• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ROM EXERCISE BOLA KARET TERHADA (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH ROM EXERCISE BOLA KARET TERHADA (3)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

ROM EXERCISE

BOLA KARET TERHADAP KEKUATAN OTOT

GENGGAM PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

( The Effects Of ROM Exercise With a Rubber Ball To Muscular Stregh Handheld Non-Hemoragrhgic Stroke Patients)

Ni Made Dwi Yunica Astriani; Putu Agus Ariana

S 1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng email: gadiz_bali@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Stroke non hemoragik adalah penyakit yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah yang menyababkan terhentinya pasokan glukosa dan oksigen ke otak. Stroke non hemoragik menyebabkan gangguan pada daerah arteri serebri anterior yang memberikan suplai darah untuk wilayah ekstremitas khususnya otot genggam. Metode: Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental One Group PreTest-PostTest dengan uji Paired T-test yang dilaksanakan di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 13 orang. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik sebelum diberikan latihan ROM dengan bola karet yaitu 8,46. Dan rata-rata nilai kekuatan otot genggam setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet selama 5 sampai 10 menit mengalami peningkatan yaitu 11,23. Berdasarkan hasil dari uji paired t-test menunjukkan bahwa hasil nilai  = 0,0001. Kesimpulan: Nilai ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai kekuatan otot genggam sebelum dan setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet selama 10 menit. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu mengaplikasikan pemberian latihan ROM dengan bola karet sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan kekuatan otot genggam pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan, serta mampu meningkatkan mutu dan pelayanan penyembuhan pasien stroke non hemoragik.

Kata Kunci : ROM dengan bola karet, kekuatan otot genggam, stroke non hemoragik

ABSTRACT

Introduction: Non- hemorrhagic stroke is a disease caused by the occlusion of blood vessels that

promote cessation of supply of glucose and oxygen to the brain. Non- hemorrhagic stroke causes disturbances in anterior cerebral artery regions which provide blood supply to the extremities , especially the muscle cell area. Methods: This research is a pre - experimental one group pretest - posttest with Paired t-tests were held in the Regional General Hospital Sandat Buleleng.Collecting data using observation sheet by using purposive sampling with sample of 13 people. Result: From the results, the average value of muscle strength handheld non- hemorrhagic stroke patients before administration ROM exercises with a rubber ball that is 8,46. And the average value of muscle strength handheld after given ROM exercises with rubber balls for 5 to 10 minutes to 11,23. Based on the results of the paired t -test showed that the results p = 0.0001. Conclusions This value indicates the significant difference between the value of muscle strength handheld after and before given ROM exercises with a rubber ball for 10 minutes. Expected for health workers are able to apply the provision of ROM exercises with a rubber ball as one alternative to improve muscle strength handheld non- hemorrhagic stroke in patients who have weaknesses, and improve the quality of services and non- hemorrhagic stroke patient recovery.

(2)

PENDAHULUAN

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak. Gangguan terjadi pada bagian otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Dari gangguan tersebut dapat menyababkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Irfan, 2012). Berdasarkan kelainan patologis stroke dibagi menjadi 2 yaitu, stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke Hemoragik disebebabkan oleh perdarah ke jaringan otak. Stroke non hemoragik merupakan iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidak stabilan hemodinamik (Irfan, 2012).

Hal yang utama pada pasien stroke adalah terdapatnya defisit motorik berupa hemiparese atau hemiplegia yang dapat mengakibatkan kondisi immobilitas. Disfungsi pada tangan yang dialami oleh klien stroke merupakan gangguan fungsional yang paling umum terjadi, yaitu sebanyak 88% dari dari penderita stroke (Zeferino & Aycock, 2010). Kelemahan yang terjadi pada anggota gerak tubuh khususnya tangan terjadi akibat adanya gangguan pada daerah arteri serebri anterior yang memberikan suplai darah pada struktur-struktur korteks sosmetik dan korteks motorik untuk wilayah ekstremitas (Price, 2006).

Banyak sel saraf mati saat serangan stroke non hemoragik di area otak yang dapat menimbulkan masalah fisik dan mental pada penderita stroke non hemoragik. Saraf yang mengalami kerusakan harus dilakukan pemulihan dengan cara perangsangan pada daerah sensoris dan motorik, kemudian sel otak akan melakukan reorganisasi untuk mengdakan perbaikan sel otak yang masih sehat yang disebut dengan neuroplasticity dimana korteks yang menuju ke otot lain juga membesar ukurannya jika pembelajaran motorik melibatkan otot-otot ini (Irfan, 2012).

Kelemahan otot ekstremitas pada pasien stroke dapat dipulihkan dengan fisioterapi. Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin secara cepat dan tepat, sehingga dapat membantu pemulihan fisik yang lebih cepat dan optimal. Serta mencegah terjadinya kontraktur dan memberikan dukungan psikologis pada pasien stroke dan keluarga pasien (Gofir, 2009). Salah satu bentuk fisioterapi untuk memulihkan kekuatan otot adalah Range of Motion (ROM).

ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaa kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. ROM aktif adalah latihan gerak yang dilakukan pasien secara mandiri (Irfan, 2012).

Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam bentuk rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke. Latihan ROM merupa-kan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot (Potter & Perry, 2006). Latihan ringan seperti latihan ROM memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih mudah dipelajari dan diingat oleh pasien, mudah diterapkan dan merupakan intervensi keperawatan dengan biaya yang murah yang dapat diterapkan oleh penderita stroke di rumah (Potter & Perry, 2006).

Latihan terutama pada tangan yang penting untuk aktifitas keseharian meliputi latihan seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, pronasi, supinasi dan rotasi. Salah satu media latihan yang bisa digunakaan yaitu bola seperti bola karet dengan tekstur lentur dan halus serta memiliki berat antara 56-59 gram, sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan motorik serta sensorik tangan pasien stroke non hemoragik yang me-ngalami kelemahan (Irfan, 2012).

Latihan untuk menstimulasi motorik pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam. Gerakan mengepalkan atau menggenggam tangan rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot tersebut (Levine, 2009). Menurut Irdawati (2008), latihan meng-genggam akan merangsang serat-serat otot untuk berkontraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karak-teristik latihan yang menggunakan bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motorik. Korteks yang menuju ke otot lain juga membesar ukurannya jika pembelajaran motorik melibatkan otot-otot ini (Irfan, 2012).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Pra Experimental yaitu menggunakan rancangan

(3)

terlebih dahulu kemudian setelah diberikan intervensi diberikan post-test. Rancangan penelitian ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre-test). Populasi dalam penelitian adalah pasien stroke non hemoragik yang berada di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng, dengan jumlah 13 orang. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non probability sampling dengan tehnik purposive sampling. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran kekuatan otot genggam sebelum dan setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet.

HASIL PENELITIAN

1.Karakteristik RespondenBerdasarkan Usia

Tabel5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

40-54 3 23,1

55-69 10 76,9

Total 13 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas bahwa karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar responden berumur 55-69 tahun sebanyak 10 orang (76,9%) dan terendah adalah pada umur 40-54 tahun yaitu sebanyak 3 orang (23,1%) dari 13 orang responden yang digunakan sebagai sempel dalam penelitian.

2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 6 46,2%

Perempuan 7 53,8%

Total 13 100%

Berdasarkan tabel 5.2 mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (53,8%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang (46,2%).

3.Nilai Kekuatan Otot Genggam Sebelum Diberikan Latihan ROM Dengan Bola Karet.

Tabel 5.3 Nilai Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng Sebelum Diberikan Intervensi

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekuatan otot genggam sebelum diberikan latihan ROM dengan bola karet dari 13 responden adalah 8.46 dengan

Standar Deviation 4.994, dan Standar Error Mean 1.385. Data ini menunjukan nilai kekuatan otot genggam pada pasien stroke non hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng sebelum diberikan latihan ROM dengan bola karet, semuanya berada dalam kategori kurang.

4.Nilai Kekuatan Otot Genggam Responden Setelah Diberikan Latihan ROM Dengan Bola Karet

Tabel 5.4 Nilai Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik sesudah pemberian latihan ROM dengan bola karet dari 13 responden adalah 13.62 dengan Standar Deviation 5.501, dan Standar Error Mean 1.526. Data ini menunjukan nilai kekuatan otot genggam pada pasien stroke non hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet, sebagian besar mengalami peningkatan nilai kekuatan otot genggam walau tidak secara signifikan.

Variabel N Min-maks Sd

Ci (95%)

Sebelum

Intervensi 8.46 4.994 1.385 -6.672

Variabel N Min-maks Sd

Ci (95%) Setelah

(4)

5.Analisa Data nilai Pre dan Post Pemberian Latihan ROM Dengan Bola Karet Dengan Menggunakan Uji Statistik

Tabel 5.5 Nilai pre dan post dengan uji paired dependen t-test

Berdasarkan tabel 5.5 hasil dari uji yang dilakukan dengan menggunakan uji paired dependent t-test menunjukan bahwa hasil sig (2-tailed) atau nilai  = 0,000. Karena nilai  lebih kecil dari 0.05 (<) maka H0 ditolak. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian latihan ROM dengan bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik.

PEMBAHASAN

Sebelum diberikan latihan ROM dengan Bola Karet pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng, peneliti melakukan komunikasi untuk menumbuhkan hubungan saling percaya antara responden dengan peneliti. Serta melakukan pengukuran kekuatan otot genggam dengan Hand Grip dynamometer dan mengisi lembar observasi. Dari skor yang diperoleh didapatkan rata-rata kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik sebelum diberikan latihan ROM dengan bola karet (Mean) 8.46, Standar Deviation 4.994, Standar Error Mean 1.385 dari 13 sampel yang digunakan.

Dilihat dari karakteristik umur responden yang mengalami stroke non hemoragik yang berumur 55-69 tahun sebanyak 10 orang (76.9%), dan berumur 40-54 tahun sebanyak 3 orang (23.1%).

Setelah dilakukan latihan ROM dengan bola karet pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan kekuatan otot genggam selama 5-10 menit, dan selanjutnya penilaian kekuatan otot genggam dilakukan menggunakan Hand Grip Dynamometer dan dicatat dalam lembar observasi, di dapatkan hasil rata-rata kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet (Mean) 13.62, Standar

Deviation 5.501, dan Standar Error Mean 1.526 dari 13 sampel yang digunakan.

Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan nilai kekuatan otot genggam, yang terjadi tidak secara signifikan, namun secara perlahan. Responden yang mengalami peningkatan nilai kekuatan otot genggam dikarenakan serius dan kooperatif dalam melakukan terapi. Sedangkan beberapa responden masih juga mengalami kelemahan kekuatan otot genggam yang sama sebelum maupun sesudah diberikan latihan ROM dengan bola karet, disebabkan karena kurang kooperatif sehingga terapi menjadi kurang maksimal.

Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji paired dependent t-test

menunjukkan bahwa nilai p<α (0.000<0.05)

dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak,

yang artinya ada pengaruh latihan ROM dengan bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik d Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng.

Dari penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa, kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng mengalami peningkatan setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet, hal ini dapat dikatakan bahwa latihan ROM dengan bola karet dapat meningkatkan kekuatan otot genggam pasien stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan jika dilakukan oleh pemberi terapi (terapis) sesuai dengan standar operasieonal prosedur latihan ROM dengan bola karet serta adanya kerjasama antara pasien stroke non hemoragik dengan pemberi terapi (terapis) dalam proses pelaksanaan terapi.

(5)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden didominasi oleh responden dengan umur 55-69 tahun sebanyak 10 orang (76,9%) dan terendah adalah pada umur 40-54 tahun yaitu sebanyak 3 orang (23,1%). Daan dilihat dari jenis kelamin, responden didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 7 orang (53,8%). Rata-rata nilai kekuatan otot genggam sebelum diberikan latihan ROM dengan bola karet pada pasien stroke non hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng yaitu 8.46. Rata-rata nilai kekuatan otot genggam setelah diberikan latihan ROM dengan bola karet pada pasien stroke non hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng yaitu 13.62. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan ROM dengan bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasiesn stroke non hemoragik di Ruang Sandat RSUD Kabupaten Buleleng walau tidak secara signifikan.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh institusi pendidikan sebagai materi pembelajaran tentang latihan ROM dengan bola karet sebagai salah satu cara mengatasi kelemahan otot genggam dan sebagai referensi tambahan serta dengan memberikan materi tersebut mahasiswa mampu mengaplikasikannya di masyarakat, dan sebagai landasan untuk memberikan informasi dalam pengaplikasian pemberian latihan ROM dengan bola karet sebagai salah satu alternative untuk mengatasi kelemahan kekuatan otot genggam akibat stroke non hemoragik kepada seluruh profesi keperawatan. Serta hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pemberian latihan ROM dengan bola karet pada pasien stroke non hemoragik. Serta sebagai data dasar penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2002.

Febrina. 2011. Efektifitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif: Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke di

RSUD Tugurejo Tahun 2011. Jurnal. Semarang: Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

Gofir, Abdul. 2009. Manajemen Stroke : Evidence Base Medicine. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi Sebelas. Jakarta: EGC.

Hadi Martono, RA Tuty Kuswardani. 2015.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I Edisi IV.

Http://www.topendsports.com/testing/tests/hand grip.htm.Diakses

Irfan, Muhamad. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta : Graha Ilmu

Levine, Peter, G. 2009. Stronger After Stroke, Panduan Lengkap Efektif Terapi Pemulihan Stroke. Jakarta: EGC

Lutvia. 2014. Perbedaan Range Of Motion Spherical Grip dan Cylindrical Grip Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Tahun 2014. Jurnal.

Semarang: Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan muskuloskeletal. Jakarta: EGC, 2008.

Notoatmodjo.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta,2012.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC, 2005.

Sylvia A.Price, Lorraine M.Wilson. 2006.

Referensi

Dokumen terkait

secara berulang-ulang. Hal ini sesuai dengan cara kerja otak, dimana synape-synape yang tidak distimulasi akan menyusut kemudian mati. Pengulangan perlu dilakukan agar

Dinamika penyelenggaraan empat fungsi Negara seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, merupakan suatu proses yang kompleks, karena adanya

Seperti yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XI, tercantum standar kompetensi 11. memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan

Untuk memasangnya, masukkan aksesori yang sesuai ke bagian depan peralatan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Menghidupkan dan

pembudayaan.151 Dari paparan di atas serta hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan kepala sekolah, tenaga pengajar serta staf SD Muhammadiyah 03 Tumpang dan MI Ar-Rohmah

Jika dilakukan revitalisasi dengan penggantian mesin barn seharga 800 juta maka nilai investasi awal ditambah biaya operasi mesin barn akan sarna dengan biaya perbaikan dan

Transmitter adalah rangkaian pengirim data yang mengirimkan data ke receiver , dimana pada alat ini difungsikan sebagai pengirim data dari PC sebagai input pengendali

Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (field research) , bila dilihat dari jenis data adalah penelitian kualitatif deskriptif Data diperoleh dari Pmebina dan anggota