DI SUB‐DAS PROGO HULU
(The Study of Land Capability on Tobacco‐Based Upland Farming
at Progo Hulu Sub‐Watershed)
Jaka Suyana 1), Naik Sinukaban2), Bunasor Sanim 3), dan M.Yanuar J.Purwanto4) 1)
Fak. Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2) Fak. Pertanian, IPB Bogor, 3)
Fak. Ekonomi Manajemen, IPB Bogor, 4) Fak. Teknologi Pertanian, IPB Bogor
ABSTRACT
The recent and also the future problems for Indonesian concerning with agricultural environment resources are land degradation and water resources restrictiveness. Agricultural technique without awareness to concerning to soil and water conservation principles on steep and high rainfall area had caused severe erosion and land degradation at upland area of Progo Hulu sub‐watershed. Land Degradation that promoted by erosion at Progo Hulu sub‐watershed contributed negative effects at on‐site and out‐site area.
The land capability analysis shows that tobacco‐based farming system at Progo Hulu sub watershed dominated by class IV (3,624.93 ha; 49.00%), followed with class VI (2,488.82 ha; 33.64%), class III (697.99 ha; 9.43%), class V (450.73 ha; 6.09%), and class VII (136.06 ha; 1.84%). The main resistance factors are slope and erosion for class III; erosion, slope and surface rocks for class VI; and slope for class VII.
Keywords: land capability, Progo Hulu Sub‐watershed
PENDAHULUAN
Pengelolaan sumberdaya lahan dan air mempunyai peranan yang semakin penting, terutama dalam upaya pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kedua sumberdaya alam tersebut mudah mengalami degradasi atau penurunan kualitas. Menurut World Bank (1993), kerusakan sumberdaya lahan terutama di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) akan menurunkan produktivitas lahan, yang selanjutnya mempengaruhi fungsi produksi, fungsi ekologis, dan fungsi hidrologis DAS.
Oleh karena itu keberhasilan pengelolaan sumberdaya lahan pada wilayah hulu suatu DAS, selain menguntungkan daerah hulu tersebut juga akan dapat menyelamatkan daerah hilirnya, karena menurunnya sedimentasi, polusi air, resiko banjir dan kekeringan (Holy, 1980).
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu sentra produsen tembakau di Jawa Tengah, dengan luas areal cukup besar, yaitu sekitar 12.000 ha (Djajadi et al., 1992) dan
pada tahun 1994 ‐ 1998 meningkat menjadi 17.227 ‐ 21.064 ha dengan produktivitas berfluktuasi setiap tahunnya (karena pengaruh musim) berkisar antara 0,28 ‐ 0,52 ton/ha dengan rata‐rata produktivitas 0,429 ton/ha (Isdijoso dan Mukani, 2000). Usahatani berbasis tembakau umumnya diusahakan di lahan kering di kaki dan lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, meskipun di beberapa tempat ditemukan juga tembakau ditanam di lahan sawah. Berdasarkan beberapa laporan hasil penelitian, ada indikasi bahwa selama beberapa dekade terakhir pengembangan dan perluasan tanaman tembakau telah mengarah ke puncak‐puncak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dengan kemiringan lereng > 30%, yang merupakan wilayah Sub‐DAS Progo Hulu.
2 landai, b curam pendudu pencaha tembaka Di usahata
Gambar
bergelomban sampai sa uk relatif arian pok au, jagung, s
wilayah ni berbasis
r 1. Peta loka Progo Hu
Kajian Kem
ng, berbukit ngat curam
tinggi de ok bertan ayuran, dan
Sub‐DAS tembakau
asi Sub‐DAS ulu (b)
mampuan Laha
Sains , agak curam m; kepadata
engan ma ni tanama
padi sawah. Progo Hul memiliki nil
Progo Hulu
an pada Usah
s Tanah – Jurn m,
an ta an .
u, lai
komp kesej lalu berba kema ditan daun,
(a)
(b) u (a) dan Pe
hatani…Suyana
nal Ilmu Tanah paratif ting ahteraan ba secara t asis tembaka arau, sedan
ami jagung a , cabe, baw
eta citra sate a et. al.
h dan Agroklim ggi dan tel agi masyara urun temur au ini dilaku ngkan pada atau sayuran wang putih,
elit landsat
matologi 7(1) ah member kat sejak m run. Usaha ukan pada m
musim h n (kobis, baw
bawang me
ETM 7 Sub‐
2010 rikan masa
atani usim hujan wang erah,
dan lainnya). Didukung oleh lingkungan usaha yang telah terbentuk, usahatani berbasis tembakau selama ini telah membuat petani tidak melakukan diversifikasi usaha. Adanya pertambahan kepadatan penduduk telah mengakibatkan tekanan terhadap lahan. Tekanan penduduk terhadap lahan mengakibatkan perlakuan over intensif tanpa memperhatikan kaidah‐kaidah konservasi tanah dan air, serta telah memanfaatkan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kemampuan lahannya. Berdasarkan hal tersebut, maka artikel ini menyajikan hasil kajian kemampuan lahan pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub‐DAS Progo Hulu.
METODE PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan pada bulan September 2007 sampai dengan September 2008, pada wilayah usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub‐DAS Progo Hulu.
Data yang diperlukan terdiri dari jenis tanah, geologi, kemiringan lahan, penggunaan lahan, serta data sifat‐sifat tanah. Data tersebut diperoleh dari data sekunder maupun data hasil pengamatan langsung di wilayah penelitian.
Pembuatan Peta Satuan Lahan (land unit) Data yang diperlukan untuk pembuatan peta satuan lahan, terdiri dari: peta tanah, peta geologi, peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan/penutupan lahan. Peta kemiringan lereng diperoleh melalui delineasi berdasarkan interpretasi peta topografi, sedangkan peta penutupan lahan didasarkan peta rupa bumi dan peta penggunaan lahan. Satuan lahan ditentukan berdasarkan hasil ”overlay” dari peta tanah, peta geologi, peta kemiringan lereng, dan peta penutupan lahan.
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Metode klasifikasi kemampuan lahan yang digunakan adalah Sistem Klasifikasi USDA yang dikembangkan oleh Hockensmith dan Steele (1943), Klingebiel dan Montgomery (1961), dan Klingebiel dan Montgomery (1973) (Sitorus, 1985, 1995; Arsyad, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi dan Luas Sub‐DAS Progo Hulu
Sub‐DAS Progo Hulu, DAS Progo secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada 7011’42” – 7022’46” LS dan 109059’44” – 110012’31” BT, disajikan pada Gambar 1.
Sub‐DAS Progo Hulu berada pada ketinggian tempat antara 475 m dpl sampai 3.145 m dpl yang merupakan puncak Gunung Sindoro, dan 3.250 m dpl yang merupakan puncak Gunung Sumbing. Luas wilayah Sub‐ DAS Progo Hulu menurut hasil analisis digital sekitar 30.046 ha.
Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau di Sub‐DAS Progo Hulu
Usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub‐DAS Progo Hulu selama ini hanya tersebar dan terkonsentrasi di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Secara administrasi terletak di Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bulu, Kecamatan Parakan, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, dan Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah.
4 coklat k kekunin usahata Sub‐DAS
Satuan L Pet hasil tu
Gamb
Gambar
kemerahan, gan, dan lat ni lahan ker S Progo Hulu
Lahan (land ta satuan la umpang sus bar 2. Peta k
r 3. Peta satu Hulu
Kajian Kem
andosol, l osol coklat. ring berbasis u disajikan pa
unit) ahan dibuat
sun (overla kawasan usa
uan lahan pa
mampuan Laha
Sains latosol cokl Peta kawasa s tembakau ada Gambar
t berdasarka y) dari pe ahatani lahan
da usahatan
an pada Usah
s Tanah – Jurn at
an di 2.
an ta
tanah dan p tump kawa temb kedal penye pada n kering berb
ni lahan kerin
hatani…Suyana
nal Ilmu Tanah h, peta geolo peta penutup pang susun
san usahat akau di Su am 27 satu ebaran setia
Gambar 3. basis tembak
ng berbasis te a et. al.
h dan Agroklim ogi, peta ke pan lahan. B peta‐peta ani lahan ub‐DAS Prog
an lahan. Ad ap satuan l kau di Sub‐DA
embakau di
matologi 7(1) miringan ler Berdasarkan
tersebut, kering ber go Hulu ter
dapun letak ahan, dijela AS Progo Hu
Sub‐DAS Pro
2010 reng,
hasil pada basis rbagi k dan askan
lu
Klas
sifikasi Kelas Klasifikasi kukan berda lisis contoh sing‐masing s
gan kriteria DA.
Menurut orus, 1985, olongkan ke u Kelas, mampuan
elompokan d gan angka R g didasarka ghambat. aman kerus mpai Kelas VI
an yang palin mpunyai mungkinan p
tanian intens rupakan la mampuannya ggunaan pa ok untuk hut
mbar 4. Seb di lo
Hasil reka an pada kaw
s Kemampua kelas kem sarkan hasil
tanah di la satuan lahan a menurut dalam delapa Romawi I sa
an pada Faktor p akan menin III. Lahan k ng tinggi kem paling ba enggunaann sif. Sedangk han yang a dengan ling terbatas tan lindung a
baran kelas k okasi penelit
apitulasi ke wasan usaha 697 9 136,07
2%
s Kemampuan
SL: 1,4,8,21 SL: 2,5,9,14,15,1 SL: 11,12,13
SL: 3,6,10,16,19, I SL: 7,20,27
an Lahan mampuan
survai lapan aboratorium n, kemudian
Sistem Klas
Klasifikasi mpai denga intensitas enghambat ngkat dari K kelas I meru mampuanny anyak alte nya, seperti
elas kemam atani lahan
berbasis tem isajikan pada Tabel 1. Ke sahatani lah ub‐DAS Pr emampuan engan seba Gambar 4.
Adapun emampuan isajikan pad
mbakau di S a Tabel 1. elas kemam sahatani lah
mbakau di S iperoleh ba han kering b rogo Hulu lahan III, ran sebagaim
letak dan lahan di da peta kela
Sub‐DAS Pro
mpuan laha han kering berbasis tem
memilik IV, V, VI, mana disajik
penyebara lokasi p s kemampua
Kajian Kemampuan Lahan pada Usahatani…Suyana et. al.
6 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 7(1) 2010 (Gambar 5), dengan uraian sifat‐sifat lahan
yang disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, ditunjukkan wilayah yang masih sesuai untuk jenis penggunaan lahan dengan intensitas garapan
sedang (Kelas III) seluas 697,99 ha (9,43%) dan intensitas garapan terbatas (Kelas IV) seluas 3.624,93 ha (49,00%), serta Kelas V‐p (permeabilitas lambat) seluas 450,73 ha (6,09%) adalah merupakan lahan yang
Tabel 2. Uraian kelas kemampuan lahan pada usahatani lahan kering berbasis tembakau di Sub‐ DAS Progo Hulu
Sifat‐sifat Lahan Kelas Sub‐
kelas
Keterangan Luas
(ha)/(%) 1.Tanah bertekstur agak halus‐agak
kasar (t2‐t4); kepekaan erosi rendah‐
sedang (KE2‐KE3); mengalami erosi
ringan‐sedang (e1‐e2); dalam (k0);
berdrainase baik (d1); permeabilitas
sedang (P3); ada kerikil sedikit (b0);
terletak pada lereng 8‐15% (C/l2).
III III‐l2
III‐l2.e2
Lahan ini dimasukkan ke dalam Kelas III karena terletak pada lereng agak miring
(bergelombang), atau terletak pada lereng bergelombang dan tingkat erosi sedang. Oleh karena itu Sub‐kelasnya bersimbol III‐l2 atau III‐l2.e2.
Meliputi satuan lahan : 1,4,8,21.
697,99 ha atau 9,43(%)
2.Tanah bertekstur agak halus‐agak kasar (t2‐t4); kepekaan erosi rendah‐
sedang (KE2‐KE3); mengalami erosi
agak berat (e3); dalam‐dangkal (k0‐
k2); berdrainase baik (d1);
permeabilitas agak lambat‐sedang
(P2‐P3); ada kerikil sedikit‐banyak
(b0‐b2); terletak pada lereng 8‐30%
(C‐D/l2‐l3).
IV IV‐ l3.e3
IV‐ e3.b2
IV‐ e3
Lahan ini dimasukkan ke dalam Kelas IV karena terletak pada lereng miring (berbukit) dan tingkat erosi agak berat, atau mempunyai tingkat erosi agak berat, atau mempunyai tingkat erosi agak berat dan ada kerikil banyak. Oleh karena itu Sub‐ kelasnya bersimbol IV‐ l3.e3, IV‐
e3, IV‐ e3.b2. Meliputi satuan
lahan : 2,5,9,14,15,17,18,22, 24.
3.624,93 ha atau 49,00(%)
3.Tanah bertekstur agak halus (t2);
kepekaan erosi rendah‐sedang (KE2‐
KE3); mengalami erosi ringan‐agak
berat (e1‐e3); dalam (k0); berdrainase
agak buruk (d3); permeabilitas
lambat (P1); ada kerikil sedikit (b0);
terletak pada lereng 8‐30% (B‐D/l1‐
l3).
V V‐p1 Lahan ini dimasukkan ke dalam
Kelas V karena mempunyai permeabilitas lambat. Oleh karena itu Sub‐kelasnya bersimbol
V‐p1. Meliputi satuan lahan :
11,12,13
450,73 ha atau 6,09(%)
4.Tanah bertekstur agak halus‐agak kasar (t2‐t4); kepekaan erosi rendah‐
sedang (KE2‐KE3); mengalami erosi
berat (e4); dalam‐dangkal (k0‐k2);
berdrainase baik (d1); permeabilitas
agak lambat‐agak cepat (P2‐P4); ada
kerikil sedang‐banyak (b1‐b2);
terletak pada lereng 15‐45% (D‐E/l3‐
l4).
VI VI‐ l4.e4
VI‐ e4
Lahan ini dimasukkan ke dalam Kelas VI karena terletak pada lereng agak curam (bergunung) dan mempunyai tingkat erosi berat, atau mempunyai tingkat erosi berat. Oleh karena itu Sub‐kelasnya bersimbol VI‐ l4.e4
atau
VI‐ e4. Meliputi satuan lahan :
3,6,10,16,19,23, 25,26
2.488,82 ha atau 33,64(%)
5.Tanah bertekstur agak halus‐agak kasar (t2‐t4); kepekaan erosi sangat
rendah‐sedang (KE1‐KE3); mengalami
erosi berat (e4); dangkal (k2);
berdrainase baik (d1); permeabilitas
sedang‐cepat (P3‐P5); ada kerikil
banyak (b2); terletak pada lereng
>45% (F/l5).
VII VII‐ l5 Lahan ini dimasukkan ke dalam
Kelas VII karena terletak pada lereng curam. Oleh karena itu Sub‐kelasnya bersimbol VII‐ l5
Meliputi satuan lahan : 7,20,27
mem miringan lere
kat erosi (se nya sudah ggunaan lah ang maupun as VI (2.488,8
(136,07 ha ghambat be am‐curam) d
IMPULAN Luas tegala an kering be go Hulu sekit uan lahan.
Pada usah bakau di Su as kemampu
ominasi oleh as 3.624,93 mampuan la 64%), kelas ,99 ha (9,43%
as 450,73 mbar 5. Peta temb
faktor pen eng (agak m erupa kemiri an tingkat e
an pada ka erbasis temb tar 7.398,54
atani lahan ub‐DAS Prog miring‐miring berat). Seda suai untuk ntensitas ga aitu lahan d 33,64%) dan %) memiliki
ingan lereng rosi (berat).
awasan usah bakau di Su
ha, terdiri a
n kering be go Hulu me
IV, V, VI, da mampuan lah
0%), diikuti uas 2.488,8 n lahan III mampuan la 9%), dan
UCAPAN TER Ucapan aboratorium
an Balai bantuannya maupun ke
akultas Pert peta‐peta di S
DAFTAR PUST Arsyad, S. 20 Institut P
Djajadi, Tham Isdijoso. II (kemiringa erosi, kemir
n dipermu dalam anali pada staf tanian UNS Sub‐DAS Pro TAKA 000. Konse Pertanian Bo
mrin,M., Rac 1992.
au Tema
an Tembakau 2, Jan‐Juli 19 atani lahan
seluas 13 penghamba an lereng da ringan lere ukaan), ke
(kemiringa kemiringan l
sih kepad kultas Perta Tanah Bog isa sifat‐sifa Laboratori dalam pem go Hulu.
Kajian Kemampuan Lahan pada Usahatani…Suyana et. al.
8 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 7(1) 2010 Holy, M. 1980. Erosion and Environment.
Pergamon Press. England.
Isdijoso, S.H. dan Mukani. 2000. Usahatani,
Kelembagaan, dan Pemasaran
Tembakau Temanggung. Monograf
Balittas No.5. Tembakau Temanggung. Balittas, Malang. hal: 97‐108.
Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, IPB. Bogor.
Sitorus, S.R.P. 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito Bandung.
World Bank. 1993. Water Resources
Management. A World Bank Policy