BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Jaringan MPLS merupakan arsitektur jaringan yang didefenisikan oleh
Internet Engineering Task Force (IETF) untuk memadukan mekanisme Label
swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket
data [1], seperti terlihat pada Gambar 2.1. Jaringan MPLS bekerja pada layer Network
dan layer Data Link dalam proses transmisi paket data.
Gambar 2.1 Letak Jaringan MPLS pada OSI Layer
Pada layer Data Link berfungsi sebagai switching untuk penyambungan tiap paket data yang melintasi jaringan, sedangkan layar Network untuk proses route tiap paket data yang melintasi jaringan. Jaringan MPLS mengkombinasikan kedua layer tersebut.
Kemampuan teknologi MPLS untuk mekanisme label swapping adalah pertukaran label di setiap node (router) yang dilewati oleh paket-paket data pada jaringan [9]. Label tersebut berisikan informasi yang mengandung informasi jaminan
quality, scalability, reability, security, routing yang akan dilakukan oleh setiap
data yang akan dikirimkan melalui jaringan. Sehingga proses pengiriman paket menjadi lebih efisien.
Konsep inti dari MPLS adalah memasukan sebuah label pada setiap pada paket data dengan panjang tetap. Label setiap paket data mengandung informasi pokok, yaitu arah paket data tersebut akan diteruskan. Adapun informasi label yang paling penting adalah mengenai [8]:
1. Informasi Alamat tujuan (Destination Address) 2. Informasi IP Precendence
3. Informasi keanggotaan Virtual Privete Network (VPN) 4. Informasi Quality of Service (QoS) dari RSVP
5. Informasi rute paket data yang melintasi jaringan
Teknologi MPLS menjanjikan banyak harapan untuk peningkatan kinerja jaringan paket data dengan skalabilitas seperti pada jaringan Internet Protocol (IP) dan kualitas pengiriman paket data pada jaringan ATM. Hal ini yang memacu perkembangan teknologi MPLS menjadi lebih cepat dan popular dalam sistem komunikasi data. Adapun beberapa fungsi dari jaringan MPLS adalah :
1. Menghubungkan protokol satu dengan lainnya dengan Resource Reservation
Protocol (RSVP) dan membuka Shortest Path First (OSPF).
2. Menetapkan mekanisme untuk mengatur arus trafik berbagai jalur, seperti arus antar perangkat keras yang berbeda, mesin, atau untuk arus pada aplikasi yang berbeda.
3. Digunakan untuk memetakan IP secara sederhana, dan memilih route paket yang paling tepat.
4. Mendukung IP pada layer 3, ATM dan Frame-Relay pada Layer 2. 2.1.1 Format Header Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Gambar 2.2. Format Header MPLS [8]
Komponen penyusun header pada jaringan MPLS berisikan bagian-bagian berikut ini :
1. Label Value (Label)
Label value adalah field yang terdiri dari 20 bit yang merupakan nilai dari Label
tersebut
2. Experiment Use (Exp)
Secara tenis, field ini dapat digunakan untuk menangani indikator QoS atau dapat juga merupakan hasil salinan dari bit-bit IP Precendence pada paket IP.yang memiliki 3 bit Exp.
3. Bottom of Stack (Stack)
Pada sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari satu Label. Field ini digunkan untuk mengetahui label stack yang paling bawah. Label yang paling bawah dalam stack memiliki nilai bit 1, sedangkan yang lain dibeli nilai 0. Hal ini sangat diperlukan pada proses labelstucking.
4. Time to Live (TTL)
Field ini merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL akan
berkurang 1 setiap paket melewati hop untuk terjadinya packet storms. Pada jaringan MPLS ini memiliki 8 bit TTL yang akan berkurang 1 bila melewati sebuah router atau hop.
Dalam proses pembuatan label pada header di jaringan MPLS ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu :
1. Metode berdasarkan topologi jaringan , yaitu dengan menggunakan protocol IP
2. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu dengan menggunakan protocol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti RSVP
(Resource Reservation Protocol).
3. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas distribusi sebuah label.
2.1.2 Komponen Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Terdapat beberapa komponen penyusun jaringan MPLS untuk proses pengiriman paket data dari pengirim menuju ke penerima, yaitu :
1. Label Switched Path (LSP): merupakan jalur yang dilalui oleh satu atau
serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS
node ke MPLS node yang lainnya. MPLS menyediakan dua cara untuk menetapkan LSP yaitu.
a. Hop-by-hop routing, cara ini membebaskan masing-masing LSR menetukan
node selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip seperti Open
Shortest Path First (OSPF) dan RoutingInformation Protocol (RIP) dalam IP
routing.
b. Explisit routing, dalam metode ini LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama
yang dilalui aliran paket.
2. Label Switching Router : merupakan router dalam MPLS yang berperan dalam
menetapkan LSP dengan menggunakan teknik label swapping dengan kecepatan yang telah ditetapkan. LSR dapat dibagi dua, yaitu : Ingress LSR dan Egress
LSR.
a. MPLS Ingress Node : MPLS node yang mengatur trafik saat memasuki MPLS domain.
b. MPLS Egress Node : MPLS node yang mengatur trafik saat akan meninggalkan MPLS domain.
3. MPLS Label : merupakan deretan bit informasi yang ditambahkan pada header
suatu paket data dalam MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga MPLS header
4. MPLS Node : merupakan node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai kontrol protocol yang akan meneruskan paket berdasarkan label. Dalam hal ini MPLS node merupakan sebuah router yang dikonfigurasi untuk meneruskan paket data dan melakukan rute pada jaringan MPLS.
5. Forward Equivalance Class (FEC) : merupakan representasi dari beberapa paket
data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses pertukaran data.
6. Edge Label Switching Routers (ELSR) : ini terletak pada perbatasan jaringan
MPLS, dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa
header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke
dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS.
7. Label Distribution Path (LDP) : merupakan protokol yang berfungsi untuk
mendistribusikan informasi yang ada pada label ke setiap LSR pada MPLS. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC ke dalam label untuk selanjutnya akan dipakai untuk menentukan LSP. LDP message dapat dikelompokan menjadi.
a. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan memelihara
hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke MPLS.
b. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan
mengakhiri sesi antara titik LDP.
c. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah dan
menghapus pemetaan Label pada MPLS.
d. Notification Messages, yaitu pesan yang menyediakan informasi bantuan dan
sinyal informasi jika terjadi error.
2.1.3 Arsitektur Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut Label-Switched Path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut Label Switched Router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah
merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. LSP dibentuk melalui suatu protokol persinyalan Seperti terlihat pada Gambar 2.3 yang menentukan forwarding berdasarkan label pada paket.
Gambar 2.3 Arsitektur Jaringan MPLS [1]
Label yang pendek dan berukuran tetap untuk mempercepat proses
forwarding. Router dalam melakukan pengambilan keputusan ditentukan oleh semua
sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu. Tabel ini biasa disebut Label Forwarding
Information Base (LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu
node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu
peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di
2.1.4 Prinsip Kerja Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Prinsip kerja MPLS ialah penggabungkan kecepatan switching pada layer 2 dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label Switching Router (LSR) dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim seperti pada Gambar 2.4. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching Path). Mekanisme prinsip kerja Jaringan MPLS sangat bergantung pada label swapping (pertukaran label).
Label ditukar sesuai informasi yang dimiliki router sebelumnya untuk keperluaan
transfer paket data dari pengirim menuju penerima [8].
IP Packet
MPLS Label added in IP Packet
Switching Port
MPLS packet switched accros network
MPLS Label removed at destination
MPLS Network
Gambar 2.4 Prinsip Kerja jaringan MPLS
2.2 Protocol Routing Open Shortest Path First (OSPF)
Protocol routing merupakan salah satu komponen terpenting pada sebuah
jaringan backbone. Protocol routing secara dinamis berkomunikasi untuk menentukan rute terbaik untuk mencapai tujuan. Paket di-forward dari satu router ke
router yang lain sesuai dengan protocol routing yang digunakan
Sudah cukup banyak protocol routing yang telah dikembangkan hingga saat ini, salah satunya adalah Open Shortest Path First biasa disingkat dengan OSPF. OSPF dikembangkan untuk menggantikan Routing Information Protocol (RIP) [5]. OSPF merupakan protocol routing Link State (LS) yang bersifat open-standart dan sudah dipublikasikan pada dokumen RFC-2328.
OSPF dapat melakukan konvergensi secara cepat dan melakukan path
(pemilihan jalur rute paket data) berdasarkan cost terendah [3]. Protocol jenis LS dapat mempelajari lebih banyak informasi tentang struktur network dibandingkan jenis protocol lainnya. Sehingga lebih banyak juga informasi yang dipertukarkan antar-neighbour. Agar lebih mudah untuk memahami OSPF akan dibahas pada hal-hal berikut ini :
2.3.6 Protocol Link State (LS)
Peotocol Link State (LS) dapat mengetahui kondisi network secara lebih akurat. Masing-masing router memiliki “gambaran jelas” tentang topologi network, termasuk juga info bandwidth dari network lainnya. Beberapa hal yang menjadi karakteristik LS, yaitu :
1. Dapat merespon dengan cepat terhadap perubahan network. 2. Mengirim update ketika menjadi perubahan pada network.
3. Mengirim update secara periodik pada interval tertentu (mmisal 30 menit), yang disebut dengan Link Staterefresh.
Protocol LS melakukan update routing ketika menjumpai perubahan pada link
2.3.7 OSPF Topology Network
Bagaimana protocol OSPF berkomunikasi dalam network sangat bergantung pada media network yang digunakan. Media yang dapat meneruskan informasi OSPF yaitu:
1. Broadcast Multiaccess, media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam
jaringan lokal atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam pencarian router-router neighbour-nya. Namun ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated
Router (DR) dan Backup DesignatedRouter (BDR).
2. Point-to-Point, digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang
terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai neighbour.
3. Point-to-Multipoint, media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface
yang menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan Point-to-Point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya.
4. Nonbroadcast Multiaccess (NBMA), media berjenis Nonbroadcast multiaccess ini
secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-to-Point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja.
2.3.8 Perhitungan Nilai Cost
Cara penentuan jalur terbaiknya dengan menggunakan nilai metric
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
=
100 ,000 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑐𝑐𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑆𝑆𝐾𝐾𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 (2.1)
2.4 Video streaming
Video adalah suatu media informasi yang berupa gambar dan suara yang disajikan secara bersamaan. Sedangkan streaming adalah suatu teknologi yang memainkan file gambar atau suara secara langsung ataupun pre-recorder dari sebuah
server. Jadi, Video streaming adalah sistem komunikasi yang memiliki informasi
berupa video yang ditransmisikan melalui jaringan secara langsung maupun
pre-recorder dari server menuju client. Dalam sistem layanan video streaming, server
merupakan tempat file yang melakukan broadcast. Client adalah bagian yang melakukan request untuk menerima video tersebut.
Terdapat tiga kategori dalam sistem video streaming [4], yaitu :
1. Streaming stored video, merupakan jenis layanan yang memberikan file video
yang terdapat di dalam memori server. Biasanya client dapat memilih video yang akan disaksikan. Contoh layanan pada streaming stored video adalah
Video On Demand.
2. Streaming live video, merupakan jenis layanan yang memberikan file video
yang di-broadcast oleh server saja. Client pada streaming jenis ini tidak dapat memilih video yang akan disaksikan. Contoh layanan pada streaming live video
adalah TV broadcasting.
3. Interactive video, merupakan jenis layanan video streaming yang mampu
membuat server dan client dapat berinteraksi. Contoh layanan jenis ini adalah
Video Conference.
File video atau audio di-stream, akan berbentuk sebuah buffer di komputer
client, dan data video – audio tersebut akan mulai di download ke dalam buffer yang
2.4.1 Cara Kerja Video streaming
Terdapat beberapa hal penting dalam proses video streaming pada sebuah jaringan yaitu :
1. Server dan Client
Video streaming terbentuk hanya karena terdapat server (memiliki jaringan serta
ruang penyimpanan yang besar) dan klien (PC pribadi) yang dapat berkomunikasi dalam bentuk bit. Video streaming bukanlah tentang bagaimana sistem dapat membaca file video yang sebenarnya, namun lebih merupakan metode pengiriman media antara dua komputer.
2. Mengirim Bit dan Bytes
Server menyimpan file video yang berisi beberapa bit dan byte – byte kode. Kode
– kode ini berisi petunjuk agar pada saat yg sama computer. 3. Membaca dan Menerima Film
Setelah server melakukan koneksi dengan remote client (komputer pribadi), akan dimulai transfer instruksi untuk memutar video di komputer dalam bentuk kode
stream yang berukuran kecil. Kode-kode tersebut ditransfer dalam suatu paket
melalui jaringan dan di-load dalam memori komputer. Komputer memproses kode-kode video da kemudian menampilkannya pada layar.
4. Memerlukan Buffer
Komputer menyimpan dan mengolah kode-kode video dalam filebuffer, sehingga tidak harus terus menerus harus tersambung ke server. Jika koneksi terputus untuk sementara, maka server akan mengetahui sampai sejuh mana file berhasil di
buffer, untuk kemudian server amakn mengirimkan kode-kode selanjutnya untuk
memutar video. Komputer men-download dan menyimpan kode-kode video dalam buffer dengan baik secara terus menerus hingga video siap dimainkan di layar.
5. Format dan Media Player
tersebut pada layar.Ada banyak aplikasi player yang ada, dan sebelumnya kedua
server dan PC client harus mempunyai persetujuan mengenai perungkat lunak
yang dapat digunakan untuk menampilkan video.
2.4.2 Real-time Transport Protocol (RTP)
Dalam teknologi video streaming dapat digunakan RTP sebagai protocol
transfer data. RTP mnyediakan layanan pengiriman pada pada jaringan untuk transmisi data real time. Real-time dimaksudkan sebagai layanan yang dapat langsung dilihat oleh pengguna. RTP berjalan di atas protocol UDP (User DatagramProtocol). RTP dapat dilihat sebagai sub-layer pada transport layer.
Real-time Transport Protocol (RTP) dapat digunakan untuk pengiriman
format umum seperti PCM, GSM, dan MP3 untuk audio, dan MPEG dan H263 untuk video. Pada sisi penerima. Potongan media dienkapsulasi dalam paket RTP yang kemudian dienkapsulasi lagi di segmen UDP, dan selanjutnya dilewatkan dengan IP. Sedangkan pada sisi penerima melakukan ekstrak pada peket RTP dari segmen UDP, kemudian mengekstrak potongan media dari RTP paket, yang kemudian dikirimkan pada media player (pemutar). Paket RTP terdiri dari empat bagian utama seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.5.
Adapun keterangan empat bagian dan panjang bit-nya dari header paket RTP tersebut adalah :
1. Payload Type, mengindikasikan jenis video yang di-streaming, seperti motion
Tabel 2.1 Jenis Video Payload Pendukung RTP
Payload-Type Number Video Format
26 Motion JPEG
31 H.261
32 MPEG 1 Video
33 MPEG 2 Video
2. Sequence Number, digunakan untuk inisialisasi paket yang dikirimkan dan bisa
dipakai untuk perhitungan packet loss, memiliki panjang 16 bit.
3. Timestamp, mununjukkan waktu paket yang dipakai untuk sinkronisasi dan
perhitungan jitter, memiliki panjang 32 bit.
4. Synchronization source identifier (SSRC), memiliki panjang 32 bit.
Mengidentifikasi sumber RTP stream. Setiap stream pada RTP dibedakan dengan SSRC. SSRC bukanlah IP pengirim tapi merupakan penomoran yang dilakukan dari sisi pengirim ditandai secara acak ketika stream baru berjalan. Kemungkinan adanya dua stream yang ditandai dengan SSRC yang sama.
2.5 Kinerja Jaringan
Aplikasi yang beraneka ragam menghasilkan kinerja yang berbeda-beda pula. Pengiriman data email melalui sebuah jaringan internet akan berbeda dengan pengiriman data VoIP untuk informasi suara pada sebuah jaringan. Oleh sebab itu, penyesuaian karakteristik jaringan mempengaruhi kinerja jaringan terhadap layanan atau aplikasi yang digunakan.
2.5.1 Parameter Kinerja Jaringan
Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat melihat kinerja jaringan adalah:
1. Availability yaitu persentase hidupnya sistem atau sub sistem
telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%.
2. Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam
bps. Header-header dalam paket-paket data mengurangi nilai throughput. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga akan mengurangi nilai ini. Persamaan (2.2) menunjukkan cara mendapatkan nilai throughput sebuah jaringan [6].
𝑇𝑇ℎ𝑟𝑟𝑐𝑐𝑟𝑟𝑟𝑟ℎ𝐾𝐾𝑟𝑟𝑐𝑐= 𝐽𝐽𝑟𝑟𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ𝐷𝐷𝐽𝐽𝑐𝑐𝐽𝐽 𝑦𝑦𝐽𝐽𝐿𝐿𝑟𝑟 𝑆𝑆𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽𝐿𝐿𝐽𝐽𝐿𝐿
𝑊𝑊𝐽𝐽𝐿𝐿𝑐𝑐𝑟𝑟 𝑃𝑃𝑆𝑆𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽𝐽𝐽𝐿𝐿 𝐷𝐷𝐽𝐽𝑐𝑐𝐽𝐽 (2.2)
3. Packet Loss, adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya.
Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Satuan yang digunakan pada perhitungan packet loss adalah persen. Persamaan (2.3) menunjukkan cara memperoleh nilai packet loss [6].
𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐𝐿𝐿𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐= 𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐 𝐷𝐷𝐽𝐽𝑐𝑐𝐽𝐽𝑆𝑆𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽 −𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐 𝐷𝐷𝐽𝐽𝑐𝑐𝐽𝐽 𝑆𝑆𝐿𝐿𝑐𝑐𝑆𝑆𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽𝐽𝐽
𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐 𝐷𝐷𝐽𝐽𝑐𝑐𝐽𝐽 𝑆𝑆𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽 × 100 % (2.3)
4. Latency (Delay), adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit), atau kongesti (yang memperpanjang antrian),atau bisa juga akibat waktu olah yang lama (misalnya untuk digitizing dan kompresi data). Persamaan (2.4) menunjukkan cara memperoleh nilai delay dalam suatu jaringan. Dalam perhitungan delay
𝐷𝐷𝑆𝑆𝐽𝐽𝐽𝐽𝑦𝑦 = 𝑊𝑊𝐽𝐽𝐿𝐿𝑐𝑐𝑟𝑟 𝑆𝑆𝐽𝐽𝑟𝑟 𝐿𝐿𝐽𝐽𝑎𝑎𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝑆𝑆𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽𝐽𝐽𝐿𝐿 𝑐𝑐𝐽𝐽𝐽𝐽𝐾𝐾𝐽𝐽𝐿𝐿 𝐽𝐽𝐿𝐿ℎ𝐿𝐿𝑟𝑟𝐾𝐾𝑆𝑆𝐿𝐿𝑆𝑆𝑟𝑟𝐿𝐿𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐿𝐿 𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐
𝑇𝑇𝑐𝑐𝑐𝑐𝐽𝐽𝐽𝐽𝑃𝑃𝐽𝐽𝑐𝑐𝐿𝐿𝑆𝑆𝑐𝑐 (2.4)
Terdapat beberapa jenis delay yang terjadi pada suatu sistem komunikasi yaitu :
1. Algorithmatic Delay, disebabkan oleh standar codec yang digunakan,
contohnya pada G.711 adalah 0 ms.
2. Packetization Delay, disebabkan oleh pengakumulasian bit voice sample ke
frame, contohnya standar G.711 untuk payload 160 bytes memakan waktu 20 ms.
3. Serialization Delay, disebabkan adanya waktu yang dibutuhkan untuk
transmisi paket IP dari sisi pengirim.
4. Propagation Delay, disebabkan perambatan atau perjalan paket IP di media
transmisi ke alamat tujuan, contohnya delay propagasi di dalam kabel memakan waktu 4 – 6 µs per kilometernya.
5. Codec Processing Delay, disebabkan waktu yang diperlukan oleh Digital
Signal Processing untuk mengkompres sebuah blok PCM, nilai bervariasi
bergantung dari codec dan kemampuan processor.
5. Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat dilewati
trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second
[bps]. Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh provider.
6. Jitter atau variasi dalam latency, diakibatkan oleh variasi- variasi dalam panjang
antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan.
7. Utilitisasi/Okupansi, teknologi IP adalah teknologi connectionless
oriented, dimana proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya tidak
connection oriented. Kemampuan menyediakan jaminan kinerja dan diferensiasi layanan dalam network sering diacu dengan istilah Quality of Service
(QoS).
2.4.2 Lembaga Standarisasi Kinerja Jaringan
Salah satu lembaga yang mengeluarkan standarisasi tentang kinerja jaringan adalah Telecommunication and Internet Protocol Harmonization Over Network
(TIPHON). TIPHON mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas kinerja layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error,
performance, response time dan throughput, sambungan atau transmisi yang
hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan [7]. Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi network.
Dalam standarisasi TIPHON memiliki klasifikasi dalam penilaian yang dilakukan di jaringan yang diteliti, seperti Tabel 2.2 yang menunjukkan Throughput ,
Tabel 2.3 menunjukkan delay, dan Tabel 2.4 yang menampilkan packet loss. Tabel 2.2 Standarisasi Throughput oleh TIPHON
Kategori Besar Throughput Indeks
Sangat Bagus 76 s/d 100 % 4
Bagus 51 s/d 75 % 3
Sedang 26 s/d 50 % 2
Tabel 2.3 Standarisasi Delay oleh TIPHON
Kategori Besar Delay Indeks
Sangat Bagus < 150 ms 4
Bagus 150 s/d 300 ms 3
Sedang 300 s/d 450 ms 2
Jelek >450ms 1
Tabel 2.4 Standarisasi Packet Loss oleh TIPHON Kategori Besar Packet Los Indeks
Sangat Bagus 0 % 4
Bagus 3 % 3
Sedang 15 % 2