• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERISTILAHAN BELADIRI OTAR-OTAR MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERISTILAHAN BELADIRI OTAR-OTAR MASYARAKAT MELAYU SAMBAS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERISTILAHAN PADA BELADIRI OTAR-OTAR

MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

NONIK

NIM F1011131039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)

1

PERISTILAHAN BELADIRI

OTAR-OTAR

MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

NONIK

Nonik, Patriantoro, Amriani Amir

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

Email:ordephoenix26@gmail.com

Abstract

The research about describe the term, the component of meaning, the meaning of lexical and the meaning of culture in otar-otar martial art in form of movement, instruments music instrument and kuntau movement. The method that was used was observation method, interview, documentation, and descriptive. Based on the data analysis, otar-otar martial art there are some data which is rasists of is data for the terminology of otar-otar movement 4 data the terminology of instrument in otar-otar martial art, 4 data for terminology of otar-otar martial art music instrument, and 7 data for terminology of kuntau in otar-otar martial art. Result of data analysis of based on data analysis result of the meaning component that has been done and it was found that the meaning component of the otar-otar martial art movement there were 4 terminology data, the music instrument of otar-otar martial art there were 4 terminology data, and kuntau martial art movement there were 7 terminology data. The result of interview that was obtained, it means there were 6 cultural meaning in otar-otar martial art. It was 5 for otar-otar martial art movement and it was 1 for the instrument of otar-otar martial art.

Keywords: terminology, martial art, otar-otar, kuntau, Sambas Malay.

Setiap daerah memiliki seni beladiri yang khas. Seni beladiri selain berfungsi agar kita dapat melindungi diri sendiri dan sebagai pertunjukkan seni, beladiri juga dapat menjadi identitas daerah tertentu. Satu di antaranya adalah seni beladiri yang jarang diketahui oleh masyarakat adalah seni beladiri otar-otar. Seni beladiri otar-otar berasal dari daerah Sambas, Kalimantan Barat.

Otar-otar diartikan sebagai sebuah perisai bentuk bulat yang dapat digunakan sebagai alat penangkis atau tameng saat menghadapi musuh. Ia merupakan gabungan dari kuntau dan seni tari. Seni beladiri otar-otar dulunya merupakan silat yang digunakan oleh pendekar pengawal kerajaan pada zaman kepemimpinan Ratu Sepudak. Seiring perkembangan zaman, silat otar-otar

dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai pertunjukkan. Seni otar-otar hanya dilakukan oleh laki-laki saja dengan diiringi bunyi-bunyian dan peralatan serta pakaian. Otar-otar sering ditampilkan di tanah lapang atau halaman rumah pada acara pernikahan atau acara di kampung. Umumnya, otar-otar dilakukan oleh 5 orang yang terdiri dari 2 orang penari, 2 penabuh gendang, dan 1 orang pemukul gong.

(3)

2 bagian-bagian, serta bentuk beladiri yang

dilakukan.

Otar-otar di dalam pertunjukannya, juga diikuti dengan kuntau. Kuntau sendiri adalah beladiri seperti silat yang terdapat dibeberapa daerah di Indonesia. Namun, kuntau setiap daerah memiliki perbedaan masing-masing yang disesuaikan dengan kebudayaan daerahnya. Pada pertunjukkan otar-otar, kuntau ditampilkan atau dipertunjukkan pada bagian akhir. Jadi, pada pada bagian awal, gerakan otar-otar terlebih dahulu ditampilkan kemudian dilanjutkan dengan gerakan kuntau. Menurut narasumber, ditambahkannya gerakan kuntau ke dalam pertunjukan beladiri otar-otar dikarenakan durasi otar-otar yang dianggap terlalu sedikit atau singkat.

Masyarakat Sambas umumnya banyak yang tidak mengenal otar-otar. Banyak masyarakat yang mengenal otar-otar dengan istilah kuntau. Bahkan, masyarakat di Kecamatan Galing khususnya, yang melestarikan tradisi otar-otar ini, dahulu juga menyamaratakan beladiri ini dengan nama kuntau, sehingga mereka menyebutnya dengan nama kuntau bukan otar-otar. Baru-baru ini nama otar-otar lebih dikenal dan dibedakan dari kuntau.

Penulis memilih melakukan penelitian di Kecamatan Galing dikarenakan seni pertunjukan otar-otar hanya terdapat di Dusun Kota Lama, Desa Ratu Sepudak Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Kecamatan Galing merupakan sebuah kecamatan baru hasil pemekaran Kecamatan Teluk Keramat. Kesenian otar-otar ini terdapat di Desa Ratu sepudak. Desa Ratu Sepudak terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Kota Lama. Penelitian mengenai kuntau di dalam otar-otar ini dilakukan di daerah Tangaran, Kabupaten Sambas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai kuntau di daerah Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing. Maka dari itu, penulis akan melakukan penelitian di Tangaran, karena lokasi informan yang lebih mengetahui kuntau berada di daerah tersebut.

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran di sekolah khususnya di Kabupaten Sambas dan Kalimantan Barat. Peristilahan yang terdapat dalam penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada K13 (Kurikulum 13) pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) Kelas VII semester gasal dengan KI (Kompetemsi Inti):

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Selanjutnya dengan KD (Kompetensi Dasar). KD 3.1 : Memahami teks hasil observasi,

tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan. KD 4.1 : Menangkap makna teks hasil

observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan.

(4)

3 Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah

itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Chaer (2003:9) menjelaskan, dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah yang karema sering digunakan jadi kosakata umum, artinya istilah itu tidak hanya digunakan di dalam bidang keilmuannya tetapi juga telah digunakan secara umum, di luar bidangnya.

Chaer (1990:53), istilah memiliki makna yang tepat dan cermat serta hanya digunakan hanya untuk satu bidang tertentu. Selain itu, Djajasudarma (1993:31), nama tertentu yang bersifat khusus untuk setiap bidang ilmu disebut istilah. Djajasudarma (1993:32) menjelaskan, istilah adalah nama tertentu yang bersifat khusus atau suatu nama yang berisi kata atau golongan kata yang cermat, mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dibidang tertentu. Suwardjono (2004:1) menuturkan bahwa istilah ialah kata yang dengan cermat mengungkapkan proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Jadi, istilah merupakan gabungan kata yang memiliki makna atau arti dalam bidang tertentu.

Verhaar (2010:285) semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Pemakaian arti dibedakan dari makna. Menurut Subroto (2011:21), arti selalu dibedakan antara arti (meaning) dan makna (sense). Hal itu berarti ada perbedaan pengertian di antara istilah-istilah tersebut di dalam studi semantik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Djajasudarma (2012: 21), pemakaian makna dan diberbagai bidang dan konteks, pemakaiannya disejajarlan dengan arti, dan keberadaannnya tak pernah dikenali secara cermat, sehingga dianggap sejajar. Menurut Abdullah (2012:90), arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat dalam kamus sebagai leksem.

Selain itu, Akmajian (Parera, 2004:54), ia telah mencatat penggunaan kata mean dan meaning dalam bahasa Inggris yang kata mereka tidak relevan dengan studi bahasa tentang makna. Suhardi (2015:52), arti adalah sesuatu yang berkaitan dengan guna atau faedah. Menurut Sugono (Suhardi, 2015:52),

arti adalah interprestasi; kehendak; kepentingan; maslahat. Makna dan arti dibedakan maksud dan pemakaiannya. Berikut merupakan jenis-jenis dari arti; (1) Arti Leksikal merupakan arti yang sebenar-benarnya atau arti yang sesungguhnya. Menurut Subroto (2011:32), Arti leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah bahasa yang lebih kurang bersifat tetap, (2) Arti Konotatif merupakan kata pada sebuah morfem atau kata yang memiliki arti berbeda dari seharusnya dikarenakan suatu situasi atau konteks. Menurut Subroto (2011:47), arti konotatif atau adalah tipe arti tambahan atau pinggiran yang berada di sekitar arti pokok. Arti itu bersifat perorangan, bergantung pada pengalaman hidup orang perorang. Tipe arti itu juga muncul berdasarkan daya kreativitas orang per orang. Oleh karena itu arti tersebut tidak dapat ditiru atau dicontoh oleh orang lain, (3)Arti Kultural adalah bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat atau penutur terikat erat dengan kebudayaannya. Arti kultural sebuah bahasa adalah arti yang secara khas mengungkapkan unsur-unsur budaya dan keperluan budaya secara khas aspek kebudayaannya. Arti kultural itu begitu khasnya sehingga hamper tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa lain. (Subroto, 2011:36). Selain itu, menurut Subrtoto (2011:37) arti kultural dalam suatu masyarakat pada umunya dikaitkan dengan siklus kehidupan mulai dari saat lahir sampai dengan saat kematian. Juga dikaitkan dengan upacara-upacara mencari kehidupan.

Terdapat beberapa jenis makna di dalam semantik. Djajasudarma (2012:7), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Palmer (dalam Djajasudarma, 2012:7), makna hanya menyangkut intrabahasa. Lyons (dalam Djajasudarma, 2012:7), mengkaji atau memberikan makna suatu kata berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain.

(5)

4 Aspek makna pengertian ini dapat dicapai

apabila antara pembicara/penulis dan kawan bicara berbahasa sama. Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud (Djajasudrama 2013:3).

Karim (2013), makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, baik yang disebut morefem dasar maupun morfem afiks. Kushartanti (2005:114), semantik merupakan bidang linguistik yang mmpelajari makna tanda bahasa. Makna dalam semantik memiliki manfaat. Makna juga memiliki fungsi di dalam kalimat. Putrayasa (2010:20), kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada akhir atau turun. Sejalan dengan pendapat tersebut, ukuran atau ciri utama sebuah kalimat adalah intonasi. Dalam hal ini, Chaer (2013:12), semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.

Karim (2013:7), semantik bermanfaat bagi kita dalam mempelajari dalam suatu bidang tertentu. Semantik mempermudah informasi yang akan disampaikan dan yang akan diterima menjadi tersampaikan dan mudah dipahami.

Analisis komponen makna kata diperlukan sebagai alat bantu dalam menginventarisasikan peristilahan yang di dapat. Analisis komponen makna adalah kegiatan pengelompokan istilah yang di dapat berdasarkan ciri-cirinya. Sehingga mempermudah kita untuk membedakan istilah yang terlihat mirip secara arti. Chaer (2009:114), komponen makna atau komponen semantik mengjarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentu makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Kridalaksana (2008:129), adalah satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna atau kata ujaran; misal unsur-unsur [+insan], [+ muda], [+ laki-laki] dan sebagainya, adalah komponen makna dari kata buyung.

Pateda (2010:60), kata-kata yang berdekatan makna, ada yang berjauhan, ada yang mirip, ada yang sama, bahkan ada yang

bertentangan. Untuk mengetahui seberapa jauh kedektan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna, orang perlu mengetahui komponen makna samapi sekecil-kecilnya, perlu analisis. Karena yang dianalisis adalah makna yang tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis komponen makna.

Parera (2004:159), analisis komponen makna yaitu menemukan komposisi makna kata disebut pula dekomposisi kata. Parera (2004:160), dekomposisi semantik kata itu dapat dilanjutkan sampai dengan penemuan komponen makna yang terkecil dengan membedakan dua kata atau lebih. Dekomposisi di atas bersifat sederhana dan tradisional. Kita dapat menambahkan komponen kandungan

‘insani, bernyawa, terbatas’.

Suhardi (201:107), analisis komponen makna kata adalah analisis penemuan kandungan makna kata atau komposisi makna kata. Melalui analisis komponen makna, pengiventarisasian data peristilahan dapat dibedakan dengan lebih jelas. Aminuddin (2011:128), analisis komponen sangat bermanfaat dalam upaya memahami fitur semantis suatu kata sehubungan dengan ciri referen, pemberian abstraksi, maupun konseptuaisasinya. Selain itu juga bermanfaat dalam usaha memahami berbagai kemungkinan makna suatu kata atau ciri relasi kata-kata dalam bacaan.

METODE PENELITIAN

(6)

5 buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Djajasudarma (2006:16), deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Melalui metode deskriptif penulis menganalisis dan menguraikan hasil data yang diperoleh.

Bentuk penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Muhammad (2014:31) merupakan

aktivitas atau proses “memahami” hakikat

fenomena dengan latar alamiah, dengan berporos pada data deskriptif yang disediakan dengan triangulasi untuk dianalisis sehingga menghasilkan pemahaman yang holistik berdasarkan perspektif partisipan yang sesuai dengan konteksnya. Siswandari (Dalam Aditya, 2013:1), dalam pengertian sehari-hari data dapat berarti fakta dari suatu objek yang diamati yang dapat berupa angka maupun kata-kata. Data dari penelitian ini adalah kata dan frasa yang mengandung peristilahan dalam seni beladiri kuntau dan otar-otar.

Toswari (2017:1), data dalam penelitian adalah suyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian yang akan didapat adalah istilah yang digunakan oleh Masyarakat Melayu Sambas yang menggunakan Bahasa Melayu Dialek Sambas dalam peristilahan beladiri kuntau dan otar-otar Masyarakat Melayu Sambas yang berupa alat, bagian-bagian, serta bentuk beladiri yang dilakukan. Sumber data ini diperoleh dari informan. Mahsun (2013:141), syarat-syarat untuk pemilihan seorang informan adalah:

1. berjenis kelamin pria atau wanita; 2. berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun); 3. orang tua, istri, atau suami informan lahir

dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya;

4. berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);

5. bestatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya;

6. pekerjaannya bertani atau buruh;

7. memiliki kebanggan terhadap isoleknya; 8. dapat berbahasa Indonesia, dan

9. sehat jasmani dan rohani.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam mengambil data di lapangan adalah dengan menggunakan teknik perekam dan wawancara terstruktur. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam, alat tulis, alat perekam video dan instrument wawancara. Penulis sebagai instrument kunci perencana, pelaksana, penganalisis, dan pelopor hasil penulisan. Langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Penulis bertemu dan bertatap muka dengan narasumber.

2. Penulis bertanya jawab dengan informan menggunakan istrumen wawancara.

3. Penulis mencatat dan merekam jawaban informan.

4. Penulis mendeskripsikan hasil wawancara. 5. Penulis membawa hasil rekaman yang telah

dicatat.

6. Penulis mengidentifikasi hasil rekaman. 7. Penulis menguji hasil rekaman.

Pengujian keabsahan data dilakukan melalui cara berikut ini.

1. Ketekunan Pengamatan 2. Kecukupan Referensi 3. Triangulasi

Menurut Muhammad (2014:223) analisis data mengimplisitkan hasil analisis, seperti kaidah, pola-pola atau deskripsi yang terkait dengan fokus penelitian. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data tentang peristilahan beladiri kuntau dan otar-otar.

1. Langkah pertama, data yang diperoleh di lapangan diinventarisasikan. Setelah itu data di klasifikasikan sesuai dengan masalah penelitian.

2. Selanjutnya dilakukan analisis data. Langkah-langkahnya sebagai berikut ini. a. Data yang terkumpul akan

diiventarisasikan.

b. Peristilahan tersebut, selanjutnya diartikan berdasarkan makna kulturalnyanya.

c. Data peristilahan yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis komponen.

(7)

6 HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1. Inventarisasi dan Arti Leksikal Peristilahan Beladiri Otar-otar

Inventarisasi data dan arti leksikal yang didapat dari penelitian tentang beladiri otar-otar terdapat data yang terdiri dari 15 data peristilahan gerakan beladiri otar-otar, yaitu ฀  ฀ ฀ ฀ ฀.Terda pat 4 data peristilahan alat dalam beladiri

otar-otar, yaitu

฀ Setelah itu, 4 data peristilahan alat musik beladiri otar-otar, yaitu ฀ ฀ Kemudian yang terakhir, 7 data peristilahan dalam gerakan kuntau,yaitu   ฀

2. Makna Kultural Peristilahan Beladiri

Otar-otar

Makna kultural yang didapat dari penelitian tentang beladiri otar-otar terdapat data yang terdiri dari 15 data peristilahan gerakan beladiri otar-otar, yaitu ฀  ฀ ฀ ฀ ฀.Terda pat 4 data peristilahan alat dalam beladiri

otar-otar, yaitu

฀ Setelah itu, 4 data peristilahan alat musik beladiri otar-otar, yaitu ฀ ฀ Kemudian yang terakhir, 7 data peristilahan dalam gerakan

kuntau,yaitu   ฀

3. Komponen Makna

a. Komponen Makna Alat Dalam Beladiri Otar-Otar

1) / aktivitas yang dilakukan; berdiri, maju, mengelilingi lawan, membentangkan tangan, melompat dan melangkah; jumlah orang berdua; kegunaannya sebaggai pembuka; serta tidak menggunakan alat beladiri. Leksem [/[] bermaksud sebagai pembuka seni beladiri otar-otar.

2) Frasa aktivitas yang dilakukan, berdiri, maju, berputar, menglilingi lawan, melompat, melangkah, dan mengayunkan mambo; jumlah orang berdua; kegunaannya sebagai pembuka; menggunakan alat mambo dan sendeng.

3) Frasa aktivitas yang dilakukan, berdiri, menangkis, memukul mambo lawan, mengayunkan mambo; jumlah orang sendiri, kegunaannya untuk memnacing lawan; menggunakan alat mambo dan sendeng.

4) Leksem aktivitas yang dilakukan adalah berdiri, maju, membentangkan tangan, menangkis, memukul mambo, melangkah, mengayunkan mambo; jumlah orang yang melakukan berdua; kegunaannya untuk menahan serangan; menggunakan alat mambo dan sendeng.

(8)

7 menggunakan alat mambo dan

sendeng.

6) Frasa memiliki aktivitas yang dilakukan, berdiri, dan membentangkan tangan; jumlah orang sendiri. Kegunaannya untuk memancing lawan; menggunakan alat mambo dan sendeng.

7) Frasa memiliki aktivitas yang dilakukan, berdiri, maju, mengelilingi lawan, membentangkan tangan, memukul mambo, melangkah, dan mengayunkan mambo; jumlah orang sendiri; kegunaannya untuk menyerang; menggunakan alat mambo dan sendeng.

8) Frasa

฀memiliki; aktivitas yang dilakukan, duduk, menangkis, memukul mambo, mengayunkan mambo; jumlah orang sendiri; kegunaannya untuk memancng lawan; menggunakan alat mamo dan sendeng.

9) Leksem  memiliki; aktivitas yang dilakukan, berdiri, menendang, maju, mundur, berputar, mengelilingi lawan, membentangkan tangan, melompat, menangkis, melangkah; jumlah orang berdua; kegunaannya untuk menyerang dan menahan serangan; tanpa menggunakan alat.

10)Frasa memiliki; aktivitas yang dilakukan berdiri, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentangkan tangan, melompat, menangkis, melangkah; jumlah orang berdua. Kegunaannya menyerang dan menahan serangan; tanpa menggunakan alat.

11)memil

iki; aktivitas yang dilakukan berdiri, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentangkan tangan, melompat, menangkis, melangkah; jumlah orang berdua.

Kegunaannya menyerang dan menahan serangan; tanpa menggunakan alat.

12)฀

memiliki; aktivitas yang dilakukan, duduk, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentangkan tangan, menangkis; jumlah orang berdua; kegunaannya menyerang dan menahan serangan lawan; tanpa menggunakan alat.

13)memili ki; aktivitas yang dilakukan, duduk, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentangkan tangan, menangkis; jumlah orang berdua; kegunaannya menyerang dan menahan serangan lawan; tanpa menggunakan alat.

14)฀memi

liki; aktivitas yang dilakukan, berdiri, menendang, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentang tangan, melompat, menangkis, melangkah; jumlah orang berdua; kegunaannya menyerang dan menahan serangan; tanpa menggunakan alat.

15)฀memi

liki; aktivitas yang dilakukan, berdiri, menendang, maju, mundur, berputar, mengelilingi, membentang tangan, melompat, menangkis, melangkah; jumlah orang berdua; kegunaannya menyerang dan menahan serangan; tanpa menggunakan alat.

b. Komponen Makna Alat Dalam Beladiri Otar-Otar

(9)

8 2) Leksem [menggunakan

bahan kain; cara menggunakan diayunkan, ditusukkan, dipegang searah dada, dipegag searah kaki, dipegang menghadap atas; bentuk persegi panjang; kegunaannya untuk menyerang, mempertahankan diri, mengalihkan perhatian, dan menarik perhatian.

3) Leksem [menggunakan bahan kayu pelaik; cara menggunakan diayunkan dan dipegang searah dada; bentuknya

bulat; kegunaannya

mempertahankan diri, mengalihkan perhatian, dan menarik perhatian.

4) ฀menggun

akan bahan besi atau tembaga; cara menggunakan diayunkan; bentukny bulat; kegunaannya untuk mengalihkan perhatian dan menarik perhatian.

c. Komponen Makna Alat Musik dalam Beladiri Otar-Otar

1) Leksem [menggunakan bahan, kayu dan kulit; cara menggunakan dipukul; bentuknya bulat, tabung, memanjang atau panjang.

2) ฀men

ggunakan bahan rotan; cara menggunakan dipukul; bentuknya bulat memanjang atau bulat panjang.

3) Leksem [-  menggunakan bahan tembaga; cara menggunakan dipukul; bentuknya bulat.

4) Leksem

[฀menggunakan bahan, kayu, kain, dan kulit; cara menggunakan, dipukul; bentuknya bulat memanjang.

d. Komponen Makna Kuntau dalam Beladiri Otar-Otar

1) memili

ki aktivitas yang dilakukan bediri, maju, menghindar, membentangkan tangan, menangkis, menangkap tangan, dan melangkah; jumlah

orang sendiri, ; kegunaannya untuk manahan serangan.

2) Leksem [] memiliki; aktivitas yang dilakukan, berdiri, maju, menghindar, membentangkan tangan, menangkis, mangkap tangan, melangkah, mendorong; jumlah orang, sendiri; kegunaannya untuk menahan serangan lawan.

3) memili ki aktivitas yang dilakukan, berdiri, menendang, maju, menghindar, melangkah, dan mendorong; jumlah orang sendiri; kegunaannya untuk menahan serangan dan menjatuhkan lawan.

4) Leksem

[memiliki; aktivitas yang dilakukan, berdiri, maju, menghindar, dan melangkah; jumlah orang sendiri; kegunaannya untuk menahan serangan lawan.

5) [] memiliki

aktivitas yang dilakukan, berdiri, menendang, maju, menghindar, membentangkan tangan, menangkis, menangkap tangan, melangkah, dan mendorong; jumlah orang sendirian; kegunaannya untuk menahan serangan dan menjatuhkan lawan. 6) Leksem

[memilik aktivitas yang dilakukan berdiri, menendang, maju, menghindar, melangkah dan mendorong; jumlah orang, sendirian; kegunaannya ntuk menahan serangan dan menjatuhkan lawan.

7) Leksem

(10)

9 Hasil wawancara yang telah didapat,

maka terdapat 6 arti kultural dalam beladiri otar-otar,. 5 merupakan gerakan beladiri otar-otar, yaitu yaitu /[],  ฀





Pembahasan

1. Inventarisasi dan Arti Leksikal Peristilahan Beladiri Otar-otar

Pada inventarisasi gerakan peristilahan pada beladiri otar-otar, gerakan ini mendeskripsikan gerakan aslinya. Inventarisasi ini merupakan arti sesunggunya dari gerakan yang dilakukan pada gerakan beladiri otar-otar.

2. Makna Kultural

Berbeda dengan inventarisasi yang merupakan arti sesungguhnya serta bentuk pendeskripsian dari peristilahan yang didapat. Pada makna kultural, yang diartikan merupakan arti lain dari gerakan tersebut dilakukan. Selain itu makna kultural ini juga dapat memperjelas fungsi dari gerakan serta bagian lain dari beladiri otar-otar.

3. Komponen Makna

Pada komponen makna alat dalam beladiri otar-otar, komponen yang paling banyak digunakan adalah menggunakan alat mambo dan sendeng, kemudian kegunaannyalebih banyak untuk memancing dan menahan serangan lawan,. Selain itu, gerakannya juga didominasi oleh gerakan yang maju, mundur, dan melangkah.

Kemudian untuk komponen makna alat dalam beladiri otar-otar, alat hanya berbentuk bulat seperti tameng dan kayu panjang. Selanjutnya lebih banyak digunakan untuk menarik serta memancik serangan lawan dan menahan serangan lawan.

Berikutnya adalah komponen makna alat dalam beladiri otar-otar. bahannya beragam, mulai dari kayu, tembaga, kain, dan rotan serta kulit. Alat music yang digunakan hanya menggunakan alat music

yang dipukul. Bentuknya ada yang bulat serta ada yang bulat memanjang seperti tabung.

Komponen makna kuntau dalam beladiri otar-otar ini didominasi oleh gerakan yang menggunakan gerakan tangan. Gerakan kuntau secara keseluruhan adalah untuk menghindari serangan lawan. Selain menghindari serangan lawan, gerakan kuntau juga difungsikan untuk mejatuhkan lawan.

4. Arti Kultural

Dari sekian banyak data peristilahan yang diperoleh, hanya 6 data yang memiliki arti kultural. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengarsipan mengenai arti kutural. Kurang pengtahuan dan pengarsipan ini, dikarenakan banyaknya orang yang hanya mempelajari gerakan beladirinya saja dan menganggap arti di dalam istilah yang digunakan merupakan suatu hal kurang penting untuk dipelajari, hingga pada akhirnya, berkuranglah pengetahuan tentang hal tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Inventarisasi data yang didapat dari penelitian tentang beladiri otar-otar terdapat data yang terdiri dari 15 data peristilahan gerakan beladiri otar-otar, 4 data peristilahan alat dalam beladiri otar-otar, 4 data peristilahan alat musik beladiri otar-otar, dan 7 data peristilahan dalam gerakan kuntau.

2. Berdasarkan hasil dari analisis data komponen makna yang telah dilakukan ditemukan komponen makna gerakan beladiri otar-otar sebanyak 15 data peristilahan, alat dalam beladiri otar-otar sebanyak 4 data peristilahan, alat musik beladiri otar-otar sebanyak 4 data peristilahan, dan gerakan beladiri kuntau sebanyak 7 data peristilahan.

(11)

10 5 merupakan gerakan beladiri otar-otar dan 1

merupakan alat dalam beladiri otar-otar.

Saran

Sebaiknya generasi penerus dapat menggali makna dan mempelajari budaya beladiri ini lebih mendalam. Sehingga, beladiri lokal tidak hilang digantikan oleh beladiri dari luar dan generasi muda dapat memperkenalkan budaya beladiri ini kepada dunia luar.

Peneliti juga mengharapkan melalui penelitian ini budaya daerah yang kurang dipublikasikan dan dikenalkan kepada daerah luar akan dapat dkenal melalui penelitian ini. Selain itu, menjadi sumber ilmu bagi masyarakat itu sendiri maupun masyarakat di luar lingkungan penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah; Alek; Achmad HP. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Aditya, Dodiet. 2013. Data dan Metode

Pengumpulan Data Penelitian.

Akupunktursolo. (Online).

https://akupunktursolo.files.wordpress.com/201 3/03/data-teknik-pengumpulan-data.pdf, diakses 2 Oktober 2017)

Aminuddin. 2011. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bappeda Sambas. 2012.Kondisi Umum. (Online).

(http://sambas.go.id/profile-daerah/pemerintahan/kondisi-umum.html, diakses 30 September 2017)

Chaer, Abdul. 1990. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik I: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Eresco.

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik – Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama. Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1:

Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: Refika Aditama.

Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: Refika Aditama.

Febriani. 2017. Teknik Pengumpulan Data. Gunadarma. (Online).

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j &q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=r ja&uact=8&ved=0ahUKEwiH7M7Z1dL WAhUNT48KHSPFDGIQFggsMAE&ur l=http%3A%2F%2Ffebriani.staff.gunadar ma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F249 21%2FTeknik%2BPengumpulan%2BDat a.pdf&usg=AOvVaw1Atn2sR1J7TojmS wZBOt6O, diakses 2 Oktober 2017) Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan

Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti; Yuwono, Untung; Lauder, Multamia RMT. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa:

Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nada Seni dan Otar-Otar. 2009. Pertunjukkan Silat Otar-Otar. Sambas: Nada Seni dan Otar-Otar.

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama

(12)

11 Melayu Ketapang: Kajian Semantik. Pontianak:

Universitas Tanjungpura.

Rahmawati. 2013. Peristilahan Tenun Tradisional Melayu Sambas: Kajian Semantik. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Rismawati, Risma. 2011. Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Ghina Walafafa.

Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.

Suhardi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Surahman, Taufik. 2013. Peristilahan Teknologi Tradisional Penangkap Ikan Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Suwardjono. 2004. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (Online)

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j &q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=r ja&uact=8&ved=0ahUKEwiS4rP0l9LW AhXJp48KHbmAA3YQFgg7MAM&url =http%3A%2F%2Fluk.tsipil.ugm.ac.id% 2Fta%2FSuwardjono%2FPUPI.pdf&usg =AOvVaw1rrSqSO9L9pah69UH-_o7u, diakses Oktober 2017)

Toswari. 2017. Sumber Data. Gunadarma. (Online).

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j &q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=r ja&uact=8&ved=0ahUKEwiUpKCny9L WAhWIOY8KHexHDPgQFggmMAA& url=http%3A%2F%2Ftoswari.staff.gunad arma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F3 2250%2F5%2BSumber%2BData.pdf&us g=AOvVaw2qeIWp1w8apu2uvDGnK2U p, diakses 2 Oktober 2017)

Verhaar, J. W. M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widjono. 2012. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Yurni, Karim; Jayanti, Memmy Dwi; E. Zaenal

Referensi

Dokumen terkait

Upacara pembukaan dan penutupan latihan tapak suci : 1) Mematuhi atauran dengan tertib akan melatih kedisiplinan siswa. 2) Siswa dilatih menyiapkan barisan sebelum upacara

Saya tidak dapat menjelaskan dengan tepat emosi yang sedang saya alami kepada orang lain.. Saya tidak dapat mengontrol rasa marah saya

Untuk suatu sumber yang mengirimkan simbol-simbol diskrit yang secara statistik bebas satu sama lain, untuk merumuskan entropy-nya, diambil misal m = banyaknya simbol yang

Penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Tepung Ampas Kecap dalam Pakan Ayam Petelur Umur 80 Minggu terhadap Kandungan Kolesterol, HDL dan LDL Kuning Telur”

Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Hertamawati dan Hariadi (2008) menyatakan tingkat pemberian pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan organ reproduksi

Untuk jeruk keprok Topazindo Agrihorti, panelis menilai cukup tinggi pada karakter jumlah biji (6,58), diikuti oleh rasa buah (6,42), ukuran buah (6,39) dan warna

Variabel prediktor yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah median lamanya tahun sekolah wanita, persentase pria dan wanita kawin yang mengetahui

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Kauditan Kabupaten Minahasa