• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris manage yang dalam bahasa Indonesia berarti mengelola. Dari pengertian ini manajemen dapat dipahami sebagai pengelolaan. Apabila penger-tian tersebut diterapkan dalam pendidikan, maka pengertiannya menjadi mengelola pendidikan. Sejalan dengan pengertian ini, Mulyasa (2003: 20) mengarti-kan “manajemen sebagai segala sesuatu yang berkena-an dengberkena-an pengelolaberkena-an proses untuk mencapai tujuberkena-an yang ditetapkan baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.”

Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008), diartikan “sebagai penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.” Sementara itu, para pakar administrasi pendidikan seperti sergiovanni, Coombs, dan Thurson mendefinisikan manajemen sebagai “process of working with and trough others to accomplish organizational goals

efficiently” Ibrahim Bafadal (2003: 39). Pengertian

(2)

Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan proses pencapaian tujuan tersebut yaitu berupa tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen ini menurut G.R. Terry, yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86) sebagai suatu proses yang terdiri dari tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)

yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

(3)

Dari beberapa definisi yang tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentu-kan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actua-ting), dan pengawasan (controlling).

2.1.2. Fungsi Manajemen

Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksa-nakan. Tugas-tugas itulah yang biasa disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen. Menurut George R. Terry yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86) terdapat 4 fungsi manajemen, yang dalam dunia manajemen dikenal sebagai POAC, yaitu: planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling (pengendalian).

1) Planning (perencanaan)

(4)

Empat tujuan yang penting dari perencana-an: a) Mengurangi atau mengimbangi keti-dakpastian dan perubahan yang akan datang. b) Memusatkan perhatian kepada sa-saran. c) Menjamin atau mendapatkan proses pencapaian tujuan terlaksana secara efisien dan efektif. d) Memudahkan pengendalian.

Jadi perencanaan dalam manajemen kesiswaan perlu dilakukan, yaitu sebagai patokan dalam melaksanakan kegiatan.

2) Organizing (pengorganisasian)

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.

(5)

Jadi setelah melaksanakan perencanaan langkah selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini harus jelas siapa yang menjalankan dan apa yang dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar.

3) Actuating (penggerakan)

Penggerakan adalah fungsi manajemen yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit, dan kompleks, karena karyawan-karyawan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita, dan lainnya.

Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan alat-alat bagaimanapun canggihnya baru dapat dilakukan jika karyawan (manusia) ikut berperan aktif melaksa-nakannya. Fungsi pengarahan ini adalah ibarat starter mobil, artinya mobil barudapat berjalan jika kunci starternya telah melaksanakan fungsinya.Demikian juga proses manajemen, baru terlaksana setelah fungsi pengarahan diterapkan.

Definisi pengarahan ini dikemukakan oleh Hasibuan (2008: 32) sebagai berikut:

(6)

yang baik pula di antara semua pihak baik dari pihak atasan maupun bawahan.

4) Controlling (pengawasan)

Setelah melaksanakan perencanaan, pengorga-nisasian, dan pengarahan, langkah selanjutnya adalah pengawasan. Menurut Chuck Williams dalam buku

Management, Controlling is monitoring progress toward goal achievement and taking corrective action when

progress isn’t being made. “Pengawasan adalah

peninjauan kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir dan pengambilan tindakan pembetulan ketika kemajuan tersebut tidak terwujud.”

Pengawasan/pengendalian adalah fungsi yang harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa anggota melakukan aktivitas yang akan membawa organisasi ke arah tujuan yang ditetapkan. Pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana.

(7)

Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut: (1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana. (2) Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi). (3) Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya. Maka inti dari pengawasan adalah untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana atau tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana maka perlu adanya perbaikan.

Oleh karena itu manajemen kurikulum harus dikelola sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen di atas, agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan potensi kinerja guru dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

2.2 Manajemen Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengatur. Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R. Terry dalam Melayu (2007: 2) mengemukakan bahwa:

(8)

pengen-tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.

Sedangkan menurut Hanry L. Sisk (2002: 10) mendefinisikan Management is the coordination of all resources through the processes of planning, organizing, directing and controlling in order to attain stted objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordina-sian untuk semua sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.

Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembe -lajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interak-si antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(9)

proses pendidikan sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.

2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Pembelajaran

Dalam proses pelaksanaan manajemen pembela-jaran terdapat fungsi-fungsi manajemen pembelapembela-jaran diantaranya:

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

(10)

Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiaknosa kebutuhan para siswa sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembe-lajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya.

Agar dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik untuk itu guru perlu menyusun kompo-nen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:

a) Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif

Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah menetukan minggu efektif dalam setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dalam satu tahun ajaran. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dicapai sesuai dengan rumusan standard isi yang ditetapkan.

b) Menyusun Program Tahunan (Prota)

(11)

ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.

c) Menyusun Program Semesteran (Promes)

Program semester (Promes) merupakan penjabaran dari program tahunan. Kalau Program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.

d) Menyusun Silabus Pembelajaran

(12)

e) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun untuk setiap Kompetensi dasar (KD) yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen-komponen dalam menyusun RPP meliputi: a) Identitas Mata Pelajaran; b) Standar Kompetensi; c) Kompetensi Dasar; d) Indikator Tujuan Pembelajaran; e) Materi Ajar; f) Metode Pembelajaran; g) Langkah-langkah Pembelajaran; h) Sarana dan Sumber Belajar; i) Penilaian dan Tindak Lanjut.

Selain itu dalam fungsi perencanaan tugas kepala sekolah sebagai manajer yakni mengawasi dan mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dalam belajar.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang meru-pakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran.

(13)

dilakukan guru di kelas dan pengelolaan peserta didik. Selain itu juga memuat kegiatan pengor-ganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini mencakup dua jenis yaitu, pengelolaan kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:

a) Pengelolaan kelas dan peserta didik

Pengelolaan kelas adalah satu upaya memper-dayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan pengelolaan kelas sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam pembelajaran.

(14)

dikutip oleh Suryobroto (2009: 39) pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:

(1) Tahap pra instruksional

Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar: Guru mena-nyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir; Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan sebelumnya; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya menge-nai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang sudah disampaikan; Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.

(2) Tahap instruksional.

Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut: Menjelaskan kepada siswa tujuan penga-jaran yang harus dicapai siswa; Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas; Membahas pokok materi yang sudah dituliskan; Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan, tugas; Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memper-jelas pembahasan pada setiap materi pelajaran; Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

(3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut

(15)

dilaku-kan pada tahap ini yaitu: Mengajudilaku-kan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid menge-nai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional; Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang pengajar-an; Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat mem-berikan tugas atau PR; Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

b. Pengelolaan guru

Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterap-kan oleh kepala sekolah bersama guru dalam pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah memegang peranan penting untuk menggerak-kan para guru dalam mengoptimalmenggerak-kan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.

(16)

sif, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.

Dalam rangka mendorong peningkatan profesio-nalitas guru, secara tersirat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 mencantumkan standar nasional pendidikan meli-puti: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kepen-didikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembia-yaan dan penilaian. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan yang dikehendaki.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya, kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.Secara operasional, ketika proses pelaksanaan juga menyangkut beberapa fungsi manajemen lainnya diantaranya yaitu:

a. Fungsi Pengorganisasian (organizing) pembelajaran

(17)

bidang, wewenang, mata pelajaran, dan tanggung jawabnya.

Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur dan komponen pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran baik proses maupun kualitas yang dipersyaratkan dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2010: 243) meliputi beberapa aspek:

1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses pene-tapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk menyelesaikannya. 2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur. 3) Membentuk struktur wewenang dan meka-nisme koordinasi pembelajaran. 4) Merumus-kan dan menetapMerumus-kan metode dan prosedur pembelajaran. 5) Memilih, mengadakan lati-han dan pendidikan dalam upaya pertum-buhan jabatan guru dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang diperlukan.

(18)

prinsip-prinsip pengorganisasian, kiranya kegiatan sekolah akan berjalan dan tujuan dapat tecapai.

Pengorganisasian pembelajaran ini memberikan gambaran bahwa kegiatan belajar dan mengajar mempunyai arah dan penanggungjawab yang jelas. Artinya dilihat dari komponen yang terkait dengan pembelajaran pada institusi sekolah memberi gamba-ran bahwa jelas kedudukan kepala sekolah dalam memberikan fasilitas dan kelengkapan pembela-jaran, dan kedudukan guru untuk menentukan dan mendesain pembelajaran dengan mengorganisasikan alokasi waktu, desain kurikulum, media dan kelengkapan pembelajaran, dan lainnya yang berkait-an dengberkait-an suksesnya penyelenggaraberkait-an kegiatberkait-an belajar.

Kemudian jelas kedudukan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun belajar di rumah, dibawah koordinasi guru dan juga orang tua siswa yang berkaitan dengan belajar. Pengorganisasian pembelajaran ini dimaksudkan agar materi dan bahan ajaran yang sudah direncanakan dapat disampaikan secara maksimal.

b. Fungsi Pemotivasian (motivating) Pembelajaran

(19)

Dalam konteks pembelajaran di sekolah tugas pemotivasian dilakukan kepala sekolah bersama pendidik dalam pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimal-kan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.

Selain itu, pemotivasian dalam proses pembe-lajaran dilakukan oleh pendidik dengan suasana edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar dengan penuh antusias dan mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru sangat penting dalam menggerakkan dan memotivasi para siswanya melakukan aktivitas belajar baik yang dilakukan di kelas, laboratorium, perpusta-kaan dan tempat lain yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar. Guru tidak hanya berusaha menarik perhatian siswa, tetapi juga harus meningkatkan aktivitas siswanya melalui pendekatan dan metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan guru.

c. Fungsi Facilitating Pembelajaran

(20)

Dalam pembelajaran pemberian fasilitas meliputi perlengkapan, sarana prasarana dan alat peraga yang menunjang dan membantu dalam proses pembe-lajaran. Fasilitas yang memadai akan membantu proses hafalan para siswa, terutama media yang cocok bagi anak-anak.

d. Fungsi Pengawasan (controling) Pembelajaran.

Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang dapat diterapkan pada manusia, benda dan organi-sasi. Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehen-daki dengan mengumpulkan, menganalisis dan meng-evaluasi informasi serta memanfaatkannya untuk mengendalikan organisasi.

Pengawasan dalam konteks pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk menga-wasi pihak-pihak terkait sehubungan dengan pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran secara sungguh-sungguh. Untuk keperluan pengawasan ini, guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi kegiatan belajar, serta memanfaatkannya untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai tujuan belajar yang telah direncanakan.

3. Evaluasi Pembelajaran

(21)

evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.

Evaluasi merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. Evaluasi pembelajaranmencakup evaluasi hasil bela-jar dan evaluasi proses pembelabela-jaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.

Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.

a) Evaluasi Hasil Pembelajaran

(22)

dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan untuk berbagai keperluan tertentu.

Adapun langkah-langkah evaluasi hasil pembelajaran menurut Oemar (2008: 156) meliputi:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif seringkali diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir pembahasan setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan. Evaluasi ini yakni diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yang diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diseleng-garakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu pada akhir semesteran. Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor akhir semester.

b) Evaluasi Proses Pembelajaran

(23)

proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi ini memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembe-lajaran. Evaluasi proses pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses diselenggarakan dengan cara:

1) Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standard proses. 2) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.

Sebagai implikasi dari evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru maupun kepala sekolah dapat dijadikan umpan balik untuk program pembelajaran selanjutnya. Jadi evaluasi pada prog-ram pembelajaran meliputi:

a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibanding dengan rencana.

b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar pembelajaran dan sasaran-sasaran.

(24)

2.4. Kegiatan Ekstrakurikuler

2.4.1 Pengertian Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakuriku-ler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: 4), kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.

Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.

(25)

kelelua-saan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Berdasarkan penjelasan tentang ekstrakurikuler tersebut, maka dapat diartikan bahwa ekstra-kurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengatahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dijelaskan oleh Mumuh Sumarna (2006:10) yaitu: “Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan”. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi ekstrakurikuler adalah sebagai sarana penunjang bagi proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang berguna untuk mengaplikasikan teori dan praktik yang telah diperoleh sebagai hasil nyata proses pembelajaran. Semua kegiatan yang dilakukan memiliki tujuan, karena tanpa tujuan yang jelas, kegiatan tersebut akan sia-sia.

(26)

dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin (2010: 12) berikut:

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1) Siswa dapat memperdalam dan memeperluas pengetahuanketerampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang: a) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Berbudi pekerti luhur c) Memiliki pengetahuan dan keterampilan d) Sehat rohani dan jasmani e) Berkepribadian yang mantap dan mandiri f) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan 2) Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan (2008: 4), pembinaan kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan berikut ini.

1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas. 2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan dengantujuan pendidikan. 3) Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai bakat dan minat. 4) Menyiap-kan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).

(27)

adalah untuk kepentingan siswa, dengan kata lain kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidi-kan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.

2.4.3 Keterlibatan Siswa Dalam Kegiatan Ekstra-kurikuler

Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam suatu organisasi atau kegiatan yang diikutinya merupakan gambaran perkembangan sosial siswa tersebut. Roni Nasrudin (2010: 18), menjelaskan bahwa karakteristik siswa remaja yang mengikuti kelompok/karakteristik siswa aktifis sekurang-kurangnya memiliki hal-hal berikut ini.

1) Keikutsertaan atau keterlibatan pada salah satu organisasi dalam hal ini adalah salah satu unit kegiatan ekstrakurikuler. 2) Adanya peranan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, meliputi posisi mereka dalam struktur ber-organisasi dan tanggung jawab serta loyalitas terhadap kegiatan. 3) Adanya tujuan yang jelas dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik tujuan yang bersifat kepentingan pribadi, sosial maupun akademis. 4) Adanya manfaat yang mereka rasakan dari kegiatan yang mereka ikuti, baik manfaat yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis. 5) Adanya dukungan dalam keikutsertaan siswa pada kegiatan yang mereka dikuti, baik itu dukungan diri sendiri, guru, maupun teman. 6) Adanya prestasi yang pernah diraih.

(28)

karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya berkelanjutan maksudnya kegiatan itu tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah.

2.5 Prestasi Non Akademik

Prestasi non-akademik menurut Sugiarti (2007: 43) adalah prestasi yang dicapai oleh siswa sewaktu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sedangkan menurut Ruslani (2012: 43) prestasi non akademik adalah “sesuatu tentang banyak hal yang telah diraih.”

(29)

Dari beberapa uraian tersebut, diartikan bahwa prestasi non akademik adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan di luar sekolah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai kegiatan yang telah disampaikan.

2.6 Kerangka Berpikir

Pembelajaran ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo

3 Ungaran telah berlangsung cukup efektif. Hal ini

diindikasikan dengan berbagai prestasi siswa bisa

diraih khususnya yang bersifat non akademik.

Efektifitas program ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo

3 Ungaran Timur karena memperoleh prioritas

per-hatian dari guru yang menanganinya. Program

ekstra-kurikuler diplanning sejak awal semester secara

matang sehingga sudah mendapat perhatian dari

siswa baik waktu dan juga anggaran dari sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler juga

dilak-sanakan secara intensif oleh pemandu ekstra yang ahli

dibidangnya baik pelatih dari dalam maupun dari luar.

Pengelola ekstrakurikuler juga memperhatikan

berbagai hambatan yang menjadi kendala

pelaksana-an, terutama perhatiannya pada fasilitas yang tersedia

oleh pihak sekolah sehingga segera mencari solusinya.

(30)

kurikuler. Tahap terakhir, pengelola pembelajaran

ekstrakurikuler melakukan control pada berbagai

tahap baik perencanaan, pelaksanaan maupun faktor

penghambatnya sehingga bisa menemukan solusi

untuk mengatasinya. Sehingga memperoleh hasil

pem-belajaran ekstrakurikuler secara maksimal.

Uraian kerangka berpikir penelitian tersebut bisa

dilihat sebagaimana skema gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

2.7 Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Abdurrahman (2011) Pengelolaan pembelajaran ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjarnegara Tahun ajaran

(31)

2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran ekstrakurikuler yang baik dan efektif berdampak positif pada prestasi belajar (kompetensi) siswa dalam kegiatan marchingband. Pengelolaan pembelajaran ini berorientasi pada penge-lolaan SDM pembelajaran marchingband, pengepenge-lolaan materi pembelajaran marchingband dan pengelolaan pelaksanaan marchingband di sekolah.

Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2011) dengan penelitian yang sekarang adalah persamaannya bahwa prestasi yang diraih dengan adanya pembelajaran ekstrakulikuler yang baik dan efektif ini akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang akademik juga atau non kulikuler.

(32)

yang ada di SDN Sidomulyo 03 Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

Ahmad Fajri (2009) Pengelolaan kegiatan ekstra-kurikuler di TK Bina Mutiara Hati Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelancaran ke-giatan marchingband di sekolah karena dikelola secara maksimal dan mendapat dukungan dari masyarakat. Penelitian ini focus pada pengelolaan SDM dan waktu kegiatan ekstrakurikuler.

Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fajri (2009) dan penelitian sekarang adalah bahwa keberhasilan atau prestasi yang yang diraih dari kegiatan ekstrakurikuler karena adanya penge-lolaan ekstrakurikuler yang baik.

(33)

ektra-kurikuler dilakukan pada anak TK dam fokus pada pengelolaan SDM dan waktu kegiatan ekstrakurikuler.

(34)

tan yang dihadapi para instruktur atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan, bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung dalam bentuk saran yang efektif yang dilakukan secara berkala pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu (2013) dengan penelitian sekarang adalah bahwa prestasi yang diraih dengan kegiatan ekstrakulikuler ini tidak lepas dari campur tangan kepala sekolah dan guru pembina yang bersangkutan. Yang ditandai dengan kegiatan perencanaan yang matang yang telah dilakukan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah dan guru Pembina.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu (2013) persamaannya adalah bahwa pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler ini dapat terlaksana dengan baik juga karena berkat campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina yang bersangkutan. Perbedaannya jika penelitian sekarang perencanaan yang matang tidak hanya campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina saja tapi juga persetujuan orangtua wali murid. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu (2013) perencanaan yang matang diperoleh dari campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina ekstrakulikuler yang bersangkutan.

(35)

Design-Based Learning: Preparing Students For Careers In Innovation. Tulisan ini membahas inovasi pendidi-kan dalam bentuk desain pembelajaran berbasis ekstrakurikuler. Model ini memungkinkan siswa untuk berlatih berinovasi, mencari solusi secara otentik, tantangan pro sosial, dan lokal dalam peng-aturan ekstrakurikuler. Penelitian ini memberikan gambaran tentang model dan implementasi dalam Desain untuk siswa Amerika di Northwestern University. Temuan dari survei, catatan harian, wawancara, dan pengamatan menunjukkan bahwa siswa membangun inovasi diri sendiri melalui penyelesaian tugas, persuasi sosial, dan belajar di komunitas praktek dengan klien, rekan-rekan, profesional industri, dan fakultas. Selanjutnya, siswa melaporkan prestasi hasil belajar tersebut yang digariskan oleh Dewan Akreditasi untuk Engineering dan Teknologi.

Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan Rebecca L. D. Komarek (2012) dengan penelitian sekarang adalah bahwa kegatan ekstrakulikuler akan mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara matang.

(36)

Rebecca L. D. Komarek (2012) persamaannya adalah tujuan awal dari pembelajaran ekstrakulikuler ini mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara matang. Namun perbedaannya adalah jika penelitian sekarang memang murni pembelajaran ekstrakulikuler yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan bakat siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan Rebecca L. D. Komarek (2012) merupakan inovasi pendidikan dalam bentuk desain pembelajaran berbasis ekstrakurikuler.

Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans (tt) dalam Adding a Community University Educational Summit (CUES) to enhance service learning in management education. Hasil penelitian menunjukkan bahwa acara KKN ini meningkat lima tujuan pembelajaran khusus bagi siswa manajemen; (a) aplikasi praktis dari konsep saja, (b) meningkatkan pengetahuan tentang konsep saja, (c) komitmen untuk mendukung organisasi nirlaba, (d) motivasi untuk berpartisipasi dalam kesukarelaan dan, (e) kesempatan untuk berpartisipasi dalam magang.

(37)

yang diharapkan sehingga mampu membuat bangga nama Instansi sekolah yang dinaunginya.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans. Persamaan-nya bahwa pengawasan pembelajaran ektrakulikuler tidak hanya dilakukan pada guru Pembina atau kepala sekolah saja namun juga orang luar misalnya mahasiswa yang sedang KKN atau PKL. Namun perbedaannya adalah jika penelitian yang dilakukan oleh Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans pem-belajaran ekstrakulikuler difokuskan pada siswa manajemen saja sehingga pengawasan yang dilakukan berkisar akan penilaian untuk kegiatan KKN mereka, sedangkan penelitian sekarang murni dilakukan oleh kepala sekolah, guru Pembina ekstrakulikuler dan guru yang diambil dari luar yang tujuannya untuk meningkatkan prestasi, bakat dan minat siswa dalam berekspresi dengan pemilihan bakat yang peserta didik senangi.

(38)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek ekstrak hidro-alkohol seledri (Apium graveolens) pada profil lipid tikus yang diberi diet tinggi lemak.. Bahan dan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa melalui penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa

diarahkan untuk mempelajari kinetika kristalisasi kaca, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu dan laju pengkristalan untuk

WISUDA PERIODE IV TAHUN AKADEMIK 2013/2014 TANGGAL 7 DESEMBER 2013. FAKULTAS TEKNIK

Sesungguh- nya wahai Sa'ad, bila engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya adalah lebih baik ketimbang engkau meninggalkan mereka dalam kondisi kemiskinan hingga

Keputusan daripada model dalam JaduallO rnenunjukkan bahawa persepsi guru memberi kesan kepada arnalan ciri berkongsi objektif pembelajaran antara guru dan pelajar, di mana jika

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)