Islam & Budaya
Nusantara
Pengertian Islam
kata
Islam
yang berasal dari kata
aslama, y
u
slimu,
islam,
yang mempunyai arti sebagai berikut:
• Membebaskan diri dari segala penyakit lahir dan
batin,
• Masuk ke dalam
salam
, yaitu selamat sejahtera,
damai, hubungan yang harmonis, atau keadaan
tanpa noda dan cela. Jadi pokok dari islam
adalah berserah diri atau taat sepenuh hati
• Islam diturunkan sebagai pedoman supaya
manusia dapat menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk serta yang hak dan yang batil.
Sejak awal penciptaan manusia, Allah SWT
Pengertian Budaya
• Budaya Nusantara merupakan daya dari budi
yang berupa cipta, karsa, dan rasa Indonesia,atau
segala daya dan aktifitas masyarakat nusantara
untuk mengolah, mengerjakan, dan mengubah
alam. Kepulauan nusantara terdiri atas berbagai
macam kebudayaan dan bahasa sehingga demi
menjaga persatuan dan kesatuan nasional,
Budaya nusantara menyangkut berbagai segi
kehidupan manusia dan masyarakat, serta
merupakan unsur utama dalam proses
pembangunan diri manusia dan masyarakat.
Selain itu budaya mrnyangkut kepribadian
nasional dan langsung mengarah ke identitas
suatu bangsa. Manusia dan masyarakat akan
berhasil dalam pembangunan dirinya kalau
selalu sadar terhadap pengaruh budaya yang
tidak mungkin untuk di tolak. Budaya Indonesia
sebagai suatu sistem gagasan dan perlambang
yang memberikan identitas kepada warga
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
• Pembuktian secara artefaktual dapat ditunjukkan satu bukti namun sangat lemah yaitu adanya tulisan yang berupa epitaph di makam Setono Gedong. Epitaf itu menyebutkan gelaran-gelaran yang dimakamkan di tempat itu.
• Hingga saat ini tidak ada satupun bukti tertulis yang secara tersurat menyatakan bahwa Islam masuk di Nusantara pada tahun atau abad sekian dan yang
membawa masuk adalah si Nasruddin (misalnya). Kajian mengenai dugaan masuknya Islam di Nusantara hingga saat ini baru didasarkan atas bukti tertulis dari nisan kubur serta beberapa naskah yang menuliskan para pedagang Islam. yang ditemukan di beberapa tempat di Nusantara, seperti di Aceh, Barus (pantai barat Sumatra Utara) dan Gresik (Jawa Timur).
• Mengenai darimana Islam masuk Nusantara, ada beberapa pendapat dengan argumennya masing-masing. Ada yang berteori bahwa Islam datang dari Arab, Persia, India, bahkan ada yang menyatakan dari Tiongkok. Meskipun pendapat mengenai asalnya Islam berbeda-beda, namun ada kesamaan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui “perantaraan” kaum saudagar. Mereka berniaga sambil menyebarkan syi‘ar Islam. Hal ini sesuai dengan Hadist: “Sampaikanlah dari saya ini walau hanya satu ayat”. Kemudian sesampainya di Nusantara,
• Sejarah Islam di Jawa sementara ini dikatakan secara
arkeologis adalah dimulai dari abad ke-13 khususnya di Jawa dibuktikan dengan angka tahun yang tertera pada nisan
Fatimah binti Maimun bin Hibatallah dengan angka tahun 475 H (1082 M). Realitas persebaran Islam dibawa oleh pengelana
dan pedangang dari pelabuhan Siraf di Teluk Persi. Pendapat Donald Maclain Campbell dalam bukunya Java, menyatakan bahwa orang-orang Arab muslim dan Persi telah bekerja sama dalam mendirikan Kerajaan Majapahit.
• Mereka juga bersekutu dalam mendirikan kerajaan Jenggala, Daha dan Singasari. Mereka telah memiliki pemukiman.
Pendapat tentang nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatallah
menunjukkan dinamika pelabuhan internasional kerjaan Panjalu di daerah Kambang Putih dan Hujung Galuh sebagai
• Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai berkenalanan dengan “tradisi” Islam, meskipun frekuensinya tidak terlalu besar. Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para saudagar Muslim di beberapa tempat di Asia Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas” Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah makam yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang, Viet Nam) dan di Leran (Gresik, Indonesia). • Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13
Masehi, yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13
Masehi di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam.
• Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan
hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah. Bukti-bukti arkeologis yang mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat Cirebon. Di antara komoditi perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan indikator “keIslaman” yang berupa sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan asma‘ul husnah.
• Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia menganut paham Sunni, namun pada prakteknya saat ini di Sumatra dan Jawa menganut paham Syi‘ah. Data
Proses Akulturasi
Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima
akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai
Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu
kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa
pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik
antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan
mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya.
Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di
masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna
• Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap
aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah
menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks
inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi
budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain
budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis
hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local
ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat
warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian
• Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi
dengan Islam antara lain acara slametan (3,7,40,100,
dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban
(nujuh Hari). Dalam bidang seni, juga dijumpai proses
akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa.
Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa
yang berasal dari agama Hindu India. Proses
Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini,
melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan
warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak hanya dalam
bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di
dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain
kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf
Pengaruh Agama Islam
Dari segi kebiasaan, orang Indonesia kebaanyakan sering melakukan salaman terhadap orang lain ketika bertemu. Budaya berjabat tangan ini pada mulanya dibawa dari bangsa Arab saat melakukan penyebaran agama Islam di Indonesia.Sampai sekarang bersalaman merupakan hal yang sangat penting di Indonesia untuk menunjukkan rasa hormat dan sapa tehadap orang lain. Selain
itu,menyapa terhadap orang lain juga berasal ketika
• Terjadinya akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya pribumi,
dapat dibagi menjadi tiga:alami, edukasi, dan organisasi. Dalam fase alami, agama islam dengan perangkat budayanya dibawa oleh para pedagang yang datang ke Kepulauan Indonesia. Meskipun tujuan
utamanya ialah perdagangan,tetapi tugas menyampaikan agama tidak dapat ditinggalkan. Mereka merasa berkewajiban untuk
menyampaikan agama islam, seperti disabdakan oleh Nabi SAW. Dengan perintah Nabi tersebut para muballigh bergerak untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam, yang biasa dilakukan pada waktu senja yaitu saat-saat senggang dari kesibukan perdagangan. Meskipun kemahiran mereka dalam melakukan dakwah islamiah berkembang secara alami, namun berhasil dengan gemilang yang ditunjukan
dengan banyaknya penduduk pribumi yang bias menerima dan masuk islam. Dalam melakukan tugas dakwahnya,mereka tidak diganggu oleh keperluan-keperluan ekonomi. Lama-kelamaan terbentuk
• Dakwah Islamiah berkembangan terus dan meluas segenap penjuru tanah air. Untuk menjaga kelangsungannya, tidak ada jalan lain kecuali dengan pengkaderan beberapa orang
muballigh baru. Mereka dididik secara khusus, disamping diajari ilmu agama islam, untuk kepentingan itu, banyak
bermunculan perguruan-perguruan yang di pimpin oleh seorang ulama dan diikuti beberapa orang murid. Pada umumnya dalam menyebarkan agama islam dan dalam memberikan pendidikan islam, para pemimpin madrasah dan gerakan dakwah Islam
terkenal dengan sebutan walidengan . Untuk menampung para santri yang sangat banyak,di dirikan tempat-tempat yang
disebut pesantren yang dilengkapi pondokan.Pusat-pusat pendidikan masyarakat yang menganut aliran
tradisional,terletak di pinggiran kota.Materi-materi yang