• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama seni budaya Nama Notulen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nama seni budaya Nama Notulen"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Nama “delman” diambil dari nama seorang Belanda yang konon merupakan pencipta alat angkut ini. Delman pertama kali muncul di Sukabumi, Jawa Barat pada zaman kolonial, sebagai alat angkut yang mampu membawa sekitar 6 penumpang termasuk sais. Delman dapat digunakan sebagai angkutan untuk daerah berbukit.

Delman memiliki ukuran panjang 315 cm, lebar 125 cm dan tinggi 167 cm. ** Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.

Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai

pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

Daftar isi

 1 Arti Ulos

 2 Jenis, makna dan fungsi o 2.1 Ulos Antakantak o 2.2 Ulos Bintang Maratur o 2.3 Ulos Bolean

o 2.4 Ulos Mangiring

o 2.5 Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu o 2.6 Ulos Pinuncaan

o 2.7 Ulos Ragi Hotang o 2.8 Ulos Ragi Huting

o 2.9 Ulos Sibolang Rasta Pamontari

o 2.10 Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar o 2.11 Ulos Sitolu Tuho

o 2.12 Ulos Suri-suri Ganjang o 2.13 Ulos Simarinjam sisi

o 2.14 Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan o 2.15 Ulos Tumtuman

(2)

 3 Pranala luar

Arti Ulos

Mangulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan.

Menurut pemikiran moyang orang batak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”. Mengingat orang-orang batak dahulu memilih hidup di dataran yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.

Demikian juga dengan huta/kampung yang ada di daerah tapanuli umumnya di kelilingi dengan pepohonan bambu. Dimana memiliki kegunaan bukan hanya sebagai pagar untuk menjaga serangan musuh saja, namun juga menahan terjangan angin yang dapat membuat tubuh menggigil kedinginan.

Ada 3 hal yang di yakini moyang orang batak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu : Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat di dambakan.

Ada 3 “sumber kehangatan” yang di yakini moyang orang batak yaitu : matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat di nyalakan setiap saat, namun tidak praktis untuk di gunakan

menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus di jaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.

Ulos pun menjadi barang yang penting dan di butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :

 Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).

 Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).

Sedangkan menurut penggunaanya antara lain :

 Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.

(3)

 Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.

Saat ini kita tidak membutuhkan ulos sebagai penghangat tubuh di saat tidur ataupun saat beraktifitas, karena ada berbagai alat dan bahan yang lebih maju untuk memberi kehangatan bagi tubuh pada saat berada pada udara yang sangat dingin. Tetapi Ulos sudah menjadi perlambang kehangatan yang sudah mengakar di dalam budaya batak.

Namun ini juga menjadi tantangan bagi budaya batak pada masa depan, karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai ulos dalam kekerabatan. Akankah anak-anak kita memandang ulos seperti memandang “kain pada umumnya”, bahkan lebih parahnya setelah kain tersebut di gunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian ulos tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.

Sangat berbeda “rasanya” dengan dengan menggunakan setelan jas yang modis dan ingin menggunakannya lagi dan lagi begitu setiap saat.

Jangan-jangan yang terbayang dalam pikiran mereka saat melihat ulos yang tergolek dalam lemari adalah acara adat yang melelahkan, njelimet adatnya, pusing karena gak tau bahasa batak, malu karena gak pinter martutur

(menempatkan diri dalam pertalian darah atau keturunan).

Akan sangat banyak tantangan masa depan yang akan menghimpit “niat maradat” bagi generasi muda masa depan. Seperti masalah ke uangan, penggunaan waktu, perkembangan pola pikir praktis, berkurangnya “rajaparhata” (orang yang mengetahui adat dan dapat memandu kegiatan adat dari awal hingga akhir).

Jenis, makna dan fungsi

Ulos Antakantak

Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor (menari).

Ulos Bintang Maratur

Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba, beberapa diantaranya yakni:

(4)

tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut di anggap merupakan suatu berkat dari Tuhan yang maha Esa yang di sertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru adalah merupakan situasi yang sangat menggembirakan, oleh karena itu ulos ini akan diberikan kepada orang yang sedang berada dalam suasana bergembira. Orang batak yang tinggal dan menetap di berbagai puak/horja di sekitar Tapanuli telah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Walaupun konsep dan pemahaman tentang adat itu secara umum adalah sama, namun pada hal-hal tertentu ada kalanya memiliki perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adat yang ada sejak turun-temurun. Oleh karena itu pemberian Ulos Bintang Maratur khusus di daerah Silindung di berikan kepada orang yang sedang bergembira dalam hal ini sewaktu menempati atau meresmikan rumah baru.

 Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hulahula kepada anaknya. Ulos ini juga di berikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai

Parompa (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran anak yang selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.

Ulos Bolean

Ulos ini biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.

Ulos Mangiring

Ulos ini dipakai sebagai selendang, Talitali, juga Ulos ini di berikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai Simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak di iringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai Parompa (alat gendong) untuk anak. kwlk;jetheth

Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu

Ulos ini dipakai sebagai Talitali dan Selendang.

Ulos Pinuncaan

(5)

 Dipakai dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita maupun suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ di sandang oleh Raja-raja Adat.

 Dipakai oleh Rakyat Biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat di pakai oleh suhut sihabolonon/ Hasuhuton (tuan rumah).

 Kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran (kelompok istri dari golongan hulahula), ulos ini juga di pakai/dililit sebagai kain/hohophohop oleh keluarga hasuhuton (tuan rumah).

 Ulos ini juga berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan. Ulos Passamot di berikan oleh Orang tua pengantin perempuan (Hulahula) kepada ke dua orang tua pengantin dari pihak laki-laki (pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.

Ulos Ragi Hotang

Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.

Ulos Ragi Huting

Ulos ini sekarang sudah Jarang di pakai, konon pada zaman dulu sebelum

Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang dililitkan di dada (Hobahoba) yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.

Ulos Sibolang Rasta Pamontari

Ulos ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada zaman sekarang, Ulos Sibolang bisa di katakan sebagai simbol duka cita, yang di pakai sebagai Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu), dan di pakai juga sebagai Ulos Tujung untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang di tinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini di pergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.

Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar

(6)

kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai Panoropi (yang meramaikan) .

Ulos Sitolu Tuho

Ulos ini difungsikan atau di pakai sebagai ikat kepala atau selendang.

Ulos Suri-suri Ganjang

Ulos ini di pakai sebagai Hande-hande (selendang) pada waktu margondang (menari dengan alunanan musik Batak) dan juga di pergunakan oleh pihak Hulahula (orang tua dari pihak istri) untuk manggabei (memberikan berkat) kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos gabegabe (berkat).

Ulos Simarinjam sisi

Dipakai dan di fungsikan sebagai kain, dan juga di lengkapi dengan Ulos Pinunca yang di sandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani (mendahului di depan). Yang memakai ulos ini adalah satu orang yang berada paling depan.

Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan

Pada zaman dahulu di pakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugala

h apabila nanti setelah tua dan meninggal akan di saput (di selimutkan,

dibentangkan kepada jasad) dengan ulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya yang di sebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.

Ulos Tumtuman

Dipakai sebagai talitali yang bermotif dan di pakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak pertama dari hasuhutan (tuan rumah).

Ulos Tutur-Tutur

Ulos ini dipakai sebagai talitali (ikat kepala) dan sebagai Handehande (selendang) yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).

Pranala luar

 Sebagian Besar Jenis Ulos Batak Punah. Antara News  Jenis-jenis ulos batak toba

(7)

[sembunyikan] l b s Batak Toba Pembagian Tanah

Batak Silindung • Samosir • Humbang • Toba

Sistem

Kekerabatan/MargaTarombo Batak • Partuturan

Marga Batak

Marga Batak di Samosir • Marga Batak di Silindung • Marga Batak di Toba • Marga Batak di Humbang

Daftar Marga Batak

Daftar marga suku Batak di Humbang • Daftar marga suku Batak di Silindung • Daftar marga suku Batak di Toba • Daftar marga suku Batak di Samosir

Kesusateraan Hata Batak • Aksara Batak • Umpasa • Umpama • Turiturian

Makanan/Masakan Khas

Saksang • Arsik • Manuk Napinadar • Tanggotanggo • Dengke Naniura •

Natinombur • Itak Gurgur • Pohulpohul • Ombusombus • Lampet • Benti • Dali Nihorbo • Sambal Tuktuk • Tipatipa • Mi Gomak • Na Nidugu • Hasang Sihobuk • Sasagun

Falsafah Dalihan Natolu

Upacara

Tonggo Raja • Perkawinan • Martumpol • Mangalua • Mangongkal holi • Manulangi Natuatua • Manulangi Ompung •

Manulangi Pahompu • Manulangi Tulang

Seni dan Budaya Tortor Batak • Ulos • Monsak • Pustaha •Gondang Batak • Abalabal

Alat musik Tradisional

(8)

Hasapi • Hesek • Sarune • Jenggong • Talatoit • Tanggetang • Odap • Garantung • Mengmung

Kepercayaan (Agama)

Parmalim • Parbaringin • Parhudamdam Siraja Batak • Gereja Suku Batak Toba • Zending Protestan di Tanah Batak • Misi Katolik di Tanah Batak • Alkitab bahasa Batak Toba

Mitologi

Mitologi Batak • Banua Ginjang • Banua Tonga • Banua Toru • Debata Idup • Djambu Baros • Ilik • Mangala Bulan • Manuk Patiaraja • Mulajadi Nabolon • Naga Padoha • Pane Nabolon • Soripada • Tapionda • Boraspati Nitano • Boru Pemandian Air Soda Tarutung • Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo, Kabupaten Dairi

Artikel bertopik pakaian ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Artikel bertopik Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Artikel bertopik Suku Batak ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

(9)

 Pembicaraan

 Baca  Sunting

 Sunting sumber  Versi terdahulu

Rumah Adat Toraja disebut Baruang Tongkonan, yang berasal dari kata "tongkon" (=duduk) dan "an" (=tempat). Jadi Tongkonan bisa diartikan tempat duduk, tempat orang desa berkumpul, bermusyawarah, dan menyelesaikan masalah-masalah adat. Bentuk Tongkonan berupa rumah panggung yang merupakan kombinasi antara batang kayu dan lembaran papan. Denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk dari material kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Uru, jenis kayu lokal dari Sulawesi. Kualitasnya sangat baik dan kayu tersebut banyak ditemui di hutan-hutan di Daerah Toraja.

Rumah Tongkonan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Kolong (Sulluk Banua)

2. Ruangan rumah (Kale Banua)

3. Atap (Ratiang Banua), bentuknya melengkung mirip tanduk kerbau.

Pada sisi sebelah barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil untuk sirkulasi udara dan masuknya cahaya matahari.

Latar belakang arsitektur Rumah Tradisional Toraja

berkaitan dengan falsafah kehidupan yang merupakan landasan dari kebudayaan orang Toraja itu sendiri. Dalam pembangunan

(10)

keyakinan bumi dan langit merupakan satu kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru mata angin, yaitu: 1. Utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia di mana Puang

Matua berada (keyakinan

masyarakat Toraja)

2. Timur disebut Matallo, tempat metahari terbit, tempat

asalnya kebahagiaan atau kehidupan.

3. Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu

kesusahan atau kematian.

4. Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang

mulia, tempat melepas segala sesuatu

yang tidak baik / angkara murka.

Keindahan Rumah Adat Toraja sangatlah perlu dijaga, begitu juga rumah adat, pakaian adat, dan keindahan Indonesia lainnya, sehingga tidak hilang ditelan bermunculannya arsitektur rumah modern

Tongkonan, Rumah Adat Tana Toraja

Rumah sebagai tempat tinggal memiliki fungsi dan peranan sosial bagi penghuninya. Masyarakat Tana Toraja mengenal dua golongan rumah, yaitu Banua Tongkonan (rumah adat) dan Banua Barung-Barung (rumah pribadi atau rumah biasa). Tongkonan adalah rumah tempat tinggal sekaligus tempat menjalankan fungsi dan peranan penguasa adat, sehingga kerap disebut rumah adat. Barung-barung merupakan tempat tinggal keluarga yang bukan penguasa.

Arsitektur tongkonan cukup unik ditilik dari bentuk atap dan penampilan bangunan. Ciri khas ini turun temurun dari nenek moyang dan tetap dipertahankan hingga sekarang. Ada empat tahap proses panjang perkembangan rumah adat Tana Toraja sebelum akhirnya terbentuk menjadi tongkonan, yaitu:

1. Banua Pandoko Dena

Rumah bentuk burung pipit yang masih sangat sederhana, merupakan rumah yang terdapat di pohon, terbuat dari ranting kayu yang diletakkan di atas dahan dengan dinding dan atap yang terbuat dari rumput berbentuk bundar seperti sarang burung pipit. Rumah ini berfungsi sebagai

perlindungan dari cuaca panas/hujan dan gangguan hewan buas.

2. Banua Lentong A’pa

(11)

3. Banua Tamben

Banua Tamben merupakan rumah yang terbuat dari kayu dengan bentuk atap yang menyerupai perahu pada kedua ujungnya dan menjulang ke atas.

4. Banua Toto atau Banua Sanda ‘Ariri

Bentuk rumah Banua Toto adalah persegi panjang dengan tiang yang jumlahnya lebih banyak dan teratur, bertingkat dua, dan dihiasi dengan ukiran.

Beberapa jenis tongkonan yang dikenal masyarakat Tana Toraja disesuaikan dengan peranan penguasanya, yaitu tongkonan layuk, tongkonan pekaindoran, dan tongkonan batu a’riri. Bentuk ketiga tongkonan ini serupa, hanya saja terdapat perbedaan pada tiang.

Tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran memiliki tiang tengah yang disebut a’riri posi disamping hiasan berbentuk kepala kerbau (kabogo) dan kepala ayam (katik),

- Tongkonan Layuk (maha tinggi/agung)

Merupakan tongkonan yang pertama kali menjadi pusat perintah dan kekuasaan dengan peraturan Tana Toraja dahulu kala.

- Tongkonan Pekaindoran (Tongkonan Kaparengngesan)

Tongkonan yang didirikan penguasa masing-masing daerah untuk mengatur pemerintahan adat berdasarkan aturan tongkonan aluk.

- Tongkonan Batu A’riri

Tongkonan yang berfungsi sebagai tali ikatan dalam membina persatuan dan warisan keluarga.

Umumnya tongkonan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2:1 dan memiliki 5 bagian struktur bangunan, yaitu (1) pondasi, (2) tiang, (3) lantai, (4) dinding, dan (5) atap. Lantai rumah terdiri dari 3 lapis. Dinding rumah terdiri dari papan yang diikat dengan pengikat yang disebut sambo rinding. Atap rumah terbuat dari bambu. Ornamen dan motif yang digunakan memiliki makna cara hidup masyarakat Tana Toraja. Warna yang dominan digunakan antara lain merah, putih, kuning, dan hitam. Merah berarti warna kehidupan, putih adalah warna daging dan tulang manusia, kuning melambangkan kemuliaan dan ketuhanan juga pengabdian, serta warna hitam yang menyimbolkan kesedihan dan kematian.

(12)

- Banua sang borong/sang lanta

Sebuah ruangan yang berfungsi untuk berbagai macam kebutuhan,

- Banua Duang Lanta

Rumah dengan dua ruang, yaitu satu ruang tidur disebut sumbung dan ruang sali untuk ruang kerja, dapur dan tempat meletakkan jenazah sementara.

- Banua Patang Lanta

Rumah dengan 4 ruang, terdiri dari dua jenis yaitu:

* Banua Di Lalang Tedong terdiri dari ‘sali iring’ (ruang dapur, ruang kerja, tempat tidur abdi adat, dan tempat menerima tamu).

* Sali Tangga terdiri dari tempat kerja, ruang tidur keluarga dan tempat jenazah yang akan diupacarakan.

* Sumbung (ruang tidur pemangku adat)

* Inan Kabusung (ruang tertutup yang dibuka kalau ada upacara).

- Banua Di Salombe, terdiri dari:

* Palanta/tangdo (ruang pemuka adat dan tempat upacara penyembahan)

* Sali Tangga (tempat bekerja dan tempat jenazah sementara),

* Sumbung (ruang tidur pemuka adat).

- Banua Limang Lanta

Rumah yang terdiri atas lima ruang, yaitu palata (ruang duduk dan tempat saji-sajian), sali iring (dapur, tempat makan dan tempat tidur adat),

paluang (tempat bekerja dan meletakkan jenazah), anginan (ruang tidur), dan sumbung kabusungan (ruang tempat menyimpan pusaka adat).

Seni bangun merupakan salah satu hasil budaya masyarakat. Masyarakat Nusantara membuat bangunan dalam berbagai fungsi, yaitu tempat tinggal,

lumbung padi, dan tempat beribadah.

(13)

decorative, dan itulah kemudian berwujud seni yang menghasilkan desain yang indah.

Ada berbagai faktor yang memberi bobot estetis pada kualitas arsitektur. Salah satunya adalah tata lingkungan (site). Bangunan hendaknya didirikan pada site yang memenuhi nilai estetis dan didukung oleh latar belakang yang menunjang keindahan. Karya seni bangunan Indonesia pada zaman Islam meliputi bangunan-bangunan masjid dan makam sebagai bangunan-bangunan sakral dan bangunan-bangunan istana atau bangunan tempat tinggal tokoh terkemuka dalam masyarakat sebagai bangunan profan. Pada dasarnya Islam tidak melahirkan tradisi seni baru di Indonesia. Maka dalam karya sini bangun pada zaman pemulaan Islam unsur-unsur seni bangunan pra Islam masih menjadi modal dalam meneruskan konsep seni bangunan, baik teknis maupun estetis. Tradisi seni bangunan kayu sudah dikenal sejak lama sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang kaya akan berbagai jenis kayu. Pada zaman Hindu tradisi ini mencapai puncak perkembangannya dan menghasilkan peraturan-peraturan seni bangunan sesuai dengan perkembangan kebudayaan pada waktu itu. Tradisi seni bangunan kayu dari zaman Islam ini dapat bertahan terus sampai datangnya pengaruh seni bangunan batu yang dibawa oleh kebudayaan

Barat yang masuk Indonesia. KecamatanTempe. Rumah adat tersebut dibangun tahun 1995 di pinggir Danau Lampulung, sekitar 3 km sebelah Timur Kota Sengkang.Di dalam kawasan ini telah dibangun puluhan duplikat rumah adat tradisional yangdihimpun dari berbagai kecamatan, sehingga kawasan ini representatif sebagai tempat pelaksanaan pameran.Di sekitarnya terdapat bangunan sebagai tempat menginap wisatawan, dekat dari danau.Hampir setiap tahunnya, kawasan budaya ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama saatdigelar berbagai atraksi budaya dan permainan rakyat.Di dalam kawasan tersebut dibangun sebuah rumah adat yang lebih besar yang dijulukiSaoraja - istana Tenribali, salah seorang matoa Wajo.Rumah tersebut mempunyai tiang sebanyak 101 buah. Setiap tiang beratnya 2 ton yangterbut dari kayu ulin dari Kalimantan.Tiang itu didirikan dengan menggunakan alat berat (eskavator). Lingkaran tiang rumah1,45 m dengan garis tengah 0,45 m, dan tinggi tiang dari tanah ke loteng 8,10 m.Bangunan rumah adat ini mempunyai ukuran panjang 42,20 m, lebar 21 m, dan tinggi bubungan 15 m. 1. Tiang utama ( alliri ). jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.

2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.

3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri

paling tengah tiap barisnya.

(14)

digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen. 2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah ( posi’ bola ). 3. Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.

2.RUMAH ADAT SAOMARIO

Sekitar 40Km dari pusat kota soppeng sebuah area yang luas yang dipenuhi Rumah adat dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Rumah adat Bugis, Rumah Adat makassar, Rumah Adat Toraja, Rumah Adat Mandar semuanya tertata rapi dalam area tersebut. Bahkan beberapa rumah adat nusantara dapat dijumpai di daerah ini. Sebut misalnya, rumah adat Minangkabau dan Batak.

Kompleks rumah adat Sao mario ini disamping berfungsi sebagai museum dengan koleksi berbagai jenis barang antik yang bernilai tinggi dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri seperti: Kursi, Meja, Tempat Tidur, Senjata Tajam dan berbagai macam batu permata. Di kompleks ini juga ada danau kecil tempat bersandar duplikasi perahu pinisi. Perahu kebanggaan masyarakat Bugis Makassar yang konon mampu mengarungi lautan luas diberbagai belahan samudera. Rumah Adat Sao Mario terletak di Kelurahan Manorang Salo Kecamatan Marioriawa, sekitar 30 km dari kota Watansoppeng.

Di dalam kompleks Rumah Adat Sao Mario ini, terdapat berbagai jenis Rumah Adat yang bergaya Arsitektur Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, Minangkabau dan Batak. Rumah Adat Sao Mario di samping berfungsi sebagai museum dengan koleksi berbagai jenis barang antik yang bernilai tinggi dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri seperti: Kursi, Meja, Tempat Tidur, Senjata Tajam dan

(15)

Ini adalah salah satu rumah adat di soppeng, dinamakan saomario. Rumah ini terbuat dari kayu hitam, dan mempunyai 100 tiang penyangga. didalam rumah tersimpan pusaka peninggalan raja-raja soppeng dulu.

3.RUMAH ADAT TONGKONAN TORAJA

Inilah salah satu bentuk kearifan lokal mengagumkan produk rumah adat di Indonesia. Tongkonan adalah rumah khas masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Hingga saat ini rumah unik tersebut bersama budaya Tana Toraja lainnya menjadi daya tarik wisata dan terus menerus diminati pelancong. Tongkonan adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dimana kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atapnya rumah tongkonan dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup dengan buritan. Ada juga yang mengatakan bentuknya seperti tanduk kerbau. Sekilas mirip bangunan rumah gadang di Minang atau Batak. Semua rumah tongkonan yang berdiri berjejer akan mengarah ke utara. Arah tongkonan yang menghadap ke utara serta ujung atap yang runcing ke atas melambangkan leluhur mereka yang berasal dari utara. Ketika nanti meninggal mereka akan berkumpul bersama arwah leluhurnya di utara.

(16)

yaitu bagian utara, tengah, dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok yang berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan sesaji. Ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit. Ruangan bagian tengah disebut Sali yang berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati.

Mayat orang mati masyarakat Toraja tidak langsung dikuburkan tetapi disimpan di rumah tongkonan. Agar mayat tidak berbau dan membusuk maka dibalsem dengan ramuan tradisional yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang. Sebelum upacara penguburan, mayat tersebut dianggap sebagai ‘orang sakit‘ dan akan disimpan dalam peti khusus. Peti mati tradisional Toraja disebut erong yang berbentuk kerbau (laki-laki) dan babi (perempuan). Sementara untuk bangsawan berbentuk rumah adat. Sebelum upacara penguburan, mayat juga terlebih dulu disimpan di alang sura (lumbung padi) selama 3 hari. Lumbung padi tersebut tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon palem (bangah) yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Saat Anda melihat rumah adat ini, ada ciri lain yang menonjol yaitu kepala kerbau menempel di depan rumah dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang utama di depan setiap rumah. Jumlah tanduk kepala kerbau tersebut berbaris dari atas ke bawah dan menunjukan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Di sisi kiri rumah yang menghadap ke arah barat dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih. Di sisi kanan yang menghadap ke arah timur dipasang rahang babi.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan dan metode untuk menentukan f ya dijabarkan sebagai berikut: a Untuk komponen struktur tekan yang menerima beban aksial dan komponen struktur lentur dengan nilai 

Terkait dengan kerjasama antar daerah, Daerah Otonom Baru (DOB), dan keuangan daerah, tantangan yang dihadapi pada tahun 2009 adalah: (l) belum optimalnya kerja-sama

Adapun hasilnya menunjukan begitu besarnya antusias peserta penyuluhan untuk memahami tentang cara mengatasi ISPA yang ditunjukan dengan banyaknya pertanyaan saat diskusi;

(1) Kepala Bidang Kepemudaan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas melalui Sekretaris melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan Bidang

Salah satu modifikasi yang telah berhasil dilakukan yaitu PGV-0 (Pentagamavunon-0) dan PGV-1 (Pentagamavunon-1) dimana dari hasil penelitian Sardjiman (2000) menunjukkan

Teknik yang digunakan penulis adalah teknik seni grafis cetak tinggi karena teknik ini merupakan teknik yang membuat penulis puas dalam menciptakan karya seni grafis.. Prosses