• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Hukum Penyusunan Perda Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Politik Hukum Penyusunan Perda Provinsi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Hukum Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau memiliki kedekatan secara historis dengan nilai-nilai ke-Islam-an, akan tetapi pengaruh modernisasi, westernisasi dan globalisasi menyebabkan nilai-nilai tersebut mulai luntur dan hilang dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau. Untuk itu, diperlukan upaya nyata guna tetap melestarikan nilai-nilai tersebut sebagai khazanah budaya melayu bagi anak cucu kita di kemudian hari. Kajian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan pendekatan budaya serta dibantu melalui metode depth interview dengan para tokoh adat, pemuka Agama, Paguyuban sampai dengan Stakeholder yang ada di Provinsi Kepulauan Riau guna memperoleh data yang akurat agar terciptanya sinkronisasi dan harmonisasi dalam rangka mengangkat local wisdom menjadi menjadi produk hukum daerah. Kajian ini menyimpulkan bahwa politik hukum atas penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari setiap komponen masyarakat Provinsi Kepulauan Riau dalam upaya melestarikan dan menjaga nilai-nilai ke-melayu-an agar tidak luntur akibat perkembangan zaman. Melalui penyusunan Peraturan Daerah tentang Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau diharapkan dapat memberikan nuansa ke-Islam-an dalam upaya melakukan internalisasi nilai-nilai Islam didalam produk hukum daerah Provinsi Kepulauan Riau.

Kata Kunci: Politik Hukum, Peraturan Daerah, Lembaga Adat Melayu, Provinsi Kepulauan Riau

A. Latar Belakang

(2)

masyarakat yang selanjutnya menciptakan aturan-aturan tersendiri yang ditaati dan dipatuhi oleh elemen-elemen dalam masyarakat itu sendiri. Menurut Nasikun (1984 : 30), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat dan kedaerahan seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.

Eksistensi nilai-nilai yang hidup disekitaran masyarakat cendrung bersifat unwritten law, namun tetap dianggap sebagai aturan yang semestinya harus ditaati. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa aturan-aturan yang muncul tersebut lahir dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang menitik beratkan pada kesepahaman terhadap apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, hal inilah yang kemudian dikenal sebagai karakteristik masyarakat hukum Indonesia.

Akan tetapi yang perlu untuk diingat adalah hukum dapat menjadi sebuah kekuatan yang tangguh untuk perubahan “ketika perubahan tersebut berasal dari sebuah prinsip yang telah mengakar kuat dalam budaya kita” .

(3)

Seiring dengan perubahan hukum dan kebudayaan yang bagai dua sisi mata uang yang tidak mungkin untuk dipisahkan antara satu dengan lainnya, maka fungsi hukum dan keberadaan hukum itu akan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Pada masa lalu, hukum dipandang sebagai produk atau hasil dari kebudayaan (as to the past as a product of civilization).

2. Masa sekarang, hukum dipandang sebagai pemelihara kebudayaan (as to the present as a means of maintaining civilization).

3. Pada masa yang akan datang, hukum dipandang sebagai alat untuk memperkaya kebudayaan (as to the future as a means of furthering civilization).

Ketiga sudut pandang di atas, terlihat bahwa aturan hukum (legal order) yang terbentuk dari nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, mempunyai tugas dan fungsi ganda, yaitu di satu pihak untuk menjaga nilai-nilai yang sudah ada dan berkembang dalam masyarakat dan lain pihak untuk membentuk kebudayaan baru dan mengembangkan hak-hak manusia.

(4)

Dalam perspektif otonomi daerah, perkembangan muatan hukum negara semakin menguat didaerah seiring dengan banyaknya muncul produk hukum sebagai landasan bagi kebijakan hukum (legal policy) di daerah baik yang di-setting oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Pada titik ini tentunya akan terdapat pertemuan dua kutub hukum yang berbeda dimana disatu sisi produk hukum yang berasal dari kepentingan Negara (structural order) dengan nilai-nilai yang tumbuh subur di daerah sebagai bentuk aspirasi masyarakat daerah (cultural order). Dengan adanya pertemuan kepentingan hukum di satu titik tentunya membutuhkan kearifan dan kebijaksaanaan dalam menggunakan pilihan-pilihan atas hukum itu sendiri. Semangat otonomi daerah yang mengedepankan artikulasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka memperjuangkan hak-hak masyarakat daerah tentunya tidak boleh bertentangan dengan semangat negara kesatuan.

Masuknya nilai-nilai lain yang secara sengaja atau tidak sengaja menjadi faktor yang mempengaruhi atau yang dipengaruhi secara seksama mesti dilihat secara menyeluruh dapat atau tidak memberikan ekses yang buruk bagi pembinaan hukum nasional. Pembinaan hukum nasional tentunya tetap memberikan ruang tersendiri bagi “hukum-hukum masyarakat” untuk dapat hidup berdampingan dengan sistem hukum modern lainnya. Pengenyampingan atas hal di atas hanya akan memberikan sebuah gambaran buruk dalam semangat menyusun hukum nasional yang memiliki cita rasa ke-Indonesia-an. (Oksep Adhayanto, 2014)

(5)

B. Permasalahan

Seiring dengan permasalahan yang telah diidentifikasi maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1 Peran Penting Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau dalam Rangka Pelestarian Nilai-Nilai Budaya dan Sosial di Provinsi Kepulauan Riau.

2 Hal-hal penting apa yang mendasari perlunya penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

3 Sasaran yang akan diwujudkan, Arah dan Jangkauan Pengaturan, serta Ruang Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

C. Metodelogi

(6)

D. Tinjauan Pustaka

Beberapa pemikiran strategis mencatat, pembangunan kebudayaan merupakan aspek penting dalam pembangunan sebuah peradaban. Pembangunan kebudayaan bagi kehidupan kemanusiaan, adalah sesuatu yang diperbincangkan secara hangat, khususnya ketika dunia menyambut abad 21. Menghangatnya perbincangan tentang kebudayaan dan hubungan kebudayaan tersebut dengan upaya pembangunan sebuah pemberadaban manusia modern, berhubungan dengan ketakutan manusia sezaman (hari ini) akan fakta-fakta yang muncul dari akibat kemajuan zaman itu sendiri. Berhadapan dengan fakta yang merisaukan itulah, maka dewasa ini banyak negara di berbagai belahan dunia, khususnya negara-negara maju, berlomba-lomba memperkuat jati diri dengan pembangunan kebudayaan. Jati diri dalam bingkai kebudayaan yang kokoh kelak diharapkan dapat menjadi benteng untuk menghadang akibat buruk dunia yang diciptakannya sendiri.. (Koentjaraningrat, 2007).

(7)

Menurut Koentjaraningrat (1978), sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat, mengenai hal-hal harus mereka anggap bernilai dalam hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sehingga sistem tata kelakuan manusia yang tingkatnya lebih wujud, seperti aturan-aturan, hukum dan norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya itu.

Untuk dapat mengerti benar-benar hal tersebut sebagai penjelmaan jiwa masyarakat Indonesia, perlu lebih lanjut untuk ditelaah terlebih dahulu struktur berpikir, corak dan sifat masyarakat Indonesia yang secara keseluruhan merupakan mentalitas yang mendasari hukum adat. (Soerjono Soekanto, 2003).

Penguatan hukum adat yang secara tegas dituangkan dalam Konstitusi di Indonesia tercantum pada Pasal 18B ayat (2), hal ini merupakan hasil dari Amandemen ke 2 UUD 1945. Adapun bunyi dari Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa:

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

Kemudian dalam Pasal 28 I Ayat (3) menyatakan bahwa :

Identitias budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.

Dari landasan Konstitusional yang termuat dalam UUD NRI Tahun 1945 mengenai Hukum Adat di Indonesia jelas bahwa Negara mengakui kedudukan hukum adat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun dengan harus melihat pada persyaratan secara yuridis yaitu:

1. Sepanjang masih ada;

(8)

3. Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesi; dan 4. Diatur dalam Undang-Undang.

Di sisi lainnya pengertian politik hukum itu sendiri adalah “kebijakan”yang diambil atau “ditempuh” oleh negara melalui lembaga negara atau pejabat yang diberi wewenang untuk menetapkan hukum yang mana yang perlu diganti, atau yang perlu di ubah, atau hukum yang mana perlu dipertahankan, atau hukum mengenai apa yang perlu diatur atau dikeluarkan agar dengan kebijakan itu penyelenggaraan negara dan pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan terti, sehingga tujuan negara secara bertahap dapat terencana dan terwujud. (Jazim Hamidi, 2009).

E. Pembahasan

E.1 Peran Penting Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau dalam Rangka Pelestarian Nilai-Nilai Budaya dan Sosial di Provinsi Kepulauan Riau

Pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang mengakui dan memberi ruang bagi hukum adat harus dimanfaatkan untuk melestarikan adat istiadat dan budaya bangsa yang diaktulisasikan dalam produk perundang-undangan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa.

(9)

Dalam era globalisasi, dunia tidak memiliki batas ruang dan waktu, kemajuan teknologi informasi memutuskan itu semua. Arus informasi dan nilai-nilai asing tidak bisa kita hindari. Jati diri bangsa semakin akan hilang ketika adat istiadat dan budaya sebuah bangsa tidak mampu menyaring informasi dan nilai-nilai asing. Ketika kondisi ini terjadi maka akhlaq dan moral semakin menurun, harus disadari fenomena ini sudah mulai ada dalam masyarakat kita.

Menyikapi kondisi ini adat istiadat dan budaya harus bisa eksis sebagai bagian dari upaya untuk mempertahankan jati diri bangsa. Dalam masyarakat Melayu secara tegas adat istiadat sangat dijunjung tinggi dan memiliki peran yang vital dalam kehidupan bermasyarakat, hal bisa dilihat dalam ungkapan adat lebih baik mati anak dari pada mati adat.

Untuk menjaga eksistensi adat istiadat dan budaya Melayu sebagai bagian dari jati diri bangsa ini, maka perlu ada upaya yang strategis untuk mewujudkannya. Keberadaan Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk oleh masyarakat adalah bagian dari upaya untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat dan budaya Melayu.

Adat Melayu adalah adat yang bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitabullah yang merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang telah diterima oleh masyarakat Kepulauan Riau yang berlaku dan berjalan dengan baik dan dijadikan dasar atau pedoman baik dalam dalam menjalankan kebijaksanaan pemerintahan dikala itu bahkan sampai sekarang maupun dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan adat istiadat Melayu tersebut telah dijadikan payung negeri ini dalam mewujudkan pembangunan masyarakat Kepulauan Riau yang berkeadilan dan berkemakmuran serta masyarakat yang agamis.

(10)

nilai-nilai ke-islam-an yang terjelma dalam nilai-nilai adat istiadat dan budaya melayu diharapkan bisa menjadi benteng terhadap nilai dan tatanan sosial yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.

Untuk mewujudkan itu, adat istiadat Melayu harus dijalankan dan dilestarikan oleh suatu lembaga yang bernama Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau, yang selama ini terus menggali, merawat dan mengawal pelaksanaan dari pada adat istiadat Melayu tersebut demi tegaknya negeri Melayu yang bertuah dan bermarwah. Keberadaan Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau perlu dipertegas dalam produk hukum formal yang bernama peraturan daerah.

E.2 Hal-Hal Penting Mendasari Perlunya Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu

Isu penting yang menjadi dasar pemikiran perlunya penyusunan rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu adalah sebagai berikut:

1 Peran Lembaga Adat Melayu dalam menggali, memelihara, membina dan mengembangkan nilai-nilai adat dan budaya melayu Kepulauan Riau sebagai usaha memperkaya dan memperkokoh jati diri masyarakat melayu dan merupakan bagian khasanah kebudayaan nasional;

2 Bagaimana peran Lembaga Adat Melayu dalam mewujudkan masyarakat adat dan budaya melayu Kepulauan Riau yang maju dan sejahtera sesuai dengan tujuan bangsa;

(11)

E.3 Sasaran yang akan diwujudkan, Arah dan Jangkauan Pengaturan, serta Ruang Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

E.3.1 Sasaran yang akan diwujudkan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

(12)

Provinsi Kepulauan Riau. Sehingga dengan upaya ini diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang aman, tertib, damai menuju masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang makmur dan sejahtera.

E.3.2 Arah dan Jangkauan Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

Arah dan jangkauan pengaturan rancangan peraturan daerah tentang Lembaga Adat Melayu ini adalah mendorong agar terciptanya pelestarian, pengembangan, pembinaan dan penggalian terhadap nilai-nilai sosial dan budaya serta adat melayu yang berkembang dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lainnya agenda setting rancangan peraturan daerah ini dirumuskan dalam rangka memberikan alas hukum bagi setiap komponen yang dimaksud di atas atas obyek tersebut.

(13)

E.3.3 Ruang Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu

Ruang Lingkup Materi Pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu:

1. Ketentuan Umum. 2. Asas, Sendi dan Tujuan.

3. Pembentukkan Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau. 4. Kedudukan Organisasi, Tugas dan Fungsi.

5. Kewenangan Lembaga Adat Melayu.

6. Peran Serta Lembaga Adat Melayu dalam Melestarikan Budaya Daerah. 7. Pembinaan dan Hubungan Kerjasama.

8. Sumber Keuangan dan Pendapatan.

9. Lambang, Tanda-Tanda Kebesaran, Gelar Kehormatan dan Hari Besar. 10. Ketentuan Peralihan.

(14)

F. Kesimpulan dan Saran F.1 Kesimpulan

Peranan pembentukkan peraturan daerah tentang Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau pada akhirnya harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kepulauan Riau dalam menghadirkan atmosfer dan tatanan ideal, seperti:

1. Pembentukkan karakter dan kepribadian masyarakat yang bermoral, beretika, berorientasi kinerja, kemajuan iptek serta berdisiplin sebagai perwujudan nilai agama, norma hukum dan budaya yang luhur.

2. Pembangunan sistem pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai budaya serta pengembangan kemampuan lembaga pendidikan formal maupun informal dalam pemeliharaan adat dan budaya Melayu baik dari tingkat pendidikan dasar hingga ke pendidikan tinggi.

3. Pelembagaan nilai-nilai moral adat yang dapat meningkatkan kualitas dan akhlak dalam penyelenggaraan pemerintahan.

4. Pengembangan dan pemberdayaan nilai-nilai budaya Melayu dalam memasyarakatkan pemakaian simbol-simbol dan atribut budaya dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan di Kepulauan Riau.

(15)

F.2 Saran

Urgensi pembentukkan peraturan daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu harus dipandang sebagai amanah dan aspirasi komponen masyarakat adat Kepulauan Riau yang menginginkan berlangsungnya kualitas budaya dalam keberlanjutan pembangunan di Kepulauan Riau. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD harus dapat merealisasikannya.

Daftar Pustaka

Jazim Hamidi, Teori dan Politik Hukum Tata Negara, Yogyakarta, Total Media, 2009. Koentjaraningrat, Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1978.

______, dkk, Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan, Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta, 2007.

(16)

Oksep Adhayanto, Perkembangan Sistem Hukum Nasional, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Pekanbaru, 2014.

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Stimulasi ke segala penjuru merupakan rangsangan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik dalam menggunakan seluruh panca indera dalam menangkap materi yang diajarkan oleh

Orgnasisasi Pelajar Raudhatul Hasanah adalah salah satu organisasi yang ada di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dimana dalam kesehariannya pesantren tersebut

Berdasarkan analisa kesesuaian lahan perikanan tambak berdasarkan faktor-faktor daya dukung fisik di Kabupaten Sidoarjo akan menghasilkan output dua kriteria kecamatan yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi keuangan syariah mahasiswa program studi ekonomi syariah dan perbankan syariah dan pengaruh antara

Understatement aset bersih yang sistematik atau relatif permanen merupakan konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Payo

Berdasarkan hasil analisis data identifikasi, 100% guru telah lengkap dalam memuat identitas mata pelajaran; 60,29% guru telah merumuskan indikator pada kategori