• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan dan Hak M K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kewenangan dan Hak M K"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi

Hukum Tata Lembaga

-

Lembaga Negara

Disusun Oleh:

Fadhila Fishabilillah

110110130306

Nama Dosen: Dr. Hernadi Affandi, S.H, LL.M

Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran

(2)

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat segala limpahan

Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini.

Semoga makalah ini mampu untuk dapat dipergunakan sebagai pemenuhan tugas akhir mata

kuliah Hukum Tentang Lembaga-Lembaga Negara, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran.

Penulis berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan

yang bersifat positif dan segala hal yang bermanfaat bagi seluruh individu yang membaca

makalah sederhana yang telah penulis susun.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan

kekurangannya dan mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat

membangun penulis dengan harapan untuk lebih menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir

kata semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat bagi kita sekalian.

Bandung, Juni 2015

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkamah Konstitusi ... 2

B. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi ... 3

C. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi ... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 6

B. Saran ... 7

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) pada pokoknya memang diperlukan karena

bangsa kita telah melakukan perubahan-perubahan yang mendasar atas dasar undang-undang

dasar 1945. Dalam rangka perubahan pertama sampai dengan perubahan keempat UUD 1945.

Bangsa itu telah mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam system ketatanegaraan, yaitu antara lain

dengan adanya system prinsip “Pemisahan kekuasaan dan cheeks and balance” sebagai

pengganti system supremasi parlemen yang berlaku sebelumnya. Sebagai akibat perubahan

tersebut, maka perlu diadakan mekanisme untuk memutuskan sengketa kewenangan yang

mungkin terjadi antara lembaga-lembaga yang mempunyai kedudukan yang satu sama lain

bersifat sederajat, yang kewenanganya ditentukan dalam Undang-Undang Dasar serta perlu

dilembagakannya peranan hukum dan hakim yang dapat mengontrol proses dan produk

keputusan-keputusan politik yang hanya mendasarkan diri pada prinsip, The Rule of Majority”.

Karena itu, fungsi-fungsi Judicial Review atas konstitusionalitas Undang-Undang dan proses

pengujian hukum atas tuntutan pemberhentian terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden

dikaitkan dengan fungsi MK. Disamping itu juga diperlukan adanya mekanisme untuk

memutuskan berbagai persengketaan yang timbul dan tidak dapat diseleseaikan melalui proses

peradilan yang biasa, seperti sengketa Pemilu dan tuntutan pembubaran suatu partai politik.

Perkara-perkara semacam ini berkaitan erat dengan hak dan kebebasan para warganegara dalam

dinamika system politik demokratis yang dijamin oleh UUD 1945.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Mahkamah Konstitusi?

2. Apa saja Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Kosntitusi merupakan salah satu lembaga tinggi negara yanga melaksanakan

kekuasaan kehakiman, sesuai dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Sejarah mengenai awal mula berdirinya Mahkamah Konstitusi diawali dengan pada saat

dilakukannya Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, tepatnya pada Pasal 24 ayat (2),

Pasal 24C, serta pada Pasal 7B yang telah disahkan pada tanggal 9 November 2001.

Setelah adanya perubahan ketiga terhadap Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, untuk

membuat dasar hukum mengenai berdirinya Mahkamah Konstitusi, dibuatlah Rancangan

Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah adanya pembahasan lebih mendalam

mengenai Rancangan Undang-Undang tersebut, kemudian Dewan Perwakilan Rakyat bersama

dengan Pemerintah menyetujui Rancangan Undang-Undang tersebut, yang kemudian menjadi

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan disahkan pada

tanggal 13 Agustus 2003 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yakni Megawati Soekarno

Putri.

Selanjutnya, setelah diadakannya pengesahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tersebut, diadakan pengambilan sumpah jabatan para hakim konstitusi yang dilakukan oleh

Presiden di Istana Negara pada tanggal 15 Agustus 2003. Kemudian setelah dilakukan rapat

internal antara anggota hakim Mahkamah Konstitusi pada tanggal 19 Agustus 2003, terpilihlah

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang pertama, yakni Prof. Dr. Jimli

Asshiddiqie, S.H.1[2]

(6)

B. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah:

1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusnya bersifat final

untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa

kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus

pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.

2. Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan

pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:

a. Pengkhianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

b. Korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaiana

diatur dalam Undang-Undang.

c. Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pudana

penjara 5 (lima ) tahun atau lebih

d. Perbuatan yang tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat

Presiden dan /atau Wakil Presiden

e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/ Wakil Presiden adalah syarat

sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Kewenangan mahkamah konstitusi disepakati untuk ditentukan secara limitatif dalam

undang-undang dasar. Kesepakatan ini mengandung makna penting, karena mahkamah

konstitusi akan menilai konstitusionalitas dari suatu undang-undang atau sengketa antar lembaga

negara yang kewenangannya ditentukan dalam undang-undang dasar, karena itu sumber

kewenangan mahkamah konstitusi harus langsung dari undang-undang dasar.

Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai 4

Kewenangan Konstitusional yaitu:

1. Menguji undang-undang terhadap UUD

2. Memutuskan sengketa kewenangan antara lembaga yang kewenangannya

(7)

3. Memutuskan sengketa hasil pemilu

4. Memutuskan pembubaran partai politik.

Sementara kewajiban Konstitusi Mahkamah Konstitusi adalah memutuskan pendapat DPR

bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden telah bersalah melakukan pelanggaran hukum ataupun

tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Presiden dan/ atau Wakil Presiden seperti yang

dimaksud dalam UUD 1945.

C. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi

Tanggung jawab Mahkamah Konstitusi adalah mengatur organoisasi, personalia,

administrasi, dan keuangan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik dan bersih.

Mahkamah Konstitusi berkewajiban mengumumkan laporan berkala kepada masyarakat secara

terbuka mengenai:

1. Permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputuskan.

2. Pengelolaan keuangan dan tugas administrasi Negara lainnya.

Laporan sebagaimana dimaksud diatas dimuat dalam berita berkala yang diterbitkan oleh

Mahkamah Konstitusi. Hakim Konstitusi harus mempunyai syarat sebagai berikut:

1. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela

2. Adil, dan

3. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.

Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi seorang calon harus memenuhi syarat

diantaranya:

1. Warga Negara Indonesia

2. Berpendidikan sarjana hukum

3. Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun pada saat pengangkatan

4. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang lebih

memperoleh kekuatan hukum tetap karena tidak melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih ;

5. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan ; dan

(8)

Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim

Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung. 3 orang oleh Dewan

Perwakilan Rakyat , dan tiga orang oleh Presiden. Masa jabatan Konstitusi adalah 5 tahun, dan

dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Ketua Mahkamah Konstitusi

dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa jabatan Ketua MK

selama 3 tahun yang diatur dalam UU 24/2003 ini sedikit aneh, karena masa jabatan Hakim

Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam

satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir sebelum waktunya (hanya 2 tahun).

Sejarah Mahkamah Konstitusi

Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi diawali dengan Perubahan Ketiga

UUD 1945 dalam pasal 24 ayat (2), pasal 24C, dan pasal 7B yang disahkan pada 9 November

2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945, maka dalam rangka menunggu

pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi

MK untuk sebagaimana diatur dalam pasal III aturan peralihan UUD 1945 hasil perubahan

Keempat.

DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang tantang

Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui

secara bersama Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang mahkamah Konstitusi pada 13

agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15

Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi diistana Negara pada

tanggal 16 agustus 2003.

Ketua Mahkamah Konstitusi RI yang pertama adalah Prof. dr . jimli Asshiddiqie SH.

Guru Besar hukum tata Negara Universitas Indonesia kelahiran 17 April 1956 ini terpilih pada

(9)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mahkamah konstitusi merupakan lembaga negara yang baru yang diintrodusir pada

perubahan UUD 1945, untuk menjaga kemurnian konstitusi dengan kewenangan untuk

menguji konstitusionalitas suatu undang-undang terhadap undang-undang dasar serta

kewenangan lainnya yang terkait dengan fungsinya sebagai the guardian of the constitution,

memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus sengketa pemilu, memutus

pembubaran partai politik serta mengadili dan memutuskan pendapat DPR mengani usul

pemberhentian presiden.

Posisi mahkmah konstitusi nampak lebih tinggi dibanding lembaga negara lainnya ketika

memutus konstitusionalitas dari suatu ketentuan undang-undang. Walaupun demikian

sesungguhnya dalam struktur ketatanegaran RI, posisi mahkamah konstitusi sejajar dengan

lembaga negara yang lainnya dengan kewenangan yang secara limitatif diberikan

undang-undang dasar.

Saran

Mahkamah konstitusi bersifat pasif, hanya memutus perkara yang diajukan kepadanya

dan tidak dapat memberikan fatwa selain dalam hubungan dengan putusan perkara yang

diajukan kepadanya sesuai kewenangan yang ditentukan undang-undang dasar. Pelaksanaan

putusan mahkmah konstitusi berada ditangan lembaga negara yang dikenai atau terkait

putusan itu.

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu Mahkamah yang paling tinggi bersama

Mahkamah Agung, Mahkamah Agung hanya memperhubungkan dengan Undang-Undang,

dan Peraturan Daerah, sedangkan Mahkamah Konstitusi (Judicial review) menempatkan

UUD 1945, Undang-undang, yang mengkaji Undang-undang dengan UUD 1945. Agar

maksud tersebut bisa dicanangkan maka hendaklah pemerintah seperti Presiden dan/ atau

Wakil Presiden tidak melakukan hal-hal yang membuat kesalahan yang tidak bertanggung

(10)

Daftar Pustaka

 Didit Hariadi Estiko & Suhartono, Mahkamah Konstitusi, Lembaga Negara Baru

Pengawal Konstitusi, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat

Jenderal DPR RI, 2003.

 Jimli Asshiddiqy, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Cet.I,

Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Republik_Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pembacaan sensor inframerah dapat dimonitoring didalam web localhost, dengan memberikan informasi kondisi, durasi, dan status parkir motor kepada penjaga

Target khusus dalam penelitian ini adalah memberikan informasi khusus bagi pelatih taekwondo “bagaimana tingkat VO ₂ Max atlet Taekwondo PUSLATKOT Kota Kediri

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kreativitas matematika adalah kemampuan siswa untuk melihat dan menemukan ide-ide baru atau hal-hal yang

Data penelitian diperoleh melalui data skunder, data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id yang kemudian data tersebut dianalisis dengan

Berdasarkan standar penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan adalah 10 menit, dan pelayanan dokumen rekam medis pelayanan rawat inap selama 15 menit (Depkes RI,

Penggunaan limbah bandeng pada perlakuan P3 sebesar 10% atau sama dengan 100% tepung ikan menghasilkan presentase lemak daging yang terendah, ini menunjukkan

Dalam perhitungan nilai tanah ini digunakan metode Perbandingan Pendekatan Data Pasar ( Market Data Approach ). Nilai tanah ini didapatkan dari data hasil survei

Berdasarkan analisis data spasial, makalah ini dikonstruk dari model ekonometrika spasial tentang pendanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk mengkaji lebih lanjut