• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites muluccana Willd) Pada Berbagai Perlakuan Mekanis dan Kimia. Oleh: Siti Fatima 1 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites muluccana Willd) Pada Berbagai Perlakuan Mekanis dan Kimia. Oleh: Siti Fatima 1 ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal AgroPet Vol. 14 Nomor 1 Juni 2017 ISSN 1693-9158

1) Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, STIP Toli-Toli

Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites muluccana Willd) Pada Berbagai Perlakuan Mekanis dan Kimia

Oleh: Siti Fatima1

ABSTRAK

Kemiri (Aleurites muluccana Willd) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan 6 taraf perlakuan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah: t0 : kontrol, t1 : benih diretakkan, t2 : kulit benih dikikir, t3: benih dibakar, t4: benih direndam dengan KNO3 0,2% selama 15 menit dan t5: benih direndam dalam air

dingin selama 10 hari. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan kimia terhadap perkecambahan benih kemiri, dan untuk mengetahui perlakuan yang terbaik dari perlakuan mekanis dan kimia untuk perkecambahan benih kemiri. Hasil penelitian menunjukkan persentase kecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan mekanis dengan cara diretakkan mencapai 100% dengan kecepatan berkecambah 23,333 hari.

Kata kunci : Perlakuan mekanis dan kimia, perkecambahan, kemiri. PENDAHULUAN

Kemiri (Aleurites muluccana Willd) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pasar kemiri

yang semakin terbuka

sehubungan dengan semakin

meningkatnya kebutuhan

konsumsi kemiri, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, karena sifat hidupnya yang mudah dipelihara dan dapat tumbuh

disemua areal termasuk lahan kritis (Paimin, 1997).

Pertanaman kemiri di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimulai pada tahun 1991 mencapai 130.122 ha yang terdiri dari 130.018 ha berupa perkebunan rakyat dan 104 ha perkebunan swasta. Pada tahun 2000 luas area meningkat menjadi 205.532 ha (205.435 ha perkebunan rakyat dan 97 ha perkebunan swasta). Dengan

(2)

2

peroduksinya pada tahun 1991 mencapai 36.189 ton dan tahun 2000 sebesar 74.319 ton. Data statistik perkebunan tahun 2003 tercatat luas areal pertanaman kemiri mencapai 212.518 ha dengan produksi 89.155 ton (Statistik Perkebunan Indonesia, 2004). Luas lahan untuk tanaman kemiri di Sulawesi Tengah tahun 2004 seluas 3926 ha dengan produksi 383 ton (Statistik Perkebunan Indonesia, 2004), sedangkan untuk Kabupaten Tolitoli sendiri belum ada data yang tepat mengenai luas lahan dan produksi tanaman kemiri. Kemiri di Daerah Tolitoli dibudidayakan secara kecil oleh petani dalam jumlah sedikit (kurang dari 10 pohon).

Dalam budidaya kemiri oleh petani, teknik pembibitan belum dikuasai dengan baik karena

untuk pengecambahan

membutuhkan waktu 4 – 6 bulan. Budidaya kemiri secara besar-besaran saat ini belum ada, masyarakat menanam tanaman kemiri sebagai tanaman

agroforestry (wanatani).

Tana-man ini sangat mudah untuk

dikembangkan karena tidak mudah terserang hama, hanya saja terdapat masalah dalam memecahkan dormansi akibat kulit bijinya yang keras (BPTP SUMBAR, 2005).

Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk jenis yang sulit berkecambah antra lain yaitu jenis benih weru adalah benih direndam dengan asam sulfat selama 10 menit (Suita dan Nurhasybi 2014) dan untuk benih dipatahkan dormansinya dengan perendaman dalam asam sulfat selama 20 menit (Azad et

al.,2010). Untuk mematahkan

dormansi biji kemiri sehingga dapat meningkatkan persen kecambah benih kemiri dan

mempercepat proses

perkecambahannya, sehingga dilakukan penelitian dengan beberapa alternatif perlakuan pada benih kemiri sebelum perkecambahan berupa perlakuan mekanis dan kimia. Perlakuan mekanis dilakukan dengan cara diretakkan, dikikir, dibakar dan direndam dalam air selam 10 hari. Perlakuan kimia dilakukan dengan

(3)

3 cara direndam KNO3 konsentrasi

0,2%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan mekanis dan kimia yang terbaik dalam mematah-kan dormansi benih kemiri (Aleurites muluccana

Willd).

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuweley Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai November 2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kemiri, air, KNO3, aquadest,

serbuk gergaji, pupuk kandang, tanah, insektisida, rodentisida. Alat yang digunakan adalah martil, timbangan, kertas amplas, oven,

stopwatch, polibag, ember,

ayakan tanah, papan label, termometer, hygrometer, alat tulis menulis, bambu, plastik putih, daun kelapa, tali rapiah, paku.

Penelitian ini disusun

dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yang terdiri dari 6 (enam) taraf perlakuan,

yaitu : (T0) kontrol; (T1) benih diretakkan; (T2) benih dikikir; (T3) benih dibakar; (T4) benih direndan dengan KNO3 konsentrasi 0,2%

selama 15 menit; dan (T5) benih direndam dengan air selama 10 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati yaitu persentase perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus :

Kecepatan berkecambah dinya-takan dengan rata-rata hari ber-kecambah, yang dihitung dengan menggunakan rumus :

Uji lanjut dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

HASIL

Hasil pengamatan per-sentase kecambah benih kemiri (Aleurites muluccana Willd) pada umur 2 – 12 MST. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan ber-pengaruh sangat nyata terhadap

(4)

4

persentase kecambah benih kemiri umur 2 – 12 MST (Tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan bahwa pengamatan persentase per-kecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan T1 Peretakan biji)

dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan T0, T2, T4 dan T5 namun berbeda tidak nyata

dengan perlakuan T3.

Sedangkan persentase

perkecam-bahan yang terendah pada perlakuan T5 (biji direndam dengan air) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan T1, T2 dan T3, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan T0 dan T4, kecuali pada umur pengamatan 6 dan 8 MST persentase perkecambahan te-rendah pada perlakuan T0 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 1. Rata-rata Persentase Kecambah Benih Kemiri Pada Berbagai Perlakuan Mekanis dan Kimia

Peralakuan

Waktu Pengmatan (minggu setelah tanam/MST)

2 4 6 8 10 12 Kontrol 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 66,7 ab 66,7 a Peretakan 33,3 b 100,0 d 100,0 e 100,0 e 100,0 c 100,0 c Dikikir 0,0 a 40,0 b 80,0 cd 80,0 cd 80,0 b 80,0 b Bakar 0,0 a 53,3 c 86,7 d 86,7 d 86,7 bc 86,6 bc KNO3 0,0 a 46,7 bc 73,3 c 73,3 c 73,3 ab 73,3 ab Perendaman Air 0,0 a 0,0 a 20,0 b 60,0 b 60,0 a 60,0 a BNT 8,4 11,9 11,9 11,9 14,5 14,5

Ket: Angka-angka yang ditandai oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kecepatan berkecambah benih kemiri tercepat terdapat pada perlakuan T1 (biji diretakkan) dan berbeda sangat nyata dengan

perlakuan lainnya. Kecepatan berkecambah benih kemiri ter-lama pada perlakuan T0 (tanpa perlakuan) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

(5)

5 Tabel 2. Rata-rata Kecepatan Berkecambah Benih Kemiri Pada Berbagai

Perlakuan Mekanis dan Kimia

Perlakuan Benih Kecepatan berkecambah

(hari) BNT Kontrol 70,00 d 2,16 Peretakan 23,33 a Dikikir 35,00 b Bakar 33,37 b Perendaman KNO3 33,06 b

Perendaman Air 10 hari 51,33 c

Ket: Angka-angka yang ditandai oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT taraf 5%.

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mekanis dengan cara biji diretakkan (T1) umur 12 MST memberikan persentase perkecam-bahan tertinggi yaitu 100% dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Sedangkan per-sentase

perkecambahan terendah pada perlakuan direndam dengan air dingin (T5) yaitu 60%, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan T0 dan T4.

Perlakuan mekanis dengan cara diretakkan memberikan persentase perkecambahan

tertinggi, hal ini diduga biji yang diretakkan dapat memudahkan air masuk ke dalam biji sehingga embrio di dalam biji dapat berkembang. Sejalan dengan Gardner et al., (1991), bahwa dengan retaknya kulit biji maka memungkinkan terjadinya imbibisi air oleh sejumlah jaringan dalam biji sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam biji yang kemudian meningkatkan kegiatan enzim dan enzim mengalir dari embrio ke endosperma.

Adanya pengaruh perlakuan skarifikasi (peretakan) benih terhadap persen kecambah, diduga karena perbedaan respon

(6)

6

kulit benih terhadap setiap perlakuan skarifikasi benih. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Baker(1950), bahwa perlakuan skarifikasi benih mempercepat perkecambahan dan meningkatkan peresentase perke-cambahan pada dasarnya adalah dengan merusak lapisan kulit benih yang keras sehingga air dan oksigen dengan mudah masuk ke dalam benih. Selanjutnya Sadjad (1974), menge-mukakan bahwa perkecambahan benih yang tertunda, bukanlah merupakan suatu kebetulan akan tetapi sebagai hasil dari suatu mekanisme yang menyebabkan benih dalam keadaan tidak berkecambah atau dormansi, dikarenakan adanya kulit biji yang keras. Kulit biji yang keras ini dapat menyebabkan biji kedap air dan gas-gas serta menghambat perkecambahan.

Bila melihat rata-rata persen kecambah pada tabel 1, dapat dikatakan bahwa proses kecambah antara benih yang diretakkan dengan benih yang dibakar tidak jauh berbeda, demikian juga dengan waktu yang

digunakan untuk berkecambah, namun bila dibandingkan dengan waktu pengerjaannya maka meretakkan jauh lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan dibakar.

Hasil penelitian menujukkan bahwa kecepatan berkecambah pada perlakuan mekanis dengan cara peretakan memberikan kecepatan berkecambah benih tercepat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu 23,333 hari. Sedangkan kecepatan berkecambah terlama diperoleh pada perlakuan T0 (tanpa perlakuan) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya yaitu 70 hari.

Perlakuan mekanis dengan cara biji diretakkan memberikan kecepatan berkecambah benih kemiri tercepat. Hal ini diduga biji kemiri yang keras retak sehingga memudahkan air masuk kedalam biji. Sejalan dengan Ferry dan Ward (1959), awal biji dapat berkecambah ketika molekul air berhasil melalaui selaput pembungkus biji sebagian diantaranya ada yang diserap seningga menyebabkan terjadinya

(7)

7 peristiwa imbibisi (peristiwa

penyerapan air kedalam ruang antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang) dan molekul air lainnya akan menuju ke vakuola sel hidup. Selanjtnya Kamil (1992), air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perke-cambahan benih. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menye-babkan pengembangan embrio sehingga kulit pecah, menfasilitasi masuknya oksigen ke dalam biji melalui dinding sel yang diimbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi dan air juga mengencerkan protoplasma. Selain itu air juga sebagai alat transportasi larutan makanan dari endosperma ke titik tumbuh pada embrio.

Menurut Soedjoko (1975)

dalam Suginingsih (1989), Lapisan

kulit yang keras dapat memperlambat perkecambahan benih satu atau dua minggu bahkan sampai beberapa bulan. Cara mengatasi dormansi yang disebabkan oleh kulit yang keras

adalah dengan memberikan perawatan tertentu dengan jalan mengusahakan agar kulit menjadi pecah atau lemah, sehingga memudahkan penyerapan air dan gas-gas secara efektif yang dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah. Diantara tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi dormansi, terutama yang disebabkan oleh kulit biji yang keras adalah perlakuan mekanis dan kimia.

KESIMPULAN

Perlakuan mekanis dan kimia terhadap benih kemiri (Aleurites muluccana Willd)

berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kecambah dan kecepatan berkecambah. Perlakuan mekanis terhadap benih kemiri (Aleurites muluccana Willd) menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan kimia. Persentase kecambah tertinggi dari perlakuan mekanis dengan cara diretakkan

mencapai 100% dengan

kecepatan berkecambah 23,33 hari.

(8)

8

SARAN

Untuk memperbanyak tana-man kemiri lebih baik meng-gunakan biji yang diretakkan terlebih dahulu sebelum di-kecambahkan, karena dengan cara ini hasil perkecambahan yang dicapai cukup baik dengan waktu perkecambahannya lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA Azad S, Musa ZA, Matin A. 2010.

Effects of presowing treatments on seed germination of Melia

azedarach. J For Res 21 (2):

193-196.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SUMBAR. 2005. Pembibitan kemiri.www.sumbar.litbang.d eptan.go.id Diakses 20 Januari 2012. Baker, Frederick S., 1950. Principles of Silviculture.

McGraw-Hill Book Company. New York.

Ferry dan Ward. 1959.

Perkecambahan._http://task_

list.blogspot.com/. Diakses 10 Agustus 2012.

Gardner, F. P., R.B Piarce and R.L. Michel. 1991.

Physiologi Of Crop Plants

(Terjemahan Herawati Susila, 1991). Fisiologi Tanaman

Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Paimin, F.P. 1997. Kemiri:

Budidaya dan Prospek. PT.

Penebar Swadaya. Jakarta. Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi

Metabolisme Benih.

Grasindo. Jakarta.

Statistik Perkebunan Indonesia. 2004. Kemiri. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Indonesia. Suginingsih. 1989. Pengaruh

perlakuan awal terhadap

perkecambahan benih

Kemiri. Fakultas Kehutanan

UGM.

Yogyakarta._elib.ugm.ac.id/ju rnal

Suita E, dan Nurhasybi. 2014. Pengujian viabilitas benih

weru (Albizia

procera Benth.). Jurnal

Perbenihan Tanaman Hutan 2 (1): 9-17.

Referensi

Dokumen terkait

Lodovicus Lasdi, MM., Ak., selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

Melibatkan eksekutif tingkat tinggi di semua 3. tingkat pemerintah kabupaten dan lembaga- lembaga pemerintahan tingkat nasional, teru- tama yang menyangkut perikanan, pengelolaan

Berdasarkan data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dapat kami simpulkan bahwa multimedia interaktif dapat mengatasi kesulitan belajar siswa

Tidak dapat dipungkiri bahwa aspirasi untuk memasukkan sumber hukum tidak tertulis dalam RKUHP di masa yang akan datang merupakan suatu usaha yang positif dalam

Metode program linier multi objective fuzzy digunakan agar dapat mempertimbangkan lebih dari satu fungsi tujuan dan adanya toleransi yang diperoleh saat proses produksi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan informasi dari guru-guru atau pihak sekolah yakni di MAN 2 Model Pekanbaru, di dapat informasi bahwa tingkat kecemasan

Jenis unit penangkapan pilihan untuk pemanfaatan komoditi unggulan di perairan Provinsi Riau berdasarkan pendekatan aspek teknis dan sosial adalah jaring atom

Terdapat lima indikator keaktifan beserta cirinya menurut Sudjana 2010, yaitu: 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan,