• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Generic Competitive Strategy Studi Pada Program Superintensif 14 Hari Di Professional Music Course Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab IV Hasil dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Generic Competitive Strategy Studi Pada Program Superintensif 14 Hari Di Professional Music Course Salatiga"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

38

Bab IV

Hasil dan Pembahasan

A.

Gambaran Professional Musik Course

1. Sejarah Hosana Musik menjadi PMC

Pemilik PMC sudah memulai bisnis kursus piano dengan nama Hosana Music sejak tahun 1996, yaitu dengan memberikan kursus musik privat dari rumah ke rumah. Di tahun 2002, pemilik membuka cabang di berbagai

kota/kabupaten (Semarang, Temanggung, Magelang,

Kebumen, Weleri, dll) serta memiliki sambilan mengajar di beberapa Perguruan Tinggi Musik. Saat itu memang pemilik belum memiliki rumah sendiri. Barulah pada tahun 2010, pemilik membeli dua unit rumah di Perumahan Prima Garden Kembang Arum Salatiga.

(2)

39

untuk memenuhi kebutuhan setiap siswanya sehingga materi dan pengajaran untuk tiap siswa akan berbeda menyesuaikan kebutuhan dan permintaan mereka.

Rancangan ini direalisasikan pada bulan April 2011 dengan mengganti namanya menjadi PMC (Professional Musik Course). Saat itu PMC hanya memiliki tiga orang pengajar (dua staf dan pemilik). Kini, PMC telah memiliki sekitar tigabelas orang pengajar. PMC sangat berkembang pesat, sehingga pemilik memutuskan untuk membeli satu unit rumah lagi didepan rumah yang sudah ada serta sebidang tanah yang masih berada disebelah dua rumah sebelumnya. Karena Program Superintensif 12 Hari mengharuskan siswanya untuk menginap, maka pemilik membangun asrama bagi siswa. Seiring berjalannya waktu, Program Superintensif 12 hari terus menerus di- upgrade, dan saat ini telah disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. PMC terus berkembang. Pada tahun 2014 ini PMC juga sudah memiliki ijin usaha dan tercatat di Diknas. Dengan demikian, PMC merupakan satu-satunya kursus musik di Salatiga yang tercatat di Diknas dan berbentuk CV.

2. Visi, Misi, dan Tujuan PMC

PMC memiliki beberapa visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai dalam menjalankan usahanya yang juga direfleksikan dalam setiap kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:

Visi: Membentuk musisi yang Profesional, Mandiri, Kreatif dan

Berkarakterdalam waktu yang singkat dengan

penanganan yang tepat.

(3)

40

1. Mempersiapkan kurikulum dan fasilitas belajar mengajar yang sistematis, praktis, lengkap dan sesuai standar internasional

2. Terus-menerus melakukan survey dan penelitian untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam bidang musik 3. Menjalin jejaring sosial dan kerjasama dengan berbagai

pihak seperti: kalangan akademis, tokoh agama, berbagai instansi swasta maupun pemerintahan serta masyarakat luas

4. Terus meningkatkan skill dan pengalaman mengajar bagi para tutor/staf pengajar

5. Menerapkan disiplin yang tinggi, tanggungjawab dan kerja keras baik bagi staf pengajar maupun siswa untuk mencapai target maksimal

6. Menjadikan seminar, training, workshop, konser dan ujian sebagai kegiatan wajib

7. Menjadikan praktek simulasi ibadah harian untuk membentuk dan menghasilkan “siswa yang siap pakai”.

Tujuan:

Dalam menjalankan usahanya, PMC memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan keuntungan dari tahun ke tahun 2. Meningkatkan jumlah siswa dari tahun ke tahun

3. Meningkatkan kualitas trainer atau pengajar dari tahun ke tahun

(4)

41

3. Program Superintensif 14 Hari

Program Superintensif 14 Hari merupakan program yang dimiliki oleh PMC, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan musik kepada siswa dalam waktu 14 hari. Sebenarnya, PMC menyediakan program untuk pendidikan vocal dan beberapa jenis alat musik (piano/keyboard, drum, bas, gitar, dan biola). Akan tetapi, program yang paling diminati adalah piano. Jadi, dalam penelitian ini hanya dibatasi Program Superintensif 14 Hari untuk alat musik piano/keyboard. Dalam program ini, siswa dijamin akan mampu mencapai target yang ditetapkan. Misalnya, siswa yang awalnya belum memiliki keterampilan bermain piano sedikitpun, dalam waktu empatbelas hari akan mampu bermain piano.

Sebelum pelaksanaan program, siswa diwajibkan mengikuti tes penempatan/pre-test (untuk mengetahui kemampuan awal siswa) dan wawancara oleh pemilik untuk mendapatkan kartu garansi. Program ini dilaksanakan selama empatbelas hari, yaitu delapan jam setiap harinya, sehingga total pembelajaran adalah 112 jam. Untuk itu, para siswa dikarantina selama empatbelas hari di asrama yang sudah disediakan. Walaupun begitu, ada beberapa kasus yang tidak memungkinkan siswa (beberapa orang yang sibuk bekerja) untuk menginap di asrama. Hal ini diatasi dengan mengatur ulang jadwal yang disesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh siswa, namun dengan tidak mengurangi hak mereka. Dengan kata lain, mereka tetap mendapatkan 112 jam pelatihan. Dari sini dapat diketahui bahwa PMC sangat fleksibel dalam menjalankan program ini.

(5)

42

adalah pengulangan untuk yang dirasa masih kurang serta pengembangan diri. Dalam empatbelas hari tersebut, siswa diajar oleh beberapa orang pengajar dan memiliki beberapa kali kesempatan untuk diajar langsung oleh pemilik. Program Superintensif 14 Hari dibagi dalam empat level, yaitu:

a) Level 1 : Bisa (Setara Grade 5) → Grade 1 – 5 b) Level 2 : Terampil (setara Grade 8) → Grade 6 – 8 c) Level 3 : Mahir/Profesional (Setara D3/S1)

d) Level 4 : Teacher/Pengajar (dapat membuat kurikulum, metode pengajaran dan mengajar).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik PMC yang diadakan pada tanggal 14 April 2014, ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pengajar dan fasilitas dalam Program Superintensif 14 Hari sehingga program ini dapat lebih dimengerti, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1 Staf Pengajar dan Fasilitas dalam Program Superintensif 14 Hari di PMC

Staf Pengajar Fasilitas Tingkatan Penjelasan

Staf Junior  Masa training/percobaan

3 bulan

Staf senior  Masa training 9 bulan

 Boleh melakukan

improvisasi dalam mengajar

Staf ahli  Sudah dipercaya pemilik

karena keahliannya

(6)

43 20114 mengenai Program Superintensif 14 Hari

B.

Kondisi Persaingan di Lingkungan Sekolah

Musik di Salatiga

Analisis lima kekuatan persaingan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi persaingan yang ada di lingkungan sekolah musik di Salatiga. Analisis lima kekuatan persaingan memang biasa dilakukan di dunia bisnis ekonomi. Akan tetapi, dalam penelitian ini, analisis lima kekuatan diterapkan dalam bidang pendidikan, terutama sekolah musik. Analisis ini dilakukan dari sudut pandang pemilik PMC untuk menilai bagaimana kondisi persaingan industri sekolah musik di Salatiga. Apa saja yang merupakan lima kekuatan persaingan dalam industri sekolah musik di Salatiga tersaji pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

Rivalry among existing competitors 11 sekolah musik di Salatiga Duta Music, PMC, Joe Music, Astanada Music, Venny Music,

FSP UKSW, Toto Music, Salatiga Music School, String

(7)

44

1. Rivalry among Existing Competitors

Di salatiga, terdapat sebelas sekolah musik yang cukup dikenal. Mereka adalah Duta Music, PMC, Joe Music, Astanada Music, Venny Music, FSP UKSW, Toto Music, Salatiga Music School, String Kwartet Music, BIG music dan Reinhard Music. Jumlah ini termasuk jumlah yang lumayan banyak di sebuah kota kecil Salatiga. Dari segi jumlah siswa, sekolah-sekolah musik ini bisa dikatakan cukup seimbang. Beberapa diantara sekolah tersebut adalah sekolah musik yang sudah cukup lama di Salatiga. Sebagai contoh adalah Duta Music. Di Salatiga, Duta Music bisa dikatakan sebagai pelopor sekolah musik di Salatiga. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kini Duta Music lebih banyak bergerak di usaha alat-alat musik. Sekolah musik yang kedua sesudah Duta Music yang tidak kalah terkenalnya adalah Venny Musik. Letaknya berdekatan dengan Duta Music. Pengajaran di Venny Music lebih modern. Beberapa anak-anak diajarkan bermain piano atau keyboard mengikuti lagu kesukaan mereka masing-masing. Walau cukup terkenal, keduanya merupakan sekolah non formal, termasuk juga diantaranya adalah PMC, Toto Music, Joe Music, Salatiga Music School, Astanada Music, Reinhard Music dan yang terbaru adalah String Kwartet Music. BIG Music merupakan studio musik yang juga membuka kelas music. Sedangkan FSP

(8)

45

merupakan satu-satunya sekolah musik formal di Salatiga. FSP merupakan salah satu fakultas yang dimiliki oleh UKSW.

Menurut pemilik PMC, rata-rata sekolah musik ini hampir sama. Walaupun PMC memang merupakan satu-satunya sekolah musik yang berbeda karena program yang dimiliki, metode pengajaran yang sangat fleksibel sesuai dengan kebutuhan pelanggan, serta pelayanan yang berbeda dengan sekolah musik yang lain, serta adanya garansi dalam empatbelas hari dapat bermain musik. Dalam wawancara pada tanggal 14 April 2014 pemilik PMC menyatakan sebagai berikut:

“Menurut saya sih ya sekolah-sekolah musik di Salatiga ini hampir sama aja. Ya misalnya mereka menekankan musik klasik sebagai dasar kemudian dikembangkan ke kontemporer.”

Walaupun mereka memiliki banyak persamaan, banyak dari sekolah musik ini melakukan persaingan di segi harga. Mereka menurunkan harga dengan cara memberikan potongan harga untuk menarik pelanggan masuk ke sekolahnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa ada “perang harga” di antara sekolah musik yang ada di Salatiga. Selain harga, beberapa sekolah melakukan

berbagai promosi. Ada yang membuat brosur,

(9)

46

tidak segan-segan mengeluarkan biaya untuk memberi imbalan kepada para alumni. Selain itu, persaingan juga secara tidak langsung terjadi diantara para alumni tersebut. Misalnya, di sebuah gereja atau institusi tertentu para alumni ini akan saling „unjuk gigi‟ menunjukkan skill masing-masing seperti yang disampaikan oleh pemilik PMC dalam wawancara pada tanggal 14 April sebagai berikut:

“…lha yang paling sering persaingan terjadi itu malah di gereja. Di gereja itu nanti akan dilihat oh ini dari sekolah musik mana begitu. Mereka saling unjuk gigi skillnya. Nah, persaingan justru disitu, di tempat prakteknyalah mereka justru bersaing. Lebih ke skillnya.”

Dapat dikatakan bahwa promosi lebih banyak dilakukan oleh masing-masing alumni di tempat praktek mereka masing-masing. Selain itu, PMC sendiri juga seringkali menitipkan brosur kepada para alumni untuk pada akhirnya bisa diberikan kepada calon pelanggan di tempat mereka masing-masing. PMC juga memberi potongan harga atau bahkan menggratiskan mereka yang mampu membawa teman untuk belajar di PMC. Oleh

karena itu, disampaikan juga bahwa

PMC banyak mendapat siswa dari para alumninya yang mempromosikan PMC di tempat praktek mereka.

(10)

47

refreshing sederhana kepada siswa. Selain meningkatkan pelayanannya, PMC juga memberikan garansi kepada siswanya. Jika dalam empatbelas hari siswa tidak bisa mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya, maka PMC menjamin bahwa uang pasti akan dikembalikan. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan persaingan antar industri sekolah musik di Salatiga ketat

mengingat adanya persaingan harga, pemasaran,

peningkatan pelayanan dan garansi.

2. New entrants

Keuntungan yang besar dan kebutuhan modal yang kecil untuk memulai bisnis sekolah musik menimbulkan ketertarikan untuk ikut memulai usaha yang sama di bidang ini. Hal ini menimbulkan munculnya ancaman pendatang baru bagi sekolah musik yang telah ada. Yang termasuk ancaman pendatang baru dalam industri sekolah musik di Salatiga menurut pemilik PMC adalah Sekolah Musik pendatang baru yang berpotensial untuk menyaingi sekolah-sekolah musik yang sudah ada. Kekuatan new entrants ini sangat ditentukan oleh hambatan masuk yang ada. Semakin besar hambatannya, semakin rendah kemungkinan adanya ancaman dari pendatang baru potensial ini.

(11)

48

Program yang berbeda dan unik (Program Superintensif 14 Hari), serta memiliki reputasi baik, terutama dalam hal mendidik siswa. Yang berbeda dari program ini adalah sistem asrama yang diterapkan serta jaminan bahwa dalam waktu empatbelas hari siswa akan mampu mencapai target yang diinginkan. Hal ini disampaikan oleh pemilik pada tanggal 14 April 2014 sebagai berikut:

“Program unggulan yang kita miliki adalah Program Superintensif 14 Hari. Ini yang membuat kita unggul dari sekolah lain. Mungkin sekolah lain ada juga yang menawarkan belajar musik cepat, namun belum ada yang menjamin bahwa dalam 2 minggu siswa akan bisa bermain. Dan hanya sekolah kita yang berani melakukannya. Dan sudah ada sekitar 500 orang lebih yang membuktikannya. Dari segi layanan, kita menggratiskan untuk layanan asrama, tempat, makan dan minum. Ini salah satu daya penarik yang paling penting.”

Banyak dari pelanggan yang bersedia membayar lebih untuk program dan layanan yang ditawarkan karena keunikan yang dimiliki oleh PMC. Sebagai contoh, ada satu siswa yang berasal dari Bandung yang bersedia membayar sekitar Rp. 10.000.000,- untuk mengikuti Program Superintensif 14 Hari di PMC, walaupun harga umumnya adalah Rp. 2.800.000,-. Akan tetapi, sekolah-sekolah musik lain tidak memiliki diferensiasi sehingga bisa disimpulkan bahwa hambatan masuk karena diferensiasi tidak begitu tinggi.

(12)

49

Selanjutnya, di PMC siswa secara otomatis akan membangun jaringan sosial. Ini dikarenakan sistem asrama yang diterapkan yang mengharuskan para siswa untuk bersosialisasi. Hal ini sangat berharga untuk siswa. Salah satu siswa dalam wawancara pada tanggal 6 Juli 2014 mengatakan sebagai berikut, “Kalau di PMC itu lebih

kekeluargaan. Bisa makan bareng. Pelayanannya juga bagus”

Jaringan sosial yang sudah dibangun oleh siswa akan meningkatkan biaya peralihan yang cukup tinggi. Selain itu, ada transfer kredit yang bisa mempengaruhi biaya peralihan. Akan tetapi, dalam konteks sekolah musik, karena yang diajarkan adalah skill atau kemampuan, transfer kredit tidak begitu umum. Ditambah lagi sebagian besar sekolah musik yang ada di Salatiga merupakan sekolah non formal, bahkan hampir semua belum memiliki ijin dari Dinas Pendidikan, maka transfer kredit ini tidak diberlakukan. Sebagai contoh, ketika siswa masuk ke PMC, siswa akan dites terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kemampuan mereka. Jadi, walaupun mereka sudah pernah mengambil materi tertentu di sekolah yang berbeda, namun kalau dari hasil tes dinilai kemampuan mereka kurang, maka mereka akan tetap diberi materi yang sama. Hal ini membuat hambatan biaya peralihan ini tidak cukup tinggi karena walaupun ada jaringan sosial yang bisa dianggap sebagai biaya peralihan, namun pada kenyataannya, untuk beralih dari satu sekolah ke sekolah lain cukup mudah.

(13)

50

oleh pemilik PMC dalam wawancara tanggal 14 April 2014 sebagai berikut:

“… kita tidak memerlukan modal yang besar. Ibaratnya kita cuma modal bolpen aja juga bisa. Selain itu, kita juga modal alat saja. Dan alat itu kan bisa dijual kembali. Dan harganya bisa sama persis dengan harga belinya. Jadi soal peralatan gak masalah. Modalnya cukup kecil. Hanya pengalaman aja.”

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan modal untuk membuka usaha ini tidaklah besar. Selain itu, juga diperlukan biaya untuk periklanan atau pemasaran. Biaya yang dibutuhkan juga tidak begitu besar. Terakhir, kebijakan pemerintah yang mengekang juga dapat menjadi hambatan bagi pendatang baru. Dari hasil penelitian, tidak ada peraturan-peraturan yang membatasi untuk masuk ke industri ini dan bahkan perijinan untuk membuka usaha sekolah musik ini tidaklah sukar walaupun sebagian besar sekolah musik yang ada belum mendaftarkan sekolahnya ke Dinas Pendidikan. Berikut hasil wawancara dengan pemilik mengenai perijinan mendirikan sekolah musik pada tanggal 14 April 2014:

“Kalau masalah perijinan sendiri sebenarnya mudah karena depdikbud sendiri menyarankan sebenarnya untuk melaporkan terlebih dahulu nah setelah nanti jalan 6 bulan sampai 1 tahun nanti bisa memperlengkapi ijin. Nah sebetulnya kalau bisa memperoleh ijin itu ada fasilitas pendanaan dari pemerintah yang cukup besar. Jadi sebetulnya kalau ijin dan lapor akan lebih bagus.”

(14)

51

musik baru di Salatiga, termasuk dalam intensitas tinggi karena beberapa hambatan masuk yang ada rendah.

3. Buyers

Buyers dalam industri sekolah musik di Salatiga adalah pelanggan yang menggunakan program atau layanan yang diberikan oleh sekolah musik yang ada. Yang termasuk pelanggan disini adalah orang tua atau wali siswa dan siswa itu sendiri. Pelanggan sekolah-sekolah musik di Salatiga cukup bervariasi dan berasal dari berbagai golongan dan usia. Di PMC sendiri disampaikan bahwa sebagian besar pelanggan PMC berasal dari gereja atau kaum nasrani. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat yang membutuhkan keterampilan bermain musik adalah dari kalangan gereja, yaitu untuk pelayanan/mengiringi ibadah. Pelanggan PMC tidak berasal dari satu denominasi gereja saja atau satu gereja tertentu saja. Artinya, tidak ada satu kelompok pelanggan dari gereja tertentu yang mendominasi. Selain itu, PMC juga membuka kesempatan bagi pelanggan non Nasrani untuk belajar musik di sana. Sehingga bisa disimpulkan pelanggan di PMCpun cukup bervariasi.

(15)

52

diberikan penjelasan yang terperinci mengenai program dan layanan yang akan mereka terima.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan pelanggan terhadap industri sekolah musik di Salatiga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

dikarenakan para pelanggan bisa dengan bebas

menentukan sekolah musik mana yang akan mereka pilih. Selain itu, informasi yang pelanggan miliki mengenai beberapa sekolah musik di Salatiga cukup banyak.

4. Suppliers

Suppliers atau pemasok memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi posisi industri sekolah musik. Yang termasuk supplier disini adalah tenaga pengajar. Tenaga pengajar musik bisa dibilang banyak. Sebagian besar sekolah musik di Salatiga mengambil tenaga pengajar dari FSP UKSW, yang kebanyakan masih menjadi mahasiswa. Menjadi keuntungan bagi sekolah musik tersebut karena selain bisa dibayar dengan lebih murah, jika mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa yang bagus dari segi skill dan dapat mengajar dengan baik maka dapat memajukan sekolah musik tersebut. Sebaliknya, jika mahasiswa yang dipekerjakan tidak begitu bagus tidak akan memberikan banyak keuntungan bagi sekolah musik tersebut.

(16)

53

dan tidak sulit ditemukan, akan tetapi kehadirannya tetapkah penting untuk kelangsungan sekolah musik yang ada. Jika tenaga pengajar tidak ada, sekolah musik tersebut juga akan mengalami masalah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kekuatan pemasok berada dalam intensitas sedang.

5. Substitutes

Ancaman pengganti ini juga bisa menentukan posisi industri sekolah musik di Salatiga. Pengganti disini adalah program, produk, maupun layanan yang bisa mengancam posisi industri sekolah musik di Salatiga. Menurut pemilik PMC, pengganti tersebut adalah buku-buku musik yang ada di beberapa toko, dimana kehadirannya dapat mengancam sekolah musik yang ada karena ada kecenderungan bagi pelanggan untuk lebih memilih mempelajari musik sendiri dengan bantuan buku tersebut. Selain buku-buku musik, kehadiran kursus-kursus privat yang bersedia untuk datang ke rumah juga merupakan ancaman. Pelanggan yang memikirkan masalah efisiensi waktu serta kenyamanan dapat dengan mudah beralih ke kursus privat ini. Ancaman pengganti terakhir adalah banyaknya tutorial di internet yang bisa dengan mudah diakses oleh pelanggan. Tutorial ini sangat efisien dan efektif karena akan diperagakan juga bagaimana cara bermain musik yang benar.

(17)

54

sangat dimungkinkan dapat menggeser keberadaan sekolah musik yang ada. Pelanggan bisa memilih untuk mempelajari sendiri bagaimana bermain musik melalui buku-buku ataupun tutorial di youtube.

Jika dilihat dari segi harga, pengganti yang berupa buku-buku dan layanan internet seperti tutorial di youtube, memiliki harga yang relative lebih rendah dibandingkan harga untuk sekolah di sekolah musik. Biaya peralihanpun tidaklah banyak. Ditambah lagi karena internet sudah bukan hal yang asing bagi masyarakat, maka kecenderungan pelanggan untuk beralih kepada pengganti ini lumayan besar. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan ancaman substitusi dalam industri sekolah musik di Salatiga sangat tinggi. Hal ini dikarenakan harga yang rendah dan kinerja yang cukup tinggi oleh pengganti tersebut, serta kecenderungan pelanggan untuk beralih sangatlah besar walaupun jika dilihat dari jaringan sosial, biaya beralih lumayan tinggi. Dari uraian diatas mengenai kekuatan lima kekuatan persaingan di industri sekolah musik di Salatiga maka dapat disimpulkan sebagai berikut melalui Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Analisis Lima Kekuatan Persaingan di Lingkungan Sekolah Musik di Salatiga

Tinggi* - Adanya persaingan harga - Persaingan pemasaran

- Kebutuhan modal memulai usaha rendah

- Hambatan kebijakan

(18)

55

- Informasi yang dimiliki pelanggan cukup lengkap Kekuatan

pemasok

Sedang* - Walaupun keberadaannya penting, namun tenaga pengajar yang tersedia banyak dan mudah ditemukan

Kekuatan pengganti

Tinggi* - Harga substitusi terjangkau dan mudah diakses

- Kinerja substitusi tinggi - Kecenderungan pelanggan

untuk beralih cukup tinggi

Keterangan *) Penentuan tinggi rendahnya kekuatan persaingan merupakan hasil kesimpulan yang dibuat penulis berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi tiap kekuatan dalam bidang pendidikan

Setelah mengidentifikasi lima kekuatan persaingan, yang merupakan kondisi eksternal, maka kondisi internal yaitu strategi bersaing generik yang diterapkan oleh PMC pada Program Superintensif 14 Hari dideskripsikan sebagai berikut.

C.

Analisis Strategi Bersaing PMC

(19)

56

1. Diferensiasi

Dari hasil penelitian mengenai diferensiasi program dan layanan, PMC memilikinya. Dinyatakan bahwa PMC sangat berbeda dengan sekolah musik lain di Salatiga. Perbedaan itu terletak pada program yang dimiliki, pelayanan yang ditawarkan, pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, serta hasil dari pendidikan di PMC itu sendiri yang disertai dengan garansi.

Dari wawancara kepada tiga orangtua siswa, hanya satu yang menyatakan tidak tahu mengenai perbedaan PMC dengan sekolah lain karena belum pernah menyekolahkan anaknya di tempat lain. Sedangkan sisanya menyatakan bahwa PMC benar-benar berbeda dengan sekolah musik lain. Dari hasil wawancara dengan sembilan siswa, semua menyatakan bahwa PMC memang sangat berbeda dengan sekolah musik lain, dari segi program, pelayanan, pengajaran serta hasil.

Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa PMC sangat berbeda dengan sekolah musik yang lain. Perbedaan itu lebih lanjut dapat ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Perbedaan PMC dengan Sekolah Musik Lain di Salatiga

Let ak Per bed aan

PMC Sekolah Musik Lain

Pro

rogram Superintensif 14 Hari

-aransi

-elum ada Program sejenis ini

-elum ada yang memberi

(20)

57

PMC Sekolah Musik Lain

an

ayanan refreshing (outing)

-ayanan pendampingan di

tempat praktek

engajar sesuai dengan

kebutuhan dan karakter siswa

-etode pengajaran sesuai

dengan kebutuhan dan

karakter siswa

-urikulum sendiri yang berbeda sesuai dengan kebutuhan siswa dan berbeda untuk setiap siswa

-engajar disamaratakan untuk semua kebutuhan pelanggan

-etode pengajaran cenderung sama untuk semua pelanggan

-urikulum biasanya diambil dari yang sudah ada (luar negeri/dalam negeri) dan selalu sama untuk waktu dengan kebutuhan dan target yang sudah ditetapkan

-ebih dari 14 hari

a). Program

(21)

58

disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. Yang unik dari program ini, selain model karantina yang diadakan adalah adanya garansi yang menjamin bahwa dalam 14 hari siswa akan mampu mendapatkan hasil yang sudah ditargetkan bersama sesuai level masing-masing. Program ini benar-benar dibuktikan, bukan hanya sekedar alat untuk promosi. Hal ini dibuktikan dari pernyataan seorang siswa, dalam wawancara pada tanggal 21 April:

“Tidak ada sekolah musik lain yang berani memberikan garansi bahwa dalam 14 hari siswa akan bisa bermain piano jika tidak uang kembali. PMC telah membuktikan bahwa siswa yang dihasilkan oleh PMC melalui Program Superintensif 14 Hari dapat memperoleh apa yang ditargetkan. Hal inilah yang membuat saya tertarik belajar di PMC.”

Seorang siswa lain menambahkan bahwa dia juga menyaksikan temannya yang dari awal tidak bisa bermain piano dan bahkan tidak memiliki pengetahuan apapun tentang piano, hanya dalam 14 hari dia sudah bisa memainkan beberapa lagu dengan lancar. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk praktek lapangan, sehingga ketika mereka lulus, mereka menjadi pemusik yang siap pakai. Sebagai contoh, mereka yang memilih program musik gereja, diberi kesempatan untuk simulasi ibadah dan praktek di gereja untuk bermain atau mengiringi ibadah.

Dalam program superintensif 14 hari ini, banyak hal yang diberikan oleh PMC. Siswa tidak hanya dibekali dengan kemampuan musikalitas saja, tetapi mereka juga dibekali dengan pendidikan kepemimpinan dan karakter. Mereka sudah dianggap keluarga yang dibekali dengan pendidikan moral dan karakter.

(22)

59

Pemilik dan semua staf terbukti memberikan pelayanan yang sangat baik, memuaskan, yang membuatnya berbeda dengan sekolah lain. Dari hasil wawancara, beberapa siswa menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PMC. Bahkan mereka menyatakan bahwa mereka merasa sangat dihargai dan diperhatikan oleh PMC. Lebih lanjut, dalam program 14 hari tersebut, PMC mengadakan sebuah sesi yang disebut sebagai “Menata Ulang Kehidupan”. Dalam sesi ini, siswa diberi kesempatan untuk berkonsultasi dan membereskan segala permasalahan pribadi mereka. Dan pemilik menyatakan bahwa tidak sedikit dari siswa yang setelah lulus dari program 14 hari tersebut menjadi pribadi yang lebih baik.

Salah seorang siswa juga menyatakan bahwa di PMC sangat kekeluargaan. Hal ini membuat siswa merasa nyaman. Mereka bisa makan bersama, saling bercerita dan sebagainya. Para guru, termasuk pemilik juga dikatakan bahwa mereka mengajar dengan cara yang berbeda yaitu menganggap siswa sebagai teman. Sehingga siswa merasa nyaman. Untuk tetap memiliki pelayanan yang berbeda, PMC senantiasa berusaha

untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan

mengetahui keluh kesah dan kritik dari para pelanggan. Disampaikan oleh pemilik bahwa PMC memiliki orang khusus untuk mengetahui keluhan, kritik dan saran dari para siswa yang ada. Hal ini dilakukan sehingga PMC dapat mengetahui kekurangannya dan dapat memperbaikinya untuk senantiasa memuaskan pelanggannya.

(23)

60

Jika dilihat dari segi pengajaran, para guru di PMC menggunakan metode pengajaran yang berbeda yang membuat siswa tertarik dan lebih mudah mengerti. Salah satu siswa bahkan menyatakan bahwa para pengajar di PMC baik, sabar, dan lebih bagus. Mereka menyatakan bahwa pengajaran dan materi yang disampaikan di PMC sangat

applicable, tidak seperti sekolah musik lain. Lebih lanjut disampaikan oleh pemilik dalam wawancara bahwa PMC

menggunakan metode pengajaran, kurikulum, dan

pengajarnyapun disesuaikan dengan kebutuhan dan

kepribadian siswa masing-masing. Sehingga sangat dimungkinkan bahwa satu siswa akan diajar dengan kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang berbeda. Tujuannya adalah supaya hasilnya lebih maksimal. Pemilik lebih lanjut menyatakan bahwa siswa yang pandai sekalipun tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal jika diajar dengan kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang kurang tepat. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan kurikulum, metode pengajaran dan pengajar yang tepat untuk tiap siswa.

Untuk senantiasa menjadi beda dalam hal pengajaran, PMC memberikan training kepada para pengajarnya secara rutin. Disampaikan juga oleh pemilik bahwa para pengajar juga dites secara berkala untuk memonitor kualitas mereka.

Selanjutnya untuk tetap mempertahankan kualitas

pengajaran oleh para pengajar, PMC juga menyekolahkan beberapa pengajarnya. Contohnya, PMC saat ini sedang menyekolahkan beberapa pengajarnya ke FSP UKSW.

(24)

61

Jika dilihat dari waktu yang ditempuh untuk belajar musik di PMC, hampir semua siswa dan wali, dalam wawancara menyatakan bahwa mereka puas dengan hasilnya yang dirasa sangat berbeda dari sekolah musik yang lain. Sering disampaikan oleh semua siswa dalam wawancara, bahwa mereka merasakan perubahan yang sangat besar setelah belajar di PMC. Bahkan ada siswa yang berasal dari Bandung menyatakan perubahannya dalam bermain piano dalam wawancara pada tanggal 15 Juni 2014 sebagai berikut:

“Saya belum ada satu hari disini tapi saya sudah bisa bermain piano lebih baik. Sebelumnya saya belajar di sebuah sekolah musik terkenal di Bandung, namun saya belum bisa apa-apa. Sebaliknya, disini yang hanya beberapa jam saya sudah bisa bermain dengan baik. Pengajaran yang disampaikan sangat mudah dan dapat diterima dengan baik.”

2. Keunggulan Biaya

Dari hasil penelitian, harga yang ditawarkan oleh PMC tidak begitu mahal ataupun murah. Untuk program regular, PMC menetapkan harga yang sebagai berikut:

Tabel 4.4 Daftar Harga Kursus Reguler per Bulan di PMC

Dengan staf

Jenis kursus Biaya per bulan

1.A.regular/biasa (45 menit x 4) Rp 150.000,- 1.B.regular plus (60 menit x 4) Rp 200.000,- Jenis kursus Biaya per bulan

(25)

62

Jika dibandingkan dengan Venny Musik misalnya, harga tersebut diatas termasuk harga yang lebih mahal. Biaya kursus musik di Venny Musik untuk regular/biasa adalah Rp 150.000,00 per bulan sebanyak empat kali (@ 60 menit). Walaupun begitu, untuk program Superintensif 14 Hari, jika dilihat dari hasil dan fasilitasnya, harga yang ditawarkan relatif murah, yaitu Rp 2. 800.000,- untuk empatbelas hari. Jika dihitung per jam, dengan delapan jam pertemuan sehari berarti bahwa satu jam hanya Rp 25.000,. Harga ini relative murah jika dibandingkan dengan harga dari tempat kursus lain yang berkisar antara Rp 30.000,- - Rp 50.000,- per jam.

Dari tiga wawancara kepada orangtua mengenai harga yang ditawarkan oleh PMC, hanya satu yang mengatakan bahwa harganya sedang saja. Dua sisanya menyatakan bahwa walaupun harga yang ditawarkan cukup mahal, mereka tidak keberatan karena hasil yang didapat sangat memuaskan. Salah satunya adalah wawancara pada tanggal 14 April 2014 sebagai berikut, “Harganya mungkin mahal tapi jika

disesuaikan dengan apa yang didapat menjadi sangat murah.”

Jika dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan orang siswa, satu orang menyatakan bahwa harganya biasa saja, satu orang mengatakan mahal, dan yang lainnya mengatakan murah karena dilihat dari hasil serta fasilitas yang didapat. Bahkan, satu orang siswa yang mengatakan bahwa harganya mahal, pada akhirnya tidak keberatan karena melihat hasilnya, yaitu mengatakan sebagai berikut,

“Ya menurut saya lebih mahal ya. Tapi ya itu, dapatnya lebih baik. Karena murah tapi lebih lama ya sama saja.”

(26)

63

membayar lebih untuk program yang sama. Seperti misalnya ada seorang siswa dari Jakarta yang bersedia membayar Rp 10.000.000,- untuk satu bulan pelatihan (pemadatan empat level program). Siswa yang membayar sebesar ini merasa bahwa harga ini cukup mahal. Namun mereka tidak keberatan karena mereka lebih berorientasi kepada hasil. Sehingga bisa disimpulkan bahwa harga di PMC sangat fleksibel.

Beberapa siswa lain, yaitu siswa dari program regular yang kebetulan memilih diajar oleh pemilik langsung, juga menyatakan bahwa harga biaya kursus diPMC termasuk mahal. Namun, lagi-lagi siswa tetap mendapatkan kepuasan dalam hal kemampuan yang didapat. Siswa ini, dalam sebuah wawancara pada tanggal 21 April 2012 menyatakan:

“Walau dengan harga yang mahal, namun jika melihat pada hasil yang didapat, harganya jadi tidak seberapa. It’s

not a big deal. Bahkan jika dibandingkan dengan apa yang didapat dari sekolah musik lain PMC mampu memberikan lebih baik. Kebetulan suami saya juga belajar di tempat lain. Jika dibandingkan dalam waktu yang sama, kemampuan kami jauh berbeda.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa harga yang mahal tidak dianggap mahal jika dilihat dari hasil yang didapatkan sehingga menurut pemilik PMC, orangtua siswa dan siswa di PMC, PMC tidak menerapkan strategi keunggulan biaya.

3. Fokus

(27)

64

bahwa mereka yang memiliki kelemahan fisik maupun psikologis juga ditangani di sekolah ini. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang orangtua siswa yang diwawancarai pada tanggal 6 Juli 2014 sebagai berikut:

…kemarin saya lihat ada salah satu anak, yang kalau dibilang gimana ya? Autis gitu, ya kita bisa bilang agak autis gitu. Tapi kok ya diterima dan jadi bisa ya? Jadi ya dari semua golongan dan latar belakang ternyata diterima.

Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan bahwa walaupun awalnya banyak yang beranggapan bahwa PMC hanya diperuntukkan kepada kalangan gereja saja, ternyata PMC terbuka untuk pelanggan dari semua golongan. Hal ini semakin menunjukkan bahwa PMC tidak menjalankan strategi fokus dalam bersaing.

D. Pembahasan

1. Kondisi Persaingan di Lingkungan Industri Sekolah Musik di Salatiga

Kondisi persaingan antar sekolah musik di Salatiga dipengaruhi oleh lima kekuatan persaingan yaitu intensitas persaingan antar sekolah yang ada saat ini, ancaman masuknya pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli dan ancaman produk pengganti. Kelima kekuatan ini dapat diteliti pada penelitian ini walaupun ada beberapa faktor yang mempengaruhi masing-masing kekuatan tidak dimasukan dalam penelitian karena disesuaikan dengan konteks dunia pendidikan.

(28)

65

industri yang lamban yang menyebabkan adanya perebutan pasar, ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan, dan variasi pesaing. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah pesaing cukup banyak, yaitu ada sebelas sekolah musik. Pemilik PMC menyampaikan bahwa ada persaingan yang sangat ketat, terutama persaingan harga dan pemasaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas persaingan cukup tinggi. Pemilik menambahkan bahwa persaingan yang sangat tajam justru terjadi di tempat praktek para alumni. Kelihatannya ini bukan merupakan persaingan karena dilakukan oleh para alumni dan bukan oleh sekolah musik itu sendiri. Akan tetapi, secara tidak langsung, sekolah-sekolah tersebut juga ikut bersaing karena sebagai contoh adalah PMC, menggunakan para alumninya untuk memasarkan sekolahnya. Atau dengan kata lain, para alumni juga merupakan agen pemasarannya.

Dari keempat faktor penentu intensitas persaingan menurut Porter, tidak semua diteliti, yaitu biaya peralihan. Hal ini dikarenakan penulis menyesuaikan dengan tempat penelitian yang berupa sekolah musik. Penulis menyimpulkan bahwa intensitas persaingan tinggi dengan melihat faktor empiris yaitu adanya persaingan harga, pemasaran, peningkatan kualitas layanan dan garansi. Keempat faktor tersebut diatas ditemukan di industri sekolah musik di Salatiga.

(29)

66

persaingan yang begitu ketat, sekolah musik di Salatiga menjadi terjepit. Mereka harus menemukan strategi bersaing yang tepat yang dapat digunakan untuk melawan kekuatan persaingan yang ada.

Walaupun persaingan cukup ketat di lingkungan sekolah musik di Salatiga, namun dikatakan oleh pemilik PMC

bahwa sebenarnya masing-masing sekolah memiliki

hubungan yang sangat bagus. Jadi bisa dikatakan bahwa persaingan yang ada di lingkungan sekolah musik di Salatiga adalah persaingan yang sehat. Artinya, mereka bersaing dengan cara yang benar. Dari sini juga dapat diketahui bahwa ternyata dalam dunia pendidikan juga terjadi persaingan antar sekolah. Sekolah-sekolah yang ada juga mencari cara untuk mendapatkan siswa dan keuntungan mengungguli sekolah pesaingnya.

(30)

67

jaringan distribusi, keunggulan biaya absolute dan perlawanan dari institusi yang ada tidak diteliti.

Diferensiasi dan keunggulan biaya dinyatakan oleh Porter (1980) termasuk faktor yang dapat menjadi hambatan atau rintangan masuk bagi pendatang baru potensial. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua strategi bersaing ini cukup tepat digunakan untuk menanggulangi kekuatan pendatang baru karena dua strategi ini membentuk hambatan masuk bagi pendatang baru potensial.

Dari hasil penelitian, ancaman pendatang baru termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena kebutuhan modal yang sedikit, kurangnya diferensiasi produk dan tidak adanya kebijakan pemerintah yang mengekang. Hal ini sejalan dengan teori Porter (1980) yang mengatakan bahwa ancaman pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada. Jika rintangan/hambatan ini kecil maka ancaman pendatang baru potensial tinggi.

(31)

68

tersedia cukup banyak dan tersebar. Bahkan PMC mempekerjakan pengajar dari lebih dari tiga institusi.

Bisa dikatakan dalam menangani tenaga pengajar yang dapat dianggap sebagai pemasok cukup mudah. Jika tenaga pengajar sebagai staf yang dipekerjakan diperlakukan dengan baik dengan cara difasilitasi dengan berbagai hal. Diantaranya adalah diberikan gaji yang cukup, training, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Mau tidak mau, ketika diperlakukan dengan baik, maka tenaga pengajar akan bersedia bertahan di sekolah itu. Hal ini juga dilakukan oleh PMC sehingga sebagian besar tenaga pengajarnya adalah mereka yang sudah mengajar di PMC lama.

Buyers. Kekuatan pelanggan termasuk dalam intensitas tinggi karena sebetulnya produk sekolah musik tidak terdiferensiasi. Artinya untuk bisa bermain musik, pelanggan bisa mendapatkannya dari sekolah musik manapun atau dengan cara apapun. Kekuatan pelanggan yang kuat dapat ditanggulangi dengan strategi fokus, dengan catatan bahwa pelanggan datang dari kalangan menengah keatas yang mengharapkan sesuatu yang istimewa dan berbeda.

(32)

69

Ancaman Pengganti. Porter (1985) menyampaikan ada beberapa faktor penentu ancaman pengganti, yaitu (1) harga dan kinerja produk substitusi, (2) biaya beralih pemasok, (3) kecenderungan pelanggan terhadap pengganti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ancaman pengganti dari berbagai program dan layanan yang ditawarkan industri sekolah musik adalah buku-buku musik yang dihasilkan oleh beberapa penerbit, kursus privat yang mau datang ke rumah dan tutorial yang disediakan oleh internet, seperti youtube. Harga dari pengganti tersebut tidaklah mahal serta kinerjanya lumayan bagus. Hal ini mengakibatkan biaya peralihan tidak begitu tinggi. Selanjutnya, karena kita berada di dunia yang serba canggih, dimana internet ada dimana-mana dan didapat dengan mudah, maka kecenderungan pelanggan terhadap pengganti tersebut sangatlah tinggi.

Kekuatan pengganti yang tinggi tersebut dapat mengancam keberadaan atau posisi sekolah musik yang ada di Salatiga. Pearce dan Robinson (2000) menyatakan bahwa kecuali industri (sekolah musik) dapat mengupgrade kualitas dari produknya atau mendiferensiasikannya (lewat marketing), industri akan akan menderita dan mengalami penurunan pendapatan dan mungkin pertumbuhan. Oleh karena itu, strategi diferensiasi dinilai dapat digunakan untuk menanggulangi kekuatan pengganti yang tinggi tersebut. Walaupun begitu, strategi ini belum tentu berhasil mengingat di produk dari sekolah musik bukan merupakan yang terdiferensiasi. Artinya, kemampuan bermain musik yang menjadi produk sekolah musik dapat diperoleh di tempat lain.

(33)

70

positif yang membuat sekolahnya memikirkan berbagai macam cara untuk menandingi pengganti tersebut. Salah satunya adalah PMC juga menerbitkan buku-buku yang berisi tentang pembelajaran musik secara efektif dan efisien. Walaupun begitu, ancaman pengganti ini perlu diwaspadai karena kecenderungan pelanggan untuk beralih ke pengganti cukup besar mengingat akses internet dan berbagai hal memudahkan pelanggan untuk beralih. Bahkan bisa dikatakan bahwa ancaman pengganti merupakan kekuatan yang paling tinggi intensitasnya. Pelanggan bisa dengan mudah dan mengeluarkan biaya yang tidak banyak untuk dapat mengakses internet untuk mendapatkan tutorial dari youtube. Buku-buku yang tersedia di berbagai toko buku dari beberapa penerbit juga bervariasi dengan harga terjangkau. Yang terakhir, banyak kursusan dari perorangan yang mau datang kerumah dengan harga terjangkau yang menawarkan kenyamanan. Untuk itu, PMC harus membuat strategi yang tepat untuk menghadapi ancaman ini.

Dapat disimpulkan bahwa persaingan yang ketat diantara sekolah musik yang ada di Salatiga secara otomatis membuat posisi sekolah musik tersebut lemah sehingga mereka harus menemukan strategi bersaing yang tepat untuk dapat bertahan bahkan unggul. Selain itu, ancaman pengganti merupakan kekuatan yang paling tinggi dibandingkan dengan kekuatan persaingan yang lain karena kinerjanya yang mampu membuat pelanggan untuk beralih.

2. Strategi Bersaing Generik yang digunakan oleh PMC

(34)

71

keunikannya dalam menjalankan program Superintensif 14 Hari yang berbeda dengan sekolah lain, yang menawarkan pendidikan musik yang lebih berkualitas dan dalam waktu yang sangat singkat. Dikatakan oleh pemilik PMC juga bahwa

mereka melakukan berbagai cara untuk selalu

memperbaharui sistem yang ada untuk tetap menjadi sekolah musik yang berbeda dan unggul dari sekolah musik lain di Salatiga, bahkan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat David (2008) yang menyatakan bahwa setiap sekolah harus mencari cara untuk melakukan diferensiasi yang memungkinkan mereka untuk tetap unggul dan mendapatkan kesetian dari pelanggan.

(35)

72

keraguan pelanggan dalam hal kualitas. Mereka mungkin bisa menyangsikan kualitas yang didapatkan hanya dalam waktu empatbelas hari. Oleh karena itu, untuk menjalankan strategi diferensiasi, PMC harus lebih membuat produk mereka berbeda dengan sekolah musik yang lain, terutama dalam hal teknologi dan sebagainya.

(36)

73

beberapa bekas pakai untuk setelahnya dijual kembali dan masih mendapatkan keuntungan. Apa yang dilakukan PMC ini sebenarnya merupakan usaha sebuah instansi dalam mempertahankan strategi keunggulan biaya, yaitu dengan cara memilih harga yang ekonomis dan mengelola biaya menurun setiap tahun dalam setiap aspek. Oleh karena itu, sebenarnya PMC juga menerapkan strategi keunggulan biaya.

3. Strategi Bersaing Generik Berdasarkan Kondisi Persaingan yang ada

Tujuan akhir strategi bersaing adalah untuk menanggulangi kekuatan lingkungan demi kepentingan institusi. Aturan atau lingkungan persaingan yang ada dalam industri terdiri atas lima kekuatan bersaing (Kuntjoroadi dan Safitri, 2009). Dengan mengetahui kondisi persaingan di lingkungan industri yang ada akan lebih mudah menentukan strategi bersaing yang sesuai sehingga akan memaksimalkan hasilnya. Dalam penelitian ditemukan bahwa persaingan ketat, pelanggan kuat, pemasok sedang, ancaman pendatang baru tinggi, dan ancaman pengganti sangat tinggi. Dalam menghadapi kondisi persaingan seperti ini, strategi bersaing yang digunakan seharusnya adalah kombinasi ketiga strategi bersaing generik. Gambar 4.2 di bawah ini akan menggambarkan kondisi eksternal PMC (lima kekuatan di industry sekolah music di Salatiga) dan kondisi internal (strategi bersaing generik yang selama ini diterapkan PMC pada Program Superintensif 14 Hari).

Strategi Diferensiasi

Persaingan antar sekolah musik tajam

New Entrants

Supplier Buyers

Substitutes

Tinggi

Sedang Tinggi

(37)

74

Dalam penelitian ditemukan bahwa persaingan ketat, ancaman pendatang baru tinggi, pelanggan kuat, pemasok sedang dan pengganti tinggi. Untuk mengatasi kondisi persaingan yang seperti ini seharusnya PMC tidak bisa hanya menjalankan strategi diferensiasi saja mengingat produk sekolah musik bukan merupakan produk terdiferensiasi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seharusnya PMC dapat mengkombinasikan strategi diferensiasi dengan keunggulan biaya dan fokus dalam bersaing.

Pertama, persaingan yang ketat dapat ditanggulangi dengan strategi diferensiasi. Diferensiasi produk menciptakan lapisan pelindung terhadap perang persaingan karena pembeli memiliki preferensi dan loyalitas pada sekolah tertentu. Akan tetapi, produk yang ditawarkan oleh sekolah musik tidak terdiferensiasi artinya banyak produk pengganti sehingga walaupun sekolah melakukan diferensiasi, pelanggan tetap bisa dengan bebas menentukan sekolah yang mereka pilih. Lain halnya dengan strategi fokus yang akan melindungi sekolah dari persaingan. Suatu sekolah dengan strategi fokus akan memiliki pasarnya sendiri dan tidak berebut dengan sekolah lain.

(38)

75

Kedua, ancaman pendatang baru yang tinggi dapat diatasi dengan strategi diferensiasi yang dapat menjadi hambatan masuknya pendatang baru potensial. Loyalitas pelanggan karena diferensiasi akan memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar. Selain diferensiasi, keunggulan biaya juga dapat dijadikan hambatan masuk bagi pendatang baru potensial. Pendatang baru yang akan masuk ke industri sekolah musik harus menyaingi harga rendah yang ada untuk memiliki pasar.

Ketiga, pelanggan yang kuat dapat ditanggulangi dengan strategi fokus, dengan catatan bahwa pelanggan berasal dari kalangan menengah keatas. Pelanggan menengah ke atas akan merasa senang ketika mereka diperlakukan dengan khusus. Sebaliknya, jika pelanggan sensitif terhadap harga, maka strategi keunggulan biaya lebih tepat digunakan.

Gambar

Tabel 4.1 Staf Pengajar dan Fasilitas dalam Program Superintensif 14 Hari di PMC
Tabel 4.2 Analisis Lima Kekuatan Persaingan di Lingkungan Sekolah Musik di Salatiga
Tabel 4.3 Perbedaan PMC dengan Sekolah Musik Lain di Salatiga
Tabel 4.4 Daftar Harga Kursus Reguler per Bulan di PMC
+2

Referensi

Dokumen terkait

Figure 5 shows that the subbusiness processes in Cash and Bank Management functional domain correspond to five business services, 14 software services, seven

18 tahun 2017 tanggal 15 Juni 2017 mengenai Cuti Bersama Tahun 2017 dimana tanggal 23 Juni 2017 ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai hari libur, maka

[r]

Hasil survey awal dilapangan bulan Januari - Juli 2010 di Puskesmas Kampung Baru Medan menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah pasangan usia subur yaitu 980 pasangan, 700

Pilih ukuran pasak yang sesuai dengan kayu yang akan disambung, baik tebal maupun lebarnya.. Tentukan ukuran kayu penyambung (kayu tepi) yang cocok untuk ukuran pasak yang

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar AND dan NOT. Masukan terdiri dari dua atau lebih variabel mulai dari A, B, … dan satu variabel keluaran Q.

Catatan : Klarifikasi dihadiri oleh Direktur/Kuasa Direktur dengan membawa kelengkapan dokumen perusahaan serta referensi

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan penerapan metode Crossword