• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian yuridis penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh pt dan liris di Kabupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian yuridis penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh pt dan liris di Kabupaten Sukoharjo"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN

DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Peti Tunjungsari

NIM.E0009260

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN

DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh

Peti Tunjungsari

E.0009260

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh

Peti Tunjungsari

E.0009260

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada:

Hari : Kamis

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Peti Tunjungsari

Nim : E.0009260

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi)

berjudul: Kajian Yuridis Penaatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo adalah benar-benar karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pusataka. Apabila dikemudian

hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar

yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Februari 2013

Yang membuat pernyataan

Peti Tunjungsari

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo telah menaati upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari dua peristiwa konkrit atau fakta hukum yaitu mengenai upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dan penaatan upaya pengelolaan dan pemantaun lingkungan seperti yang telah direncanakan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, menemukan hukum in concerto mengenai ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Lokasi penelitian di perpustakaan yang ada di Universitas Sebelas Maret, Cyber Media, PT Dan Liris, dan Badan lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen, dan arsip yang tersedia di lokasi penelitian serta pengumpulan data melalui Cyber Media. Kemudian data tersebut dimintakan konfirmasi melalui wawancara dengan Kepala Bagian Utility maupun staff teknis Bagian Utility PT Dan Liris dan pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Analisis data dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa konkrit (dalam permasalahan penelitian nomor 1 dan 2) untuk dijadikan peristiwa hukum (jawaban permasalahan nomor 1 dan 2).

Berdasarkan pembahasan dihasilkan 2 kesimpulan yaitu pertama mengenai Wujud Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris. Kedua, ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

Kata kunci: Upaya Pengelolaan Lingkungan, Upaya Pemantauan Lingkungan, Penaatan.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This study aimed to determine the Obeying of Enviromental Management and Enviromental Monitoring (In Bahasa known as UKL-UPL) of PT Dan Liris which located in Sukoharjo Regency. There is two legal fact to describe the main problem, the first are how is the Enviromental Management and monitoring of PT Dan Liris has done. And the second is the obeying of PT Dan Liris Enviromental Management and Enviromental Monitoring.

This research is a descriptive normative similiar, I found in the law regarding obedience concerto PT Dan Liris in Environmental Management and Monitoring Efforts. Locations of existing research in the library at the Sebelas Maret University, Cyber Media, PT Dan Liris, and Environment Agency of Sukoharjo. The type of data I used primary and secondary data. Data collection techniques used were through the study of literature such us books, documents and archives and also the sites and collecting data through Cyber Media. Then the data is requested confirmation through interviews with the head of the technical staff of Utility PT Dan Liris and the head of the sub-structure of Environment Agency of Sukoharjo regency. Data analysis was carried out with a concrete interpretation of an event (in the research problem number 1 and 2) to serve as legal events (answers the problem number 1 and 2).

Based on the discussion generated two conclusions: first on Form Environmental Management and Monitoring Efforts PT Dan Liris. Secondly, obedience PT Dan Liris in Environmental Management and Monitoring Efforts.

(7)

commit to user

vii MOTTO

“The mind is like water. When it is agitated, it becomes difficult to see. But if you allow it to settle, the answer becomes clear” (master Oogway dalam film

“Kungfu Panda”)

“Sayangilah siapa yang engkau sayangi, sesungguhnya engkau akan berpisah

dengannya! Hiduplah sebagaimana engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan

mati! Berbuatlah apa yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan dibalas

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibunda tercinta yang telah membesarkan jiwa dikala sempii

dengan kasih sayang tulus yang tidak tertandingi, memberikan dukungan

moril, materiel, dan doa yang tidak ternilai demi kebahagian

anak-anaknya.

2. Kakak-kakaku, Mas Bagus, Mas Alip, Mas Uchin dan adiku tersayang,

Halimah, yang selalu memberikan dukungan, selalu sedia membantu

ketika dalam kesulitan, teman berbagi dalam suka dan duka.

3. Seseorang yang begitu beharga dalam hidup saya, yang selalu membuat

saya bersemangat untuk terus maju dan pantang menyerah.

4. Sahabat saya selama kuliah, Rahmani Eka Putri dan Vina Arkedina,

sahabat saya sedari SMP, Lia Ayu merdekawati, Lupita Ayu Laksmi, dan

Fajar Asmawati yang setia menemani, berbagi dan saling memberikan

dukungan.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis

berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Yuridis Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo”.

Meningkatnya pemahaman mengenai pembangunan berkelanjutan yang

ramah lingkungan ikut berdampak pada regulasi sektor industri, terutama dalam

bidang lingkungan. Pembangunan industi harus terlebih dahulu dilengkapi dengan

dokumen izin lingkungan sebelum sampai pada izin usaha. Dalam

pelaksanaannya, tidak jarang izin usaha yang telah didapatkan tidak diimbangi

dengan pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah ada. Di era sekarang,

ketaatan perusahaan terhadap pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah

dimiliki menjadi penting dikarenakan desakan pangsa pasar yang menghendaki

suatu produk dari perusahaan yang ramah lingkungan. PT Dan Liris sebagai

perusahaan tekstil terpadu dengan pangsa ekspor adalah salah satu perusahaan

yang dapat dijadikan contoh penaatan dokumen lingkungan mengingat perolehan

peringkat biru dalam program PROPER.

Penulis mengakui bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum

(skripsi) ini tidak terlepas begitu saja dari bantuan serta dukungan baik meteriil

maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah

memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan penulisan hukum ini,

yaitu kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H.,M.Si selaku Ketua Bagian Hukum

Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi atas ketulusan

(10)

commit to user

x

3. Bapak Mulyanto, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang

telah membimbing, memberikan dorongan dan masukan bagi peningkatan

Prestasi Akademik saya selama kuliah di Fakultas Hukum UNS.

4. Bapak Ag. Eddy S Koentjoro Selaku Kepala Bagian Utility PT Dan Liris

yang memberikan kesempatan kepada saya dalam melakukan penelitian

di PT Dan Liris, memberikan akses atas dokumen-dokumen lingkungan

milik perusahaan, juga atas kesediaan beliau dalam konfirmasi /

wawancara dalam tahapan penelitian.

5. Bapak Sarwono selaku staff teknis/ petugas lapangan Bagian Utility PT

Dan Liris.

6. Bapak Purwanto Adi Nugroho,S.TP selaku kepala Bidang I: Bidang

Kajian Hukum Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Sukoharjo.

7. Bapak Ir. Hartoyo selaku Bidang III: Bidang Pencemaran Air

Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan B3 Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.

8. Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam

penyusunan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan

di masa mendatang.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Februari 2013

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah. ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Objektif. ... 5

2. Tujuan Subjektif. ... 5

D. Manfaat Penelitian. ... 6

1. Manfaat Teoritis. ... ` 6

2. Manfaat Praktis. ... 6

E. Metodologi Penelitian. ... 7

1. Jenis Penelitian. ... 7

2. Sifat Penelitian. ... 8

3. Pendekatan Penelitian. ... 8

4. Jenis dan Sumber Data. ... 8

5. Teknik pengumpulan bahan hukum ... 10

6. Teknik Analisis Bahan Hukum ... 11

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

(12)

commit to user

xii

1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup ... 13

i. Pengertian Lingkungan Hidup. ... 13

ii. Kualitas Lingkungan Hidup. ... 15

iii. Baku Mutu Lingkungan Hidup ... 15

iv. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup ... 17

2. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Lingkungan. ... 18

i. Pengertian Pengelolaan lingkungan. ... 18

ii. Asas-Asas dalam Pengelolaan Lingkungan. ... 19

a) Asas yang digunakan dalam Pengelolaan Lingkungan. ... 20

b) Asas Pembatas dalam Pengelolaan Lingkungan ... 24

1. Hukum Minimum Liebig. ... 24

2. Hukum Toleransi Shelford. ... 24

iii. Tujuan dan Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan. ... 25

iv. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup. ... 26

3. Tinjauan Umum tentang Pemantauan Lingkungan. ... 27

i. Pengertian. ... 27

ii. Ciri Khas, Fungsi dan Manfaat Pemantauan Lingkungan (H Wirtjes IV. 2003: 1-2). ... 29

iii. Jenis-jenis Pemantauan Lingkungan ... 30

4. Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan (PROPER). 34 i. Pengertian. ... 34

ii. Tujuan dan Sasaran PROPER. ... 35

iii. Kategorisasi Peringkat Penilaian. ... 36

iv. Manfaat PROPER. ... 37

B. Kerangka Pemikiran. ... 39

BAB III HASIL PENELITIAN ... 41

A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan PT Dan Liris terkait dengan Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo. ... 41

(13)

commit to user

xiii

a. Limbah kegiatan operasi. ... 43

1. Limbah Cair. ... 43

a) Limbah Cair Kegiatan Produksi. ... 43

b) Limbah Cair Domestik. ... 43

c) Oli Bekas. ... 43

2. Limbah Padat. ... 43

a) Limbah Padat. ... 44

b) Limbah Padat B3 ... 45

b. Polusi Udara dan Kebisingan. ... 46

c. Bahaya Kebakaran... 46

d. Dampak Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan. ... 46

2. Upaya Pengelolaan Lingkungan. ... 46

a. Pengelolaan Limbah. ... 47

1. Limbah Cair. ... 47

a) Limbah Cair Sisa Kegiatan Produksi. ... 47

b) Limbah Cair Domestik ... 48

c) Oli Bekas. ... 48

2. Limbah Padat. ... 48

a) Limbah Padat. ... 48

b) Limbah Padat B3. ... 48

i. Padatan Lumpur IPAL. ... 48

ii. Limbah Padat Abu Batubara. ... 49

iii. Aki Bekas. ... 49

b. Usaha Penghijauan Kawasan Pabrik. ... 50

c. Pemeliharaan Saluran Drainase. ... 50

d. Pengelolaan Kualitas Udara dan Kebisingan. ... 50

e. Pengelolaan Pencegahan Bahaya Kebakaran. ... 51

f. Pengelolaan Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Kesehatan. ... 51

1) Secara internal. ... 52

2) Secara eksternal. ... 52

(14)

commit to user

xiv

a. Pengelolaan Lingkungan Fisik-Kimia. ... 52

1) Kualitas Udara dan Kebisingan. ... 53

a) Tolak Ukur Kualitas Udara. ... 53

b) Tolak Ukur Tingkat Kebisingan. ... 53

2) Kualitas dan Kuantitas Air. ... 54

b. Bahaya Kebakaran. ... 54

c. Limbah Padat/ Timbunan Sampah. ... 55

d. Aspek Sosial, ekonomi dan Budaya. ... 55

e. Aspek Kesehatan. ... 56

B. Penaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris. ... 57

1. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Limbah Cair. ... 57

2. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Kualitas Udara. ... 62

3. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Limbah B3 ... 65

BAB IV PENUTUP ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

(16)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong pesatnya

perkembangan industri. Sektor industri sering mendapat piorotas utama karena

dianggap sebagai sektor peritins ekonomi. Hal ini tercermin dalam sumbangan

sektor industri dalam Produk Nasional Bruto (Gross National Product/ GNP)

yang semakin meningkat.

Disamping itu kegiatan pembangunan industri tidak membutuhkan lahan

yang luas dibandingkan dengan kegiatan pertanian tapi lebih banayak

menyediakan lapangan bagi penyerapan tenaga kerja, menyediakan barang-barang

konsumsi bagi kebutuhan masyarakat, mengolah hasil-hasil pertanian, kehutanan,

pertambangan dan peternakan serta lain-lainnya yang dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat (Perdana Ginting. 2010:1)

Didalam industrialisasi ini pastinya ada suatu pemanfaatan sumber daya

alam. Menurut R.M Gatot P.Soemarsono (1991:145) bahwa setiap pemanfaatan

sumber daya alam perlu meperhatikan patokan-patokan bahwa daya guna dan

hasil guna yang dikehendaki harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, tidak

mengurangi kemampuan dan kelestarian alam lain yang berkaitan dengan

ekosistem dan memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan dalam

pembangunan masa depan.

Sedangkan dari sisi sumber daya manusia, industrialisasi ini menimbulkan

suatu gerakan perpindahan manusia menuju pusat-pusat industri, dimana hal

tersebut lebih kita kenal dengan urbanisasi. Industrialisasi dan urbanisasi selain

membawa kemakmuran, disaat yang bersamaan juga berdampak pada banyaknya

masalah lingkungan yang ditimbulkan. (X. Wang. 2001:25).

Upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup akibat buangan limbah

industry adalah persoalan mendasar dalam aktivitas pembangunan. Salah satu

upaya untuk mencegahnya adalah dengan mengimplementasikan kebijakan

(17)

commit to user

industri. (Dewi Tuti Muryati, dkk, 2012: 1). Mengingat dampak negatif dari

kegiatan industri tersebut, kemudian dibutuhkan suatu regulasi dalam pengelolaan

lingkungan. Penerapan sistem pengelolaan lingkungan (Enviromental

Management System/ EMS) sebagai kerangka kerja untuk mengintegrasikan

kebijakan perusahaan dalam bidang perlindungan lingkungan, program, dan

praktik telah dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia baik

perusahaan domestik maupun multinasional (David Morrow & Dennis Rondinelli.

2002:159)

Politik hukum lingkungan Indonesia juga mengindikasikan bahwa

pemerintah bersungguh-sungguh dalam upaya pembangunan berwawasan

lingkungan. Hal ini sudah terlihat sejak zaman Orde Baru, dimana untuk pertama

kalinya dibentuk kementrian yang mengurusi urusan pembangunan dan

lingkungan yang diberi nama Kementrian Negara Pengawasan Pembangunan dan

Lingkungan Hidup (Men-PPLH). Prof Dr. Emil Salim diangkat sebagai Menteri

Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, dengan prioritas kerja

berupa peletakan daasar-dasar kebijaksanaan “membangun tanpa merusak”

(Marhaeni Ria Siombo. 2012: 47)

Kebijakan hukum lingkungan nasional era ini dalam upaya perlindungan

dan pengelolaan lingkungan antara lain dengan diundangkannya Undang-undang

nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dalam hal kegiatan industria kemudian dimunculkan berbagai peraturan

pelaksana seperti Peraturan Pemerintah Nomor Peraturan Pemerintah Nomor 13

tahun tentang Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun

2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha

Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup dan Berbagai Peraturan Perundang-undangan Tentang Standar

(18)

commit to user

Dalam hal penggalakan penaatan lingkungan oleh suatu perusahaan,

pemerintah kemudian membuat kebijakan Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan (PROPER) lewat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 127 tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan.

Kebijakan ini bertujuan untuk menggalakkan penaatan pengelolaan lingkungan

oleh perusahaan yang kegiatan usaha nya berdampak cukup penting terhadap

lingkungan.

Berdasarkan prinsip otonomi daerah, terdapat pendelegasian kewenangan

dari pusat kepada daerah. Pembagian kewenangan ini berdampak pada pembagian

urusan-urusan yang harus ditangani oleh pemerintah pusat dan daerah. Dasar

hukum pembagian kewenangan ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan

Pemerintah Daerah. Kategorisasi urusan terbagi dalam urusan absolut/ mutlak

pemerintah pusat dan urusan concruen (urusan bersama antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah). Urusan mutlak pemerintah pusat meliputi: pertanahan,

keamanan, yustisi, moneter, politik luar negeri, dan agama. Sedangkan urusan

concruen terbagi dalam dua hal yaitu urusan wajib dan urusan pilihan/ unggulan.

Bidang lingkungan hidup merupakan urusan wajib pemerintah pusat dan

pemerintah daerah secara bersama-sama. Sedangkan bidang industri masuk dalam

ketegorisasi urusan pilihan/ sector unggulan.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam hal pendelegasian urusan pilihan wajib

bersama yaitu dalam bidang lingkungan di daerah diperlukan suatu regulasi agar

lebih menjamin kepastian hukum. Kabupaten Sukoharjo telah memiliki Peraturan

Daerah tersendiri dalam bidang perlindungan lingkungan, yaitu Peraturan Daerah

Kabupaten Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan.

Meskipun sayangnya, Peraturan Daerah ini masih berdasar Undang-undang

Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (undang-undang

Lingkungan Hidup yang lama).

Sektor industri memang menjadi andalan Sukoharjo dengan distribusi

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rp 663 milyar lebih

(19)

commit to user

unggulan, arahan kebijakan Kabupaten Sukoharjo lebih banyak pada sektor

industri.

Sektor kegiatan industri yang cukup besar di Sukoharjo adalah kegiatan

indusri tekstil. Industry tekstil di Kabupaten Sukoharjo mencakup Industri Tekstil

skala besar sampai dengan skala menengah. Salah satu dari Industri tekstil skala

besar di Kabupaten Sukoharjo adalah PT Dan Liris.

Dalam Hasil Penilaian PROPER 2011 yang dilaporkan oleh Sekretariat

PROPER Kementrian Lingkungan Hidup, PT Dan Liris memperoleh peringkat

PROPER Biru. Yang artinya adalah bahwa PT Dan Liris telah memenuhi

persyaratan minimum yang telah ditetapkan dalam hal pengendalian pencemaran

lingkungan. Dalam hal ini bahwa di tahun 2011, ketaatan PT Dan Liris terhadap

pemenuhan persyaratan minimum dalam upaya pengenalian pencemaran yang

diakibatkan oleh kegiatan usahanya cukup bagus. Upaya pengendalian ini anatara

lain adalah dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Bagaimana

ketaatan PT Dan Liris terhadap upaya pengelolaan dan pemanatauan lingkungan

khususnya di tahun ini dan tahun sebelumnya sehingga mendapat PROPER Biru

kemudian menajdi menarik untuk dikaji.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “KAJIAN YURIDIS PENAATAN

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN

LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO”

B. Rumusan Masalah.

Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk

membahas permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang

dilakukan PT Dan Liris terkait dengan dampak kegiatan usaha PT Dan

Liris di Kabupaten Sukoharjo?

2. Apakah PT Dan Liris Sukoharjo sudah melaksanakan/ menaati upaya

(20)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam

suatu penelitian. Tujuan penelitian memberikan kejelasan arah dalam

pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan,

yaitu tujuan ojekti dan tujuan subjektif. Tujuan objektif adalah tujuan

merupakan tujuan yang merupakan tujuan yang berasal dari penelitian itu

sendiri. Sedangkan tujuan sebjektif adalah tujuan yang berasal dari penulis.

Adapun tujuan objektif dan subjektif dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objektif.

Tujuan objektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum

yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan objektif dari

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang

dilakukan terhadap kegiatan usaha PT Dan Liris Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui mengenai ketaatan PT Dan Liris Sukoharjo dalam

upaya pengelolaan dan pemantauan yang telah direncanakan.

2. Tujuan Subjektif.

Tujuan subjektif merupakan tujuan penulis dilihat dari tujuan pribadi

penulis yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan subjektif

peneliti dalam penulisan hukum ini adalah:

a. untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di

bidang Hukum Administrasi Negara khususnya terkait dengan masalah

penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di

Kabupaten Sukoharjo.

b. Untuk menerapakn teori hukum, mengembangkan dan memperluas

wacana pemikiran serta pengetahuan yang didapat selama perkuliahan

guna menganalisis permasalahan-permasalahan yang muncul terkait

dengan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan

(21)

commit to user

c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna mempoleh gelar Sarjana

Hukum dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian.

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat

diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penulisan hukum

diharapkan dapat meberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu

hukum itu sendiri maupun dapa diterapkan dalam prakteknya. Penulis berharap

bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini sedikit banyak

bermanfaat baik bagi penulis sendiri pada khususnya maupun bagi para

pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu di bidang ilmu hukum

pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian yang sejenis pada tahap selanjutnya. Pentingnya hasil penelitian-penelitian

ini bagi peneliti-peneliti yang akan datang terutama berkaitan dengan

ketersediaan data awal, karakterstik dan analisis masalah berkaitan dengan

permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

2. Manfaat Praktis.

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

gagasan, serta membentuk pola pikir ilmiah serta menerapkan ilmu yang

telah diperoleh.

b. Memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan informasi kaitannya dengan pertimbangan yang

(22)

commit to user

c. Hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat meberikan masukan dan

sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak terkait mengenai penaatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten

Sukoharjo.

E. Metodologi Penelitian.

Metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting sebagai

proses suatu permasalahan yang diteliti. Penelitian merupakan suatu

kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang

dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis

berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah

berdasarkan suatu system. Sedangkan konsisten berarti tidak adanya

hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. (Soerjono Soekanto,

2010: 42).

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yag didasarkan

pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajarai dan mengkaji suatu gejala hukum tertentu dengan

menganalisisnya. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu tipe

pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.

Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan

penelitian dengan baik dan dapat dipertangung jawabkan adalah peneliti

harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan me todologi

penelitian disiplin ilmunya (Johny Ibrahim, 2006 : 26). Metode penelitian

yang akan penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian

hukum normative (doctrinal research). Penelitian hukum normative

adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

(23)

commit to user

sekunder (Johny Ibrahim, 2006:44). Bahan-bahan hukum tersebut

disusun secara sitematis, dikaji, dan dianalisis, kemudian ditarik

kesimpulan dalam hubungannya terkait dengan penaatan pengelolaan

dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten

Sukoharjo.

2. Sifat Penelitian.

Penelitian hukum yang disusun penulis bersifat perspektif.

Penelitian perspektif yaitu penelitian yang ditujukan untuk

mendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.

(Soerjono Soekanto, 2006: 11)

Dalam penelitian ini penulis akan memberikan argumentasi/

saran-saran berkaitan dengan masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

3. Pendekatan Penelitian.

Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan

beberapa pendekatan yaitu: pendekatan undang-undang (statute

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komaparatif (comparative

approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Johny

Ibrahim, 2006:300)

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan undang-undang (Statute Approach) yaitu dengan menelaah

semua regulasi yang bersangkut paut dengan masalah penaatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di

Kabupaten Sukoharjo, dihubungkan dengan pelaksanaan regulasi

tersebut oleh PT Dan Liris.

4. Jenis dan Sumber Data.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji bahan hukum

(24)

commit to user

a. bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

seperti norma dasar, peraturan dasar, peraturan

perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikans eperti hukum

adat, yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan

yang masih berlaku sampai sekarang.

b) bahan hukum sekunder, yaitu bahan hkum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.

c) bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

hukum sekunder, misalnya bahan hukum dari internet, kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. (Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji, 1985: 14).

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah:

a. bahan hukum primer

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah

Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun

2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 127

tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja

perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan.

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012

tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa

(25)

commit to user

6. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2000

tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak

Tingkat Provinsi Jawa Tengah

7. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 tahun 2001

tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah

8. Peraturan Daerah Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang

Perlindungan Lingkungan

b.bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini adalah buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan teks yang

mendukung penulisan hukum ini khususnya mengenai penaatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di

Kabupaten Sukoharjo.

c.bahan hukum tersier atau penunjang.

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

hukum sekunder, dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum

dari internet.

5. Teknik pengumpulan bahan hukum

Dalam penelitian hukum pada umumnya dikenal tiga jenis alat

pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,

pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Ketiga alat

tersebut digunakan masing-masing atau bersama-sama. (Soerjono

Soekanto, 2010:21). Didalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik pengumpulan data studi dokumen atau vahan pustaka dan

wawancara atau interview.

a. Studi Dokumen atau bahan pustaka.

Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data

yang dilakukan dengan mempergunakn “content analysis”

(26)

commit to user

mengumpulkan, membaca, dan mengkaji peraturan

perundang-undangan, dokumen resmi, buku, majalah, dan bahan pustaka

lainnya dalam bentuk tertulis.

b. Wawancara.

Wawancara merupakn suatu kegiatan pengumpulan data

degan cara mengadakan komunikasi secara langsung. Selain itu

wawancara dalam penelitian ini lebih difungsikan sebagai suatu

klarifikasi data kepada narasumber dan responden. Narasumber

dan responden dalam penelitian ini antara lain pejabat Dinas

Instansi terkait yag berwenang dan berkompeten tentang

permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

di Kabupaten Sukoharjo dan Kepala Bagian atau yang sejenis

sesuai dengan struktur organisasinya, yang menangani masalah

pengelolaan dan pemantauan lingkungan di PT Dan Liris.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

dengan metode silogisme dan interpretasi.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah untuk mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai isi penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum ini penulis buat

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah.

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Metode Penelitian

f. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(27)

commit to user

2. Kerangka Pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan terhadap

Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris.

B. Pelaksanaan/ Penaatan Rencana Pengelolaan Lingkungan PT Dan Liris.

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(28)

commit to user

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup

i. Pengertian Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

asasi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan

dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa, “Lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

“Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi

yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia

dan makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya”

(N.H.T Siahaan, 2004:4).

Pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli

antara lain sebagai berikut

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_lingkungan hidup

menurut_para_ahli/info951.html) :

a) Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto

Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi

yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi

kehidupan kita.

b) S.J. Mcnaughton dan Larry L. Wolf

Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang

(29)

commit to user

kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi

organisme.

c) Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, S.H.

Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi,

termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang

terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi

hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

d) Prof. Emil Salim

Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan

dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan

mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.

e) Sri Hayati

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalamnya

manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

f) Jonny Purba

Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat

berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara

berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan

bahwa lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting

bagi kehidupan manusia. “Manusia dan lingkungan hidup

memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Terlebih manusia

mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya

dari ketersediaan sumber-sumber yang diberikan oleh

lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber utama dan

terpenting bagi pemenuhan kebutuhan” (N.H.T. Siahaan,

2004:2-3).

Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia

(30)

commit to user

berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran

terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan

bahkan dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk

hidup.

ii. Kualitas Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup yang kompleks harus dilihat secara utuh

dan sitematik agar tampak semua komponen dan fungsi

masing-masing, karena semua komponen kehidupan itu saling

berinteraksi satu sama lain, saling mempengaruhi, dan saling

terkait (Marhaeni Ria Sihombo. 2012: 10).

Hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah

bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas mereka

makin meningkat begitu pula kualitas lingkungnnya. (Marhaeni

Ria Sihombo. 2012: 10)

Menentukan apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan

sangatlah bersifat relatif. Pendapat tiap orang berbeda. Namun

untuk menentukan mutu lingkungan tersebut erat kaitannya

dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Karea ketika

kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka kualitas hidupnya

menjadi lebih baik, dan hal ini juga berpengaruh pada sikap

dalam pengelolaan lingkungan hidup.

iii. Baku Mutu Lingkungan Hidup.

Definisi mengenai baku mutu lingkungan hidup dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa,

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar

makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus

ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya

dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan

hidup”.

Baku mutu lingkungan hidup merupakan salah satu

(31)

commit to user

lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup yang

dimaksud adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu

lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan adapun yang

dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan

langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,

dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada Bab V

Paragraf ke 3 (tiga) Pasal 20 mengenai Baku Mutu Lingkungan

Hidup dijelaskan bahwa dalam penentuan terjadinya

pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu

lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup antara lain

meliputi:

a) baku mutu air.

b) baku mutu air limbah.

c) baku mutu air laut.

d) baku mutu udara ambien.

e) baku mutu emisi.

f) baku mutu gangguan.

g) baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Disamping itu juga menyebutkan bahwa setiap orang

diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan

hidup dengan persyaratan:

a) memenuhi baku mutu lingkungan hidup.

b) mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau

(32)

commit to user

Baku mutu lingkungan hidup diperlukan untuk

menetapkan apakah sudah terjadi pencemaran lingkungan yang

artinya apabila suatu lingkungan hidup keadaannya telah berada

diatas batas ukuran atau kadar baku mutu lingkungan hidup

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka lingkungan hidup

tersebut telah mengalami pencemaran lingkungan hidup.

iv. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

Baku kerusakan lingkungan hidup diperlukan untuk

menentukan ada tidaknya kerusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh suatu tindakan perusakan lingkungan hidup.

Definisi kerusakan lingkungan hidup menurut Undang-undang

Nomor 32 tahun 2009 terdapat dalam Pasal 1 butir 17, yaitu

“perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat

fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui

kriteria baku kerusakan lingkungan”. Sedangkan untuk tindakan

perusakan dirumuskan dalam Pasal 1 butir 16 Undang-undang

Nomor 32 tahun 2009 sebagai “tindakan orang yang

menimbulkan perubahan langsung dan/atau tidak langsung

terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup

yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan”.

Penentuan rusak/ tidaknya lingkungan hidup didasarkan

atas kriteria baku mutu kerusakan lingkungan. Kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup menurut Pasal 1 butir 15

Undang-undangNomor 32 tahun 2009 adalah ukuran batas perubahan

fisik, kimia, dan/ atau hayati lingkungan hidup yang dapat

ditenggang oleh lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria

baku kerusakan lingkungan hidup.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup secara lebih

spesifik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kriteria baku

(33)

commit to user

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. Jenis kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup dalam undang-undang Nomor 32

tahun 2009 dibedakan atas criteria baku kerusakan ekosistem

dan kriteria baku akibat perubahan iklim.

Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:

a. kriteria bakukerusakan tanah untukproduksi biomassa;

b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;

c. kriteria bakukerusakan lingkungan hidup yang berkaitan

dengan kebakaran hutan dan/ataulahan;

d. kriteria bakukerusakan mangrove;

e. kriteria baku kerusakan padang lamun;

f. kriteria bakukerusakan gambut;

g. kriteria baku kerusakan karst;dan/atau

h. kriteria baku kerusakan ekosistemlainnya sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan

pada paramater antara lain:

a. kenaikan temperatur;

b. kenaikan muka air laut;

c. badai; dan/atau

d. kekeringan.

2. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Lingkungan.

i. Pengertian Pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai

usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki

mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi

dengan sebaik-baiknya (Otto Soemarwoto, 1997:76).

Di dalam peraturan perundang-undangan istilah

pengelolaan lingkungan tidak dapat dipisahkan dengan

(34)

commit to user

Undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan

lingkungan, bukan Undang-undang Pengelolaan

lingkungan.

Pengelolaan dan perlindungan dianggap sebagai suatu

kesatuan istilah baku yang memang harus dipergunakan

bersama-sama, meskipun dalam tatatanan kehidupan

sehari-hari kata “mengelola” dan “melindungi” mempunyai arti

yang berbeda. Rasa bahasa yang ditimbulkan dari

penggunaan kedua kata tersebut secara bersama-sama

adalah dua upaya berbeda yang dapat dilakukan sekaligus.

Oleh karenanya untuk kerangka teori yang dipergunakan

dalam pengelolaan lingkungan tidak dapat lepas dari upaya

perlindungan lingkungan.

Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

lingkungan hidup dijelaskan mengenai pengertian

perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Upaya sistematis dan terpadu dalam perlindungan

danpengelolaan lingkungan hidup ini mutlak dilakukan agar

supaya kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

dapat dijalankan dengan praktis dan efisien. Hal tersebut

dilakukan sebagai upaya preventif pencemaran dan/ atau

kerusakan lingkungan yang pasti ada dalam setiap kegiatan

manusia terutama dalam kegiatan industri.

(35)

commit to user

a) Asas yang digunakan dalam Pengelolaan

Lingkungan.

Didalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus berpedoman pada asas-asas

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas tanggung jawab Negara.

Yang dimaksud dengan “asas tanggung

jawab negara” adalah bahwa:

1.negara menjamin pemanfaatan sumber daya

alam akan memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan

mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini

maupun generasi masa depan.

2.negara menjamin hak warga negara atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat.

3.negara mencegah dilakukannya kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam yang

menimbulkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup

2. Asas Kelestarian dan Keberlanjutan.

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa

setiap orang memikul kewajiban dan

tanggung jawab terhadap generasi mendatang

dan terhadap sesamanya dalam satu generasi

dengan melakukan upaya pelestarian daya

dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas

(36)

commit to user

3. Asas Keserasian dan keseimbangan.

Yang dimaksud dengan “asas keserasian

dan keseimbangan” adalah bahwa

pemanfaatan lingkungan hidup harus

memperhatikan berbagai aspek seperti

kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan

perlindungan serta pelestarian ekosistem.

4. Asas Keterpaduan.

Yang dimaksud dengan “asas

keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dilakukan

dengan memadukan berbagai unsur atau

menyinergikan berbagai komponen terkait.

5. Asas Manfaat.

Yang dimaksud dengan “asas manfaat”

adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan

dengan potensi sumber daya alam dan

lingkungan hidup untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia

selaras dengan lingkungannya.

6. Asas Kehati-hatian.

Yang dimaksud dengan “asas kehati

-hatian” adalah bahwa ketidakpastian

mengenai dampak suatu usaha dan/atau

kegiatan karena keterbatasan penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi bukan

(37)

langkah-commit to user

langkah meminimalisasi atau menghindari

ancaman terhadap pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup.

7. Asas Keadilan.

Yang dimaksud dengan “asas keadilan”

adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus mencerminkan

keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara, baik lintas daerah, lintas

generasi, maupun lintas gender.

8. Asas Ekoregion.

Yang dimaksud dengan “asas ekoregion”

adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan

karakteristik sumber daya alam, ekosistem,

kondisi geografis, budaya masyarakat

setempat, dan kearifan lokal.

9. Asas Keanekaragaman Hayati.

Yang dimaksud dengan “asas

keanekaragaman hayati” adalah bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup harus memperhatikan upaya terpadu

untuk mempertahankan keberadaan,

keragaman, dan keberlanjutan sumber daya

alam hayati yang terdiri atas sumber daya

alam nabati dan sumber daya alam hewani

(38)

commit to user

sekitarnya secara keseluruhan membentuk

ekosistem.

10.Asas Pencemar Membayar.

Yang dimaksud dengan “asas pencemar

membayar” adalah bahwa setiap

penanggung jawab yang usaha dan/atau

kegiatannya menimbulkan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib

menanggung biaya pemulihan lingkungan

11.Asas Partisipatif.

Yang dimaksud dengan “asas

partisipatif” adalah bahwa setiap anggota

masyarakat didorong untuk berperan aktif

dalam proses pengambilan keputusan dan

pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

12.Asas Kearifan Lokal.

Yang dimaksud dengan “asas kearifan

lokal” adalah bahwa dalam perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan nilai-nilai luhur yang

berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

13.Asas Tata Kelola Pemerintahan.

Yang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan yang baik” adalah bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan

(39)

commit to user

transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan

keadilan.

14.Asas Otonomi Daerah.

Yang dimaksud dengan “asas

otonomi daerah” adalah bahwa Pemerintah

dan pemerintah daerah mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan di

bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dengan memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah dalam

bingkai Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b) Asas Pembatas dalam Pengelolaan Lingkungan.

Asas pembatas dalam pengelolaan lingkungan

agar sesuai dengan daya dukung lingkungan adalah

sebagai berikut (Marhaeni Ria Sihombo. 2012:4):

1. Hukum Minimum Liebig.

Untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan

tertentu, suatu organisme harus memiliki

bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangbiakannya. Pada situasi stabil,

keadaan yang paling mínimum merupakan faktor

pembatas (Hukum Minimum Leibeg). Pemahaman

sederhananya adalah, pertumbuhan suatu makhluk

hidup tergantung pada jumlah vahan makanan yang

disediakan dalam jumlah yang mínimum.

2. Hukum Toleransi Shelford.

Hukum toleransi Shelford menyatakan

(40)

commit to user

organism tergantung pada lengkapnya

permasalahan.

Beberapa hal mengenai hukum toleransi ini

adalah:

a) organisme dapat memiliki toleransi yang

besar terhadap satu faktor, dan toleransi

yang rendah terhadap faktor yang lain.

b) Organisme dengan toleransi yang besar

terhadap semua faktor memiliki tngkat

toleransi yang tinggi.

c) keadaan tidak optimal terhadap suatu

ekologi dapat dikurangi dengan

faktor-faktor ekologi lainnya.

d) seringkali ditemukan organisme di alam

sebenarnya tidak hidup dalam kisaran

optimum berkenaan dengan factor fisik

tertentu.

e) periode produksi merupakan periode yang

palin rawan.

iii. Tujuan dan Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan.

Tujuan adalah suatu arah yang hendak dicapai dalam suatu

aktifitas. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

bertujuan untuk:

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup;

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan

(41)

commit to user

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan

kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

lingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini

dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas

lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi

manusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara

bijaksana;

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j. mengantisipasi isu lingkungan global

Ruang Lingkup Perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup meliputi:

a. perencanaan;

b. pemanfaatan;

c. pengendalian;

d. pemeliharaan;

e. pengawasan; dan

f. penegakan hukum.

iv. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan kajian literatur, pendekatan-pendekatan

yang selama ini banyak dikembangkan dan dipraktekkan

cenderung mengarah apda dua pendekatan yang bertolak

belakang, yakni state based dan community based (Lilin

Budiati. 2012: 130).

Model pendekatan state based menempatkan negara

(42)

commit to user

alam secara konstitusional dikuasi oleh negara, maka

pengelolaan atas sumber daya tersebut termasuk diidalamnya

adalah lingkungan hidup, menjadi tanggung jawab negara.

Model pendekatan ini bersifat top down atau sentralistik.

Dalam pendekatan ini dikatakan bahwa penduduk lokal

dianggap tidak mempunyai kemampuan dalam sumber daya

da pengetahuan yang dibutuhkan, untuk memberikan

kontribusi efektif dalam proses perencanaan (Lilin Budiati.

2012: 131). Padahal meskipun secara de jure sumber daya

alam adalah milik negara namun secara de facto sumber daya

alam tersebut adalah milik masyarakat.

Hal tersebut diatas kemudian menggeser pendekatan

state based kepada pendekatan community based. Pendekatan

community based pada prinsipnya menekankan pada

pemberian kewenangan dan otoritas pada komunitas untuk

lebih berperan dalam pengelolaan lingkungan (Lilin Budiatti.

2012: 131).

Bertolak dari pendekatan state based yang top down,

pendekatan community based ini bermodel bottom up. Dalam

model ini, masyarakatlah yang berperan aktif dalam

manajemen lingkungan, sedangkan pemerintah dan swasta

berperan dalam rangka mendukung kegiatan masyarakat

tersebut.

3. Tinjauan Umum tentang Pemantauan Lingkungan.

i. Pengertian.

Pemantauan lingkungan adalah upaya lanjut dari upaya

pengelolaan lingkungan. Pemantauan lingkungan ini masuk

dalam aspek pengawasan dalam ruang lingkup pengelolaan

(43)

commit to user

yang berkaitan erat, maka pengelolaan dan pemantauan juga

tidak dapat dipisahkan.

Sehingga pemahaman kita kemudian dapat dilukiskan

bahwa pemanatauan lingkungan ini sebagai pengkerucutan

dari upaya pengelolaan lingkungan. Dasar hukum yang

dirujuk dalam upaya pemantauan adalah Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup.

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan

Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup, pengertian dari Pemantauan

lingkungan hidup dijadikan satu kesatuan dengan pengertian

pengelolaan lingkungan. Adapun pengertian pngelolaan dan

pemantauan lingkungan menurut Pasal 1 Butir 1 Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010

tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup dinyatakan bahwa

Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Sedangkan apabila pemantauan lingkungan dimaknai

(44)

commit to user

pengelolaan yang kerap kali diikutkan, maka pengertian

pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut;

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan,

pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu (H Wirtjes IV. 2003:1).

ii. Ciri Khas, Fungsi dan Manfaat Pemantauan Lingkungan (H

Wirtjes IV. 2003: 1-2).

a) Ciri Khas dari Pemantauan Lingkungan adalah sebagai

berikut:

1. Dilakukan secara terencana dan terkendali.

2. Setiap perlakuan didokumentasi secara verbal dan

visual.

3. Dilakukan menurut prosedur metodologi ilmiah

yang ketat.

4. Menggunakan instrumen pengukuran yang standard

dan sesuai.

5. Dilakukan dengan frekuensi dan siklus waktu

tertentu yang tetap

b) Fungsi Pemantauan Lingkungan.

Pemantauan lingkungan berfungsi sebagai alat

evaluasi terhadap mekanisme kerja suatu sistem

pengelolaan lingkungan.

c) Manfaat Pemantauan Lingkungan.

1. Dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan

mekanisme kerja suatu sistem pengelolaan

lingkungan.

2. Dapat memonitor secara dini perubahan kualitas

(45)

commit to user

3. Memperkecil risiko dan potensi gugatan hukum dari

pihak eksternal tehadap dampak kegiatan dan

kehandalan sistem pengelolaan lingkungan yang

dijalankan.

4. Dapat menguji ketepatan prediksi dampak kegiatan

dan menyempurnakan rekomendasi mitigasi dampak

dari sistem pengelolaan lingkungan yang dijalakan.

5. Menjadi alat bukti dalam menilai ketaatan/kepatuhan

pemrakarsa/penanggung jawab kegiatan terhadap

peraturan perundangundang.

6. Dapat mendeteksi secara dini kerusakan/gangguan

pada sistem operasi dan dampaknya terhadap

kualitas lingkungan.

7. Meningkatkan citra baik perusahaan di kalangan

pemerintah, konsumen, mitra bisnis dan masyarakat.

iii. Jenis-jenis Pemantauan Lingkungan.

Diantara berbagai jenis pemantauan lingkungan yang

dikenal sampai saat ini, ada tiga jenis pemantauan

lingkungan yang paling banyak dilakukan yaitu (H Wirtjes

IV. 2003:3) :

a) Pemantauan Kualitas Efluen (limbah).

Limbah adalah bahan keluaran berbentuk benda

padat, cair dan gas yang dihasilkan dari suatu sistem

proses produksi. Menurut jenisnya limbah digolongkan

kedalam beberapa kategori yaitu limbah organik, limbah

anorganik, limbah radioaktif (H Wirtjes IV. 2003:3).

Pada umumnya limbah yang tidak dikelola dengan baik

dapat menurunkan kualitas lingkungan.

Volume limbah dari suatu sistem produksi dapat

(46)

commit to user

penggunaan bahan baku dan bahan campuran secara

efisien (reduce), (2). Penggunaan kembali (reuse), (3).

Daur ulang (recycling), (4). Perolehan kembali materi

dan energi (recovery), (5). Memperpanjang daur hidup

materi (life cycle assessment), yang seluruhnya

merupakan konsep minimisasi limbah (H Wirtjes IV.

2003:3).

Untuk menjamin limbah yang dilepas ke alam bebas

tidak membahayakan makhluk hidup dan untuk menjaga

agar kualitas lingkungan tetap berada dalam batas yang

ditoleransi, pemerintah menetapkan Baku Mutu Limbah

yang boleh dilepas ke alam bebas. Baku mutu adalah

ukuran kuantitatif yang menunjukkan batas maksimal

kadar bahan yang dikandung di dalam beberapa

parameter tertentu antara lain BOD, COD, pH dan

Lemak (H Wirtjes IV. 2003:3).

Agar supaya limbah yang dibuang tetap berada

dibawah amabnga batas mutu maka pengelolaan limbah

yang bagus secara teknik mutlak diperlukan. Tolok ukur

yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas efluen

adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang terkait seperti:

1. KEP-35/MEN LH/10/1993 Tentang Ambang Batas

Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

2. KEP-13/MEN LH/3/1995 Tentang Baku Mutu

Emisi Sumber Tidak Bergerak.

3. KEP-51/MEN LH/10/1995 Tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Lampiran B.

4. KEP-52/MEN LH/10/1995 Tentang Baku Mutu

(47)

commit to user

5. KEP-58/MEN LH/12/1995 Tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

6. KEP-42/MEN LH/10/1996 Tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Eksplorasi Dan

Produksi Migas.

7. KEP-48/MEN LH/11/1996 Tentang Ba ku Tingkat

Kebisingan.

8. KEP-49/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat

Getaran.

9. KEP-50/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat

Kebauan.

b) Pemantauan Kualitas Ambien.

Ambien adalah komponen lingkungan seperti air,

udara, tanah, flora dan fauna. Untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya semua makhluk hidup

membutuhkan kualitas lingkungan hidup yang memadai (H

Wirtjes IV. 2003:3). Limbah yang dilepas begitu saja

dengan tanpa suatu proses pengolahan yang memadahi

dapat menimbulkan degradasi lingkungan. Bila degradasi

ini sudah dalam tahap yang cukup parah, maka akan

mengancam kelangsungan hidup organisme.

Untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap

berada dalam batas toleransi, pemerintah menetapkan

berbagai Baku Mutu Lingkungan Ambien seperti Baku

Mutu Udara, Baku Mutu Air, Baku Mutu Kebisingan.

Sebagai contoh Baku mutu air terkait dengan

penggolongan air menurut peruntukannya. Beberapa

golongan peruntukan air yaitu air golongan A (air yang

dapat langsung digunakan untuk keperluan hidup

sehari-hari), golongan B (air yang dapat digunakan untuk

(48)

commit to user

pengelolaan), golongan C (air yang digunakan untuk

keperluan irigasi dan budidaya biota air), dan golongan D

(di luar peruntukan A, B dan C misalnya untuk industri).

Tolok ukur yang digunakan untuk mengevaluasikan

kualitas ambien adalah :

1. PP 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran

Air.

2. KEP-43/MEN LH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan

Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan

Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Daratan.

3. PP 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran

Udara dan/atau Perusakan Laut.

4. PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

c) Pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi RKL dan RPL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 bagian yang

merupakan suatu kesatuan dan saling berhubungan yaitu

Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Sebagian besar

perusahaan yang telah memiliki dokumen AMDAL tidak

melaksanakan seluruh rekomendasi/arahan yang terdapat

di dalam dokumen RKL, RPL dan hal itu telah

menyebabkan timbulnya masalah pencemaran/perusakan

lingkungan.

Pelaksanaan rekomendasi/arahan RKL dan RPL

dijadikan sebagai upaya preventif pencegahan perusakan

lingkungan. Pelaksanaanya harus dievaluasi dan jika

terdapat kekeliruan rekomendasi harus diperbaiki. Untuk

Gambar

Tabel 1: Besar Kapasitas Limbah Padat PT Dan Liris ..............................     44
Tabel 1: Besar Kapasitas Limbah Padat PT Dan Liris

Referensi

Dokumen terkait

kuantitatif yang sesuai dengan paradigma kuantitatif, merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial atau masalah manusia yang berdasarkan pada pengujian sebuah

(Untuk Pelelangan Terbataa, peaerta dapat beraaal dari penyedia barang yang namanya tercantum dalam pengumuman Pelelangan Terbataa atau penyedia barang yang memenuhi

(2) Untuk penelitian yang akan datang diharapkan menggunakan sampel perusahaan lebih banyak tidak hanya berfokus pada manufaktur, bisa di luar manufaktur seperti

Fakta yang ada yaitu pelayanan angkutan intermoda yang sudah tersedia di bandara Adisutjipto belum dimanfaatkan secara efektif oleh penumpang angkutan udara.Sebagian besar

Jika pada percobaan tersebut diinginkan kejadian munculnya mata dadu prima, maka mata dadu yang diharapkan adalah munculnya mata dadu 2, 3, dan 5, atau sebanyak 3

mura>bah}ah obyeknya dapat diikat dengan perjanjian lain misalkan perjanjian fidusia apalagi obyeknya dalam angsuran dengan alasan karena jual beli dalam

Gerak hormat pada gerak tari Raddat Koko merupakan gerak maknawi (gesture) yang memiliki makna bahwa posisi badan menggunakan level bawah dan posisi badan

Hasil penelitian menunjukkan beton mutu tinggi dengan menggunakan terak nikel sebagai agregat dan sebagai bahan pencampur semen mempunyai kekuatan tekan, tarik,