BAB IV
PENGEMBANGAN EKONOMI GEREJA
ANALISA HASIL PENELITIAN
Masalah ekonomi dan kurangnya kesadaran warga jemaat dalam pembangunan ekonomi, kemandirian gereja dan kesejahteraan gereja adalah satu pergumulan jemaat Ora et Labora. Oleh karena itu membeli lahan sawit dipandang sebagai suatu langkah yang tepat. Namun demikian masalah-masalah yang ada di dalam jemaat yaitu Pertama, warga jemaat merasa sudah melakukan kewajiban mereka dengan setiap minggu pergi beribadah dan memberi persembahan. Kedua, warga jemaat merasa tidak berkewajiban melakukan pelayanan gereja, karena mereka menganggap sudah ada orang- orang yang dikhususkan untuk pelayanan gereja. Ketiga, minimnya kesadaran jemaat dalam melaksanakan persepuluhan. Kelima, kurangnya kesadaran warga jemaat dalam memberi untuk gereja.
Usaha perkebunan sawit sangat diharapkan dapat berkontribusi dalam mengembangkan perekonomian gereja dan kemandirian gereja. Untuk mendapatkan pendapatan maksimal, pengurus gereja sangat mengharapkan agar ketika panen sawit seluruh warga jemaat dapat terlibat bekerja.
dengan memiliki cara berfikir positif maka akan melahirkan pemikiran yang kreatif yang dapat memecahkan berbagai permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada saya melihat satu hal yang sangat penting di dalam Pengembangan Ekonomi Gereja yaitu perlu adanya langkah strategis yaitu :
1. Kreativitas dalam berbisnis
Dalam berbisnis dibutuhkan kemampuan kreativitas, menggeluti bisnis berarti juga harus memiliki kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang1. Data penelitian mengatakan gereja
perlu berbisnis dan melihat teori Wayan Mastra bahwa untuk pengembangan ekonomi, gereja tidak dapat terlepas dari kegiatan berbisnis.
Berdasarkan hasil data penelitian, seorang warga berkata bahwa asset yang dimiliki gereja saat ini perlu dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian. Pengembangan yang dimaksudkan adalah dengan cara memperluas lahan. Dari data tersebut dan dengan teori yang disampaikan oleh Wayan Mastra, diperlukan pengembangan sumber daya lokal yang tersedia caranya dengan melakukan kegiatan ekonomi secara kreatif.
Berbicara mengenai ekonomi kreatif, Moelyono berkata bahwa perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini mengalami pergeseran paradigma menurutnya, pergeseran itu beralih dari ekonomi berbasis sumber daya ke ekonomi berbasis pengetahuan dan keahlian. Mulyono tidak terlalu memperhatikan mengenai kepemilikan secara asset tetapi yang utama menurutnya bagaimana pengetahuan dan keahlian itu didapat dan dipadukan sehingga itu bisa memperkuat bisnis. Penekanannya bahwa ketika keduanya dimiliki maka akan mampu memiliki
peluang untuk bertahan di dunia ekonomi modern. Jadi ketika saya membaca pemikiran Mastra dan Moelyono saya mendapatkan pemahaman bahwa ekonomi kreatif itu tidak akan berhasil tanpa pengetahuan dan keahlian. Dalam hal ini penulis melihat bahwa dunia ekonomi kreatif tidak terlalu mementingkan akan sumber daya. Ketika sumber daya yang ada itu dapat diberikan pembinaan maka bisnis akan cukup efektif untuk dilakukan sehingga dapat melengkapi pembangunan ekonomi dalam pengembangan bisnis2.
Pengembangan sumber daya lokal yang tersedia peneliti menganalisa bahwa gereja memiliki sumber daya lokal yaitu sawit dan pengembangannya dengan melihat produk-produk yang dihasilkan. Kreativitas dalam berbisnis dibutuhkan untuk menghasilkan produk-produk yang dapat diminati, tidak hanya menghasilkan produk tetapi juga harus memiliki jaringan yang luas untuk memasarkan produk yang dihasilkan dan juga harus memiliki kemampuan dalam menjual produknya. Dari data penelitian, Produk yang dihasilkan adalah angkos sawit diolah menjadi pupuk, merupakan langkah pertama yang akan dibuat strategi perluasannya dengan cara membangun kedekatan dengan publik.
Mengapa hanya pupuk dan bukan sabun seperti hasil yang didapatkan dalam penelitian. atau produk-produk lain yang dapat dihasilkan. Data yang didapatkan dalam penelitian saya baru bisa mendapatkan ide untuk meningkatkan perekonomian gereja dengan membuat produk pupuk. Indonesia merupakan negara dengan kebun sawit terluas. Indonesia juga merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia hanya bisa dapat menghasilkan minyak
2
mentah (CPO). Dan hanya Malaysia yang dapat meraup keuntungan yang berlipat-lipat dari sawit hingga menjadi produk seperti kosmetik, obat-obatan, onderdil kendaraan, bahan bakar dan makanan. Bahkan mereka juga dapat mengolah limbah sawit, batang pohon sawit, daun sawit dan bagian-bagian sawit berdasarkan prinsip pohon industri sawit3. dalam hal ini Indonesia memang tertinggal dengan negara berkembang lainnya. Selain pupuk yang dihasilkan, ada hal lain yang dapat dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan dan ketertinggalan serta upaya untuk peningkatan ekonomi yaitu dengan melakukan agribisnis kreatif merupakan cara baru untuk menuju kemakmuran .
Mastra berpendapat tentang ekonomi kreatif sebagai jalan untuk pengembangan ekonomi gereja. Mastra berkata kepemilikan sumber daya yang ada seharusnya dapat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan gereja, hal ini jika di padukan dengan pemikiran Moelyono yang mengatakan bahwa dibutuhkan pengetahuan dan keahlian maka akan cukup efektif. Membaca peluang bisnis baru tidak terlepas dari lingkungan dengan cara selalu berfikir kreatif. Gereja harus membangun kata membangun disini penulis melihatnya sebagai suatu tugas yang harus dilakukan berupa membina masyarakat khususnya warga gereja agar mereka dapat berkembang dalam pemikiran dan membuka wawasan ini merupakan kunci keberhasilan dalam pengembangan perekonomian.
Di dalam kreativitas di butuhkan proses pemikiran dan gagasan, ada proses yang panjang untuk menjadi suatu karya dan strategi untuk menumbuhkan kreativitas diantaranya pribadi, dorongan, proses dan produk. Dari data tersebut, gereja perlu memikirkan dan memberikan dorongan bagi warga Gereja agar mereka terlibat dalam bekerja. Selain itu gereja perlu membuka
3Setiawan, Iwan Agribisnis Kreatif: Pilarwirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru Menuju
wawasan dan mengundang tenaga ahli/pembicara untuk memberikan pengalaman guna meraih kesejahteraan.
Ketika memiliki kreativitas seorang individu akan memiliki dorongan dan semangat untuk menciptakan hal yang baru dan ketika dikembangkan akan semakin terasah kemampuannya dalam bidang yang akan digelutinya. Dengan demikian, pemberdayaan yang dilakukan gereja memberdayakan warga agar memiliki pengetahuan dan keahlian. Dengan begitu, mereka akan menjadi cerdas. Selain itu, Dalam berbisnis dibutuhkan kecerdasan sehingga akan memunculkan otak-otak kreativitas dari pelakunya. Dengan Semakin kreatif, maka kreativitas akan mendongkrak kemampuan dalam berbisnis.
Untuk dapat mencapai kreativitas dalam berbisnis selain upaya-upaya pemasaran produk, kreativitas dalam berbisnis juga membutuhkan praktek-praktek inovatif yang strategis, pendapat ini di benarkan oleh Joseph Scumpeter.
Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Joseph Scumpeter, hal yang sama juga dikemukakan oleh Sedgwick Claims tentang program-program kerja. Menurutnya, atribut-atribut yang diperlukan untuk keberhasilan bisnis diantaranya inovasi dan inisiatif. Bahwa di tengah permasalahan yang terjadi gereja perlu bertindak bahwa dibutuhkan inovasi dalam bentuk produk yang dapat diminati masyarakat, dan didalam inovasi diperlukan untuk menerapkan kreativitas.
Apalagi di tengah era ekonomi baru gereja perlu memainkan peranannya yaitu mempersiapkan pekerja menjadi professional serta mempersiapkan warga menghadapi kancah persaingan global.
1.1 Faktor-Faktor yang melatar belakangi jemaat tidak mengerjakan sawit
Dengan melihat beberapa tantangan atau faktor-faktor yang melatarbelakangi jemaat tidak mengerjakan sawit, diantaranya. Kendala mengajak jemaat untuk bekerja sama, kesibukan warga jemaat, warga jemaat kurang sadar, jemaat terlalu egois dan memikirkan diri sendiri, jemaat ketika dipaksa bekerja akan mundur, tidak ada kekompakkan, jemaat malas dalam bekerja.
Dari penelitian yang di dapat, nampaknya warga gereja masih menyamakan antara bekerja dengan dunia dan gereja. warga gereja memahami bahwa yang diperhitungkan Tuhan hanyalah bagian yang diperuntukkan bagi kegiatan rohani seperti doa, saat teduh, pembacaan Alkitab, kegiatan gereja, pelayanan sedangkan untuk bekerja sehari-hari tidak. Mereka memahami kerja yaitu untuk menafkahi diri sendiri dan keluarga. Sehingga ketika bekerja harus mendapatkan upah meskipun hal itu untuk gereja. mereka juga memahami ketika bekerja seperti hari raya gerejawi dan mereka bekerja dengan hanya mencuci piring, membersihkan lingkungan gereja, dan hanya sebatas itu saja yang mereka pahami. Ketika dipaksa untuk bekerja pun mereka akan mundur dari setiap peribadahan, mereka lebih mementingkan melakukan pekerjaan untuk kepentingan diri dan menganggap bahwa kepentingan gereja sudah ada yang mengurus yaitu para pengurus gereja. Sehingga gereja harus bisa memberikan arahan dan pemahaman kepada warga gereja bahwa bekerja dan melayani merupakan sesuatu yang bernilai.
bekerja untuk Tuhan dan gerejanya maka itu adalah bentuk cintanya bagi Tuhan bahwa ketika warga gereja bekerja untuk Tuhan bukan untuk tujuan mendapatkan upah, tetapi untuk melayani Tuhan dan bentuk pengabdian bagi Tuhan.
Dari hasil penelitian, penulis melihat mengapa warga tidak mengerjakan sawit padahal sawit yang dibeli untuk menopang gereja. Dari penelitian yang ada bahwa warga gereja belum memahami bahwa asset sawit gereja milik bersama dan hasil yang didapat adalah untuk kegiatan pelayanan berupa pelayanan orang sakit, penggajian pegawai dan biaya administrasi surat menyurat. Mereka harus memahami bahwa yang menyebabkan gereja menjadi mandiri dan bisa membiayai semua keperluan yang ada itu adalah topangan dari hasil sawit.
Dengan teori yang disampaikan dan hasil penelitian yang didapat, penulis melihat tantangan yang dihadapi gereja bahwa sebagai warga gereja mereka belum menyadari arti kerja bagi Tuhan. Padahal mereka diciptakan dan ditempatkan Tuhan di dunia ini pertama-tama untuk menjalankan karya penyelamatan Tuhan dan menjadi kawan sekerjanya atau mitra kerja. konsep kerja menurut Miroslav Volf, berkata bahwa bekerja dikaitkan dengan gereja itu merupakan tugas dan tanggung jawab orang Kristen sebab mereka terikat dengan Roh Allah dan Allah telah memanggil, memberi dan memperlengkapi. Selengkapnya Volf hendak mengatakan bahwa Tubuh Kristus, banyak karunia di dalam gereja oleh sebab itu, harus dapat diberdayakan untuk pekerjaan Tuhan. Dari pendapat tersebut penulis melihat bahwa, ketika warga gereja menyadari akan keterpanggilan mereka dan keselamatan yang telah dianugerehkan Tuhan bagi mereka maka akan melahirkan pengabdian dan ketulusan kerja bagi Tuhan.
dalam Alkitab perjanjian baru bahwa “ karunia-karunia untuk saling melengkapi dan melayani (1
korintus 2 : 12) “ .
Dengan demikian, sebagai Tubuh Kristus yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang yang ajaib, hal itu harus dimaknai oleh warga gereja bahwa sebagai warga Allah, warga gereja harus menyadari peran mereka, yaitu bekerja bukan untuk manusia melainkan untuk Tuhan. Bekerja untuk Tuhan bukan karena suatu keterpaksaan melainkan karena kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga kerajaan Allah. Dan sebagai warga Allah yang merupakan satu kesatuan di dalam tubuh Kristus maka ketika kepala sakit tentunya tubuh juga akan terasa sakit dan dalam hal ini dituntut tidak mementingkan kepentingan diri tetapi harus saling memperhatikan satu dengan yang lain.
Bekerja untuk Tuhan menuntut adanya kekompakkan, kerjasama dan gotong royong itu semua merupakan wujud dari partisipasi dengan begitu kendala yang di hadapi akan terselesaikan dan keterpurukan akan dapat diselesaikan jika bersama-sama bekerja.
2. Kreativitas dan pemberdayaan
Setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda, dan dibidang yang berbeda. Oleh sebab itu kreativitas perlu dipupuk agar dapat diwujudkan diperlukan kekuatan pendorong baik dari luar maupun dari dalam individu untuk itu perlu lingkungan yang memupuk daya kreativitas dan lingkungan yang dimaksud adalah gereja.
Pemberdayaan bagi warga gereja melalui pengembangan kreativitas memiliki peluang yang besar dalam mensejahterakan. Gereja memberdayakan warganya untuk menjadi komunitas yang kreativ menjadi hal yang penting untuk dilakukan sebab pemberdayaan merupakan poin kunci dalam mempercepat pembangunan dan tujuan pembangunan untuk menikmati kualitas kehidupan semakin menjadi lebih baik. Hal demikian akan melahirkan ide atau gagasan yang tentunya berpengaruh serta memperkuat kebersamaan. Misalnya pemberdayaan yang dilakukan yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kreativ dari warga gereja. pendekatan pemberdayaan komunitas kerja akan mempercepat perumbuhan kemandirian.
Selain itu, Berdasarkan pendapat tersebut, penulis melihat bimbingan di sini adalah memberikan bantuan kepada individu atau masyarakat agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Potensi yang mereka dapat belum mereka kembangkan dengan baik, masyarakat belum melihat hal-hal apa saja yang dapat dihasilkan sehingga sesuatu yang dihasilkan itu akan membuat ekonomi mereka menjadi lebih baik.
Warga Gereja memerlukan bimbingan seperti memberikan pemahaman bagi mereka tentang bagaimana melakukan kegiatan usaha yang dapat membuat mereka menjadi sejahtera, seperti mengundang para pembicara yang memiliki kemampuan di bidang usaha atau perekonomian agar mereka mendapat pengetahuan dalam mengelola apa saja yang di lihat dari sekitar mereka.
perbaikan pendapatan kesejahteraan menuju kemandirian. Dalam hal ini penulis memahami bahwa warga gereja Ora et Labora masih bersifat tradisional. Mereka seharusnya berupaya mengelola dengan baik sawit yang mereka peroleh tetapi hal tersebut tidak mereka lakukan. Dan dalam pengelolaan sawit membutuhkan partisipasi untuk mencapai proses pembangunan. Sehingga melalui kegiatan pemberdayaan penulis mengharapkan pendapatan dapat stabil dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian menurut Christension dan Robinson, tentang Community
Development, bahwa warga gereja diberdayakan kearah pembaharuan. Pemberdayaan ini
dibutuhkan kemandirian dari warga gereja untuk dapat mengembangkan diri kearah peningkatan kesejahteraan. Dan pembangunan ekonomi. Tanpa pembangunan aspek manusianya tidak dapat disebut Community Development. Pembangunan ekonomi tanpa pemberdayaan kreativitas, pengetahuan dan keahlian maka tidak akan berhasil. Selain itu kuncinya adalah sumber daya manusia.
Sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting. Dalam hal ini adalah warga gereja. Community Development digunakan sebagai pendekatan untuk menjalin proses kerja sama untuk meningkatkan motivasi. Dalam hal ini gereja Menggerakkan dan mendorong warga gereja agar menjadi kompeten dalam menanggapi masalah-masalah, mengembangkan kekuatan dan mengatur kekuatan sehingga berdampak pada pengembangan ekonomi dan juga pada peningkatan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi gereja.
Pemberdayaan ekonomi tanpa pemberdayaan sumber daya manusia akan menjadi tindakan kosong yang tidak memberi dampak dalam perubahan. Di dalam pemberdayaan ekonomi akan terdapat pemberdayaan sumber daya manusia yang bebas dan utuh untuk menjadi aktor pembangunan. Dalam proses pemberdayaan ekonomi, sumber daya manusia dapat menentukan strategi dalam upaya pencapaian hasil. Dalam proses pembangunan, yang utama adalah pelaksanaan pembangunan yang memberdayakan manusia dan memanusiakan manusia