• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islamophobia di Amerika Serikat Tinjauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islamophobia di Amerika Serikat Tinjauan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAMOPHOBIA DI AMERIKA SERIKAT: Tinjauan dari Segi Sosial

dan Politik

NAMA KELOMPOK 10

Anja Litani Ariella 14/364359/SP/26093 Brian Patrianoki 14/363157/SP/26049

Chandra Wulan 12/328760/SP/25135 Energiana Benefitasari 14/367509/SP/26403 Gde Aditya Widyatama 14/368472/SP/26431

(2)

BAB I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Amerika Serikat adalah negara yang menganut prinsip liberalisme yang berprinsip pada kebebasan individu. Dengan dalil tersebut, Amerika Serikat adalah negara yang menghargai hak-hak individu yang didalamnya terdapat pluralisme. Baru-baru ini kita mendengar kasus diskriminasi terhadap seorang warga Amerika yang beragama islam, yaitu Ahmed Mohammed. Ahmed merupakan warga Texas, ia menciptakan jam untuk tugas sekolah, tetapi dia ditangkap karena diduga teroris. Hal ini mencerminkan perlakuan tidak adil terhadap orang islam di AS.

Islamophobia atau sentimen anti muslim adalah prasangka buruk terhadap penganut umat islam yang biasanya terjadi di negara-negara sekuler seperti di daerah Eropa, Amerika Serikat dan lain-lain. Penyebab islamophobia ini berkembang menurut beberapa pihak adalah indikasi dari tindakan rasisme dan ada beberapa pihak yang menganggap hal ini terjadi karena tragedi 11/9 pada tahun 2001. Berawal dari peristiwa itu, Amerika Serikat menggencarkan kampanye war on terrorism oleh George W. Bush yang secara implisit menyatakan musuh Amerika Serikat adalah penganut islam radikal seperti Al Qaeda dan Boko Haram.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kasus islamophobia mempengaruhi opini publik di Amerika Serikat? 2. Bagaimana implikasi islamophobia terhadap politik di Amerika Serikat?

1.3 Hipotesis

1. Islamophobia membuat pandangan dan opini masyarakat sipil Amerika Serikat kepada masyarakat beragama Islam menjadi buruk. Salah satu sebab umumnya adalah kejadian 9/11 yang diperkirakan dilakukan oleh teroris yang identtik dengan warga muslim. Masyarakat sipil Amerika Serikat menjadi lebih waswas akan keberadaan masyarakat muslim di sekitar mereka. Salah satu contohnya yakni disaat salah satu pendukung Donald Trump mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Muslim telah menjadi “masalah” bagi Amerika Serikat sendiri.

2. Peristiwa 9/11 pada akhirnya mempengaruhi kebijakan politik Amerika Serikat dan berimplikasi terhadap cara pandang masyarakat terhadap penganut Islam.Peristiwa ini juga memulai kebijakan war on terrorism oleh pemerintah Amerika Serikat. Media sebagai kacamata masyarakat seolah mengarahkan bahwa tragedi ini terjadi diakibatkan ulah teroris, dan membuat perspektif bahwa Islam harus diwaspadai. Hal ini yang kemudian membuat pandangan islamophobik menjadi sangat serius di Amerika Serikat. Belum lagi pada masa election yang akan segera dilaksanakan di Amerika Serikat, para kandidat kuat juga mengangkat tentang topik-topik yang menyangkut keberadaan Islam di Amerika Serikat. Contohnya Ben Carson yang menyatakan bahwa Islam tidak akan bisa menjadi Presiden Amerika Serikat. Sementara kandidat lainnya, yaitu Hillary Clinton dari Partai Demokrat, mengatakan bahwa pemeluk Islam juga bisa menjadi Presiden Amerika Serikat.

BAB 2: Pembahasan

2.1 Pengertian Islamophobia

(4)

islamophobia sendiri memiliki arti akan prasangka/diskriminasi/kesalahpahaman terhadap agama islam baik kepada pemeluknya maupun ideologi dari agama islam. Islamophobia menjadi istilah yang mulai diperkenalkan secara luas sebagai sebuah konsep pada tahun 1991 didalam Runnymede Trust Report sebagai “unfounded hostility towards Muslims, and therefore fear or dislike of all or most Muslims.”1 Prasangka tersebut akhirnya berakibat pada ketakutan-ketakutan akan islam dan juga kebencian-kebencian terhadap agama islam. Kasus phobia terhadap islam itu kemudian banyak mengakibatkan kerugian bagi pemeluk agama islam dan bahkan negara-negara islam. Diskriminasi ini turut menjadi penyebab terjadinya fragmentasi masyarakat antara pemeluk islam dengan non-islam, penduduk muslim akan dipisahkan secara sosial, budaya, ekonomi dan kedudukannya didalam konstruksi sosial. Islamophobia telah menjadi kontroversi diberbagai negara termasuk AS. Munculnya islamophobia sendiri telah lama terjadi akibat dari banyaknya aksi-aksi terorisme yang mayoritas dianggap disebabkan oleh organisasi-organisasi ekstrimis islam. Namun, istilah tersebut tidak banyak digunakan hingga pasca kejadian yang menimpa Amerika Serikat pada tanggal 9 September 2001, ketika gedung World Trade Center berhasil dijatuhkan oleh salah satu organisasi terorisme yaitu Al-Qaeda (dipimpin oleh Osama Bin Laden). Sebagai sebuah negara super power AS kemudian secara sepihak mengimplementasikan kebijakan “War on terrorism” dengan slogannya yang begitu terkenal, “Either you’re with us or with the terrorist” berakibat kepada munculnya banyak persepsi-persepsi terhadap agama Islam. Islamophobia di AS tidak dapat dipisahkan dari kejadian 9/11, hal ini karena pasca kejadian runtuhnya bangunan yang sempat menjadi gedung tertinggi di dunia tersebut dapat dilihat implikasinya kepada perubahan kebijakan-kebijakan AS. Tidak hanya berimplikasi kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh AS, namun persepsi masyarakat AS terhadap agama islam turut berubah menjadi negatif. Ini dapat dibuktikan dari berbagai bentuk penolakan oleh masyarakat AS mengenai isu pembangunan masjid di area dekat kejadian 9/11 tahun 2010 terjadi. Beberapa warga bahkan menyatakan secara eksplisit alasan yang melandasi penolakan pembangunan masjid adalah, islam ditempatkan sebagai penyebab/pelaku peristiwa 9/11 sehingga menjadi sebuah penghinaan dan bentuk degadrasi ketika tempat peribadatan islam dibangun dikawasan

(5)

tersebut. Seorang warga New York Sally Regenhard yang anaknya meninggal akibat dari 9/11 mengatakan “extreme insensitivity to the feelings of 9/11 families. If you want to grow understanding between faiths you do not hurt people who were victimized on that site”.2

2.2 Islamophobia di Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara adidaya yang merdeka pada tahun 1776 tepatnya pada tanggal 4 Bulan Juli. Negara super power ini dikenal dengan ideologinya yang menitikberatkan kepada kebebasan individu dan hak-hak manusia. Hal ini dapat dianalisis dalam The Four Freedoms yang dikemukakan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 6 Januari 1941 yang kemudian mendasari dibentuknya Universal Declaration of Human Rights. Nilai-nilai yang dicakup pada The Four Freedoms adalah kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan dari segala bentuk ketakutan, dan kebebasan untuk dapat hidup layak. Lebih lanjutnya AS kemudian dikenal sebagai Land of Freedom, sehingga seharusnya nilai-nilai kebebasan seperti yang telah diutarakan di awal diterapkan secara universal kepada seluruh rakyat AS. Akan tetapi konstitusi akan kebebasan tersebut implikasinya tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan. Bukti dari pernyataan tersebut adalah bentuk-bentuk ketidakadilan yang masih banyak terjadi di AS, mulai dari diskriminasi ras hingga diskriminasi agama yang khusunya menjadi fokus pada tulisan ini adalah agama Islam akan dibahas secara terperinci. Sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, Islamophobia merupakan bentuk penolakan/diskriminasi pada rakyat muslim. Meskipun mayoritas komponen masyarakat AS menyatakan bahwa negaranya merupakan negara bebas, namun kasus islamophobia masih kental terjadi. Secara konstitusi seharusnya setiap pemeluk agama dapat dengan bebas melakukan ritual agamanya ketika hal tersebut tidak mengganggu kepentingan banyak orang, termasuk dengan muslim di AS. Kontradiktif dengan apa yang telah tercantum didalam konstitusi dan juga The Fourth Freedoms faktanya di AS sendiri, islamophobia sudah terjadi sejak akhir abad ke-20. Islamophobia di AS ditandai dengan munculnya sentimen-sentimen negatif terhadap keberadaan warga muslim di AS baik pendatang maupun warga tetap. Beberapa kejadian kekerasan terhadap warga muslim

(6)

terjadi sejak akhir abad ke-20, seperti kejadian yang dialami oleh Zohreh Assemi seorang warga keturunan Arab-Amerika sekaligus pemilik sebuah salon kecantikan suatu hari dirampok, dianiaya dan dipanggil sebagai seorang “teroris” pada Bulan September 2007 oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sentimen kebecian terhadap islam semakin memanas di AS kembali lagi pasca kejadian 9/11, sentimen ini meningkat secara masif terlebih oleh karena pelaku dari 9/11 berasal dari salah satu organisasi radikal islam, Al-Qaeda. Semenjak itu menurut laporan FBI (Federal Bureau of Investigations) setelah 9/11 tingkat kriminal yang mencerminkan kebencian atas islam meningkat 5 kali lipat dibanding masa sebelum 9/11. Setelah tahun 2010 pasca isu pembangunan masjid (Park51) menyeruak, status kriminal akan warga muslim meningkat 3 kali daripada 3 tahun sebelumnya.3 Tidak hanya angka tingkat kriminal terhadap muslim yang meningkat pasca 9/11 akan tetapi juga diskriminasi yang dilakukan baik secara institusional maupun secara sosial, contohnya adalah penolakan pembangunan tempat peribadatan muslim hingga menimbulkan konflik (345% lebih tinggi dari masa sebelum runtuhnya gedung WTC), kemudian pada masa pemilihan presiden dimana Newt Gingrich dalam pernyataannya menyamakan muslim sebagai Nazi yang berusaha untuk mengambil alih AS,4 belum lagi dengan pernyataan kontroversial dari Ben Carson mengenai presiden AS yang tidak boleh diangkat dari warga muslim. Dari beberapa contoh diatas dapat dilihat betapa isu islamophobia masih marak terjadi di AS hingga hari ini. Walaupun perlu diakui intensitas konflik yang terjadi sudah tidak separah pasca 9/11 atau setelah proposal pembangunan masjid di daerah pasca kejadian 9/11, bahkan sudah mulai diadakan beberapa kampanye-kampanye penolakan pemberian stereotip kepada warga muslim AS maupun dunia. Akan tetapi kejadian 11 September 2001 silam begitu membekas kepada warga masyarakat AS sehingga sulit untuk menghapuskan sentimen-sentimen negatif pada islam yang ada di AS, terlebih kepada lapisan masyarakat yang terkena dampak dari serangan tersebut (korban, anggota pemerintahan, dan polisi/ PMK/ Paramedis, dll). Secara singkat, sentimen islamophobia di AS telah dimulai sejak akhir abad ke-20, akan tetapi sentimen tersebut tidak menjadi fokus hingga kejadian 9/11 terjadi.

2.3 Faktor Penyebab Islamophobia

(7)

Islamophobia tidak hanya menjadi masalah di AS akan tetapi juga menjadi masalah yang sering menimbulkan konflik di berbagai negara Eropa. Penyebab dari islamophobia sendiri tidak dapat dispesifikan kepada indikator-indikator tertentu, namun secara garis besarnya dapat dianalisis dari berbagai tindakan merugikan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi islam radikal walaupun tidak menyangkal bahwa organisasi radikal tidak berhenti pada agama islam saja. Untuk lebih fokus kepada tulisan ini, disini penulis memaparkan analisisnya terhadap variable apa yang menyebabkan islamophobia terjadi di AS. Secara umumnya, di bagian dunia Barat memang sudah terdapat sentimen negatif terhadap muslim, karena dianggap bahwa nilai-nilai islam tidak sesuai dan tidak dapat diaplikasikan kepada budaya-budaya barat yang sangat liberal.5 Nilai-nilai yang dianut dalam agama islam dianggap membatasi hak-hak manusia dan terlalu konsevatif. Selain itu, tindak terorisme yang mayoritas dianggap dilakukan oleh penganut agama islam ekstrim tidak membantu menghilangkan berbagai sentimen negatif terhadap islam yang ada. Pengaruh islamophobia yang berasal dari kawasan Eropa juga turut menyumbang perspektif buruk kepada islam. Kembalil lagi pada sub-bab sebelumnya dimana dikatakan bahwa penyebab utama islamophobia semakin marak terjadi adalah kejadian 9/11, dimana warga AS sebagai dampak dari kemarahanya langsung menggeneralisasikan warga muslim sebagai teroris bahkan yang telah menjadi warga negara AS sendiri. Sayangnya, efek tersebut tidak luntur oleh waktu akan tetapi masih terus bertahan bahkan hingga hari ini dimana seorang warga muda AS bernama Ahmed dituduh sebagai teroris yang membawa bom oleh karena Ahmed adalah warga muslim.

BAB 3: Analisis

3.1 Analisis Kasus Ahmed Muhammed

Pada tanggal 14 September 2015, terdapat sebuah kejadian yang meningkatkan kesadaran masyarakat Amerika Serikat terhadap masalah Islamophobia yang masih melekat pada sebagian penduduk Amerika. Kejadian tersebut adalah penangkapan seorang remaja berumur 14 tahun yang diduga membuat bom rakitan dan meningkatkan rasa waspada di sekolahnya6. Remaja tersebut bernama Ahmed Muhammed dan sedang

5 Iiit.org/Portals/0/news%20text/Islamophobia-M.Nimer.pdf

(8)

menimba ilmu di MacArthur High School, Irving, Texas. Hari itu, tepatnya hari Senin, Ahmed membawa sebuah sirkuit persegi yang disambungkan dengan alarm dan baterai sehingga menjadi sebuah jam. Dia membawa jam buatannya ke sekolah untuk ditunjukkan kepada guru teknik pagi-pagi sebelum masuk sekolah. Namun reaksi yang diterimanya tidak begitu bagus, dimana sang guru hanya berkata bahwa jamnya itu lumayan. Anehnya, sang guru teknik menambahkan kepada Ahmed untuk tidak menunjukkan karyanya kepada guru-guru yang lain. Mengikuti perkataan gurunya, Ahmed memasukkan jam buatannya ke dalam tas dan menutupnya. Namun di tengah-tengah pelajaran, secara tidak sengaja fitur alarm jam Ahmed berbunyi dan guru bahasa inggris yang pada saat itu sedang mengajar melihat jam buatan Ahmed di dalam tasnya. Setelah melihat jam milik Ahmed, guru tersebut langsung menelpon polisi untuk menangkap Ahmed. Ahmed Muhammed tidak diperbolehkan masuk sekolah selama tiga hari, dan dimasukan ke dalam tahanan remaja tanpa diawali oleh kedua orang tuanya.

Kejadian ini membawa banyak pertanyaan muncul ke atas. Salah satunya adalah apa yang mendasari pihak sekolah bahwa menduga Ahmed membuat sebuah bom rakitan dan membawanya ke sekolah. Salah satu alasan yang paling sering muncul dari opini masyarakat dan keluarga Ahmed sendiri adalah karena Ahmed beragama Islam dan memiliki nama Muhammed7. Hal ini memperlihatkan apabila sebagian masyarakat Amerika Serikat masih beranggapan bahwa umat muslim merupakan teroris yang berbahaya. Segala tindakan dan penemuan yang dilakukan oleh kaum muslim tidak jauh dari perilaku terorisme. Asumsi seperti ini lah yang membuat kaum muslim tergeneralisasi menjadi, tidak lain, sebagai kaum teroris. Padahal Ahmed hanyalah bocah berumur 14 tahun yang berusaha mewujudkan impiannya menjadi insinyur lulusan MIT. Pihak sekolah dan juga kepolisian kota Irving menjelaskan bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan agama Ahmed. Pihak sekolah membela dirinya dengan mengatakan mereka hanya melakukan prosedur keselematan dan keamanan di lingkungan sekolah.

Mengacu pada pembelaan pihak sekolah, terlepas dari benar atau salahnya Ahmed, terdapat banyak skeptisme yang terjadi pada saat penangkapan remaja berdarah Sudan

<http://edition.cnn.com/2015/09/16/us/texas-student-ahmed-muslim-clock-bomb/>, diakses pada 24 Oktober 2015.

7DallasNews, Ahmed Mohamed swept up, 'hoax bomb' charges swept away as Irving teen's story floods social media

(daring), 15 September 2015, <

(9)

ini. Skeptisme ini terlihat jelas saat Ahmed ditangkap oleh kepolisian Irving tanpa pihak sekolah memberitahukan peristiwa ini kepada kedua orang tuanya terlebih dahulu dan beberapa hak Ahmed yang dilanggar oleh pihak kepolisian8. Saat ditangkap dan berada pada tahanan remaja, Ahmed memiliki hak untuk menelpon atau berbicara dengan kedua orang tuanya, namun pihak kepolisian tidak memperbolehkannya. Hal ini jelas melanggar hak Ahmed sebagai warga negara Amerika. Selain itu, hak Ahmed untuk didampingi seorang pengacara pun diabaikan, dimana hingga dilepasnya Ahmed, tidak ada pengacara yang mendampinginya selama interogasi berlangsung. Kejadian ini mungkin tidak akan sebesar apabila pelakunya bukan orang muslim, meski pihak kepolisian menjamin tidak akan ada bedanya. Hal ini menandakan apabila di tengah-tengah masyarakat, Islamophobia masih menyelimuti kehidupan sebagian masyarakat Amerika Serikat.

3.2 Analisis Kasus Ben Carson

Terdapat satu fenomena lagi yang memperlihatkan adanya islamophobia di masyarakat Amerika Serikat, lebih tepatnya diantara kandidat presiden dari Partai Republik. Ben Carson, mantan spesialis bedah otak, mengatakan hal yang kontroversial di tengah-tengah wawancara dengan NBC pada tanggal 20 September 2015. Dalam wawancara tersebut, Carson diberi pertanyaan mengenai posisinya terhadap isu Suriah dan Iraq, dan bagaimana Amerika seharusnya bertindak. Terdapat satu kalimat yang mengejutkan keluar dari mulut Carson, kalimat tersebut adalah “I would not advocate that we put a Muslim in charge of this nation. I absolutely would not agree with that.9 Perkataan Carson ini menjadi perbincangan beberapa pakar dan juga anggota kongres Amerika yang beragama Islam. Carson menjelaskan perkataannya bahwa agama seorang presiden di Amerika Serikat tidak begitu berpengaruh terhadap pemilihnya. Apapun agamanya, jika nilai dan ajarannya sejalan dan cocok dengan realita konstitusi Amerika, maka tidak akan ada masalah. Saat Carson ditanya apakah Islam sejalan dan cocok dengan konstitusi Amerika, dia menjawab tidak.

Apa yang dikatakan oleh Carson memunculkan adanya dugaan Islamophobia diantara kandidat presiden dari Partai Republik. Donald Trump, kandidat presiden dari Partai Republik lainnya, mengaku dirinya memiliki banyak teman muslim, namun salah

8Ibid.

9CNN, Ben Carson: U.S. shouldn't elect a Muslim president (daring), 21 September 2015,

(10)

satu pendukungnya mengatakan bahwa Amerika memiliki masalah, yang disebut dengan Muslim. Trump tidak benar-benar setuju, dia mengoreksi perkataan pendukungnya menjadi muslim radikal-lah yang menjadi masalah bagi Amerika. Kedua kandidat ini secara implisit memperlihatkan adanya Islamophobia, dimana kaum muslim harus dikucilkan. Keith Ellison, anggota kongres dari Partai Demokrat yang beragama islam, merasa tersinggung dengan perkataan Carson. Menurutnya, asumsi bahwa seseorang dari agama tertentu tidak cocok untuk bekerja kantoran telah mengabaikan mereka sebagai masyarakat negaranya10. Bernie Sanders merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Carson. Dia mengatakan apabila Amerika Serikat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghilangkan prasangka buruk dalam memilih presiden Katolik maupun presiden African-American. Masyarakat seharusnya memilih berdasarkan ide-idenya, bukan karena agamanya maupun warna kulitnya11.

Meskipun Carson merupakan kandidat yang selalu membangga-banggakan konstitusi Amerika Serikat, namun pada kenyataanya, perkataan kontroversialnya justru tidak sesuai dengan konstitusi Amerika. Artikel VI Konstitusi Amerika mengatakan: “No religious Test shall ever be required as a Qualification to any Office or public Trust under the United States”. Selain itu, amandemen pertama konstitusi dimulai dengan larangan kongres membuat hukum yang mencakup masalah keberadaan sebuah agama12. Dengan dasar konstitusi ini, perkataan Carson tidak lagi dapat dikaitkan dengan cocok atau tidaknya sebuah agama dengan konstitusi Amerika. Carson jelas memiliki masalah tersendiri dalam melihat kaum muslim di negaranya. Apabila Carson terpilih menjadi presiden, sangat memungkinkan dia akan menyebarkan Islamophobia di Amerika Serikat dan membatasi semua pergerakan kaum Muslim di Amerika.

3.3 Pandangan masyarakat AS terhadap kedua kasus tersebut dan signifikasi kasus islamophobia mempengaruhi pola pikir masyarakat AS

Berbagai respon muncul atas kasus Ahmed Mohamed, seorang siswa yang membawa jam buatannya sendiri untuk dikumpulkan sebagai tugas sekolah, yang kemudian disangka

10The Guardian, Ben Carson says no Muslim should ever become US president (daring), 20 September 2015,

<http://www.theguardian.com/us-news/2015/sep/20/ben-carson-no-muslim-us-president-trump-obama>, diakses pada 24 Oktober 2015.

11New York Post, Ben Carson: American’s President Cannot Be A Muslim (daring), 20 September 2015,

<http://nypost.com/2015/09/20/ben-carson-a-us-president-cannot-be-muslim/>, diakses ada 24 Oktober 2015.

(11)

bom oleh gurunya dan membuatnya ditahan beberapa jam di kepolisian Irving, Texas. Bukan hanya itu, Ahmed juga mendapat hukuman discourse selama tiga hari sejak kejadian itu. Gerakan #IstandWithAhmed langsung terbentuk di twitter sebagai tanggapan atas kejadian ini. Salah satu pengguna twitter yang menginisiasi #IstandWithAhmed adalah akun @anildash13. Setelah menulis dan mengunggah beberapa informasi tentang Ahmed dan jam buatannya, termasuk foto Ahmed memakai kaos NASA dengan kedua tangan diborgol, ribuan reply dari pengguna akun twitter lainya bermunculan. Sebagian komentar menunjukkan dukungan untuk Ahmed dan keluarganya, sementara sebagian lainnya merespon dengan negatif. Contohnya akun @jonygitar. Tweet yang lebih lengkap dapat dilihat di link yang tercantum di footnote.

Dukungan lain datang dari Keith Ellison, satu dari dua anggota Kongres yang beragama Islam. Ellison membawa jam buatan Ahmed seharian ketika bekerja dan termasuk ketika sedang berpidato mengenai perubahan iklim di konferensi Congressional Black Caucus. Seperti dikutip dari Huffington Post,14

"Discriminatory profiling doesn’t have a place in our country. Ahmed is working

13https://twitter.com/anildash/status/644020453724585984/photo/1, diakses 30 Oktober 2015.

14 M. McLaughlin,’Keith Ellison, First Muslim Congressman, Carries Clock in Solidarity with Ahmed.’, HUFFPOST

(12)

hard and being creative. It’s a shame that a boy is faced with such injustice in America," Ellison said in a statement to The Huffington Post. "I’m proud to stand with him and carry a clock around with me today."

Ahmed menjadi terkenal setelah namanya muncul di media sosial atas tuduhan guru sekolah menengahnya bahwa jam yang dibawanya adalah bom dan melaporkan Ahmed ke kepolisian setempat. Kehidupan muslim di kota tempat tinggalnya, Irving, Texas memang seringkali terancam. Bulan Maret lalu, Mayor Beth Van Duyne menuduh masjid lokal sedang mencoba menerapkan hukum syariah. Sedangkan imam masjid tersebut, mengatakan bahwa ia dan komunitas muslim lokal hanya sedang berupaya mendamaikan perselisihan kecil di antara jemaahnya. Mayor Van Duyne juga bahkan menunjukkan dukungannya kepada guru sekolah Ahmed dan kepolisian Irving atas penangkapan Ahmed. Keluarga Ahmed yang merupakan imigran dari Sudan, ternyata berbeda sikap dalam menanggapi hal ini. Orangtuanya menyatakan bahwa perlakuan yang mereka terima selama ini di Irving baik-baik saja, sedangkan kakak perempuan Ahmed mengatakan bahwa sebagai seorang muslim, ia masih sering menghadapi kecurigaan dan penghinaan dari orang-orang non-Muslim di sekitarnya, misalnya ketika ia dipaksa oleh atasannya untuk melepas hijab dan diancam akan dipecat jika tidak mau melakukannya.15

Kasus yang menyangkut Islamophobia selanjutnya, baru saja terjadi, adalah pernyataan salah satu kandidat Presiden AS 2016, -yang juga seorang pensiunan dokter bedah saraf,- Ben Carson, Republican, yang mengatakan bahwa ia tidak akan mendukung atau membiarkan begitu saja jika ada seorang Muslim mencalonkan diri untuk menjadi Presiden AS. Tentu saja hal ini memicu bermacam-macam respon dari berbagai kalangan masyarakat AS. Respon pertama datang dari Hillary Clinton, lawan politiknya dari Partai Demokrat.Menanggapi statement Carson, Clinton membuat satu tweet, “Can a Muslim be President of the United States of America? In a word: Yes. Now let's move on. –H”. Begitu juga Senator Lindsey Graham yang mengatakan bahwa dengan mengatakan kalimat itu, Carson menunjukkan dirinya belum siap memimpin Amerika. Karena Amerika bukan sebuah negara yang diatur oleh penganut agama tertentu, melainkan

15 M. Teague, ‘Ahmed Mohamed is tired, excited to meet Obama, -and wants his clock back.’, theguardian (online), 18

(13)

sebuah ide.” Senator Bernie Sanders juga menambahkan bahwa tidak seharusnya siapapun menilai calon kandidat Presiden AS dari agama, warna kulit, ras, dan sebagainya, melainkan dari idenya, cara berpikirnya.16

Respon mengejutkan datang dari Yusuf, seorang anak berusia 12 tahun yang mengunggah video sebagai tanggapan atas pernyataan Ben Carson. Dalam video yang berdurasi 2 menit 20 detik itu, Yusuf menjelaskan berbagai isu, mulai dari Iran dan kebijakan politik AS yang berkaitan, hingga program Michelle Obama tentang makan siang di sekolah yang menunya dibuat lebih sehat. Yusuf juga mengatakan bahwa kalimat yang diucapkan oleh Ben Carson tidak pantas untuk keluar dari seorang politisi. Yusuf sudah bercita-cita menjadi Presiden AS sejak umurnya 3 tahun. Dan dengan adanya pernyataan Ben Carson, sebagai seorang Muslim, ia merasa cita-citanya dibunuh. Meski begitu, Yusuf tetap optimis akan cita-cita tersebut. Ia bahkan menutup speech-nya dengan kalimat “My name is Yusuf Dayur. And guess what? I don’t care what you say because I’ll become president.”17

Perdebatan juga terjadi di antara akademisi dan penulis serta politisi lainnya, karena pernyataan Ben Carson yang menganggap bahwa Islam tidak sesuai dengan Konstitusi AS, justru dianggap salah kaprah oleh sebagian orang lainnya. Dalam Konstitusi, jelas disebutkan bahwa negara tidak mengijinkan adanya “national beliefs” yang artinya setiap warga negara berhak memilih atau tidak memilih keyakinan, dan Amerika tidak akan menjadi negara dengan keyakinan tunggal. Kemudian, Konstitusi juga secara eksplisit telah menerangkan bahwa setiap orang yang mengajukan diri untuk masuk ke dalam pemerintahan AS, atau institusi apapun yang ada di AS, tidak boleh dinilai berdasarkan keyakinan maupun ras dan warna kulitnya. Dalam komentarnya terhadap kalimat pertamanya sendiri, Ben Carson menyatakan bahwa Muslim yang dia maksudkan adalah yang “fanatik atau radikal”. Sedangkan menurutnya, ia akan membuka jalan bagi Muslim yang bersedia menjunjung nilai-nilai Konstitusi AS di atas nilai-nilai Islam dan bersedia meninggalkan hukum syariah. Pernyataan tersebut sebenarnya cukup ganjil, coba kita pikirkan sejenak, penganut agama apapun, jika ia taat, maka ia tidak

16A. Alman, ‘Hillary Clinton Shuts Down Ben Carson Comments On Muslim President Eligibility’, HUFFINGTON

POLITICS (online), 21 September 2015, < http://www.huffingtonpost.com/entry/hillary-clinton-ben-carson-muslim-president_56002c4ae4b08820d9196626>, diakses 31 Oktober 2015.

17M. Ibrahim, ‘Never a Muslim President? Minessota Boy, 12, tells Ben Carson He’s Wrong’, MPRnews (online), 23

(14)

akan meletakkan apapun di atas keyakinannya sendiri. Apa yang diucapkan Ben Carson terdengar tidak masuk akal. Lagipula, berkebalikan dengan pendapatnya sendiri, Konstitusi justru tidak mempersoalkan keyakinan dalam pencalonan kandidat institusi apapun.18

Dari banyaknya respon terhadap kasus Ahmed dan Carson, dapat dilihat bahwa masyarakat Amerika terbagi menjadi dua kelompok besar. Satu kelompok yang masih terbayang-bayang oleh kejadian 9/11 sehingga masih tetap menganggap bahwa apapun atau siapapun yang berkaitan dengan Islam adalah “musuh”,”berbahaya’, “ekstrem”, dan sebagainya. Kelompok ini adalah orang-orang yang mendukung penangkapan Ahmed, just in case he really is a terrorist and the clock he built is really a bomb. Selain itu, kelompok ini juga barangkali sependapat dengan Carson (meskipun hanya sedikit respon positif atas pernyataan Carson). Kelompok kedua, yang terdiri dari sebagian besar warga Muslim di negara-negara bagian di seluruh Amerika, pelajar dan mahasiswa, politisi, dan akademisi serta kalangan terpelajar, akan lebih mudah membuka mata atas kedua kejadian tersebut dan mempelajari sendiri pelajaran apa yang dapat diambil dari kedua kasus tersebut, serta bagaimana kemudian menyikapi warga Muslim di Amerika. Salah satu opini datanng dari Douglas Murray. Ia menulis di blognya, bahwa kasus-kasus Islamophobia semacam itu sebenarnya justru akan membantu orang-orang dalam memahami Islamophobia sendiri, tanpa harus “dibimbing” oleh politisi untuk berpikir. Dalam beberapa survey pemilih untuk pemilu 2016, terlihat bahwa angka pemilihan untuk Capres yang beragama Islam cukup tinggi. Jadi, kasus Islamophobia tersebut sebenarnya justru menguatkan dukungan atas kehidupan Muslim di Amerika Serikat, terlepas dari sikap sebagian politisi dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.

3.4 Islamophobia dan Politik AS

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kasus Park51 menyeruak di lingkungan sosial, maka penting untuk mengajukan pertanyaan apakah sekarang ini Amerika Serikat masih mengalami islamophobia? Dan apakah pemerintah sudah melakukan usaha-usaha untuk setidaknya mengurangi sentimen terhadap kaum Muslim? Todd Green memberikan beberapa indikator untuk menganalisis seberapa tinggi angka

18C. Farias, ‘Ben Carson Is Dead Wrong About Muslim President And The Constitution: The Founders said no to a

(15)

sentimen tersebut19. Pertama, data FBI Reports menyebutkan bahwa angka kebencian terhadap umat Muslim lima kali lebih tinggi dibandingkan setelah kejadian 9/11. Kedua, organisasi Pew Center's Forum on Religion and Public Life menyebutkan bahwa konflik yang terjadi karena pembangunan masjid meningkat sejak peristiwa Park51. Ketiga, prinsip pengawasan dan profiling FBI yang terlalu berlebihan menunjukkan ketidakselektifan dalam hal mengungkap jaringan terorisme. Kasus tertangkapnya tiga pria dari Brooklyn yang diduga terkait dalam jaringan ISIS akhirnya tidak ditemukan bukti kuat yang mendukung kecurigaan FBI. Keempat, mengenai politik yang dilancarkan beberapa calon presiden cenderung memojokkan kaum Muslim. Dalam salah satu debat Grand Old Party(GOP),Newt Gingrich bahkan membandingkan kaum Muslim dengan NAZI. Menurut Gingrich, kaum Muslim berusaha menginfiltrasi wilayah Amerika Serikat untuk menerapkan hukum syariah dan menganggapnya sebagai sebuah ancaman mematikan terhadap prinsip kebebasan Amerika Serikat. Pendapat ini juga didukung oleh Ted Cruz yang menyebutkan bahwa hukum syariah membawa Amerika Serikat ke persoalan yang lebih besar. Gerakan untuk menentang hukum syariah ini bahkan sudah meluas ke beberapa negara bagian. David Yerushalmi adalah orang yang menginisiasi gerakan ini pada tahun 2010 di Oklahoma. Setidaknya, telah ada delapan negara bagian yang mengumumkan larangan hukum syariah. Kekhawatiran anti-Muslim ini kami anggap sebagai sesuatu yang terlewat batas karena tidak ada bentuk nyata bahwa nantinya hukum syariah akan menggantikan Konstitusi Amerika Serikat. Terlebih lagi, populasi kaum Muslim yang hanya 1% dari jumlah penduduk tidak memiliki cukup kekuatan untuk menggeser hukum bahkan ideologi Amerika Serikat yang sekarang berlaku. Kelima, provokasi melalui beberapa event seperti "Draw Muhammad" untuk menarik perhatian media terus dilakukan. Melalui dalih kebebasan berekspresi, mereka justru memantik emosi kaum Muslim. Tindakan serupa juga terjadi di industri perfilman Hollywood. Film seperti Argo, Zero Dark Thirty, dan American Sniper diduga telah menyebarkan islamophobia secara viral.Berdasarkan lima indikator di atas, terbukti bahwa islamophobia masih ada di Amerika Serikat. Namun sayangnya, negara sebagai pemegang otoritas tertinggi belum mampu mengambil langkah efektif untuk mengurangi sentimen terhadap kaum Muslim.

19Green, Todd. Is America Becoming More Islamophobic?. 26 Juni 2015.

(16)

Merujuk pada kasus Ahmed Muhammed dan pidato Ben Carson, terlihat begitu jelas sentimen terhadap umat Muslim yang ada di Amerika Serikat.Islamophobia atau ketakutan tak mendasar atas kaum Muslim memang diakui melanda Amerika Serikat. Hal ini dapat kita lihat dari data yang dirilis Council on American-Islamic Relations mengenai pihak-pihak mana saja yang menyebarkan kampanye islamophobia. Pihak tersebut antara lain Abstraction Fund yang pada tahun 2012 menghibahkan dana sebesar USD 1.982.930 kepada kelompok yang konsisten mempromosikan islamophobia di Amerika Serikat20.American Public Policy Alliance (APPA) juga merupakan pihak yang secara agresif menuntut diberlakukannya undang-undang anti-Islam. Meskipun gerakan untuk menyerukan islamophobia terlihat begitu jelas, pemerintah Amerika Serikat tidak melakukan langkah konkrit untuk menghentikannya.

Ahmed Muhammed yang ayahnya berasal dari Sudan harus merasakan ketakutan masyarakat terhadap dirinya hanya karena namanya ada kata Mohammed-nya. Hal ini dipertegas dengan komentar dari Dewan Hubungan Amerika-Islam, Alia Salem, yang menganggap bahwa ketakutan ayah Ahmed mungkin tepat dan menganggap kasus Ahmed tidak akan dipertanyakan bila namanya tidak mengandung unsur Islam21. Melihat kasus Ahmed ini, Gedung Putih menunjukkan perhatiannya khususnya terhadap kaum-kaum minoritas seperti Islam. Bahkan dalam satu kesempatan, Obama mengundang Ahmed untuk bertemu dengannya.

Sedangkan dalam kasus Ben Carson, Gedung Putih pada hari Senin (21/09/2015) menegur keras kandidat Partai Republik tersebut perihal komentar kontroversial tentang Muslim yang memicu reaksi luas di kalangan masyarakat. Kekecewaan pemerintah Amerika Serikat yang berada di bawah kekuasaan Partai Demokrat juga diperparah oleh sikap Partai Republik yang tidak memberi sanksi nyata atas pernyataan Carson.Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan bahwa pendapat yang disampaikan Carson tidak sesuai dengan nilai-nilai mayoritas warga Amerika Serikat dan tidak relevan dengan isi konstitusi yang menjamin kebebasan beragama. Padahal, Amandemen Pertama Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama sementara Pasal VI menyatakan "tidak akan pernah diperlukan tes agama sebagai kualifikasi untuk setiap kantor atau wakil

20CAIR. Islamophobic Organizations. 16 Juli 2015. http://www.islamophobia.org/islamophobic-organizations.html

(diakses Oktober 27, 2015).

21Salem, Alia. Ahmed Mohamed dan Islamophobia di Amerika Serikat. 17 September 2015.

(17)

rakyat di Amerika Serikat"22.Bagaimanapun, Gedung Putih menganggap isu tersebut sebagai isu yang sensitif dan apabila tersebar lebih jauh lagi akan merusak citra pemerintahan Obama.

Tindakan pemerintah Amerika Serikat untuk tidak mencampuri lebih jauh urusan kepercayaan atau setidaknya mengeluarkan undang-undang yang secara efektif mengurangi sentimen kaum Muslim bisa dipahami melalui Konstitusi itu sendiri. Amerika Serikat sebagai negara liberal memiliki prinsip bahwa kebebasan warga negaranya harus dijunjung tinggi.Namun, pada prakteknya kebebasan tersebut tidak dilakukan secara bertanggung jawab bahkan mengorbankan pihak lain. Hal inilah yang menyebabkan isu islamophobia tidak terlalu membawa pengaruh ke level decision-makers.Amandemen Pertama Konstitusi menyebutkan, “congress shall make no law respecting an establishment of religion”, yang dipersepsikan Thomas Jefferson sebagai upaya pemisahan antara agama dengan negara. Negara tidak boleh berpihak atau mendukung kepada salah satu kaum pemeluk agama tertentu. Amerika Serikat menganggap hal ini sebagai langkah untuk memberi toleransi antar umat beragama. Selama praktik agama tidak mengganggu hak orang lain, hal itu masih bisa diterima. Tetapi akan lain halnya apabila sikap toleransi ini disalahpahami sebagai sikap yang tidak memberi akomodasi apapun demi kepentingan umat beragama. Posisi Amerika Serikat ini bisa dikatakan penuh resiko. Alienasi kaum Muslim pada akhirnya hanya akan merugikan usaha Amerika Serikat untuk memberantas gerakan-gerakan radikal. Jika Amerika Serikat tidak melakukan aksi nyatanya untuk mengurangi islamophobia, maka prinsip fundamental mengenai kebebasan beragama yang sejak awal berdirinya negara terus menerus digaungkan hanya akan menjadi sesuatu yang normatif.

BAB 4: Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Amerika Serikat masih memiliki sentimen negatif yang kuat terhadap kaum muslim di Amerika Serikat, hal itu dibuktikan dengan kasus Ahmed Muhammed yang dituduh membawa bom saat ke sekolah. Selain itu, salah satu kandidat calon presiden AS 2016, Ben Carson dalam pidatonya mengungkapkan bahwa seorang muslim tidak bisa menjadi presiden negara adidaya tersebut telah

22Bardes, Barbara, Mack Shelley, dan Steffen Schmidt. American Government and Politics Today. Boston: Wadsworth

(18)

menimbulkan kontroversi, terlebih lagi Amerika Serikat sebagai negara liberal tidak menggunakan agama sebagai persyaratan ataupun parameter seseorang untuk menjadi presiden. Hal itu dikarenakan islamophobia yang semakin menguat di Amerika Serikat sejak peristiwa 9/11. Orang-orang yang memeluk agama islam di Amerika dipandang dan disamaratakan dengan para terorisme, hal ini merupakan dampak dari kampanye war on terrorism yang dicetuskan oleh George W Bush. Meskipun masyarakat mempunyai banyak prasangka negatif tentang islam, islamophobia ini tidak memengaruhi ke level decision making yang dibuat oleh pemerintah. Namun begitu, sudah tugas pemerintah untuk mengurangi islamophobia karena hal itu dapat meretakkan nasionalisme di negara itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Duncan, Russell, dan Joseph Goddard. Contemporary America. New York: Palgrave Macmillan, 2003.

Jung, Jong Hyun. “Islamophobia? Religion with Muslims, and the Respect for Islam.”

Religious Research Association, Inc., 2012: 122-124.

Kumar, Deepa. Islamophobia and the Politics of Empire. Chicago: Haymarket Books, 2012.

Miroff, Bruce, Raymond Seidelman, Todd Swanstrom, dan Tom De Luca. The Democratic Debate: American Politics in An Age of Change. Wadsworth: Wadsworth Cengage Learning, 2010.

Salaita, Steven George. “Beyond Orientalism and Islamophobia: 9/11, Anti-Arab Racism, and the Mythos of National Pride.” Project Muse, 2006: 264.

(19)

Metcalf, Barbara Daly. Making Muslim Space in North America and Europe. California: University of California Press, 1996.

Bardes, Barbara, Mack Shelley, dan Steffen Schmidt. American Government and Politics Today. Boston: Wadsworth Political Science, 2012, hal.115

Sumber Jurnal

GhaneaBassiri, Kambiz. “The Journal of Religion.” Chicago Journals, 2001: 339.

Sirin, Selcuk R. "Exploring dual identification among Muslim-American emerging adults: A mixed methods study." Journal of Adolescence, April 2008: 259–279.

Sumber Online

CNN, Muslim teen Ahmed Mohamed creates clock, shows teachers, gets arrested

(daring), 16 September 2015, < http://edition.cnn.com/2015/09/16/us/texas-student-ahmed-muslim-clock-bomb/>, diakses pada 24 Oktober 2015.

DallasNews, Ahmed Mohamed swept up, 'hoax bomb' charges swept away as Irving teen's story floods social media (daring), 15 September 2015, <

http://www.dallasnews.com/news/community-news/northwest-dallas- county/headlines/20150915-irving-ninth-grader-arrested-after-taking-homemade-clock-to-school.ece>, diakses pada 24 Oktober 2015.

CNN, Ben Carson: U.S. shouldn't elect a Muslim president (daring), 21 September 2015, <http://edition.cnn.com/2015/09/20/politics/ben-carson-muslim-president-2016/>, diakses pada 24 Oktober 2015.

The Guardian, Ben Carson says no Muslim should ever become US president (daring), 20 September 2015, < http://www.theguardian.com/us-news/2015/sep/20/ben-carson-no-muslim-us-president-trump-obama>, diakses pada 24 Oktober 2015.

New York Post, Ben Carson: American’s President Cannot Be A Muslim (daring), 20 September 2015, < http://nypost.com/2015/09/20/ben-carson-a-us-president-cannot-be-muslim/>, diakses ada 24 Oktober 2015.

The Guardian, Ibid.

(20)

M. McLaughlin,’Keith Ellison, First Muslim Congressman, Carries Clock in Solidarity with Ahmed.’, HUFFPOST POLITICS (online), 16 September 2015, <

http://www.huffingtonpost.com/entry/keith-ellison-carries-clock-ahmed-mohamed_55f9e9a4e4b00310edf5ae14>, diakses tanggal 30 Oktober 2015. M. Teague, ‘Ahmed Mohamed is tired, excited to meet Obama, -and wants his clock

back.’, theguardian (online), 18 September 2015,

< http://www.theguardian.com/us-news/2015/sep/17/ahmed-mohamed-is-tired-excited-to-meet-obama-and-wants-his-clock-back>, diakses tanggal 30 Oktober 2015.

A. Alman, ‘Hillary Clinton Shuts Down Ben Carson Comments On Muslim President Eligibility’, HUFFINGTON POLITICS (online), 21 September 2015, <

http://www.huffingtonpost.com/entry/hillary-clinton-ben-carson-muslim-president_56002c4ae4b08820d9196626>, diakses 31 Oktober 2015.

M. Ibrahim, ‘Never a Muslim President? Minessota Boy, 12, tells Ben Carson He’s

Wrong’, MPRnews (online), 23 September 2015,

<http://www.mprnews.org/story/2015/09/23/video-response-muslim-president>, diakses 30 Oktober 2015.

C. Farias, ‘Ben Carson Is Dead Wrong About Muslim President And The Constitution: The Founders said no to a national faith and no to religious tests for public office.’, HUFFPOST POLITICS (online), 27 September 2015, <

http://www.huffingtonpost.com/entry/ben-carson-constitution-muslims_560032c2e4b0fde8b0cf0ee0>, diakses 30 Oktober 2015.

Green, Todd. Is America Becoming More Islamophobic?. 26 Juni 2015. http://www.huffingtonpost.com/todd-green-phd/is-america-becoming-more-_b_7658942.html (diakses Oktober 26, 2015).

CAIR. Islamophobic Organizations. 16 Juli 2015.

http://www.islamophobia.org/islamophobic-organizations.html (diakses Oktober 27, 2015).

Salem, Alia. Ahmed Mohamed dan Islamophobia di Amerika Serikat. 17 September 2015.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai

Pada penelitian ini, telah dirancang sebuah kamus kompetensi untuk direktorat akademik berdasarkan kelompok pekerjaan di direktorat akademik yaitu administrasi dan

2017 SAKTI yang diselenggarakan oleh FKTI Universitas Mulawarman ini dengan harapan semoga memberikan pencerahan bagi kita khususnya yang selalu telibat dalam penelitian,

Setelah dilakukan pengujian pada penelitian “Rancang Bangun Sistem Monitoring Tegangan, Arus Dan Temperatur Pada Sistem Pencatu Daya Listrik Di Teknik Elektro Berbasis

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai minat melanjutkan studi perguruan tinggi dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Dari penelitian yang saya lakukan pada penggunaan kontrasepsi pil kadar pHnya lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi hormonal suntik dan implan hal ini diakibatkan

Addon NRPE ini dirancang untuk memungkinkan Anda untuk mengeksekusi plugin nagios pada remote Linux / Unix mesin.. Alasan utamanya adalah mengijinkan Nagios untuk memonitor sumber

Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara Keterlambatan dan