• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Aborsi dan UU yang Mengatur M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Aborsi dan UU yang Mengatur M"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian Aborsi dan UU yang Mengatur Mengenai Aborsi Pengertian Aborsi

Menurut KUHP

1. Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu)

2. Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.

Menurut UU Kesehatan Nomor 23/1992 pasal 15

Disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat ‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi

Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhebti karena factor-faktor alamiah (abortus spontaneous).

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: 1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis

3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

(2)

membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi

Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :

1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandunga seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam manakejahatan dilakukan”.

Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni:

1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus buatan ilegal

(3)

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan medis tertentu dapat dilakukan :

1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut

2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli

3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis skripsi, “ POLA INTERAKSI

 KMS that support these knowledge workers range from Internet search engines and expert systems, to Web-based computer-aided design and sophisticated data management

Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari model latihan dengan permainan target terhadap peningkatan ketepatan tendangan shooting menggunakan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul ” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas

Kalau kita sebatas mengingatkan, kemudian sebatas membuat peraturan, tapi kan pelaksanaan itu kan mereka yang menentukan, mereka yang melakukan, karena memang dari awal kalau

Untuk mengetahui proses itu, penulis melakukan wawancara dengan 2 (dua) narasumber dari Tempo, wartawan dan redaktur yang menulis berita Jokowi, dan 2 (dua)

konseling adalah pelayanan farmasi klinik yang sangat pokok untuk pasien rawat.. jalan sehingga peneliti ingin mengetahui penerapan standar

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Agar hasil penelitian dapat dipercaya,