• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hama dan Penyakit tanaman polong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hama dan Penyakit tanaman polong"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Legum adalah tanaman dikotil setahun dan tahunan. Legum bijian sering dikenal sebagai tanaman kacang bijian yang merupakan serealia bijian terpenting kedua dalam sumber pangan utama dunia. Istilah kacang bijian (pulse) mengacu pada biji yang dapat dimakan dari tanaman yang menghasilkan polong dan kata tanaman kacang biian (gram) mengacu pada beberapa tanaman legum yang menghasilkan biji. Tanaman legum telah dibudidayakan di berbagai bagian dunia selama lebih dari 6000 tahun. Bentuk liar berbagai jenis legum sekarang tidak dapat ditemukan lagi. Namun, menurut Valvilov, beberapa spesies legum berkaitan dengan pusat asal tanaman tersebut. Contohnya, Valvilov menetapkan spesies lain dikenal sebagai Phaseolus di Dunia Lama. Namun, spesies yang berasal dari Dunia Lama yang sebelumnya dikenali sebagai Phaseolus kini diklasifikasikan dalam genus yang besar dan tersebar luas yaitu Vigna.

1.1. Kedelai (Glycine max)

Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang berasal dari Mansjuria dan Cina bagian Timur. Kedelai merupakan bahan makanan penting sebagai sumber protein nabati. Penggunaan kedelai yang diproduksi dalam negeri umunya dimanfaatkan utnuk konsumsi masyarakat dan masukan dalam usaha tani tanaman kedelai, berupa bibit. Kedelai masuk ke Indonesia sejak pertengahan abad ke –18 dan kedelai ini sudah banyak di tanam di Jawa, Bali, dan pulau-pulau lainnya.

Klasifikasi kedelai adalah sebagai berikut : Divisio Spermatophyta

(2)

Familiaa Leguminocae Sub-familiaa Papilionoideae Genus Glycine

Spesies Glycine max

Kedelai merupakan tanaman tegak dan berbentuk semak. Tingginya sekitar 30-180 cm. Kedelai merupakan tanaman semusim. Batang kedelai berbulu dan mempunyai cabang yang tegak dan horizontal. Daun kedelai adalah daun majemuk dengan susunan anak daun pinatus dan beranak daun tiga. Bunga kedelai sangat kecil, berwarna ungu, putih dan campuran.

1. 2. Kacang tanah (Arachis hypogaea)

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L. ) yang sudah tersebar luas dan ditanam di Indonesia ini sebetulnya bukanlah tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Tanaman kacang tanah ini diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529. Namun, ada beberapa pendapat mengatakan bahwa tanaman ini masuk ke Indonesia setelah tahun 1557. Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering (tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat menjelang musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan.

Klasifikasi kacang tanah adalah sebagai berikut : Divisio Spermatophyta

(3)

Spesies Arachis hipogaea

Pertumbuhan kacang tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan tipe menjalar (Runner type, Prostrate type, Procumbent). Batang utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja jadi lebih panjang daripada batang utama tipe tegak. Kacang tanah tipe tegak lebih disukai daripada tipe menjalar. Tipe tegak umumnya lebih genjah.

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran tunggang. Akar ini mempunyai akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap. Akar mempunyai bulu akar untuk mengisap unsur-unsur hara dalam tanah. Pada kacang tanah tipe menjalar, pada masing-masing cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah akan tumbuh akar liar (adventious root).

Kacang tanah mempunyai daun yang majemuk dan bersirip genap. Setiap helai terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu yang berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Gerakan Nyctitropic merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya.

Kacang tanah berbunga kira-kira pada umur 4-6 minggu setelah ditanam. Rangkaian yang berwarna kuning oranye muncul pada setiap ketiak daun. Setiap bunga mempunyai tangkai panjang yang berwarna putih. Namun, tangkai bunga yang berwarna putih tersebut bukan tangkai bunga yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bagian mahkota bunganya berwarna kuning dan standar mahkota bunga pada bagian pangkalnya begaris merah. Benang sarinya merupakan setukal (monodelphus). Bakal buahnya terletak di dalamnya pada pangkal tabung kelopak bunga di ketiak daun.

(4)

1.3. Kacang hijau (Vigna radiata)

Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (±60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae Classisis : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Familiaa : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna radiata

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi antara 30-60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama dan berbentuk bulat serta berbulu. Warna batang dan cabang berwarna hijau dan ungu.

Daunnya trifoliat (terdiri dari tiga helai) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.

Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar dari cabang serta batang. Kacang hijau termasuk tanaman menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji.

(5)

Hama adalah semua binatang yang merugikan tanaman terutama yang berguan bagi manusia dan dibudidayakan oleh manusia. Apabila tidak merugikan tanaman tersebut maka tidak dapat disebut hama.

Bindra (1968) melaporkan lebih dari 150 spesies serangga menyerang tanaman kacang hijau di India dan ada sekitar 25 spesies yang menyebabkan kerusakan yang serius. Dia memperkirakan kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan serangga itu mencapai 10-15 %. Bahkan pada serangan yang sangat besar, kehilangan hasil dapat mencapai 90 %. Hal ini sangat merugikan bagi para petani.

Untuk menanggulangi hama, secara garis besar dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:

1. Cara preventif (pengendalian), yaitu usaha atau tindakan yang dilakukan sebelum tanaman itu mendapat serangan hama. 2. Cara kuratif (pemberantasan), yaitu suatu usaha atau tindakan

yang dilakukan setelah tanaman mengalami gangguan serangan hama.

(6)

II.

HAMA TANAMAN KEDELAI,

KACANG TANAH DAN KACANG HIJAU

Hama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang dibudidayakan oleh manusia. Hama sangat merugikan tanaman karena dapat mengurangi produksi secara drastis. Bagian yang diserang hama berbeda-beda. Sasaran penyerangan tersebut adalah akar, polong, daun dan batang. Hama yang menyerang bagian batang tidak begitu banyak dan penyebarannya juga tidak begitu luas. Mereka hanya aktif pada periode waktu tertentu. Agar pemberantasan hama berhasil maka perlu dipelajari masing-masing kelompok hama yang sangat merugikan tersebut. Hal lain yang perlu dipelajari adalah penyebaran hama tersebut, cara merusaknya dan gejala-gejala yang ditimbulkan serta presentase kerusakan yang ditimbulkan.

2.1. Hama tanaman kedelai (Glycine max L.) dan kacang hijau (Vigna

radiata)

Sejak tanaman kedelai dan kacang hijau mulai tumbuh bahkan sejak benih berkecambah hingga menjelang pasca panen tanaman kedelai tersebut sering mengalami gangguan yang menyebabkan kerugian. Salah satu penyebab kerugian itu adalah hama. Berikut ini akan dipaparkan hama-hama tanaman kedelai dan kacang hijau, morfologinya dan gejala tanaman yang diserang.

a. Agromyza phaseoli

Agromyza phaseoli merupakan lalat kacang dengan tanaman inang

(7)

ditanam pada tanah tegalan. Lebih-lebih bila di daerah itu penanamannya terlambat. Penanaman di sawah pun juga sering terserang lalat kacang ini.

Klasifikasi dari lalat kacang adalah sebagai berikut : ♦ Classisis Insecta

♦ Ordo Diptera ♦ Sub ordo Scizophora ♦ Familiaa Agromyzidae ♦ Genus Agromyza

Species Agromyza phaseoli

Panjang lalat betina lebih kurang 2,2 mm sedang yang jantan 1,9 mm. Warnanya umumnya hitam mengkilap, kecuali kaki, antena dan tulang sayap yang berwarna cokelat muda. Warna larva putih krem, tidak berkaki, panjangnya bisa mencapai 2-3 mm. Bagian belakang larva ini tumpul atau agak membulat, sedang pada bagian kepala meruncing. Warna pupariumnya cokelat atau cokelat kekuningan. Panjang dari pupa lebih kurang 2,3 mm dan lebarnya ± 0,88 mm.

(8)

hidup. Di dataran rendah perkembangan satu generasi lebih cepat yaitu ±

20 hari, sedang di dataran tinggi lebih lambat yaitu ± 40 hari. Gejala-gejala tanaman yang terserang:

• Tanaman yang terserang akan menjadi layu, tanaman muda biasanya mati, tanaman yang lebih tua akan terhambat pertumbuhannya.

• Adanya terowongan pada daun yang biasanya menuju ke arah tangkai dan letaknya di dalam tulang daun atau disampingnya. • Pangkal batang bengkak atau pecah dan terdapat pupa. • Daun-daunnya menguning

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kendali jika satu imago per lima meter baris tanaman atau satu imago per 50 rumpun tanaman pada bibit umur 7-10 HST.

b. Agromyza soyae

Agromyza soyae adalah hama yang menggerek batang kedelai,

buncis dan tanaman polong lainnya. Klasifikasi dari hama ini adalah : ♦ Classisis Insecta

♦ Ordo Diptera ♦ Sub ordo Scizophora ♦ Familiaa Agromyzidae ♦ Genus Agromyza Species Agromyza soyae

(9)

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kendali jika satu imago per lima meter baris tanaman atau satu imago per 50 rumpun tanaman pada bibit umur 7-10 HST.

c. Agromyza dolichostigma de Mij

Hama ini sering menyerang pucuk kedelai sehingga hama ini sering disebut lalat penggerek pucuk kedelai.

Lalat penggerek pucuk kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : ♦ Classisis Insecta

♦ Ordo Diptera ♦ Sub ordo Scizophora ♦ Familiaa Agromyzidae ♦ Genus Agromyza

♦ Species Agromyza dolichostigma de Mij

Lalat ini bertelur pada pucuk daun kedelai yang masih muda. Larvanya setelah menetas masuk ke dalam batang sehingga batang pucuk kedelai akan layu. Serangan ini tidak mematikan tetapi tanaman kedelai menjadi kerdil dan tidak bisa tinggi sehingga menjdaikan produksi berkurang. Dalam batang pusuk kadang-kadang terdapat 5 larva dan kelihatan membengkak. Di tempat inilah larva menjadi pupa.

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kendali jika satu imago per lima meter baris tanaman atau satu imago per 50 rumpun tanaman pada bibit umur 7-10 HST.

d. Epilachna sojae

(10)

e. Phaedonia inclusa

Tanaman yang terserang oleh hama kumbang daun ini menunjukan gejala – gejala sebagai berikut ini:

1. Pada tanaman yang masih muda, pada daunnya terdapat lubang – lubang kecil bekas gigitan.

2. Pada daun yang masih muda sering terdapat larva, di samping itu juga sering dijumpai pada pucuk bunga dan polong.

3. Pertumbuhan tidak normal, sehingga tanaman kedelai tersebut hidupnya merana.

4. Pada serangan yang berat, tanaman mati.

Agar tanaman kedelai jangan sampai terserang oleh hama kumbang daun ini, sebaiknya diadakan rotasi tanam dengan tanaman yang bukan merupakan makanannya, sehingga siklus hidupnya dapat putus. Giliran yang baik adalah setahun sekali menanam kedelai.

Cara memberantas hama ini ialah dengan 2 –3 kali semprotan DDT, HCH, atau Toxaphene. Pestisida yang lain, misalnya Sumithion 50 EC dengan konsntrasi formula 15cc/10 liter air, atau denagn pestisida Thiodan 35 EC dengan konsentrasi formulasi 1,5 ml/liter air.

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kendali intensitas kerusakan daun lebih besar dari 12,5 % atau satu ekor kumbang per empat tanaman.

f. Etiella zincknella Treitschke

Ulat ini tersebar di daerah tropis dan subtropis. Tanaman inang dari hama ini adalah tanaman kedelai, kacang hijau, buncis, kacang panjang, Tephrosia, orok-orok dan lain-lain.

Ulat penggerek polong diklasifikasikan sebagai berikut : ♦ Classisis Insecta

(11)

♦ Sub ordo Microlepidoptera ♦ Familiaa Pyralidae

♦ Genus Etiella

♦ Species Etiella zinckenella Treitschke

Hama ulat penggerek buah ini warnanya hijau, kotorannya pun berwarna hijau. Hama tersebut merusak polong, sehiingga hama ini sering juga disebut penggerek polong. Panjang ngengat lebih kurang 12 mm, sayap mukanya pada bagian tepi berwarna putih seperti perak atau kuning pucat. Warna ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah jadi merah tua. Bentuknya silindris dan kepalanya hitam.

Telurnya diletakkan pada daun atau pada polong. Jumlah telurnya adalah 7-15 butir. Setelah menetas ulatnya egera membuat lubang pada polong. Kemudian ulat tersebut akan memakan bijinya dan mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna kemerahan dan kemudian meninggalkan polong untuk berkepompong dalam tanah.

Tanaman kedelai yang terserang hama ini menunjukan gejala – gejala:

1. Buah yang masih muda warnanya berubah menjadi gelap dan mengkilat.

2. Pada polong – polongan terdapat lubang yang bulat dan kecil. 3. Bila polong dibuka di dalamnya terdapat ulat.

4. Pada serangan yang sudah lanjut, polong – polongan kosong (tidak ada bijinya) tetapi penuh dengan sisa – sisa dan kotorannya.

5. Pada buah yang sudah tua, terdapat bercak – bercak warna hitam.

6. Hama penggerek buah / polong ini sangat berbahaya, lebih – lebih pada waktu iklimnya baik. Keadaan iklim tersebut dapat menyebabkan pesatnya perkembangbiakkan hama ini.

(12)

g. Nezara viridula L.

Di samping menyerang tanaman kedelai, hama ini juga sering terdapat pada tanaman padi, jeruk, kapas, kacang tanah cantel, okra, buncis, kacang panjang, tembakau, kentang, cabai, jagung dan lain-lain. Hama ini disebut juga kepik hijau. Hama ini terdapat di seluruh daerah tropis dan daerah subtropis. Panjang kepik hijau lebih kurang 16 mm.

Klasifikasi kepik hijau adalah sebagai berikut : ♦ Classis Insecta

♦ Ordo Hemiptera ♦ Sub ordo Heteroptera ♦ Familiaa Pentatomidae ♦ Genus Nezara

♦ Species Nezara viridula L.

Jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir dan diletakkan dalam kelompok-kelompok 10-90 butir pada daun. Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu dan jumlah daur hidupnya lebih kurang 60-80 hari. Warna nimfa cerah. Kadang-kadang kepik hijau bergerombol dan tiba-tiba menyerang kedelai dan lain-lain.

Ciri khas serangga ini yaitu pada kiri dan kanan dadanya terdapat duri. Hama ini mula – mula menyerang polong muda yang belum berbiji, untuk diisap isinya, dan apabila dibuka tampak biji yang kehitam – hitaman, kosong dan gepeng. Kerugiannya terutama disebabkan oleh racun dalam ludahnya yang menyebabkan layu dan matinya daun-daun dan tunas.

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kerusakan lebih besar dari 2% atau satu pasang imago per 20 rumpun tanaman.

h. Riptortus linecaris F

(13)

Tanaman yang terserang, mula – mula pada polong terdapat bintik – bintik hitam dan bijinya tampak dari luar. Bintik – bintik hitam tersebut adalah bekas tusukan alat mulutnya. Biasanya yang diisap adalah bagian polong yang lunak.

Penyemprotan insektisida jika serangan mencapai ambang batas kerusakan lebih besar dari 2% atau satu pasang imago per 20 rumpun tanaman.

i. Prodenia litura

Selain menyerang kedelai dan kacang hijau, hama ini juga menyerang tembakau, kacang tanah, kentang, cabai, bawang merah, kubis dan lain-lain. Hama ulat Prodenia litura ini menyerang tanaman pada bagian daunnya.

Pengklasifikasian hama ini adalah sebagai berikut : ♦ Classis Insecta

♦ Ordo Lepidoptera ♦ Sub ordo Microlepidoptera ♦ Familia Plusiidae

♦ Genus Prodenia ♦ Species Prodenia litura

(14)

Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri khas yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah cukup dewasa yaitu lebih kurang berumur 2 minggu ulat mulai berkepompong di dalam tanah. Pupanya dibungkus dengan tanah. Ngengat pada malam hari bisa terbang samapi sejauh 5 km.

Biasanya yang diserang adalah tanaman yang sudah tua. Pada daun yang diserang terdapat bekas gigitan, dan pada serangan yang sudah lanjut tanaman kedelai tersebut tinggal tulang daunnya saja.

Penyemprotan insektisida dilakukan jika ambang batas kerusakan mencapai :

− Pada fase vegetatif terdapat 10 ekor instar 3 per 10 rumpun tanaman.

− Pada fase pembungaan dan pembentukan polong terdapat 13 ekor instar per 10 rumpun tanaman.

− Pada fase pengisian polong terdapat 26 ekor instar 3 per 10 rumpun tanaman.

j. Plusia chalcites E Sp

Hama ulat tersebut tidak hanya menyerang tanaman kedelai saja melainkan juga tanaman tembakau. Hama ini sering juga disebut ulat jengkal semu. Warna ulat ini hijau.

Klasifikasi dari hama ini adalah : ♦ Classis Insecta

♦ Ordo Lepidoptera ♦ Sub ordo Microlepidoptera ♦ Familia Plusiidae

♦ Genus Plusia

(15)

Panjang ulat ± 2 cm dan kalau berjalan melengkung seperti orang mengukur panjang dengan jengkal tangan. Badannya mengecil dari belakang ke kepala. Kepalanya kecil. Ulat yang masih muda jernih.

Ngengatnya bisa bertelur sampai kurang lebih 1.000 butir dan diletakkan satu persatu di balik daun. Setelah menetas ulat segera berjalan mencari tempat yang sesuai, kemudian berhenti menetap sebentar untuk makan banyak. Setelah berumur lebih kurang 2 minggu ulat mulai membuat kepompong di tempat yang terlindung. Ngengat yang timbul akan tertarik cahaya dan berumur kurang lebih satu minggu.Tanaman kedelai yang disukai hama ulat ini adalah bagian daunnya.

Gejala serangannya adalah:

1. Pada helaian daun terdapat bekas gigitan.

2. Pada serangan lanjut tinggal tulang daunnya saja

Penyemprotan insektisida dilakukan jika ambang ekonomi serangan terdapat 50 ekor insar 1, 32 ekor instar 2, 7 instar 3 per 12 tanaman.

k. Tikus

Di samping menyerang tanaman padi, hama tikus juga menyerang tanaman kedelai. Biasanya tikus merusak tanaman kedelai bila sudah terjadi pembentukan polong. Dalam hal ini, penyerangan tersebut biasanya terjadi apabila di sekeliling areal tidak ada tanaman lain. Tanaman kedelai yang sering diserang hama ini biasanya yang terdapat di daerah terpencil.

l. Tetranychus bimaculatus Hasv

(16)

merah memakan segala tanaman (polyfag). Hampir 100 jenis tanaman diserangnya. Biasanya menyerang pada musim kemarau.

Hama ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut : ♦ Classis Arachnida

♦ Ordo Acarina ♦ Familia Tetranychidae ♦ Genus Tetranychus

♦ Species Tetranychus bimaculatus Hasv

Hama ini mempunyai ukuran ± 0,5 mm bahkan lebih kecil lagi. Ulat ini berwarna merah muda, menyerang tanaman kedelai pada bagian daunnya, dan sering pula terdapat di bawah daun di antara tulang – tulang daun. Para petani banyak yang menamakan kutu daun.

Gejala tanaman yang terserang:

1. Permukaan daun bagian atas warnanya berubah menjadi kemerah – merahan.

2. Permukaan daun bagian bawah ada anyaman benang halus. 3. Daun – daunnya mengering dan berguguran.

m. Lamprosema indicata F

Hama Lamprosema indicata F ini menyerang tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau, buncis, kacang panjang dan lain-lain. Pada kedelai biasanya menyerang tanaman yang masih berumur di bawah 30 hari (satu bulan). Hama ini diklasifikasikan sebagai berikut :

♦ Classis Insecta ♦ Ordo Lepidoptera ♦ Sub ordo Microlepidoptera ♦ Familia Pyralidae

♦ Genus Lamprosema

♦ Species Lamprosema indicata F

(17)

terlindungi oleh benang-benang sutera serta kotorannya. Polong juga sering dipintal dengan daunnya.Tanaman kedelai yang terserang hama ini akan menunjukan tanda – tanda adanya bekas gigitan pada daun. Daun yang diserang adalah daun yang muda. Umur tanaman yang diserang kurang 4 sampai 6 minggu dan serangan yang terbanyak terjadi pada musim kemarau.

Sayap ngengat berwarna kuning keemasan dengan beberapa bercak yang melintang berwarna hitam. Bentangan sayapnya lebih kurang 4 cm. Telurnya kecil dan diletakkan di bawah daun. Warna ulat kehijauan dengan garis kuning sampai putih krem.

n. Thrips sp

Thrips sp yang menyerang kacang hijau sama dengan Thrips sp

yang menyerang kacang tanah. Hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting) karena sel - sel di bagian atasnya mengerut.

o. Kumbang Callosobruchus

Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji dan memakan kotiledon serta bagian biji lainnya.

Kumbang Calloso-bruchus maculatus yang menyerang biji. Siklus kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas MB 129, berlangsung antara 23-28 hari. Kemampuan bertelur kumbang betina antara 40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas hingga menjadi dewasa sebesar 19-98%. Perbandingan antara jantan dewasa dengan betinanya 1 : 1.

(18)

insektisida berbahan aktif pirimiphos metil, femitrothion, atau metacrifos pada permukaan kemasan.

2.2. Hama tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.)

Hama kacang tanah mempunyai daerah penyerangan yang berbeda-beda. Daerah penyerangan tersebut dapat dibagi-bagi menjadi : ƒ Hama yang menyerang akar

Hama ini terdapat dalam tanah. Akibat dari penyerangan terhadap akar maka tanaman menjadi layu dan lama kelamaan akan mati.

ƒ Hama yang menyerang daun

Daun yang diserang oleh hama ini berbeda-beda. Ada yang memakan daun muda sampai tua, yang memakan daun tua saja atau memakan daun yang baru saja terbuka.

Sasaran yang dirusak oleh ketiga hama pemakan daun tersebut memiliki ciri kerusakan daun, memakan urat daun, dan pula hama yang memakan keseluruhan daun.

a. Empoasca sp

Empoasca sp. Merupakan spesies yang dominan dalam jajaran

hama pengisap daun. Hama ini lebih dikenal dengan nama sikada. Hama ini tergolong jenis wereng. Di pulau Lombok, hama ini dapat menyebabkan hasil polong kacang tanah menurun sekitar 18 %. Sementara di India dilaporkan serangan hama ini dapat menurunkan produksi sampai 40 %. Klasifikasi dari hama ini adalah :

♦ Classis Insecta ♦ Ordo Hemiptera ♦ Sub ordo Homoptera ♦ Familia Cicadellidae ♦ Genus Empoasca ♦ Species Empoasca sp

(19)

Sikada ini pun menyerang tanaman pangan lain seperti jagung, kedelai , kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude. Hama ini berwarna hijau kekuningan dengan bintik-bintik cokelat pada kedua belah sayapnya. Panjangnya berukuran 3 mm. Apabila hama ini bertelur, telurnya diletakkan pada daun yang agak tua, dekat urat daun. Telur mulai menetas setelah berumur 9 hari. Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan daun. Serangga jantan lebih kecil dibanding serangga betina.

Pada waktu makan, hama ini akan memasukkan racun pada tanaman. Akibatnya daun menjadi keriting, warnanya menjadi lebih tua dan seringkali menjadi kemerahan dan rontok.

Baik hama yang masih berupa nimfa maupun yang sudah dewasa mengisap daun. Pada waktu siang tetap tinggal di bawah permukaan daun, pada waktu sore kadang-kadang berjalan di atas permukaan daun. Jika terganggu serangga ini akan lari dengan cepat ke samping untuk mencari tempat yang aman. Yang dewasa bisa terbang cukup jauh, lebih-lebih bila ada angin. Yang betina meletakkan telur dengan ovopositornya dimasukkan sampai mesophyll dari daun yang masih muda atau dalam urat-urat daun di bawah permukaan daun dan di dalam tungkai daun, sehingga tidak kelihatan dari luar. Lama tingkatan telur lebih kurang 6-10 hari. Perkembangan nimfa lebih kurang 25 hari dengan pergantian kulit samapi 5 kali. Satu generasi bisa mencapai kira-kira 3 bulan tergantung dari keadaan sekeliling.

b. Thrips

Ada banyak jenis hama thrips yang menyerang kacang tanah tetapi yang terpenting hanya Schitothrips dorsalis Hood, Caliothrips indicus Bagnal, dan Frankliniella schultzei T.

Schitothrips dorsalis Hood berukuran kecil, sekitar 0,75 mm.

(20)

serangga betina menghasilkan telur samapi 30 – 40 butir. Nimfa terdiri dari ldua instar yang masing – masing berumur 2 – 3 hari. Lama stadia prepupa dan pupa pun hingga 2 – 3 hari. Siklus hidupnya telur sampai dewasa sekitar 15 – 23 hari.

Caliothrips indicus Bagnal meletakkan telur dalam jaringan daun

dari permukaan atas daun. Lama stadia telur selama 7 – 10 hari. Nimfa terdiri dari dua instar yang masing – masing berumur 2 – 4 hari dan 3- 5 hari. Prepupa dan pupa mencapai umur 3 – 5 hari. Lama hidup serangga ini sekitar 23 hari.

Serangga dewasa Frankliniella schultzei berwarna putih kekuningan. Tubuhnya berukuran 0,9 – 1,0 mm. Terlur akan memetas setelah berumur 6 – 8 hari. Lama hidupnya dapat mencapai 23 hari.

c. Aphis craccivora Koch

Perkembangan serangga ini sangat dipengaruhi oleh cuaca kering dan tanaman inang. Kutu ini dapat berkebang biak dengan cepat dan sangat banyak. Hama ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

♦ Classis Insecta ♦ Ordo Hemiptera ♦ Sub ordo Phytophthires ♦ Familia Psyllidae ♦ Genus Aphis

♦ Species Aphis craccivora Koch

Betina mampu menghasilkan 15 – 124 nimfa. Stadia nimfa terdiri dari empat instar dengan lama masing – masing instar 1 – 2 hari. Kutu ini sebagai vektor penyakit virus.

d. Spodoptera litura F

Spodoptera litura lebih dikenal dengan nama ulat grayak. Serangga

(21)

Pengklasifikasian hama ini adalah sebagai berikut : ♦ Classis Insecta

♦ Ordo Lepidoptera ♦ Sub ordo Microlepidoptera ♦ Familia Plusiidae

♦ Genus Spodoptera ♦ Species Spodoptera litura

Ngengat betina meletakan telur pada permukaan daun bagian bawah dan berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 30 – 700 butir denagn lama stadium telur 3 hari. Ulat yang keluar dari telur tinggal di sekitar telur dan makan epidermis daun bagian bawah sehingga daun menjadi kering. Ulat muda berwarna kehijauan berbintik hitam pada abdomen. Ulat instar akhir berwarna abu – abu gelap atau cokelat dengan lima garis kuning pucat atau kehijauan. Pada siang hari ulat ini bersembunyi di dalam tanah dan aktif makan setelah hari mulai gelap dan malam hari. Lama stadium ulat grayak hanya 15 – 20 hari.

Biasanya yang diserang adalah tanaman yang sudah tua. Pada daun yang diserang terdapat bekas gigitan, dan pada serangan yang sudah lanjut tanaman kacang tanah tersebut tinggal tulang daunnya saja.

e. Chrysodeixis chalcites Esp

(22)

mencapai 30 mm. Kepompong mula – mula berwarna hijau muda, laul kecokelatan. Lama stadium kepompong 6 –11 hari. Ngengat betina lebih kecil (14 mm)dibandingkan jantan (17 mm). Setiap ngengat betina mampu bertelur sebanyak 442 – 598 butir. Lama hidup ngengat 5 – 12 hari (rata – rata 8 hari.

f. Helicovera armigera Hbn

Hama ini bersifat polofag sehingga dapat menyerang kedelai, kacang gude, jagung, dan sorgum. Helicovera armigera juga disebut ulat buah kapas atau ulat penggerek jagung. Ukuran tubuh ngenat jantan. Masa prapeneluran 1- 4 hari dan masa peletakan telur 2 – 5 hari. Ngengat betina mampu bertelur sampai 100 butir. Telur yang berbentuk bulat diletakkan secar tunggal pada permukaan bawah daun, kuncup, dan bunga. Lama stadium telur 3 – 8 hari. Ulat ini terdiri dari enam instar dengan waktu 15 – 25 hari. Ulat yang baru menetas berwarna kekuningan kemudian berubah sesuai warna makanannya. Ukuran instar keenam dapat mencapai 25 – 42 mm. Kepompong dibentuk di dalam tanahg dengan lama stadium kepompong 31 – 55 hari. Panjang kepompong mencapai 14 – 18 mm. Masa perkembang telur hingga menjadi ngengat 31 – 55 hari.

g. Holotrichia spp.

(23)

betina lebih besar dibanding jantan dan keluar pada malam hari setelah hujan turun. Kumbang betina mampu bertelur hingga 30 butir.

Gejala yang ditimbulkan karena serangan hama ini adalah tanaman menjadi layu lalu mati. Larva yang baru menetas memakan bulu akar dan bintil akar, sedangkan larva instar ketiga memakan akar tanaman. Hal ini akan menghambat pengambilan unsur-unsur hara untuk fotosintesis.

h. Odontotermes spp.

Hama ini disebut rayap. Rayap ini bekerja sama dengan protozoa untuk menghancurkan selulosa. Serangan rayap pada kacang tanah biasanya terjadi akhir musim hujan setelah panen jagung. Umumnya bekas bongkol jagung (akar dan sedikit batang) yang tersisa di lahan, merupakan media perkembangan rayap dan menyerang kacang tanah yang baru tumbuh.

(24)

III. PENGENDALIAN

HAMA TANAMAN KEDELAI,

KACANG TANAH DAN KACANG HIJAU

Kehidupan serangga dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dimiliki oleh serangga akan mempengaruhi populasi serangga melalui kemampuan berkembang biak. Selanjutnya kemampuan berkembang biak tergantung kepada kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Kecepatan berkembang biak itu sendiri akan dipengaruhi oleh lamanya siklus hidup, keperidian (natalitas) dan kesuburan (fekunditas). Faktor luar adalah faktor-faktor yang ada di lingkungan yang mempengaruhi kehidupan serangga. Faktor-faktor luar ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor fisik, faktor makanan dan faktor hayati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga tersebut sangat penting untuk diketahui, sehingga kita bisa melakukan manipulasi terhadap faktor-faktor tersebut untuk tujuan pengendaliannya. Pengendalian serangga hama adalah setiap tindakan manusia untuk membatasi atau mengurangi perkembangan serangga hama agar jangan sampai menyebar ke tempat lain dan menekan populasi serangga hama tersebut agar tetap berada pada tingkat yang tidak merugikan.

(25)

3.1. Pengedalian secara kultur teknik

Pengendalian secara kultur teknik juga dapat dilakukan untuk mengendalikan hama. Pengendalian kultur teknik adalah pengendalian serangga hama dengan memodifikasikan kegiatan pertanian tertentu agar lingkungan pertanian menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan serangga hama, tetapi tidak mengganggu persyaratan pertumbuhan tanaman. Sebelum melakukan pengendali kultur teknik ini, maka perlu lebih dahulu mengetahui cara-cara hidup serangga hama yang akan dikendalikan. Teknik pengendalian ini adalah dengan membuat atau melakukan cara-cara kultur teknik sedemikian rupa sehingga serangga hama tidak dapat kesempatan untuk berkembang biak secara maksimal atau tidak mendapat kesempatan merusak tanaman. Pada prinsipnya usaha yang termasuk dalam pengendalian kultur teknik ini adalah semua cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan guna menekan populasi serangga hama. usaha-usaha tersebut mencakup pengolahan tanah dan pengairan, pergiliran tanaman perangkap, sanitasi, pengaturan pola tanam, pengaturan waktu tanam, penggunaan mulsa dan penggunaan kultivar tahan.

a. Penggunaan kultivar tahan

(26)

tahan kehidupan dan perkembangan hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan dengan sejumlah populasi serangga hama tersebut berada pada tanaman yang tidak tahan.

Keuntungan dari penggunaan kultivar yang tahan terhadap serangan hama antara lain :

♦ Sangat mudah dilakukan dengan biaya murah

♦ Teknik pelaksanaan sederhana sehingga mudah dilakukan petani ♦ Sifat pengendalian tetap berjalan dalam jangka waktu lama

♦ Sasaran pengendalian spesifik, sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran atau musuh alami

♦ Pengaruh lingkungan terhadap lingkungan relatif tidak ada ♦ Mudah dipadukan dengan cara pengendalian lainnya. ♦ Pengendalian bersifat komulatif.

Beberapa contoh kultivar yang tahan hama : 1. Kultivar Tanaman Kedelai

− Petek dan Rinjani agak tahan terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne incognita)

Amerikana agak tahan Callosobruchus analis F

− Hasil persilangan 3x16 dan wilis x 16 dapat dikembangkan untuk memperoleh kultivar unggul kedelai tahan terhadap Ophiomyia phaseoli (Tryon)

2. Kultivar Tanaman Kacang Tanah

NCAc 2214 dan NCAc 2230 tahan terhadap hama Empoasca sp. NCAc 2242 tahan terhadap hama Empoasca sp. dan Thrips − NCAc 2240 dan NCAc 2232 tahan terhadap hama Thrips

AH 7983, Faizpur 1-5 dan AH 8048 tahan terhadap Aphis craccivora 3. Kultivar Tanaman Kacang Hijau

− Betet tahan hama lalat bibit

Arta ijo tahan hama gudang kumbang bubuk (Callosobrucbuss chinensis)

(27)

− SML77, UPM82-4 dan UPM83-6 tahan terhadap Thrips

b. Pengolahan tanah dan pengairan

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan mencangkul atau membajak. Hal ini dapat membunuh larva dan pupa serangga yang berada di dalam tanah karena terkena alat pengolahan. Selain itu, akibat lain dari pengolahan tanah ini adalah terangkatnya telur dan larva daari dalam tanah, sehingga memberikan kesempatan kepada binatang pemangsa untuk memangsa. Larva dan telur yang masih hidup dan berada di atas tanah jika terkena sinar matahari juga dapat mati. Pengelolaan air dimaksudkan agar kondisi air yang ada di pertanaman tidak mendorong berkembangnya serangga hama.

c. Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman pada dasarnya bertujuan untuk memutuskan rantai siklus hidup serangga hama, karena tidak tersedianya tempat untuk hidup dan berkembang biak. Pergiliran tanaman dilakukan dengan mengganti pertanaman periode sebelumnya dengan jenis tanaman lainnya yang tidak dapat menjadi inang serangga hama yang akan dikendalikan.

d. Pemupukan yang optimum

Pemberian pupuk yang optimum menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentolerir serangan hama.

e. Penanaman tanaman perangkap

(28)

f. Sanitasi

Teknik sanitasi atau pembersihan merupakan cara pengendalian secara kultur teknik yang paling tua dan cukup efektif untuk menurunkan populasi hama. Banyak serangga hama yang dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman. Dengan membersihkan sisa-sisa atau tempat-tempat tanaman yang kemungkinan digunakan oleh serangga hama untuk berkembang biak, berlindung, bersembunyi, berarti kita mengurangi perkembangan serangga hama tersebut.

Karena tujuan sanitasi adalah untuk mengurangi tempat hidup dan berlindung, sumber infeksi dan memotong siklus hidup serangga hama sehingga kita dapat mengurangi populasi awal suatu jenis serangga hama. Sanitasi sebaiknya dilkukan terhadap :

♦ Sisa-sisa tanaman yang masih hidup ♦ Tanaman atau bagian yang terserang ♦ Sisa tanaman yang sudah mati

♦ Jenis tanaman yang dapat menjadi inang pengganti

♦ Sisa-sisa bagian tanamn yang jatuh atau tertinggal di permukaan tanah seperti buah dan daun.

g. Waktu tanam

Kerusakan tanaman terjadi karena pada saat pemunculan fase hidup serangga hama yang merusak, seperti larva atau nimfa bersamaan dengan pemunculan tingkat tumbuh tanaman yang disukai oleh serangga hama, baik sebagai makanan atau tempat meletakkan telur. Oleh karena itu, untuk melakukan pengendalian kita dapat mengusahakan agar fase tumbuh tanaman tidak sesuai dengan fase hidup serangga hama yang merusak. Cara yang paling banyak dilakukan untuk tujuan tersebut adalah dengan mengatur waktu tanam dari jadwal yang biasa dilakukan. Pergeseran waktu tanam ini dapat mengurangi serangan hama tersebut.

(29)

Penggunaan mulsa seperti serasah, jerami, atau jenis mulsa lainnya, selain berguna untuk menekan pertumbuhan gulma dapat juga menekan serangan hama tertentu.

3.2. Pengendalian secara fisik

Teknik pengendalian secara fisik, jika dibandingkan dengan teknik pengendalian lainnya merupakan teknik pengendalian hama yang paling lama yang dilakukan manusia sejak manusia mengusahkan pertanian. Sesungguhnya, pengendalian secara fisik dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung untuk membinasakan hama sasaran. Pengendalian secara fisik, aman bagi lingkungan dan kompatibel dengan teknik pengendalian lainnya.

Pengendalian secara fisik dilakukan dengan memanfaatkan faktor lingkungan fisik sedemikian rupa seperti suhu, kelembaban dan cahaya untuk mempengaruhi dan membunuh serangga hama. Perkembangan serangga dipengaruhi oleh faktor fisik tertentu seperti suhu lingkungan. Suhu ini akan mempengaruhi proses fisiologis yang menyangkut aktivitas kerja enzim maupun proses metabolisme dalam tubuh serangga. Oleh karena itu, jika keadaan suhu dan lingkungan berada di luar batas toleransi serangga hama, maka hama tersebut akan mati. Demikian juga halnya dengan pengaruh fisik lainnya, seperti kelembaban.

3.3. Pengendalian secara hayati

Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian.

Beberapa keunggulan pengendalian hayati antara lain adalah :

(30)

♦ Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama.

♦ Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau mangsanya. ♦ Bersifat permanen, untuk jangka panjang dinilai lebih murah apabila

keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya.

Akan tetapi pengendalian secara hayati juga memiliki beberapa kekurangan, seperti hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat, diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal, baik untuk penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya, pembiakan masa di laboratorium kadang-kadang mengalami kendala, teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasai.

3. 4. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian secara kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan mengunakan bahan kimia. Pengendalian ini biasanya menggunakan furadan. Furadan diberikan bersamaan pada saat tanam. Furadan bersifat sistemik, cocok untuk pengendalian lalat kacang pada per tanaman kacang-kacangan.

3. 5. Pengendalian hama terpadu

Konsep pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai pengendalian hama terapan yang mengkombinasikan pengendalian hayati dan kimiawi. Penggunaan pestisida dilakukan apabila populasi hama meningkat dan berada di batas Ambang Ekonomi (AE). Andaikata populasi hama berada di bawah AE tidak perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi, karena pada saat itu pengendalian hama mampu dilakukan oleh kompleks musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen.

(31)

sehingga secara ekonomi menguntungkan secara ekologis tidak mencemari lingkungan dan secara sosiologis dapat diterapkan.

Pengendalian hama terpadu meliputi tiga prinsip dasar, yaitu : 1. Tanaman budidaya yang sehat

(32)

IV. PEMBERANTASAN

HAMA TANAMAN KEDELAI,

KACANG HIJAU DAN KACANG TANAH

Pemberantasan adalah suatu cara untuk memberantas hama yang dilakukan apabila sudah ada serangan dari hama tersebut. Adapun macam-macam dari pemeberantasan hama diantaranya yaitu

A. Pemberantasan secara mekanik

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan alat, tangan manusia atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalau serangga hama. Cara ini cukup sederhana tetapi harus dilakukan terus-menerus. Beberapa teknik pemberantasan secara mekanik yang sering dilakukan adalah :

♦ Pengambilan telur, larva, nimfa, pupa, atau imago serangga hama dengan tangan kemudian membunuhnya.

♦ Penggunaan perangkap

♦ Memotong atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang serangga hama untuk menghilangkan sumber infeksi.

B. Pemberantasan secara hayati

Pemberantasan hayati adalah pengendalian hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya seperti predator, parasit dan patogen. Pemberantasan hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian.

Beberapa keunggulan pemberantasan hayati antara lain adalah : ♦ Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak

menyebabkan keracunan pada manusia dan ternak. ♦ Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama.

(33)

♦ Bersifat permanen, untuk jangka panjang dinilai lebih murah apabila keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya.

Akan tetapi pemberantasan secara hayati juga memiliki beberapa kekurangan, seperti hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat, diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal, baik untuk penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya, pembiakan masa di laboratorium kadang-kadang mengalami kendala, teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasai.

C. Pemberantasan secara kimiawi

Pengendalian secara kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan mengunakan bahan kimia. Bahan kimia ini diberikan langsung ke tanaman makanan hama, umpan atau dikenakan langsung kepada serangga hama sasaran. Bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan hama disebut insektisida. Penggunaan insektisida dalam pengendalian hama memiliki banyak keuntungan seperti efektif dan sepat menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya, dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, jika penggunaan tidak bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dampak negatif dari penggunaan insektisida yang tidak bijaksana seperti pencemaran terhadap lingkungan, keracunan bagi manusia, munculnya resistensi hama, resurgensi hama, terbunuhnya organisme yang bukan sasaran hama dan meledaknya hama sekunder.

Penyemprotan pestisida dilakukan sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir sesuai hasil pengamatan dini di lapangan jika serangan sudah melebihi ambang batas ekonomi.

(34)

1. Identifikasi hama

Identifikasi hama penting dilakukan, dari sini dapat diketahui tipe mulut serangga dan cara memakan yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan racun-racun apa yang perlu dipergunakan, apakah racun perut, racun kontak atau racun yang bersifat sistemik. Dari hasil identfikasi dapat pula ditentukan bentuk insektisida yang akan diberikan, apakah bentuk smprot, butiran, umpan, atau fumigasi.

2. Waktu yang tepat

Keberhasilan dalam pengendalian hama bergantung pada ketepatan waktu pemberian pestisida. Cara untuk menentukan waktu pemberian pestisida yang tepat, misalnya : presentase serangan hama pada tanaman, stadia pertumbuhan tanaman, populasi hama dan stadia pertumbuhan hama, dan iklim.

3. Cara penyemprotan yang tepat

Pada saat dilakukan penyemprotan atau penghembusan pestisida semua bagian tanaman harus terkena oleh partikel pestisida. Pemakaian yang tidak teliti akan memberikan kesempatan lolosnya serangga dari jangkauan pestisida.

D. Penggunaan pestisida nabati

(35)

a. Ekstrak biji tanaman Nona Sabrang (Annona glabra) dapat mengendalikan hama Phaedonia inclusa pada kedelai. Memiliki 3 senyawa yang bersifat insektisida, yaitu Squamosin, asimisin dan desasetluvarisin.

b. Ekstrak daun aglaia (Aglaia odorata) mampu mematikan nimfa instar-2 dan daun mindi, biji mimba, sirsak serta srikaya mampu mematikan imago R.linearis, N.viridula, P.hybneri

4.1. Pemberantasan Hama-hama Tanaman Kedelai dan Kacang Hijau

a. Agromyza phaseoli

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah diserang kemudian membakarnya atau memendamnya di dalam tanah.

Pemberantasan secara kimiawi, hama ini dapat dikendalikan dengan menyemprotkan insektisida DDT, BHC, Tamaron, Folidol atau Agrocide sejak tanaman mulai tumbuh. Penyemprotan dilakukan dengan dosis yang telah ditentukan dengan interval tiga hari sekali sebanyak tiga kali.

Pemberantasan dengan musuh alami misalnya Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp. dan Cynipid.

b. Agromyza soyae Zehntn

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida larutan atau dengan insektisida granular (butiran) yang ditabur.

c. Agromyza dolichostigma de Mij

(36)

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan memotong pucuk yang terlanjur terserang hama ini, kemudian membakarnya. Tanaman yang telah dipotong akan segera keluar cabangnya lagi. Setelah pemotongan semprotlah lagi sampai beberapa kali.

d. Epilachna sojae

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan menyemprot DDT, BHC, Tamaron, Folidol, dan Agrocid sesuai dosisnya.

a. Phaedonia inclusa

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot DDT, HCH atau Toxaphene, Sumithion 50 EC dengan konsentrasi formulasi 15 cc/10 liter air, Thiodan 35EC dengan konsentrasi formulasi 1,5 ml/liter air.

b. Etiella zinckenella FN

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprot Thiodan 35 EC 1,5 ml/liter air atau dengan Sumithion 50 EC dengan konsentrasi formulasi 15 cc/10 liter air pada saat polong sudah terbentuk.

c. Nezara viridula L

Pemberantasan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprot Tritthion 4 EC dengan konsentrasi formulasi 20-30 ml/10 liter air. Pemberantasan secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr dan Telenomus sp. Yang merupakan parasit pada telur kepik hijau. Besarnya tabuhan lebih kurang 0,5-1 mm dan sangat aktif.

d. Riportus linecaris F

(37)

e. Prodenia litura

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan DDT, Taxaphene 0,1 %, Thiodan 35 EC, Sumithion 50 EC dan Azodrin sesuai dengan dosisnya.

Secara mekanik pemberantasan dilakukan dengan mengambil telur yang ada bersama dengan daun tempat menempelnya.

Secara hayati dilakukan dengan menyemprot Bacillus thuringensis dan Borrelinavirus litura. Gulma harus dibersihkan agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat.

f. Plusia chalcites E Sp

Pemberantasan kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan Sumithion 50 EC, Sumicidin, dan Dicarmas.

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan mengambil hama tersebut dan mematikannya.

g. Tikus

Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan membongkar lubang-lubang tikus kemudian membakarnya.

Secara kimiawi dilakukan dengan cara memasang umpan yang telah dicampur dengan racun, misalnya zink phospide atau dengan memasang umpan siap pakai yaitu klerat R-M.

h. Lamprosema indicata F

(38)

Secara mekanik dapat dilakukan dengan cara memotong daun yang sudah menggulung dan membakarnya.

i. Thrips

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan insektisida metamidofos, karbanil atau monokrotofos.

j. Callosobrochus

Pemberantasan dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida pirimiphos metil, femitrothion dan metacrifos.

IV. 2. Pemberantasan Hama-hama Tanaman Kacang Tanah

a. Empoasca sp

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Lannate25 Wp (metomil 25 %) dan Supracide 40 Ec (metidation 420 g/l). Dosis penggunaannya disesuaikan dengan label pada kemasan. Predator digunakan sebagai pemberantasan secara hayati. Beberapa predator yang termasuk ke dalam family Coccinellideae dan Chrysopidae. Mimarydae sebagai parasit telur dan Dyrinidae sebagai parasit nimfa dewasa.

b. Thrips

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan Dercis 2,5 EC.

C. Aphis craccivora

(39)

jenis predator yang bersayap transparan (Neuroptera, Coccinelidae dan lain-lain)

d. Spodoptera litura F

Apabila melebihi Ambang Ekonomi maka digunakan insektisida Fenval 200EC, Karphos 25 EC, Kiltop 500EC dan Larvin 375 AS.

e. Chrysodeixis chalcites

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Matador 25 EC, Atabron 50 EC, Dursban 20 EC, Monitor 200LC, dan Ambush 2 EC.

f. Helicoverpa armigera

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan insektisida Decis 2,5 EC, Trebon 95 EC, Petroben 200EC, Ambush 2 EC, dan Matador 25 EC.

p. Holotrochia spp

Pemberantasan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida yang berbentuk granular seperti Furadan 3 G, Dharmafur 3 G, dan Petrofur 3 G.

q. Odontotermes

(40)

V. PENUTUP

Legum telah menjadi salah satu tanaman yang memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia. Legum ( tanaman polong – polongan ) telah dianggap sebagai makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh sebab itu, saat ini banyak dikembangkan teknik budidaya tanaman legum, khususnya kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogea) dan kacang hijau (Vigna radiata).

Sampai saat ini, masalah yang paling banyak dihadapi dalam pembudidayaan tanaman legum yaitu adanya serangan hama. Hama sangat merugikan tanaman karena dapat mengurangi produksi secara drastis. Serangan hama, yang tidak dikendalikan, dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 90%. Oleh sebab itu, banyak usaha telah dilakukan untuk menanggulangi serangan hama – hama tersebut. Mulai dari perakitan kultivar unggul yang tahan terhadap serangan hama tertentu sampai penggunaan insektisida. Setiap teknik dalam pengendalian dan pemberantasan hama memiliki sisi posif dan negatifnya masing – masing.

Untuk menanggulangi hama, secara garis besar dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:

1. Cara preventif (pengendalian), yaitu usaha atau tindakan yang dilakukan sebelum tanaman itu mendapat serangan hama. 2. Cara kuratif (pemberantasan), yaitu suatu usaha atau tindakan

yang dilakukan setelah tanaman mengalami gangguan serangan hama.

Pengendalian hama yang baik adalah dengan cara biologis, yaitu dengan menggunakan predator atau parasit hama. Dengan cara ini hanya hama yang menjadi musuh yang akan mati.

Hama – hama yang banyak menyerang tanaman kedelai, khususnya di Indonesia antara lain; Phaedonia inclusa, Etiella zincckenella, Riptortus linearis F. , dan Agromyza phaseoli. Sedangkan

(41)

Prodenia litura, walang sangit dan tungau. Pada kacang tanah, hama

utamanya yaitu; Aphis craccivora, Empoasca spp. dan Nezara viridula. Serangan hama memang merupakan masalah yang kompleks. Begitu pula dalam pengendalian dan pemberantasanya. Oleh sebab itu, banyak hal harus di perhatikan dalam mencegah serangan hama tersebut, mulai dari sejarah pertanaman, pengolahan tanah, waktu tanam dan teknik budidaya lainnya. Begitu juga dengan pemberantasan hama, selain ingin memberantas hama pengganggu, masalah lingkungan haruslah diperhatikan. Penggunaan insektisida, yang dapat menyebabkan keracunan lingkungan, hendaknya dilakukan dengan bijaksana.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kacang Tanah. Kanisius: Yogyakarta

Adisarwanto,T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya: Jakarta

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1993. Kedelai – cetakan kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: Bogor

Basuki (NIM L2C91077), 1994. Thesis : Analisis Heterosis dan Pengaruh Tetua Betina untuk Ketahanan Kedelai terhadap Ophiomyia pheseoli

(Tryon). Program Pascasarjana Unpad, Bandung

Jumar, Ir. 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol.7, No.1, 2001. Hal. 42 - 48

Matnawy, Hudi.1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta

Monograf Balittan Malang No.7. 1991. Pengelolaan Pestisida dalam Pengendalian Hama Kedelai Secara Terpadu. Balittan: Malang

--- No. 9. 1993. Kacang Hijau – edisi kedua. Balittan: Malang

Penelitian Pertanian Vol.8, No.2. 1981. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor

Poehlman,J.M. 1991. The Mungbean. West View Press, Colorado

Pracaya,Ir. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta

(43)

Supriyatin. Efektifitas Insektisida Nabati terhadap Hama Pengisap Polong Kedelai. Seminar Peningkatkan Produktifitas, Kualitas dan efisiensi

Sistem Produksi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi – umbian

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hei

Dikatakan metode karena ushul fiqih dimaknai al-ilm , dan dikatakan kaidah-kaidah karena ushul fiqih adalah kumpulan kaidah-kaidah ( al-Qowaid ) yang dengan kaidah

Dengan dilakukannya Jual beli hak atas tanah tersebut, yang dijual itu belum berpindah kepada pihak pembeli, melainkan masih harus dilakukan perbuatan hukum lain

Penelitian ini telah berhasil apabila dalam proses pembelajaran motorik halus anak melalui kegiatan mewarnai, menggunting, dan menempel (3M) dengan metode demonstrasi dapat

Jawaban : Paham 9 Apa saja yang Bapakllbu tanyakan kepada Petani terkait dengan togas sebagai penyuluh?, Jawaban : Masalah Yang dihadapi seperti serangan hama dan penyakit dan

Sama halnya dengan grafik, bahan pembelajaran grafis dalam bentuk bagan sudah sangat umum digunakan oleh para guru, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

Untuk dapat mengakses Login Sistem Informasi Masjid (SIMAS) dapat mengklik menu login pada halaman portal atau bila menu login tidak muncul pada menu diatas, anda dapat juga