Laporan Praktikum
Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat
PRAKTIKUM III
PEMBUATAN HAY
OLEH:
NAMA
: Pismawati
NIM
: I111 14 066
KELOMPOK/GEL
: 1/3
ASISTEN
: Tumianti
LABORATORIUM ILMU HIJAUAN PAKAN DAN PASTURE
JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PENDAHULUAN
Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa mempunyai iklim tropis dimana dalam kurun waktu setahun terdapat dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan tentunya keberadaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) sangat berlimpah karena memang sangat dipengaruhi oleh distribusi air hujan disetiap bulannya, (sebaliknya produksi HPT menurun baik kualitas maupun kuantitasnya pada musim kemarau bahkan dengan semakin kurangnya air, produksi HPT terhambat sampai tidak berproduksi sama sekali. Padahal HPT yang merupakan pakan utama ternak ruminansia mutlak harus disediakan demi kelangsungan hidup ternak dan untuk kelangsungan berproduksi (Holm, dkk., 2000).
Kondisi fluktuasi ketersediaan HPT yang besar sangat berpengaruh bagi kelanjutan usaha ternak ruminansia sehingga harus ada upaya agar HPT tersedia sepanjang tahun dengan kualitas nutrisi tidak jauh berbeda karena mempengaruhi fisiologi tubuh ternak (Kartadisastra, 2001).
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Rumput Benggala (Panicum maximum cv panic)
Rumput ini berasal dari afrika tropik dan sub-tropik,dan sekarang tumbuh di seluruh daerah tropik. Termasuk tanaman rumput berumur panjang, tumbuh tegak, kuat, batang seperti padi, mencapai tinggi 2m - 2,5 m. Warna daun hijau tua,berdaun lebar, bentuk ramping, bagian tepi kasar tetapi lunak dengan lidah daun yang kuat,dan memiliki akar yang dalam. Banyak digemari oleh semua ternak terutama sapi. Sangat baik untuk dikeringkan sebagai hay maupun bahan silase disamping itu, dapat dijadikan rumput gembalaan.Berkembang biak dengan potongan-potongan bungkul akar dan tunas. Tumbuh di daerah dengan curah hujan 760 mm/tahun. Tahan naungan ,agak tahan kering,dapat juga tumbuh dari biji,mempunyai respon yang baik terhadap pemupukan. Tumbuh pada ketinggian 0-1.200 m dpl(dataran rendah ataupun dataran tinggi),serta tumbuh pada tanah yang berstruktur ringan hingga berat. Produksi rata-rata bisa mencapai 150 ton/ha/ tahun. (Holm, dkk., 2000).
Gambar 2. Panicum maximum cv panic (Reksohadiprodjo, 2011).
Menurut Reksohadiprodjo (2011), rumput benggala mempunyai sistematika Taksonomi sebagai berikut :
Phylum : Spermatophyte Subphylum : Angiospenonae Classic : Monocotyledonae Ordo : Giumiflora
Familia : Poaceae Sub Familia : Panicoideae Genus : Panicum
Spesies : Panicum maximum cv panic
Rumput benggala dapat tumbuh disegala jenis tanah seperti tanah yang kering, dan meskipun tahan kekerigan, tidak akan bertahan lama apabila terjadi kekeringan yang sangat parah. Beberapa strain lebih menyukai tanah tergenang air (waterlogging) untuk priode singkat (Holm, dkk., 2000).
pada batang dan 11% untuk seluruh tanaman pada umur pertumbuhan 4 minggu dan 5% pada umur pertumbuhan 12 minggu. Ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku dan lidah daun berbulu. Warna bunga hijau atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200 m di atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum cv panic yang dihasilkan mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 2011).
Gambaran Umum Hay
Hay adalah Tanaman hijauan yang di awetkan dengan cara di keringkan dibawah sinar matahari kemudian di simpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-30% disebut hay. Pengawetan dengan cara ini jarang di lakukan oleh peternak di Indonesia, mungkin karena jumlah hijauan yang tersedia relatif tak terbatas. Lain halnya dengan di negara empat musim, dimana hijauan yang tersedia pertahun sangat amat terbatas. Tidak dapat di pungkiri bahwa ketersediaan hijauan yang tak terbatas di Indonesia, justru lebih menyusahkan peternak di saat musim panas, walaupun sebetulnya hijauan relatif masih tersedia (Parakkasi, 2012).
harus dipanen saat menjelang berbunga berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal (Sutopo, 2011)
Hijauan kering yang disimpan dengan cara dimampatkan, dengan ukuran besar dan padat akan menghambat pengeluaran cairan dan panas. Panas yang berlebihan akan menimbulkan reaksi pencoklatan (browning reaction) sehingga hijauan tersebut akan kehilangan karbohidrat dan protein tercerna. Selain itu pencucian (leaching) kemungkinan terjadi, oleh karena itu sebisa mungkin hay
dihindarkan dari air hujan. Akibat dari pencucian adalah meningkatnya kadar serat kasar tidak tercerna serta lignin, kehilangan pigmen, aktivitas vitamin A menurun sehingga aktivitas vitamin D terhambat karena pengaruh sinar ultra violet (Sutedi, 2002).
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hay
meningkatnya kadar serat kasar tidak tercerna serta lignin, kehilangan pigmen, aktivitas vitamin A menurun sehingga aktivitas vitamin D terhambat karena pengaruh sinar ultra violet (Kartadisastra, 2001).
Radiasi cahaya matahari yang langsung kepermukaan dengan temperatur yang melebihi 65°C dapat menyebabkan terjadinya proses pemasakan kering olah radiasi cahaya matahari. Dan panas yang berlebihan akan menimbulkan reaksi pencoklatan (browning reaction) sehingga hijauan tersebut akan kehilangan karbohidrat dan protein tercerna. (Kartadisastra, 2001).
Metode pembuatan hay yang diterapkan ada dua yaitu: (Sutopo, 2011). 1) Metode hamparan
metode ini merupakan yang sederhana yaitu pembuatan hay yang dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah sinar matahari. Kadar air hay yang dibuat dengan metode ini mempunyai kadar air antara 20% samapai 30% yang ditandai dengan warnanya yang kecoklat-coklatan,
2) Metode pod
Ciri-ciri Hay yang Baik
Ciri cirri hay yang baik adalah berwarna hijau,kering tetapi tidak mudah patah, berbau harum agak manis dan wangi rumput, tidak berjamur serta tidak bercampur dengan bahan lain misalnya ranting kayu, gulma dan lain sebagainya. Rata rata hay memiliki kandungan serat kasar 25 – 32% dan TDN 45-55%. Hay yang berkualitas baik memiliki ciri ciri sebagai berikut: (Parakkasi, 2012).
1) Warnanya hijau kekuningan dan cerah 2) Baunya tidak tengik
3) Tekstur/keadaan fisiknya tidak terlalu kering, sehingga tidak mudah patah
4) Tidak berjamur atau ada kontaminasi pasir, tanah dan lain-lain.
Hay lebih mudah ditangani pada saat penyimpanan dan pengangkutan karena tidak memerlukan kondisi anaerob. Disamping itu, hay lebih ringan untuk diangkut karena kadar airnya rendah. Tetapi bila penanganan tidak tepat, akan lebih banyak daun yang hilang. Hay mudah terbakar , jika disimpan di gudang yang suhunya diatas 600C, resiko kebakaran lebih tinggi. Pembuatan hay secara
konvensional memerlukan panas matahari sehingga tergantung pada kondisi cuaca. (Subekti, 2009).
METODEOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Rakyat Mengenai Pembuatan Hay dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2016 pukul 07.30 WITA sampai selesai di Lahan Pastura, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Hay adalah Pisau, parang, timbangan, gunting, Tripod.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Hay adalah Rumput Benggala (Pannicum maximum cv. panic) Koran dan tali raffia.
Materi Praktikum
Perbedaan Bagian-Bagian Tanaman Untuk Mencapai Kadar Air Rendah
sampel 100 gram untuk menentukan kadar bahan kering dan memasukkan masing-masing sampel kedalam oven pada temperature 100oC selama 24 jam lalu
menimbang berat keringnya.
Berat Segar-Berat Kering
Kadar Bahan Kering =--- X 100% Berat Segar
Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kerusakan Bahan Kering
Memotong rumput benggala setinggi ± 20 cm dari permukaan tanah. Menimbang hijauan sebanyak 2 kg. Lalu memisahkan rumput benggala atas bagian daun, ujung batang (masih berdaun) dan batang (tanpa daun) menggunakan gunting. Menjajarkan rumput diatas kertas Koran yang berada dipermukaan atas tanah dan menyimpannya ditepat yang terkena sinar matahari selama 5 hari. Pada waktu malam, masukkan hiajaun kedalam ruangan yang terlindungi dari hujan. Setelah 5 hari pengeringan, mengambil masing-masing sampel 100 gram lalu memasukkannya didalam oven pada temperatur 100oC
selama 24 jam untik analisa bahan kering.kemudian setelah hari ke-3 dan ke-5 ambil sampel sebanyak 100 gram lalu memasukkannya ke dalam oven.
Bahan Kering Setelah 3 Atau 5 Hari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan Bagian-Bagian Tanaman Untuk Mencapai Kadar Air Rendah.
Pengaruh bagian-bagian tanaman untuk mencapai kadar air rendah dapat dilihat pada Tabel. 3:
Tabel. 3 Pengaruh Bagian-Bagian Tanaman Untuk Mencapai Kadar Air Rendah
Bagian Tanaman Daun Ujung Batang Batang Utuh
Berat Segar (g) 878 117 1005 Berat Kering (g) 27 35 39
Kadar BK (%) 86.5 82.5 80.5
Sumber: Data Hasil Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat, 2016
Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kerusakan Bahan Kering.
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap kerusakan bahan kering dapat dilihat pada Tabel. 4:
Tabel 4. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap kerusakan bahan kering Parameter Lama Pengeringan
0 3 5
Bahan Segar (g) 100 100 100
Berat Kering - 59 27
Kerusakan BK (%) - 41 73
Sumber: Data Hasil Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat, 2016
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai pembuatan Hay dapat disimpulkan bahwa kadar bahan kering daun yaitu 3.07%, kerusakan ujung batang yaitu 29.9%, dan kerusakan bahan kering batang utuh yaitu 38.8%. Dan Kerusakan bahan kering 3 hari yaitu 73 % dan 5 hari yaitu 41%. Untuk menghasilkan hay dengan kualitas yang tinggi minimal harus mempertemukan dua kondisi, bagian hijauan yang dipanen dengan kualitas yang bagus dan pengeringan hijauan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Holm, L. Plucknett, Pancho, dan Herberger., 2000. The world’s worst weeds: distribution and biology. East-West Center. University Press of Hawai. Kartadisastra, H. R. 2001. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak
Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 2012. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta
Reksohadiprodjo, S. 2011. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada.
Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Mediagro Vol. 5 No. 2 : 63 – 71.
Sutopo, L. 2011. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta Lubis, D. A.. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Hasil Perhitungan Perbedaan Bagian-Bagian Tanaman Untuk Mencapai Kadar Air Rendah
2. Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kerusakan Bahan Kering
Bahan Kering = 100% - Kandungan Air
3 Hari
Bahan Kering = 100% - 73% = 27 g
5 Hari