• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah sosial dasar manusia hendra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah sosial dasar manusia hendra"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang

Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik. Maka desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana-prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Alokasi Dana Desa (ADD) untuk menunjang segal sektor di masyarakat.

Alokasi dana desa merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar tingkat pemerintahan yaitu hubungan keuangan anatara pemerintahan kabupaten dengan pemerintahan desa. Untuk dapat merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka diperlukan pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki pemerintah desa.

Artinya, anggaran pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai salah satu lembaga yang andil dalam format kepemerintahaan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan sebagai mana mestinya sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. Sehingga dengan ADD tersebut mampu meningkatkan pembangunan desa, partisipasi masyarakat dalam memberdayakan dan menimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.

(2)

dengan sengaja mengalokasikan dana tidak sebagaimana mestinya, kemudian meminimalisir anggaran yang di targetkan serta memangkas dana yang dikeluarkan, hal demikaian tentunya sudah lazim di negeri ini, sehingga tindakan-tindakan yang menyimpang tersebut perlu diwaspadai, dan di antisipasi, sebab perbuatan ini akan merugikan dan juga menghambat kemajuan dan juga berefek pada desa itu sendiri, tak seharusnya makanan untuk keluarga kita dengan tega kita menghabiskannya sendiri.

Melihat fenomena seperti itu tampak belum ada kejelasan dalam pengaturan Alokasi Dana Desa dalam Peraturan Perundang-undangan. Dari hal itu nantinya akan berdampak ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah yang menimbulkan ketidakpastiaan hukum dalam menunjang sektor masyarakat di desa.

I.II Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka Penulis berusaha menghimpun beberapa masalah yang akan digunakan untuk menganalisis tentang Alokasi Dana Desa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana Alokasi Dana Desa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ? b. Bagaimana pengawasan terhadap Alokasi Dana Desa ?

I.III Tujuan Penelitian

a. Memberikan pemahaman kepada seluruh kalangan akademis agar dapat memahami Alokasi Dana Desa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

b. Menambah bahan referensi untuk kajian terhadap seluruh kalangan.

(3)

1.Alokasi Dana Desa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

Keberadaan desa secara formal diakui dalam undang undang no 32 tahu 2004, tentang pemerintah daerah dan peraturan pemerintah daerah nomor 27 tahun 2005 tentang desa. Berdasarkan ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Negara republik Indonesia.

a. Pengaturan Alokasi Dana Desa di Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 72

Ayat 1 : Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari:

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima

Kabupaten/Kota; dan lainnyya

Ayat 4 : Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(4)

pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.

a. Pengaturan Alokasi Dana Desa di Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 285

Ayat 2 : Pendapatan transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas: 1. dana perimbangan;

2. dana otonomi khusus; 3. dana keistimewaan; dan 4. dana Desa.

Pasal 294

Ayat 3 : Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat (2) huruf a angka 4 dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan kewenangan dan kebutuhan Desa sesuai. Yang di maksud dengan “dana Desa” adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa yang mencakup pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.

(5)

Pengawasan pelaksanaan alokasi dana desa tidak terlepas dari struktur tugas dan kewenangan serta pertangungjawaban sebagaimana disusun dalam struktur organisasi pelaksana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi pelaksana alokasi dana desa telah dibentuk dengan baik sehingga memberikan garis kewenangan dan tugas serta arah pertanggungjawaban antar fungsi yang jelas. Akan tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan pelaksanaan fungsi belum sepenuhnya berjalan, terutama berkaitan dengan pelaksanaan fungsi yang melibatkan

Beberapa pejabat pelaksana serta LPMD yang diakibatkan ketidakmengertian akan tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga mengurangi efektivitas pengawasan. Kurangnya koordinasi antar lain juga dirasa masih kurang sehingga beberapa fungsi terlihat bekerja secara terpisah dan menumbuhkan ketidakpercayaan.Pengawasan juga tidak terlepas dari kapasitas sumber daya yang dimiliki. Sumber daya dalam implementasi suatu kebijakan merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu.

Faktor penghambat yang dapat diidentifikasikan kurangnya pengawasan mencakup:

a. Sosialisasi Kebijakan ADD

Sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebijakan ADD dipandang belum memadai karena hanya dilakukan pada perangkat pelaksana, sehingga pemahaman masyarakat mengenai ADD kurang, hal ini akan berakibat pada sulitnya mengajak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan ADD maupun dalam pengawasan kegiatan terutama pengawasan oleh masyarakat.

(6)

Sementara itu masih terdapat kelemahan dalam hal sumber daya manusia dimana tingkat kemampuan pelaksana tidak merata, yaitu secara pendidikan masih rendah sehingga mempengaruhi kemampuan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Namun hal ini tidak mempengaruhi pelaksanaan ADD karena adanya kemampuan untuk menggerakkan masyarakat.

Faktor penghambat dalam kaitannya dengan sumber daya manusia berpusat pada rendahnya pendidikan para pelaksana ADD, sehingga pemahaman pelaksana mengenai ADD kurang, serta tidak adanya dukungan yang memadai. Hal ini menimbulkan kurangnya dukungan pengawasan, terutama pengawasan oleh masyarakat sebagai penerima manfaat ADD.

c. Peran Serta Masyarakat

Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya peran serta masyarakat dinilai kurang memadai akibat kurangnya sosialisasi yang ditujukan bagi masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat baik secara individu maupun melalui kelembagaan kurang memahami peran serta tugasnya. Dalam hal ini pemahaman masyarakat adalah membantu pelaksanaan secara fisik dari berbagai kegiatan implementasi ADD. Kondisi tersebut menyebabkan tidak ada peningkatan kapasitas masyarakat/lembaga masyarakat yang akhirnya menyebabkan rendahnya peran pengawasan oleh masyarakat. Peningkatan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang kurang optmal.

(7)

Alokasi Dana Desa atau ADD dengan sebutan yang demikian beragam, ternyata memberikan perlakuan yang beragam pula. Ini menandakan bahwa pengelolaan ADD sebaiknya tidak diatur secara ketat oleh Peraturan Pemerintah, tetapi masih memberikan ruang gerak yang leluasa terhadap Peraturan Daerah.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa/ADD tidak sebatas membagi dana, tetapi juga mengandung makna gerakan desa dalam penyusunan rencana, melaksanakan kegiatan, dan mempertanggungjawabkan kepada Bupati. Ini tentu diperlukan persiapan teknis yang matang, tidak saja oleh pemerintah desa tetapi juga perangkat pemerintah kabupaten. Tentunya, dibutuhkan kesepahaman dan kesepakatan berbagai pihak, karena setiap kabupaten dan desa akan membawa kebiasaan masing-masing.

(8)

UUD 1945

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang N0 06 Tahun 2014 tentang Desa

http://andyfisip.blogspot.com/, Alokasi Dana Desa

http://leuserantara.com/artikel-alokasi-dana-desa-untuk-desa-bukan-untuk-aparatus-desa/

Makalah, Maryuni.2004. Alokasi Dana Desa sebagai Alat penetapan Dana

Referensi

Dokumen terkait

Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf b bersumber dari APBN yang dialokasikan pada Daerah untuk mendanai Kegiatan khusus yang

kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk tiap percontoh batu, kemudian ari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan

Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b bersumber dari APBN yang dialokasikan pada Daerah untuk mendanai Kegiatan khusus yang

(4) Penyaluran Dana Desa tahap III untuk BLT Desa bulan kesebelas sampai dengan bulan kedua belas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf c angka 2

(2) DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang

(2) DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas

Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b bersumber dari APBN yang dialokasikan pada Daerah untuk mendanai Kegiatan khusus yang

Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b memuat uraian tentang Rencana dan Pelaksanaan Program Kerja Bidang