• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat termasuk rumah sehat. Hal ini merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goal (MDGs) tahun 2015. Upaya mewujudkan lingkungan yang sehat tersebut melalui peningkatan sanitasi lingkungan (Kelompok Kerja Air Minum Penyehatan Lingkungan, 2004).

Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000). Sejalan dengan perubahan iklim dunia telah terjadi perubahan lingkungan secara besar-besaran berdampak terhadap pola hidup makhluk, semakin banyaknya mutasi-mutasi pathogen penyebab penyakit.

Berdasarkan hasil penyelidikan Word Health Organitation dalam Sanitasi Yang Terabaikan (Percik Vol. 4 I/Juni 2004) , beberapa daerah di belahan dunia terjadi peningkatan kasus dan potensi penularan penyakit berbasis lingkungan yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian yang menyerang semua kelompok umur. Begitu besarnya pengaruh lingkungan terutama terhadap kesehatan, maka perlu dilakukan upaya kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan.

(2)

Menurut Entjang (2000), bahwa sanitasi lingkungan merupakan unsur yang mempunyai peran penting. Kondisi lingkungan dan hygiene sanitasi yang buruk mengakibatkan berkembangnya populasi nyamuk, lalat dan vektor penular penyakit lainnya. Perkembangan tersebut didapati pada daerah-daerah kumuh, dan sumber air yang tidak sehat akibat tidak adanya pengelolaan lingkungan yang baik. Lebih lanjut WHO melaporkan kondisi lingkungan yang tidak sehat justru banyak ditemukan di daerah-daerah negara berkembang termasuk Indonesia. Demikian juga dengan perkembangan pola penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan, dan adanya kontak langsung dengan sumber air yang tercemar, perumahan yang tidak layak huni, serta penyakit-penyakit menular lain yang bersumber dari binatang.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengambil langkah-langkah strategis guna mencegah dan menanggulangi penyakit-penyakit berbasis lingkungan melalui pengelolaan sanitasi dasar dan lingkungan hidup. Upaya tersebut terimplementasi melalui program-program kesehatan baik dalam sistem kesehatan nasional maupun dalam rencana jangka menengah dan panjang. Beberapa program prioritas tersebut antara lain (1) penyediaan sumber air minum yang sehat, (2) pengelolaan limbah industri dan limbah rumah tangga, (3) peningkatan dan pengawasan rumah sehat, (4) pemberantasan sarang-sarang nyamuk dan pengendalian populasi nyamuk, serta penanggulangan penderita penyakit yang berbasis lingkungan dan (5) pemantauan kualitas udara.

Beberapa indikator sanitasi lingkungan yang direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia antara lain persentase jumlah rumah

(3)

sehat mencapai 80%, sanitasi tempat-tempat umum 80%, penyediaan air bersih, pelayanan kesehatan lingkungan institusi yang dibina sebesar 70%, rumah tangga yang mempunyai jamban keluarga sebesar 90%, adanya sarana pembuangan air limbah (Departemen Kesehatan RI, 2000). Menurut Soemirat (2000), masalah kesehatan lingkungan misalnya perumahan, pembuangan kotoran (faeces), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah, berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat terutama pada masalah kesehatan lingkungan rumah tangga.

Secara keseluruhan kondisi kesehatan lingkungan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan Profil Indonesia tahun 2006, diketahui bahwa kondisi rumah yang memenuhi syarat sehat untuk tingkat nasional adalah 43,89%. Kondisi sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban yang memenuhi syarat 46,54 %, persediaan air bersih (air minum) baru mencapai 75 %, akses terhadap jamban (WC) yang sehat 61,8 %, sarana pembuangan air limbah domestik (SPAL) baru mencapai 25% dan pengelolaan sampah rumah tangga 18% (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Implikasi dari rendahnya kualitas lingkungan tersebut adalah terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian yang menyerang semua kelompok umur khususnya bayi dan balita. Berdasarkan data Kesehatan Nasional tahun 2004, bahwa Angka Kematian Bayi 35 per setiap kelahiran hidup. Penyebab kematian utama tersebut antara lain oleh penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA (22,8%), dan diare (13,2%) (Wilopo, S.A, 1998). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (1995), menunjukkan bahwa penyakit infeksi diare dan ISPA merupakan penyakit yang menduduki peringkat teratas sebagai

(4)

penyebab kematian bayi dan anak balita. Berdasarkan 25 penyebab kematian balita menurut survei, disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang masih rendah, serta tingkat higienis dan sanitasi lingkungan rumah yang belum optimal (Departemen Kesehatan RI, 1996).

Berdasarkan Profil Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam, diketahui masalah perumahan sehat masih merupakan masalah utama dalam pembangunan kesehatan di NAD, data menunjukkan kondisi rumah sehat 54,22%, kondisi sarana pembuangan limbah yang memenuhi persyaratan sehat sebanyak 67,12% dan 49,20% untuk kondisi jamban (Dinkes Provinsi NAD, 2006).

Jumlah penduduk Kecamatan Banda Alam 7.102 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.482 jiwa dan perempuan 3.620 jiwa (BPS dan BAPEDA Kabupaten Aceh Timur, 2008). Desa Seuneubok Benteng dengan 183 kepala keluarga terdapat 812 jiwa yang terdiri dari 391 jiwa laki-laki dan 421 jiwa perempuan. Jumlah dan kondisi sanitasi dasar Desa Seuneubok Benteng sangat kurang dan memprihatinkan bila dibandingkan dengan jumlah KK yang ada di desa tersebut. Hal ini dapat dilihat, hanya 17 (tujuh belas) kepala keluarga yang memiliki jamban (WC), 28 (dua puluh delapan) kepala keluarga yang memiliki sumur cincin, 16 (enam belas) kepala keluarga yang mempunyai sistem pembuangan air limbah dan 18 (delapan belas) kepala keluarga yang memiliki sarana pembuangan sampah (Puskesmas Keude Geureubak, 2007). Data 10 penyakit terbesar di Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur tahun 2007, secara umum keluhan yang mereka hadapi adalah penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti ISPA, Penyakit Kulit Infeksi, Diare, Kelainan pada lambung dan lain-lain.

(5)

Adapun data 10 penyakit terbesar di Kecamatan Banda Alam dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Data 10 Penyakit Terbesar di Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007

No Nama Penyakit Jumlah

Kunjungan Persen (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ISPA

Penyakit Kulit Infeksi Diare

Kelainan pada Lambung Hipotensi

Penyakit Kulit Alergi Common Cold Hipertensi

Gingivitis dan Periodental

Penyakit sistem pada jaringan otot pengikat

2.063 791 646 630 565 503 362 251 242 190 33,0 12,7 10,3 10,1 9,1 8,1 5,7 4,0 4,0 3,0 Total 6.243 100,0

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Keude Geureubak (2007)

Tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa penyakit yang teratas didominasi oleh penyakit yang berbasis lingkungan seperti ISPA, penyakit kulit, diare dan kelainan pada lambung. Kenyataan ini berarti menunjukkan keadaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar masyarakat Kecamatan Banda Alam sangat kurang, masih banyak dijumpai masyarakat yang membuang air besar ke sungai, irigasi dan semak-semak, mereka bahkan membiarkan air limbah tergenang di pekarangan belakang rumahnya yang dapat menimbulkan penyakit yang berbasis lingkungan.

Sanitasi dasar erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Berdasarkan analisis situasi kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Keude Geureubak pada desa Seuneubok Benteng ditemukan rendahnya pengelolaan sanitasi dasar. Diduga hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, sikap, tindakan masyarakat.

(6)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang perilaku masyarakat Seuneubok Benteng dalam pengelolaan sanitasi dasar.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah: sejauhmana hubungan perilaku masyarakat Desa Seuneubok Benteng dengan pengelolaan sanitasi dasar.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap, tindakan masyarakat Desa Seuneubok Benteng dalam pengelolaan sanitasi dasar. 1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sanitasi dasar.

2. Ada hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sanitasi dasar.

3. Ada hubungan yang signifikan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sanitasi dasar.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan literatur pada Perpustakaan USU yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi dasar.

(7)

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat bagaimana mengelola sanitasi dasar yang baik guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

3. Untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan peneliti, yang berguna dalam pelaksanaan tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur.

4. Untuk memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi instansi kesehatan di NAD dalam merumuskan kebijakan tentang masalah pengelolaan sanitasi dasar.

1.6. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Masyarakat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Pendapatan 6. Budaya

Pengelolaan Sanitasi Dasar 1. Air Minum 2. Jamban (WC) 3. Air Limbah 4. Sampah Perilaku : 1 Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Masyarakat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3

Referensi

Dokumen terkait

Karena banyaknya persoalan-persoalan yang mengintari kajian ini, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada hubungan self efficacy dengan sikap belajar

Berkaitan dengan bentuk kegiatan tersebut maka layanan yang diberikan oleh konselor sekolah dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental

Hal ini dikarenakan pada kecepatan potong yang tinggi pahat frais mendapat beban yang sangat besar pada saat pemotongan sehingga pahat mengalami laju keausan

berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat diangkat sebagai wakil rektor, ketua dan sekretaris jurusan, kepala laboratorium/bengkel/studio/kebun

Karakter yang dinilai oleh responden diantara keragaan tanaman (meliputi penilaian secara umum terhadap penampilan tanaman seperti tinggi, jumlah anakan produktif, dan

Prosedur kegiatan penelitian ini dilakukan dengan : Mempersiapkan logam katalis baja karbon rendah dalam bentuk serabut, Merancang model knalpot inovatif

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang insentif passive income di PT.K-link dan sehubungan dengan fenomena yang

Analisa Harga Satuan ini hanya dipergunakan ANALISA HARGA SATUAN sebagai dasar/pendekatan dalam PENGHAMPARAN LAPIS TIPIS ASPAL BETON penyusunan DPA dan.. Mengevaluasi