ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN BERBAHAYA PADA MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA TAHUN 2017
Oleh :
Dhito Dwi Pramardika, S.K.M., M.Kes
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda Jl. K.H. Wahid Hasyim Sempaja Samarinda
E-mail : dhitodwi@gmail.com Abstract
Background: Food is one of the factors that directly affect the human condition. Balai Besar POM Samarinda in 2014 there are still many of food containing hazardous materials circulating in Samarinda
Objective: The objective of the research is know the contents of food at canteen the University of Widya Gama Mahakam Samarinda.
Methods: This study used laboratory descriptive research to see the content of borax, formalin, methanyl yellow and rhodamin B. The number of samples of the study of 4 samples. The sampling technique used is Purpossive Sampling. The analysis of the sample used a borax, formalin, methanyl yellow and rhodamine B test kit qualitatively.
Results: The results showed in the borax test all negative samples contained borax, on formalin test of 3 of 4 positive samples containing formaldehyde, in yellow methanyl test all negative samples contain methanyl yellow, and on rhodamine B test all negative samples contained rhodamin B.
Conclusions: A total of 3 positive samples containing formalin are nuggets, small sausages and large sausages.
Suggestion: The University of Widya Gama Mahakam Samarinda conduct guidance to traders who sell food containing hazardous materials.
Keywords: borax, formalin, yellow metanyl, rhodamin B
Abstrak
Latar Belakang: Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia. Menurut penelitian Balai Besar POM Samarinda pada tahun 2014 masih banyak bahan berbahaya yang ditemukan dalam pangan yang beredar di Samarinda. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk memeriksa kandungan berbahaya pada makanan di kanti Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.
Metode: Penelitian ini penelitian deskriptif laboratorik untuk melihat kandungan boraks, formalin, methanyl yellow dan rhodamin B. Jumlah sampel penelitian sebanyak 4 sampel. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purpossive Sampling. Analisis sampel menggunakan test kit boraks, formalin, methanyl yellow dan rhodamin B secara kualitatif. Hasil: Hasil penelitian menunjukan pada uji boraks semua sampel negatif mengandung
boraks, pada uji formalin sebanyak 3 dari 4 sampel positif mengandung formalin, pada uji
methanyl yellow semua sampel negatif mengandung methanyl yellow, dan pada uji rhodamin B semua sampel negatif mengandung rhodamin B.
Kesimpulan: Sebanyak 3 sampel positif mengandung formalin yaitu nugget, sosis kecil dan sosis besar.
Saran: Pihak Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda melakukan pembinaan terhadap pedagang yang menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya.
Pendahuluan
Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi dibutuhkan tubuh untuk menunjang aktivitas. Namun sebaliknya, pangan yang tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu, pemilihan pangan sebelum dikonsumsi sangat penting agar terhindar dari produk pangan yang tidak memenuhi standar serta dapat membahayakan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Tentang Bahan Tambahan Makanan, bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah : Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya, Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt), Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC), Dulsin (Dulcin), Kalium Klorat (Potassium Chlorate), Kloramfenikol (Chloram phenicol), Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils), Nitrofurazon (Nitrofurazone), Formalin (Formaldehyde), Kalium Bromat (Potassium Bromate).
Pemakaian bahan kimia ini sangat berbahaya bagi kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau berlebihan jumlahnya sehingga bisa memicu timbulnya berbagai macam penyakit, termasuk penyakit kanker. Sedangkan secara jangka pendek, penggunaan zat-zat tersebut akan menimbulkan efek mual & sakit kepala. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah mengeluarkan PP no.28/2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan dalam upaya mendapatkan pangan yang aman & berkualitas untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut penelitian Balai Besar POM Samarinda pada tahun 2014 masih banyak bahan berbahaya yang ditemunkan dalam pangan yang beredar di Samarinda. Seperti penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak memenuhi persyaratan masih ditemukan antara lain seperti rhodamin B ditemukan pada kerupuk dan es, boraks ditemukan pada kerupuk, keripik pangsit dan tahu dan formalin ditemukan pada sosis (Puspitasari, 2016).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik memeriksa kandungan berbahaya pada makanan di kantin Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik untuk melihat kandungan boraks, formalin, methanyl yellow dan rhodamin B pada makanan di kantin Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.
Penelitian ini telah dilakukan di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, pada bulan April 2016, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Purpossive sampling yaitu mengambil sampel makanan yang banyak dibeli oleh mahasiswa sebanyak 4 sampel yang terdiri dari nugget, sosis kecil, sosis jumbo dan saos sambal.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat-alat gelas seperti tabung reaksi, gelas ukur, mikro pipet, pipet tetes, spatula, penjepit, mortar, alu, bunsen dan rak tabung. Serta menggunakan bahan HCL dan alkohol serta air panas.
menggunakan test kit boraks, test kit formalin, test kit methanyl yellow dan test kit rhodamin B.
Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Hasil Uji Boraks
No Sampel Uji
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua sampel negatif mengandung boraks. Hal itu berdasarkan kertas uji yang warnanya tetep kuning tidak berubah. Namun jika terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji positif mengandung boraks atau asam borat.
Apabila di dalam sampel terdapat kandungan boraks maka dapat bersifat toksik (racun) untuk semua sel dan jaringan tubuh termasuk ginjal, dapat menimbulkan radang pada saluran pencernaan, degenerasi atau pengecilan hati, Odema/ pembegkaan pada otak, penimbunan cairan pada organ tubuh (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Tabel 2. Hasil Uji Formalin
No Sampel Uji
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 dari 4 sampel positif mengandung formalin yaitu Nugget, Sosis kecil, Sosis Jumbo. Hal itu berdasarkan pengujian dengan test kit
formalin bahwa sampel yang diujikan apabila terbentuk warna ungu berarti bahan yang diuji positif mengandung formalin. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar POM tahun 2014 yang mengatakan bahwa sampel sosis di samarinda mengandung formalin.
Sosis merupakan produk beku yang umumnya tahan 15 hari pada suhu chiller <50C, tahan 90 hari pada suhu freezer <-120C, dan hanya tahan selama 6-20 jam pada suhu ruang 250C (Kurniasih, 2011). Namun untuk mengatasi permasalahan mengenai lama dari produk makanan seperti sosis dan nugget tersebut, pedagang memberikan formalin yang mengakibatkan sosis dan nugget tersebut lebih tahan lama, produk keliatan lebih bagus, biaya murah dan lebih menguntungkan dibandingkan tidak menggunakan formalin.
Banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan formalin bagi tubuh manusia menyebabkan formalin dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Formaldehid dalam makanan dapat menyebabkan keracunan dengan gejala sakit perut akut, muntah-muntah, diare serta depresi susunan saraf. Selain itu, formaldehid juga bersifat korosif, iritatif, dapat menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh serta bersifat karsinogen (Eka, 2013).
Tabel 3. Hasil Uji Methanyl Yellow
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua sampel negatif mengandung
methanyl yellow. Berdasarkan hasil
pengujian, warna pada sampel tidak terbentuk warna merah jambon (merah keunguan atau warna pink. Karena apabila terbentuk warna tersebut maka sampel mengandung methanyl yellow.
Methanil yellow merupakan
senyawa kimia yang bersifat iritan sehingga jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna. Pada penelitian mengenai paparan kronik methanil yellow terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan melalui pakannya selama 30 hari, diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan histopatologi dan ultra struktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal (Sarkar, 2012).
Tabel 4. Hasil Uji Rhodamin B
No Sampel Uji
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua sampel negatif mengandung rhodamin B. Berdasarkan hasil pengujian, warna pada sampel tidak terbentuk warna ungu. Karena apabila terbentuk warna tersebut maka sampel mengandung rhodamin B.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Paratmanitya yang menyatakan saos mengandung rhodamin B. Hai itu terjadi dikarenakan sampel pada penelitian tersebut tidak menggunakan bahan-bahan alami yang bagus dan sehat yang mengakibatkan pedagang melakukan kecurangan dengan menambahkan rhodamin B dengan tujuan produk saos
mereka terlihat lebih menarik dan tahan lama.
Simpulan
Berdasarkan hasil uji kandungan makanan berbahaya pada makanan di kantin Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda yaitu kandungan makanan yang berbahaya yang terdapat dari hasil uji adalah formalin yaitu sebanyak 3 sampel yang terdiri dari nugget, sosis kecil dan sosis jumbo. Dan hanya satu sampel yang tidak mengandung bahan berbahaya yaitu saos sambal. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan dalam pembuatan saos sambal yang sehat, dan alami.
Saran
Diharapkan Universitas Widya Gama Mahakam melakukan pembinaan terhadap kantin yang menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut.
Diharapkan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan metode selain menggunakan test kit boraks, formalin, methanyl yellow dan rhodamin B pada makanan di kantin Widya Gama Mahakam Samarinda.
Referensi
Bily, N. 2008. Aspek Hukum Bahan
Tambahan Makanan pada
Jajanan Anak.
billy@hukum-kesehatan.web.id
Eka R. Rahasia mengetahui makanan
berbahaya. Jakarta: Titik Media
Publisher; 2013.
Kemenkes RI. Pedoman keamanan pangan di sekolah dasar. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya: Yogyakarta.
Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Yayasan
Essentia Medica: Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Paratmanitya, yhona, Veriani Aprilia. 2016. Kandungan bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal gizi dan dietetik indonesia. Vol. 4, No. 1, Januari 2016: 49-55
Puspitasari, Indriany. (2016). Peran Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan
Dalam Menanggulangi Peredaran
Makanan Yang Mengandung Bahan Berbahaya Di Kota Samarinda eJournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (1): 345-358 ISSN 2477-2631, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id
Saparinto, C. Hidayati, D. 2006. Bahan
Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius
Sarkar, R. and A.R. Ghosh. Metanil yellow – An azo dye induced hispathololgical and ultrastructural changes in albino
rat (Rattus Norvegicus). The Bioscan
7(1):427-432, 2012 [www.thebioscan.in]
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.