• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundang-Undangan Tugas Fungsi Bidan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peraturan Perundang-Undangan Tugas Fungsi Bidan 2013"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG MELANDASI

TUGAS, FUNGSI, DAN PRAKTEK

BIDAN

(2)

Peraturan Pemerintah RI No.32 thn. 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

Psl 2 :

1. Tenaga kesehatan terdiri dari : a. Tenaga medis.

b. Tenaga keperawatan. c. Tenaga kefarmasian.

d. Tenaga kes masyarakat. e. Tenaga gizi.

f. Tenaga keterapian fisik. g. Tenaga keteknisan medik.

(3)

2. Tenaga medis meliputi dokter & dokter gigi.

3. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

4. Tenaga kefarmasian meliputi : apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

5. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi : epidemiolog kesehatan, mikrobiolog

kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

(4)

(cont)

6. Tenaga gizi meliputi : nutrisionis dan dietisien.

7. Tenaga ketrampilan fisik meliputi

fisioterapis, okupasiterapis, & terapi wicara.

8. Tenaga keteknisan medis meliputi :

(5)

UU No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan

Pasal 5

(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

(6)

Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk

tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

(7)

Pasal 23

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan layanan kesehatan

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan layanan kesehatan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari pemerintah

(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan, dilarang mengutamakan kepentingan yang

(8)

 Pasal 27

(1) Tenaga kesehatan berhak mendapat imbalan dan

perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas

berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.

Pasal 29

Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

(9)

Pasal 32

(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan / atau meminta uang muka

(10)

Pasal 56

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak

sebagian atau seluruhnya tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan

tersebut secara lengkap.

(2) Hak menerima atau menolak tidak berlaku pada:

a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke masyarakat yang lebih luas.

b. Seseorang yang tidak sadarkan diri

(11)

Pasal 57

(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi

kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.

(2) Ketentuan ini tidak berlaku dalam hal:

a. Perintah undang-undang

b. Perintah pengadilan

c. Ijin yang bersangkutan

d. Kepentingan masyarakat

(12)

Pasal 58

(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi

terhadap tenaga kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

(2) Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang melakukan tenaga penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan dalam

(13)

Pasal 71

(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan

dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.

(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;

b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual; dan

(14)

Pasal 74

(1) Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan

bantuan dilakukan secara aman dan sehat

dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas, khususnya reproduksi perempuan.

(2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tidak bertentangan dengan nilai agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(15)

Pasal 126

(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.

(2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

(3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan terjangkau.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(16)

Pasal 127

(1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:

a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan

c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

(17)

Pasal 128

(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam)

bulan, kecuali atas indikasi medis.

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak

keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

(18)

Rahasia Kedokteran :

Segala sesuatu yang oleh pasien secara sadar

atau tidak disadari disampaikan kepada dokter dan segala sesuatu yang oleh dokter diketahui sewaktu merawat pasien

Rahasia kedokteran adalah data dan informasi

tentang kesehatan seseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya

(19)

Dasar Timbulnya Hak Atas Rahasia

Kedokteran

Hubungan dokter-pasien dalam transaksi

terapeutik dalam suasana konfidential

Penyakit dianggap aib bagi penderita

sehingga tidak perlu dipublikasikan kecuali

dalam hal-hal tertentu

Menumbuhkan hak pasien tentang hak atas

(20)

RUANG LINGKUP RAHASIA KEDOKTERAN

1.Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi

mengenai :

a. Identitas pasien.

b. Kesehatan pasien : Hasil

anamnesis,pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang,penegakan diagnosis,

pengobatan dan/atau tindakan kedokteran c. Hal lain yang berkenaan dengan pasien.

(21)

2.

Data dan informasi yang dimaksud dapat

bersumber dari pasien,keluarga

pasien,pengantar

pasien,surat keterangan konsultasi atau

rujukan.

(22)

Sampai Kapan Rahasia Kedokteran

Bisa Dibuka

Sampai dokter tersebut meninggal dunia Sampai pasien menghendaki

untuk kepentingan pasien untuk kepentingan hukum untuk kepentingan pribadi

 Sampai keadaan-keadaan tertentu daya paksa ( KUHP ps. 48) Kepentingan hukum

Kepentingan per-UU-an (KUHP ps. 50) Perintah atasan ( KUHP ps. 51)

(23)

Dasar Hukum dan Etik Simpan

Rahasia Kedokteran

Ps. 48 dan Ps 79 UU PK no. 29 tahun 2004 KUHP ps. 112, 322

KUH Perdata ps. 1365 – 1367

PerMenKes no.36 thn 2012 Tentang rahasia

kedokteran

Sumpah Dokter

(24)

Sanksi Terhadap Pembukaan Rahasia

Kedokteran

 Sanksi hukum

Pidana : KUHP ps. 112, 322 Ps 79 UU PK

Perdata : KUH Perdata 1365 – 1367

 Sanksi Moral : “Guilty Feeling”

Sanksi Sosial : dijauhi oleh masyarakat

Sanksi Administratif : Teguran lisan,teguran tertulis,  pencabutan STR,pencabutan ijin

(25)

Yang Wajib Menyimpan Rahasia

Kedokteran

 Tenaga Kesehatan sesuai PP 32 / 1996

 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

 Tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan.

 Tenaga lain yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien.

Badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan

kesehatan.

 Mahasiswa Kedokteran,Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran Gigi,Farmasi,Gizi.

(26)

KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA

KEDOKTERAN BERLAKU SELAMANYA

WALAUPUN PASIEN TELAH MENINGGAL

DUNIA

(27)

PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN DASAR HUKUM :

1. Pasal 48 UU PK no. 29 tahun 2004 2. Pasal 5 PerMenKes no.36 thn 2012

Kepentingan kesehatan pasien

Permintaan aparat penegak hukum Permintaan pasien sendiri

(28)

Permohonan untuk pembukaan rahasia

kedokteran untuk memenuhi permintaan

aparatur penegak hukum harus dilakukan

secara tertulis.

Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran

dilakukan atas dasar perintah pengadilan

maka rekam medis seluruhnya dapat

(29)

Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka

kepentingan umum dilakukan tanpa membuka identitas pasien.

Kepentingan umum yg dimaksud :

a.

Audit medis.

b.

Ancaman KLB /Wabah penyakit menular.

c.

Penelitian kesehatan untuk kepentingan

negara.

d.

Pendidikan.

e.

Ancaman keselamatan orang lain secara

(30)

HAK WAIVER

Hak dari pasien untuk tidak diberikan

informasi berkaitan dengan keadaan

penyakitnya

(31)

Macam-macam Rahasia :

1. Rahasia profesi / Pekerjaan

2. Rahasia jabatan

(32)

Hak Tolak Membuka Rahasia

Kedokteran (Ver schoningsrecht)

(KUHAP ps. 170)

Mereka yang diwajibkan menyimpan rahasia

pekerjaan / jabatan dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberikan keterangan

sebagai saksi

(33)

Informed Consent / Persetujuan

Tindakan Kedokteran

Permenkes 290/Menkes/Per/III/2008

Pasal 45 UU No.29 Th. 2004 tentang praktek

kedokteran

 Pasal 56 UU 36/2009 tentang kesehatan

Pasal 32 UU RS No. 44 Th. 2009

Pemberian ijin/persetujuan dari pasien yang

diberikan secara bebas, sadar, rasional setelah pasien menerima informasi yang lengkap dan dimengerti dari tenaga kesehatan yang

(34)

Macam-macam Informed Consent

Expressed Consent :

- lisan - tertulis

Implied Consent :

- dalam keadaan normal

- dalam keadaan emergency (presumed consent)

(35)

REKAM MEDIS

Dasar Hukum:

Permenkes 269/Menkes/Per/III/2008

Pasal 46 UUPK 29/2004

Pasal 53 UU RS No. 44 Th. 2009

Macam-macam Rekam Medis :

Rawat Jalan Rawat Inap RM Rawat Jalan : Ax pasien Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Dx/Dx banding Terapi

(36)

RM Rawat Inap

:

• Sama dengan RM Rawat Jalan

• Informed consent

• Lembar konsultasi

• Lembar paramedis

• Lembar pemeriksaan penunjang

Dx/dx banding Terapi

• Evaluasi

• Resume

(37)

KUH Perdata

 Pasal 1365

Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang bersalah tersebut mengganti kerugiannya.

 Pasal 1366

Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya tapi juga untuk kerugian yang

disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya

Pasal 1367

Seorang tidak saja bertanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya

(38)

Pasal 112 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan,

atau mengabarkan atau menyampaikan surat, kabar dan keterangan tentang sesuatu hal

kepada negara asing, sedang diketahuinya, bahwa surat, kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan karena kepentingan negara,

maka ia dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.

(39)

Pasal 322 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka

sesuatu rahasia, yang menurut jabatannya atau pekerjaannya, baik yang sekarang

maupun yang dahulu, ia diwajibkan

menyimpannya, dihukum penjara lamanya sembilan bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp 9000,-

(2) Perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang tersebut

(40)

PERMENKES NO.

HK.02.02/MENKES/149/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Pasal 2

1. Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan

2. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi

fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktik mandiri.

3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.

(41)

Pasal 3

1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB

2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan praktik pada fasilitas

pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau Bidan yang menjalankan tugas pemerintah

(42)

Pasal 4

1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.

(43)

Pasal 5

1. Untuk memperoleh SIPB, bidan harus

mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:

a. Fotocopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir b. Surat keterangan sehat fisik dari Dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik

d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga ) lembar; dan

e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi 2. Surat permohonan memperoleh SIPB

3. SIPB hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat praktik.

(44)

Pasal 6

1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan

(45)

Pasal 7

SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:

1. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB 2. Masa berlakunya habis dan tidak

diperpanjang

3. Dicabut atas perintanh pengadilan

4. Dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi 5. Yang bersangkutan meninggal dunia

(46)

Pasal 8

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi:

a. Pelayanan kebidanan

b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan c. Pelayanan kesehatan masyarakat

(47)

Pasal 9

1. Pelayanan kebidanan ditujukan kepada ibu dan bayi

2. Pelayanan kebidanan kepada ibu diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa menyusui.

3. Pelayanan kebidanan pada bayi diberikan

pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari

(48)

Pasal 10

1. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi: a. Penyuluhan dan konseling

b. Pemeriksaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan persalinan normal

e. Pelayanan ibu nifas normal

2. Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi: a. Pemeriksaan bayi baru lahir

b. Perawatan tali pusat c. Perawatan bayi

d. Resusitasi pada bayi baru lahir

e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah; dan

(49)

Pasal 11

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan berwenang untuk:

a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah b. Bimbingan senam hamil

c. Episiotomi

d. Penjahitan luka episiotomi

e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

f. Pencegahan anemi

g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk; j. Pemberian minum dengan sonde/pipet

k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III;

l. Pemberian surat keterangan kelahiran

(50)

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, berwenang untuk;

a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat

kontrasepsi dalam rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;

b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan supervisi dokter;

c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi

d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah; dan

e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan prahamil.

(51)

Pasal 13

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, berwenang untuk:

a. Melakukan pembinaan peran serta

masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi; b. Melaksanakan pelayanan kebidanan

komunitas; dan

c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika

Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

(52)

Pasal 14

1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter di

tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan.

2. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dalam rangka

melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan.

3. Daerah yang tidak memiliki dokter adalah

kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4. Dalam hal daerah telah terdapat dokter,

(53)

Pasal 18

1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk: a. Menghormati hak pasien

b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu. c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;

e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan; f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;

g. Mematuhi standar; dan

h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

2. Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

(54)

Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan;

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau keluarganya;

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan standar pelayanan; dan

(55)

Pasal 21

1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan

tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.

2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. Teguran lisan b. Teguran tertulis

c. Pencabutan SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Desa Mata Air merupakan wilayah dengan angka kejadian malaria di Kecamatan Kupang Tengah. Habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangan-genangan air baik

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan Kotler (2006: 496), komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan untuk menginformasikan, mempersuasif dan

Dr John Ingram menambahkan bahwa para mahasiswa nanti setelah mengikuti pelatihan atau perkuliahan IFSTAL diharapkan dapat turut serta dalam mengatasi kegagalan sistemik dalam

Bagian Perundang-Undangan II mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi, dan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan,

sertifikasi harus segera melaksanakan inspeksi lapang, kecuali jika tidak memungkinkan bagi lembaga sertifikasi untuk melaksanakan inspeksi lapang tahunan yang menindak lanjuti

Tulisan ini adalah tinjauan untuk membahas potensi sludge cake pabrik pulp kraft sebagai bahan bakar gasifikasi, metode pengeringan yang cocok untuk menangani sludge cake dengan

Adji, T.N., 2015, Sebaran Spasial Tingkat Karstifikasi Area Pada Beberapa Mataair dan Sungai Bawah Tanah Karst Menggunakan Rumus Resesi Hidrograph Malik and Vojtkova

• Mengkomunkasikan hasil analisis data dan informasi Kesesuaian hasil produk dengan rancangan 3.16 Memahami paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang