...3
C. Manfaat Penulisan ... ...3
D. Metodologi Penulisan...3
E. Sistematika Penulisan...4
BAB II TINJAUAN TEORI...5
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan...5
B. Konsep dasar medis...8
1. Pengertian Tuberkulosis...8
2. Etiologi Tuberkulosis...8
3. Klasifikasi Tuberkulosis...9
4. Patofisiologi Tuberkulosis...12
5. Manifestasi klinis Tuberkulosis...13
6. Komplikasi Tuberkulosis...15
7. Cara penularan dan faktor resiko...15
8. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis...16
9. Penatalaksanaan medis Tuberkulosis...20
10. Pencegahan Tuberkulosis...26
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...27
1. Pengkajian...27
2. Discharge planning...30
3. Diagnosa keperawatan...30
BAB III PENUTUP...46
A. Kesimpulan...46
B. Saran...46
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi kesehatan dunia / world health organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hamper mencapai 2 juta manusia. Di semua Negara telah terdapat penyakit ini, tetapi yang terbanyak Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk Cina dan India secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberculosis.
Laporan WHO( global reports 2010), mengatakan pada tahun 2009 anga kejadian TB diseluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan perkapita. Prevalensi kasus TB didunia sebesar 14 juta ( berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke-3 menjadi peringkat ke-5 dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia.
Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin, dan bicara. Untuk mengurangi bertambahnya TBC dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TBC, perlu dilakukan penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
2 terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI, 2001). Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit tuberculosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Penyakit TBC lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena factor lingkungan yang mendukung menjadi penyebab TBC. Beberapa fakor yang erat hubungannya dengan terjadi infeksi basil tuberculosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi, keganasan basil serta serta daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan factor lingkungan misalnya imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes militus dan campak serta factor genetic.
Melihat fenomena masih tingginya angka kejadian TBC, penulis tertarik untuk mengambil judul kasus ini adapun Alasan penulis mengambil judul ini karena penyakit Tuberkulosis memerlukan pengobatan dan perawatan yang optimal, sehingga sangat diperlukan penanganan yang tepat . penyakit ini akan terus mengalami perkembangan yang progresif dan belum ada penyembuhan secara total untuk kasus TBC.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
3 2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar Tuberkulosis meliputi: defenisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan medis & penatalaksanaan Keperawatan pada penderita Tuberkulosis.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada penderita Tuberkulosis. c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada penderita
Tuberkulosis
d. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien Tuberkulosis.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi
Menambah referensi khususnya yang berkenaan dengan sistem informasi kesehatan serta bermanfaat dalam mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah diberikan oleh intsitusi.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan menambah keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan , khususnya pada pasien dengan gangguan pernapasan : Tuberkulosis.
D. Metodologi Penulisan
4
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini terdiri dari 5 bab, dimana tiap-tiap bab disesuaikan dengan sub bab antara lain :
Bab 1 : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis, menguraikan tentang teori yang mendasari kasus ini yang terdiri dari anatomi fisiologi dan konsep dasar medis yang meliputi pengertian¸ klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, cara penularan, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian, discharge planning, diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, serta intervensi,
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan 1. Anatomi sistem pernapasan
Menurut Ernawati (2012), pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sistem pernapasan pada manusia dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Saluran napas bagian atas
Terdiri atas hidung ( naso, nasal), sinus pranasal, faring (tekak) tonsil dan adenoid, laring ( pangkal tenggorokan).
b. Saluran napas bagian bawah
Terdiri atas : trachea, bronchusutuma, bronchuslobaris, bronchussementalis, bronchiale, terminal bronchiale.
6
Menurut Sloane (2003), system pernapasan terdiri dari: 1. Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara melalui proses pernapasan, selain itu, hidung juga berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk dan sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang masuk. 2. Faring
Terletak antara rongga hidung bagian lateral dengan laring, dibelakang ronga mulut. Faring terbagi atas tiga bagian, yaitu : a. Nasofaring
Merupakan faring bagian atas yang berhungan dengan rongga hidung. Pada bagian ini terdapat muara tubaeutachi yang berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada membrane timpani.
b. Orofaring
Terletak dibagian rongga mulut antara langit-langit lunak dan dasar lidah sampai tulang hyioid.
c. Laringofaring
Merupakan laring bawah dan faring, pada bagian ini terdapat pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan Melalui epiglotis.
3. Laring
7 4. Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru, panjangnya sekitar 10-12 cm.
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua ke paru-paru kanan ( right lung ) dan paru-paru kiri ( left lung). 6. Paru-paru
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk, dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
7. Alveolus (alveoli)
Unit fungsional paru-paru adalah alveoli. Alveolus merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus yang bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil pada salah satu sisinya.
2. Fisiologi pernapasan
Menurut Ernawati (2012), pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya. Proses pernapasan terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari paru-paru yang tergantung pada perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli. Pada inspirasi, dada mengembang, diafragma turun, dan volume paru bertambah. Ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Ventilasi paru bergantung pada empat faktor, yaitu : 1. Oksigen atmosfir yang adekuat
2. Jalan nafas yang bersih
8 b. Difusi gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru
c. Transport atau pengangkutan dan karbondioksida melalui darah kedalam dan dari sel-sel ke jaringan
B. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian Tuberkulosis
Menurut Sylvia A.price dalam buku asuhan keperawatan praktis Huda,amin dan Hardi Kusuma, (2016): 316. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan basil mycobacterium tuberculosis, atau basil tuberkel, yang tahan asam. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut.
Menurut Hood Alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri, (2013) : 137. Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksisus yang terutama menyerang parenkim paru.
2. Etiologi
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran
9
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain , dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.(Patrick Davey).
Menurut Wim De Jong ,Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :
1. Fase 1 (fase tuberculosis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten) :
Fase dengan kuman yang tidur ( bertahun-tahun/ seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bias terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfhilus, leher dan ginjal. 4. Fase 4 :
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ yang lain dan yang kedua adalah keginjal setelah paru.
3. Klasifikasi
BASIL TAHAN ASAM (BTA) : mycobacterium TB berbentuk batang mempunyai sifat yaitu tahan terhadap kehilangan warna dengan asam alcohol.
10
BTA(+) : Hasil pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan.
Mikroskopik positif, radiologi dan biakan positif.
BTA (-) : Hasil pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya 2 kali pemeriksaan. Pada pemeriksaan sputumnya tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi ada biakan yang positif, radiologi menunjukkan TB aktif.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut :
a. TB paru BTA positif dengan criteria 1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positi 1 kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologic positif 1 kali.
3. Gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru. b. TB paru BTA negative dengan criteria :
1. Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru aktif
2. BTA negative, biakan negative tetapi radiologi positif c. Bekas TB Paru dengan criteria :
1. Bakteriologi ( mikroskopik dan biakan) negative
2. Gejala klinik tidak ada atau gejala sisa akibat kelainan paru 3. Radiologic menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
4. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat ( lebih mendukung)
Klasifikasi menurut WHO, 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu: 1. Kategori 1, ditujukkan terhadap :
11
-kasus batuk dengan sputum positif -kasus baru dengan bentuk TB berat 2. kategori 2, ditujukan terhadap : - kasus kambuh
- kasus gagal dengan sputum BTA positif 3. kategori 3, ditujukan terhadap :
- kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
- kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori 4. kategori 4, ditujukan terhadap :
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) : 547. Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal, dan mungkin tidak akan pernah tampak apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila terjadi infeksi aktif, pasien biasanya memperlihatkan:
a. Demam, serta ada batuk/ batuk darah b. Malaise
c. Keringat malam
d. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan e. Batuk purulent produktif disertai nyeri dada
Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yangpaling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darh atau darah segar dalamjumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang kea rah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
6. Komplikasi
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) :548 komplikasi penyakit Tuberkulosis adalah :
a. Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas, dan kematian.
b. Tb yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan galur lain yang resisten obat dapat terjadi.
7. Cara Penularan dan faktor resiko
Menurut Hood alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan YessieMariza Putri, ( 2013). Dan menurut Brunner dan Suddarth. Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan.
Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b. Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
c. Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-44 tahun )
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi yeyunoileal )
f. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika latin, karibia )
g. Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara )
h. Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh i. Petugas kesehatan
j. Resiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer,dkk (1999: hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberkulosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB
4. Tes mantoux / tuberkulin
17
derivation (PPD) secara intrakutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan.
5. Tehnik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapatmendeteksi adanya resistensi.
6. Becton dickinson daiagnostic instrument sistem (BACTEC) Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh micobacterium Tuberculosis 7. MYCODOT
Deteksi antibodi memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan Radiology
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu : Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment
apikal lobusbawah
Bayangan berwarna (patchy) atau bercak ( nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral terutama di lapangan di atas paru
Adanya klasifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
18
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan ini ditujukan untuk pemeriksaan terhadap Mycobacterium penyebab infeksi paru dan kuman-kuman yan lain.
Skema diagnosis TBC paru pada orang dewasa (SPS)
S(sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat
19
pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi, hari ke-2.
P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi, hari kedua segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserehkan kepada petugas di UPK.
S(sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari ke-2, saat menyerahkan dahak pada pagi hari.
Cara pengambilan sputum secara umum:
1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi. 2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
20
6. Cara membatukkan sputum: Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap Medium).
7. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
21
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5.Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terappi efektif :
1) Resisten obat primer : resisten terhadap satu agen antituberkulosis agris depan individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan
22
2) Resisten obat didapat atau sekunder : resisten terhadap satu atau lebih agen antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi
3) Resisten banyak obat : resisten terhadap dua agens, INH(Isoniazid) dan RIF (Rifamfsin).
Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Menurut Somantri (2008 : 63) jenis dan dosis obat :
a) Isoniazid ( INH)
Bersifat bakterisid dapat membunuh 90% kuman populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kh BB, efek samping kejang, anoreksia, malaise, demam, nyeri epigastrik dan trombositopenik.
b) Rifamfisin
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semidormant (persistent) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten 3x seminggu. Efek samping demam, menggigil, anemia hemolitik,
23 terdapat kerusakan hati yang berat, dan supresi imunitas.
c) Pirazinomid
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu diberikan dengan dosis 3,5 mg/kgBB. Efek samping gangguan hari, gout anoreksia, mual-muntah, malaise dan demam.
d) Streptomicin
3x seminggu digunakan dosisi yang sama. Efek samping vertigo, sempoyongan dan dapat menurunkan fungsi ginjal
e) Etambutol
Bersifat sebagai bakterisiostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan dosis 30 mg/kgBB. Efek samping penurunan ketajaman penglihatan, gout, gatal, nyeri sendi, sakit kepala dan nyeri perut.
Obat harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya ketebalan obat, memberikan makanan yang bergizi yaitu makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP ) agar nutrisi klien terpenuhi.
24
Kategori obat anti tuberkulosis :
1. Kategori 1 atau 2 (HRZE)/ 4(HR) 3
Panduan OAT kategori 1 diberikan untuk semua pasien baru:
a. Pasien baruTB Paru BTA positif b. Pasien TB paru BTA negatif, foto
toraks positif
Dosis untuk panduan OAT KDT(kombinasi obat tetap) untuk kategori 1
2. Kategori 2 atau (HRZE) S/ (HRZE)/ 5(HR) 3E3
Panduan OAT kategori 2 diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :
a. Pasien kambuh
b. Pasien setelah gagal kategori 1 c. Pasien dengan pengobatan setelah
default (terputus) 3. Kategori 3
Diberikan untuk penderita baru BTA (-) dan Ro (+) sakit ringan. Penderita ekstra paru yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis, eksudatifunilateral, TB kulit, TB tulang. ( pemeriksaan follow-up dahak
pada akhir tahap awal belum menjadi negatif). Pasien tersebut diberikan tahapan OAT tahap awal selama 1 bulan yang dikenal sebagai paket sisipan.
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) : 548-549. Penatalaksanaan TBC sebagai berikut :
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif
memerlukan waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi apabila terpajan antibiotik yang masih sensitif. Saat ini terapi untuk individu pengidap infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan setidaknya selama 9 bulan atau lebih lama . apabila pasien tidak berespon terhadap obat tersebut maka pengobatan lain akan diupayakan.
Idividu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin
positif setelah sebelumnya negatif, bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respon imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total. Jika tuberkulosis resisten obat muncu, obat yang
lebih toksik akan diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau dibawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis cenderung rendah
10. Pencegahan
Pencegahan umum :
a. Mengurangi kontak dengan penderita TBC aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat dan berolahraga.
c. Pemberian vaksi bacille calmette guerin (BCG) untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat.
d. Menyediakan fasilitas pelayanan atau medis yang memadai. e. Memberikan penyuluhan tentang TBC
f. Menjaga kebersihan seperti : cuci tangan dan tubuh harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin
g. Bagi penderita dan keluarga dalam serumah, alat-alat makan ditaruh secara terpisah
Pencegahan bagi penderita :
a. Ketika batuk sebaiknya menutup mulut b. Jangan meludah disembarang tempat
c. Makan makanan yang bergizi dan diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Terdapat beberapa cara untuk mencegah TBC :
a. Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang terdapat diudara.
b. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko tinggi tuberculosis. Misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberculin positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap 6-9 bulan.
c. Dinegara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi micobacterium tuberculosis.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tuberculosis 1. Pengkajian
a. Identifikasi diri klien : 1) Nama
2) Jenis kelamin 3) Umur
4) Tempat / tanggal lahir 5) Alamat
6) Pekerjaan b. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan sekarang
a) Keadaan pernapasan (napas pendek) b) Nyeri dada
c) Batuk dan, d) Sputum 2) Kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita emfisema, asma, alergi, dan TB
c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama misalnya : 1) Demam
2) Menggigil 3) Lemah
4) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB
d. Status perkembangan, misalnya :
1) Ibu yang melahirkan bayi prematur pelu ditanyakan apakah sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup
2) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan cepat lelah sewaktunaik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama. e. Data pola pemeliharaan kesehatan , misalnya :
1) Tentang pekerjaan
2) Obat yang tersedia di rumah 3) Pola tidur istirahat dan stress
f. Pola keterlambatan atau pola kekerabatan, misalnya :
1) Adakah pengaruh dari gangguan atau penyakitnya terhadap dirinya dan keluarganya
2) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran istri/suami dan dalam melakukan hubungan seksual.
g. Pola aktivitas atau istirahat 1) Gejala :
a) Kelelahan umum
b) Napas pendek karena kerja
c) Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat, mimpi buruk
Batuk produktif atau tidak produktif
Nafas pendek
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
l. Kemanan
1) Gejala :
30
2) Tanda :
Demam rendah atau sakit panas akut
2. Discharge planning
a. Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat diluar rumah
b. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernapasan
c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
d. Lakukan pernapasan diafragma : tahan napas selama 3-5 menit kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut
e. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan setelah batuk juga cara pengontrolan batuk
f. Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan konsultasikan kepada tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin g. Ibu menderita TB aman untuk memberikan asi pada bayinya
dengan catatan menghindari cara penularan TB
h. Jalankan terapi obat dengan teraturdan jangan sampai putus tanpa intruksi
i. Berhenti merokok dan berhenti minum alkohol
j. Olahraga secara, makan-makanan yang bergizi dan istirahat cukup
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
Resiko infeksi :
31
Penyakit kronis
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari
pemajanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
Prosedur invasif
Malnutrisi
Noc :
Immune status
Knowledge : infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi, penularan serta penatalaksanaanya
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Nic :
32
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain - Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasoen - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alatpelindung - Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat - Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu proteksi terhadap infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC - Monitor kerentanan terhadap infeksi - Batasi pengunjung
- Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko - Pertahannkan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap kemerahan, panas , drainase
- Dorong masukan nutrisi yang cukup - Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep - Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi - Laporkan kecurigaan infeksi
33
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau
Suara napas tambahan ( misalnya rale, crackle, ronki dan mengi)
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif Obstruksi jalan nafas : spasme jalan napas, retensi sekret, mukus
34
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK, infeksi, asma, jalan napas alergik(trauma)
Noc :
Respiratory status : ventilation Respiratory status ; airway patency Kh :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis, dispnea ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pused lips)
Menunjukkan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama napas , frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas.
Nic :
Airway suction
- Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning. - Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning - Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
35
- Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. - Monitor respirasi dan status O
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
Gangguan pertukaran gas :
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli Batasan karakteristik :
-Gangguan penglihatan -Penurunan CO2
- Hiperkapnia
- warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) - Hipoksemia
-hiperkarbia
-sakit kepala ketika bangun
-frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Faktor faktor yang berhubungan :
- ketidakseimbangan perfusi ventilasi -perubahan membran kapiler-alveolar
NOC :
-Respiratory Status : Gas exchange -Respiratory Status : ventilation -Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
37
NIC :
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Berikan bronkodilator bial perlu
- Barikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
- Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas, seperti dengkur - Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot - Catat lokasi trakea
38 - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
- auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspnea
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
39
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
NOC :
- Nutritional Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
40
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
41
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
e. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal Batasan Karakteristik:
-kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
-serangan atau konvulsi (kejang)
-kulit kemerahan
-pertambahan RR
-takikardi
-saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
- penyakit/ trauma
- peningkatan metabolisme
- aktivitas yang berlebih
- pengaruh medikasi/anastesi
- ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
- dehidrasi
42
- pakaian yang tidak tepat
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
NIC :
Fever treatment
-Monitor suhu sesering mungkin
-Monitor IWL
-Monitor warna dan suhu kulit
-Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
-Monitor intake dan output
-Berikan anti piretik
-Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
-Tingkatkan sirkulasi udara
43
Temperature regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
44
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
f. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) mengenal kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
1. Dapat dihubungkan dengan : a) Keterbatasan kognitif
b) Tak akurat atau tak lengkap informasi 2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
a) Permintaan informasi
b)Menunjukkan kesalahan konsep tentang kasus kesehatan
c) Kurang atau tak akurat
d)Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan
a)Menyatakan pemahaman prose penyakit kebutuhan pengobatan
b)Melakukan perilaku pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
45
c)Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi dan intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus penyakit Tuberkulosis diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Penyakit tuberculosis (TBC) termasuk salah satu penyakit infeksi menular dimana penularannya melalui udara, orang yang terinfeksi micobacterium tuberculosis saat dia batuk maupun bersin maka basil tuberkel tersebut akan tertular pada orang disekitar dikarenakan penularan TBC salah satunya melalui udara . Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Mahasiswa-mahasiswi keperawatan merauke
46 DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of
Pathophysiology). Jakarta : EGC. Ed.3.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM
Huda, Amin, Hardi Kusuma.2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Nanda,Nic,NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah; cetakan1. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.