• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN PENTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAMA DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN PENTING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA A. Tanaman Pangan

1. Padi a. Tikus

Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif.

Cara pengendalian

Kendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) / Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS (Linear Trap Barier Sistem). Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.

b. Keong Mas

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.

Cara pengendalian

Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.

Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.  Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi

(2)

 Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong agar pemungutan keong lebih mudah dilakukan.

 Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/ diam dan karenanya, perataan tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat saluran-saluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual. Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).

c. Tungro

Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.

2. Jagung a. Ulat daun

Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai berikut:

 Ulat dau menyerang bagian pucuk daun.

 Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan  Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak.

Pencegahan dxengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon dan agrocide dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.

b. Lalat bibit

Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua)

Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati.

Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5 hari. Atau pengobatan dengan penyemprotan insektisida Hostathion 40EC, sebanyak 2cc tiap liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan jagung.

c. Hawar daun

(3)

 Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat. Bentuk seperti kumparan, bila parah daun seperti terbakar.

 Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.

b. Hawar daun maydis

 Gejala yang dialami berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun.

 Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan dapat mati.

c. Hawar daun corbonum

 Gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun.

 Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah yang dingin, bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi.

 Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta dengan pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55 derajat celcius.

d. Bulai

Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora maydis

Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.

Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak tumbuh jamur pada biji jagung.

3. Kentang a. Uret

Hama uret dikenal juga dengan nama white grub. Bentuk binatang ini menyerupai kumbang berwarna cokelat gelap dengan panjang 2-2,5 cm. Hama ini biasanya banyak terdapat di tumpukan bahan organik mentah (belum difermentasi). Sehingga aplikasi pupuk kandang mentah (belum difermentasi) juga berpotensi menjadi penyebab serangan uret. Phyllophaga (Holotricia) javana menyerang tanaman kentang dengan cara melubangi umbi kentang, umbi terseerang berpotensi terserang penyakit sekunder akibat gigitan hama uret. Selain itu uret juga menyerang akar tanaman, sehingga jika serangan parah dapat mengakibatkan tanaman kentang mati.

(4)

b. Anjing Tanah

Hama anjing tanah (dalam bahasa jawa dikenal orong-orong) memiliki kaki sangat kuat. Hama ini selain menyerang umbi kentang juga sering ditemukan pada tanaman padi muda. Selain itu, Gryllotalpa sp. juga banyak ditemukan menyerang tanaman sayuran lain saat masih muda. Hama ini tinggal di dalam tanah, penyerangannya dilakukan saat malam hari.

Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama serius pada budidaya kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran. Dosis/konsentrasi 0,5 gram/tanaman.

c. Penyakit busuk daun

Penyakit busuk daun disebabkan oleh infeksi patogen Phytophthora infestans. Cendawan tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman, baik daun, batang, pangkal batang, umbi, maupun perakaran tanaman kentang. Hingga saat ini, Phytophthora insfestans masih merupakan penyakit utama penyebab kegagalan panen kentang, terutama terjadi saat musim hujan dengan suhu optimal untuk perkembangannya adalah 21°C.

Daun kentang terserang menunjukkan gejala ditandai adanya bercak kecil kebasah-basahan berwarna hijau kelabu, lama kelamaan berubah menjadi cokelat kehitaman. Bercak meluas ke seluruh daun sehingga daun kentang akan membusuk dan kering. Bagian daun membusuk tetap meggantung pada tanaman. Selanjutnya serangan akan meluas sampai ke batang atau cabang. Di bagian bawah daun terserang terdapat konidia spora berwana putih.

Serangan pada umbi ditandai adanya bercak berwarna cokelat sampai ungu kehitaman. Ketika seranga semakin berat, umbi akan membusuk sehingga tidak dapat dipanen. Penyakit ini juga menyerang umbi kentang saat disimpan di gudang penyimpanan

d. Layu bakteri

Penyebab layu bakteri adalah bakteri Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Gajala serangan ditandai adanya beberapa daun muda pada pucuk tanaman mati serta menguningnya daun bagian bawah. Bila pangkal batang dipotong akan terlihat bercak berwarna cokelat pada kambiumnya berbentuk menyerupai cincin.

Serangan penyakit layu bakteri pada umbi ditandai adanya tanah basah berlendir yang menempel di ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian ujung umbi. Bila umbi dibelah akan nampak warna cokelat tua melingkar di bagian dagingnya. Tanda ini merupakan ciri khas serangan bakteri Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Suhu uptimum untuk perkembangan bakteri adalah 27-37°C, sedangkan suhu yang menghambat pertumbuhannya berkisar antara 8-10°C.

(5)

berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai pencegahan, dapat diaplikasikan agensia Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp. saat persiapan lahan, lalu dilanjutkan pengocoran menggunakan pestisida organik di tanah ketika tanaman kentang memasuki umur 20hst dan 35 hst, contoh pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, dll. Dosis/konentrasi sesuai anjuran di kemasan.

4. Kacang Hijau a. Lalat Kacang

Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama.

Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang.

Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur.

b. Penggerek polong

Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang bentuknya bundar.

Hama penyebabnya adalah penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih kecil berwarna merah kebiru-biruan.

c. Bercak daun cercospora

(6)

Pengendalian dilakukan dengan penanaman varietas unggul yang tahan penyakit tersebut atau dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak 0,5 g per liter air pada waktu tanaman berumur 30 dan 40 hari.

d. Embun tepung

Gejala yang tampak berupa bercak cokelat yang tertutup oleh tepung berwarna putih. Gejala ini dapat timbul pada seluruh bagian tanaman kecuali akar. Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, polong tidak terbentuk. Jika polong telah terbentuk maka pertumbuhannya terhenti dan menghasilkan biji yang kecil.

Selain dengan menanam varietas yang tahan, penyakit ini dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak 1 g per liter air kemudian disemprotkan pada tanaman saat berumur 3 minggu atau dengan Benlate 50 WP sebanyak 0,5 g per liter air disemprotkan dengan interval 10 hari pada umur 30-50 hari.

B. Tanaman Sayuran 1. Sawi

a. Ulat tanah

Ulat yang takut akan sinar matahari ini sering merusak tanaman sawi yang masih muda yang baru di tanaman di ladang, ulat ini berwarna coklat ke hitaman, serangan ulat tanah ini biasanya di lakukan di malam hari dan serangan dari ulat tanah ini biasa nya tidak serentak alias sedikit demi sedikit, maka dari itu perlu di lakukan pencegahan sebelum menanam sawi yaitu dengan melakukan sanitasi lan, kalau pun yang sudah terserang sebaik nya segera lakukan pemberantasan dengan insektisida yang berbentuk butiran kemudian di tabur di samping tanaman sawi tersebut.

b. Ulat grayak

Ulat yang mempunyai warna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya ini berukuran kuraang lebih 15 sampai 25 mm saja, namun sangat menjengkel sekali, serengan ulat yang satu ini yaitu terjadi pada daun sawi, sehingga tak heran jika daun sawi akan berlubang-lubang, dan serangan ulat ini biasanya terjadi pada daun yang masih muda, dan untuk solusi nya yaitu dengan penyemprotan yang menggunakan insektisida seperti: Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC.

c. Penyakit busuk daun

(7)

tentu, atau karena hujan sehari yang di ikuti cuaca yang panas sekali, kalau pun sudah terlanjur menanam, solusi nya adalah: semprotlah dengan fungisida yang tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG.

d. Penyakit akar gada

Penyakit ini biasa nya menyerang halaman tanaman, nah jika agan menemukan atau melihat tanaman sawi agan terlihat layu pada siang hari dan segar pada pagi hari itu berarti tanaman agan telah terserang penyakit yang satu ini. Dan untuk penyakit yang satu ini sampai sekarang belum di temukan obat nya atau solusinya.

2. Cabai

a. Hama ulat

Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.

Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah cabe baik yang masih hijau maupun merah.

Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.

b. Hama tungau

Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai juga menyerang tanaman tanaman singkong.

Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung ke bagian kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati.

c. Bercak daun

(8)

dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.

Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau biji cabe.

Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida.

d. Patek atau antraknosa

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.

Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.

3. Tomat

a. Ulat tanah

Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

b. Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

(9)

Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

d. Rebah semai

Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.

e. Layu bakteri

Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

f. Layu fusarium

Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

(10)

a. Penggerek buah kakao

Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Hama kakao ini sangat merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.

b. Kepik pengisap buah kakao

Kepik Helopeltis spp. termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan pucuk/ranting muda. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapi sebaliknya pada buah muda. Selain kakao, hama ini juga memakan banyak tanaman lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mete, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubi jalar, dll. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati, ranting mengering dan meranggas. Hama ini dapat dikendalikan dengan pemangkasan dan cara hayati.

c. Penyakit vascular streak dieback

Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae, yang dapat menyerang di pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun-daun menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap.

d. Busuk buah

(11)

cepat pada daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat.

2. Kopi

a. Penggerek buah kopi

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.

PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai.

Cara-cara yang disarankan untuk mengendalikan penggerek buah kopi yaitu dengan pengendalian secara hayati memakai jamur Beauveria bassiana. Petik merah (buah yang masak pertama) buah yang terserang PBKo, dikumpulkan dan diperlakukan dengan Bb, kemudian ditutup dengan plastik jernih. Biarkan satu malam. Dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Bb; dewasa ini kelihatan di bawah plastik. Dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada pasangannya di kebun.

b. Penggerek cabang kopi

Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu perkembangan jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah dinding dalam lubang diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya. Jumlah telur sekitar 30-50 butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri dari 8-15 butir. Sesudah lima hari, telurnya menetas. Sesudah 10 hari sebagai larva, ia jadi pupa. Stadia pupanya 7 hari, kemudian ia keluar sebagai dewasa.

Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi. Tampaknya bahwa kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan untuk anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia. Kumbang ini membikin lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah.

(12)

c. Karat daun kopi

Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara.

Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada serangan berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.

Pengendalian penyakit dengan memperkuat kebugaran tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan dan pengaturan naungan untuk mengurangi kelembaban kebun dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman.

d. Bercak daun kopi

Penyakit ini disebabkan oleh jamur C. coffeicola yang dapat muncul di pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna kuning.

Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.

Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke biji sehingga menurunkan kualitas.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan pemodelan penilaian kinerja LKP yang sesuai, maka dapat digunakan logika fuzzy untuk menghasilkan nilai di masing-masing variabel penilaian yaitu:

Berdasarkan pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di Internet, implementasi sistem e-learning bervariasi mulai dari yang (1) sederhana yakni

Inkontinensia urine tipe stress adalah keluarnya urine yang tidak terkendali karena peningkatan tekanan intra abdomen seperti batuk, bersin, atau tertawa, tanpa

Internet memasuki daerah era baru dengan digunakan WWW atau yang sering disebut World Wide Web (Jaringan Dunia Luas) yaitu sebuah bagian dari internet yang

Organ tersebut berperan penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari  tubulus seminiferus testis, pematangan, penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke  ductus

Tidak seperti penelitian kuantitatif, pada penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis, tujuan dari penelitian kualitatif adalah memahami

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran* Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh

Hasil analisis ragam pada tabel di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah