• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Manajemen Ekstrakurikuler Untuk Meningkatkan Prestasi Non Akademik Siswa Pada SMP Negeri Sub Rayon Boja Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Manajemen Ekstrakurikuler Untuk Meningkatkan Prestasi Non Akademik Siswa Pada SMP Negeri Sub Rayon Boja Kabupaten Kendal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritik

2.1.1 Grand Theory Manajemen

Manajemen merupakan komponen yang selalu ditemukan dalam suatu organisasi. Manajemen memiliki berbagai padanan kata dan definisi. Sudjana (2004: 16) dan Usman (2008: 4) misalnya, cenderung menyamakan manajemen dengan pengelolaan. Sementara itu, secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu ‘manus’ (tangan), dan ‘agere’ (melakukan). Kedua kata ini kemudian bergabung menjadi ‘managere’ yang merupakan bentuk kata kerja. Kata ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris

to manage yang berarti controll. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut dapat diterjemahkan mengendalikan, menangani, atau mengelola (Herujito, 2001: 1).

Dilain pihak, Peter Drucker menyatakan

management is function, a discipline, a task to be done and managers practice this discipline, carry out the functions and discharge these tasks (Karmakar, 2012: 5). Pengertian menurut Drucker tersebut menekankan pada fungsi-fungsi manajerial yang kemudian nampak cocok bila dijelaskan lebih lanjut dalan pengertian yang dikemukakan oleh George R. Terry yang menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan

(2)

ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito, 2001: 3). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pelaksanaan atau pendelegasian (actuating/directing), serta pengawasan atau supervisi (controlling). Fungsi-fungsi manajemen tersebut sedikit berbeda dengan yang dipaparkan oleh Stoner, di mana Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals (Sudjana, 2004: 17). Fungsi-fungsi yang dinyatakan Stoner nampak berbeda pada fungsi

leading, di mana Terry lebih menekankan pada

Actuating. Fungsi-fungsi ini secara lebih lanjut akan dibahas pada sub bab berikutnya.

2.1.2 Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang dari manajemen yang secara khusus mengkaji organisasi dalam dunia pendidikan. Organisasi pendidikan yang dimaksud dapat berupa sekolah (satuan pendidikan), maupun organisasi lain dalam aras yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Terdapat berbagai pengertian manajemen pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli.

(3)

merujuk pada konsep pengelolaan, di mana manajemen pendidikan berfokus untuk mengelola pelaksanaan tugas pendidikan. Adanya sumber daya yang dimiliki harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip manajemen secara umum. Penggunaan sumber daya dalam pengertian tersebut sejalan dengan pengertian manajemen pendidikan yang dikemukakan oleh Pidarta (2004: 4) yaitu kegiatan memadukan sumber-sumber pendidikan agar dapat digunakan secara terfokus untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, penggunaan sumber daya dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan: (1) merupakan kegiatan (yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan), (2) memanfaatkan berbagai sumber daya (baik SDM maupun SDA), dan (3) berupaya untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkup pendidikan. Berangkat dari konsep tersebut, dapat dikaji lebih lanjut fungsi-fungsi manajemen pendidikan, serta ruang lingkupnya.

2.1.3 Teori Model Manajemen

(4)

secara langsung diamati, 3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, 4. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja. Suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, 5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, 6. Penyajian yang diperkecil agar dapat menunjukan dan menjelaskan sifat bentuk aslinya. Law and Kelton (Anwar 2003:37) mendefinisikan model sebagai representasi dari suatu sistem, di mana model tersebut dipandang mewakili sistem yang sesungguhnya.

2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

(5)

pembelajaran, (2) manajemen peserta didik, (3) manajemen sarana dan prasarana sekolah, (4) manajemen personalia, (5) manajemen hubungan sekolah dan masyarakat. Dari kelima ruang lingkup tersebut, manajemen peserta didik atau manajemen kesiswaan akan kami bahas secara singkat sebagai berikut.

2.1.4.1 Manajemen Peserta Didik dan Ekstrakurikuler

Imron dalam Burhanuddin, Imron, dan Maisyaroh (2003:53) menyatakan tujuan dilaksanakannya manajemen peserta didik adalah untuk mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar lebih lanjut sehingga dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan sekolah yang bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan. Selanjutnya, Imron menyatakan fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana pengembangan diri bagi peserta didik seoptimal mungkin, baik secara individualitasnya, segi sosialnya, segi kebutuhannya, dan potensi peserta didik yang lainnya.

Ruang lingkup manajemen peserta didik meliputi kegiatan mulai dari peserta didik masuk sekolah hingga lulus. Secara lebih rinci, ruang lingkup manajemen peserta didik menurut Imron (1994:18) yaitu:

(6)

school size, class size, dan efective class.

b) Penerimaan peserta didik yang meliputi penentuan kebijakan peserta didik, sistem yang digunakan, kriteria yang telah ditetapkan sekolah, prosedur penerimaan, dan pemecahan problema yang terjadi dalam kegiatan penerimaan peserta didik. Orientasi peserta didik baru. Menurut Imron (1994:53) orientasi peserta didik baru meliputi pengaturan hari-hari pertama peserta didik di sekolah, masa orientasi peserta didik, dan pendekatan dan teknik-teknik yang digunakan dalam masa orientasi peserta didik.

c) Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik. Menurut Imron (1994:59) kehadiran peserta didik adalah "kehadiran peserta didik secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif sekolah. Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik terhadap kegiatan sekolah." Menurut Good (dalam Imron, 1994:60) kehadiran memiliki batasan, yaitu kehadiran di sekolah tidak hanya sekedar hadir saja (jasmaninya saja yang hadir) tapi keikutsertaannya dalam berpartisipasi di kelas juga penting.

(7)

Pengelompokan tersebut akan dapat membentuk kelompok-kelompok kecil yang kemudian akan dapat membentuk interest grouping, special need grouping, team grouping, tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class groupinng.

(8)

teknik non tes dapat berupa observasi, wawancara, angket, sosiometri, anecdotal record, dan skala penilaian.

f) Mengatur kenaikan tingkat peserta didik. Sistem tingkat dan sistem tanpa tingkat dilandasi oleh pemikiran mengenai pengajaran klasikal dan pengajaran invidual. Sistem tingkat mengarah ke pengajaran klasikal, sedangkan sistem tanpa tingkat mengarah ke pengajaran individual (Imron, 1994: 119). Sistem tingkat diterapkan karena adanya asumsi efisiensi pendidikan di sekolah tersebut. Jika para peserta didik berada dalam keadaan yang sama dan dapat dilayani bersama-sama maka akan lebih baik dan lebih efisien jika layanan menggunakan sistem tingkat. Sehingga dapat menekan biaya dan tenaga.

g) Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out.

(9)

sekolah yang lain (Imron, 1994:129).

h) Mengatur layanan peserta didik. Layanan peserta didik yang perlu diatur meliputi layanan kepenasehatan akademik, layanan bimbingan dan konseling, kesehatan fisik maupun mental, kafetaria, koperasi, perpustakaan, laboratorium, asrama, dan transportasi.

Selain kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik yang telah kami sajikan di atas, manajemen peserta didik juga mencakup kegiatan pengembangan potensi diri yang biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.

(10)

yang berada di luar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.

Di dalam Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler yang terdapat pada Permendikbud RI No. 62 Tahun 2014 didefinisikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan, terdiri dari kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan.

Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, sedangkan ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-masing.

(11)

sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengatahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat. Dewasa ini, sesuai dengan kebijakan kementerian pendidikan ekstrakurikuler wajib adalah berupa kegiatan Pramuka, sedangkan ekstrakurikuler pilihan dapat terdiri dari kegiatan krida yang lain (Paskibra, UKS), kegiatan karya ilmiah (KIR), kegiatan latihan olah bakat latihan olah minat (olahraga, jurnalistik), dan kegiatan keagamaan (pesantren kilat), juga bentuk kegiatan lainnya.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan peran manajemen kesiswaan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa telah dilakukan sebelumnya, salah satunya oleh Ava Swastika Fahriana (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010). Penelitian ini berjudul Studi tentang Implementasi Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Spiritual Quotient Siswa di SMP N 2 Turen Malang .

(12)

besar Islam yang mana kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan spiritual quotient siswa.

(13)

manajemen kesiswaan yang efektif dalam meningkatkan prestasi non akademik siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Ario Wiratmoko (Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2012) yang berjudul Pengaruh Kagiatan Ekstrakurikuler Robotika Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di SMK 3 Yogyakarta. Penelitian ini secara singkat menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler robotika, sebagai bagian dari manajemen kesiswaan, secara signifikan berpengaruh pada kecerdasan emosional siswa khususnya di SMK 3 Yogyakarta.

Oscar Gare Fufindo (Program Studi Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Padang ) dengan judul Pembinaan Kesiswaan di SMP Negeri Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan siswa yang optimal dapat terwujud dengan berbagai macam kegiatan siswa melalui program kesiswaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Firdaus (2009) yang berjudul Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Pengembangan Potensi Siswa SMK Negeri 5 Bandung. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari pelaksanaan ekstrakurikuler terhadap pengembangan potensi siswa SMK Negeri 5 Bandung.

(14)

Pada Siswa Menengah Kejuruan (SMK) Kota Semarang. Hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa kecenderungan remaja bertingkah laku melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat, melakukan pelanggaran hukum, bertindak antisosial serta melakukan perbuatan yang mengganggu kepentingan umum (intensi delinkuensi) akan menurun dengan semakin aktifnya remaja tersebut dalam kegiatan ekstrakurikuler dan sebaliknya intensi delinkuensi akan meningkat ketika remaja tersebut kurang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.

(15)

kesibukan mereka pada kegiatan ekstrakurikuler.

2.3 Kerangka Berpikir

Berangkat dari teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut.

Studi Pendahuluan Perancangan Uji Coba

Model manajemen

Uji coba terbatas erancangan: Model

manajemen esktrakurikuler

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari orientasi ini adalah agar lulusan dapat lebih mudah beradaptasi di semua bidang dalam lingkungan teknik sipil, selain itu mereka diharapkan mampu menguasai

2 Pre test dan post test Tes tulisan (UTS) Menjelaskan pengukuran performansi kerjas tingkatan dan penilaian performansi kerja secara benar dan lengkap Menjelaskan

Setelah validasi ahli media yang dilakukan oleh Bapak Drs Subagya M.Pd (Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret), diperoleh hasil untuk

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Optimasi formula sabun mandi cair ekstrak etanol rimpang jahe merah dilakukan menggunakan metode Simplex Lattice Design untuk dua variabel bebas (campuran dua komponen),

[r]

hati keperawatan dalam konteks yang lebih luas dari sejarah sosial.. Kanada.Sebagai perbandingan, pada tahun 1980-an, keilmuan

Riwayat keluarga dan klinik digunakan oleh ahli genetika klinis untuk mengetahui faktor penyebab dan membantu evaluasi diagnosis (9). Penelitian tentang retardasi