• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP - Diabetes Melitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP - Diabetes Melitus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

UPT PUSKESMAS SUNGAI MALANG

UPT PUSKESMAS SUNGAI MALANG

Alamat : Jl. Negara Dipa RT.VII. Kelurahan Sungai Malang. Kecamatan Amuntai Tengah Alamat : Jl. Negara Dipa RT.VII. Kelurahan Sungai Malang. Kecamatan Amuntai Tengah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DIABETES MELITUS TIPE 2

DIABETES MELITUS TIPE 2

Penanggung Jawab

Penanggung Jawab

Disiapkan

Diperiksa

Disahkan

Disiapkan

Diperiksa

Disahkan

Koordinator UKP Koordinator UKP

Rabiatul Adawiah, S.Kep Rabiatul Adawiah, S.Kep NIP. 19830511 200312 2 004 NIP. 19830511 200312 2 004 Ketua Akreditasi Ketua Akreditasi M. Rifani, SKM M. Rifani, SKM NIP. 19860311 201001 1 008 NIP. 19860311 201001 1 008 Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas dr.

dr.RichardRichard Lawalata Lawalata

NIP. 19600515 198802 1 003 NIP. 19600515 198802 1 003

(2)

1. Pengertian Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA) adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Proporsi penduduk =15 tahun dengan diabetes mellitus (DM) adalah 6,9%. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.

2. Hasil anamnesis (subjective) Keluhan 1. Polifagia 2. Poliuri 3. Polidipsi

4. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya Keluhan tidak khas:

1. Lemah

2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas) 3. Gatal

4. Mata kabur

5. Disfungsi ereksi pada pria 6. Pruritus vulvae  pada wanita 7. Luka yang sulit sembuh

(3)

3. Faktor risiko 1. Berat badan lebih dan obese (IMT = 25 kg/m2)

2. Riwayat penyakit DM di keluarga

3. Mengalami hipertensi (TD = 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi)

4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional

5. Perempuan dengan riwayat PCOS ( polycistic ovary syndrome )

6. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)

7. Aktifitas jasmani yang kurang 4. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana (objektif) Pemeriksaan Fisik

1. Penilaian berat badan

2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram

3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen Pemeriksaan Penunjang

1. Gula Darah Puasa

2. Gula Darah 2 jam Post Prandial 3. Urinalisis

5. Penegakan diagnosis

Diagnosis Klinis

Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:

1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU

2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥  126

mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU

3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa

oral (TTGO) ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.

(4)

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok  Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa  Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh Kriteria

gangguan toleransi glukosa:

1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dl (5,6 – 6,9 mmol/l)

2.  TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140 – 199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)

3. HbA1C 5,7 -6,4% Penunjang Penunjang

1. Urinalisis 2. Funduskopi

3. Pemeriksaan fungsi ginjal 4. EKG 5. Xray thoraks 6. Diagnosis banding -7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan

 Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)

(5)

Langkah - langkah Diagnostik DM dan Gangguan toleransi glukosa

Keluhan Klinik Diabetes

(6)

Gambar 12.2 Algoritma pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 tanpa komplikasi

(7)

Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin bersifat individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengkombinasi obat dengan cara kerjayang berbeda.

Dosis OHO

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:

1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.

2. Sulfonilurea: 15 – 30 menit sebelum makan.

3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.

4. Penghambat glukosidase (Acarbose ): bersama makan suapan pertama.

Rencana Tindak Lanjut:

 Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM berdasarkan parameter berikut:

Table 12.2 Kriteria pengendalian DM (berdasarkan konsensus DM)

(8)

Keterangan:

Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil pemeriksaan plasma vena.

Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh dan plasma vena.

8. Komplikasi 1. Akut

Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia

2. Kronik

Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak

3. Mikroangiopati:

Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal

4. Neuropati 5. Gabungan:

Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi

9. Konseling dan edukasi

Edukasi meliputi pemahaman tentang:

1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol

2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,menghindari rokok, dan menjaga pola makan.

3. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu

Perencanaan Makan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi: 1. Karbohidrat 45 –  65 %

2. Protein 15 –  20 % 3. Lemak 20 –  25 %

(9)

PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid ) dan asam lemak jenuh.  Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.  Jumlah kalori basal per hari:

1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman 2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman Rumus Broca:*

Berat badan idaman = ( TB –  100 ) –  10 %

*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lag BB kurang : < 90 % BB idaman

BB normal : 90  – 110 % BB idaman BB lebih : 110  –  120 % BB idaman Gemuk : >120 % BB idaman

Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari):

1. Status gizi:

a. BB gemuk - 20 %

b. BB lebih - 10 %

c. BB kurang + 20 %

2. Umur > 40 tahun : - 5 %

3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)

4. Aktifitas: a. Ringan + 10 % b. Sedang + 20 % c. Berat + 30 % 5. Hamil: a. trimester I, II + 300 kal

b. trimester III / laktasi + 500 kal Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.

(10)

10.Kriteria rujukan Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut: 1. DM tipe 2 dengan komplikasi

2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk 3. DM tipe 2 dengan infeksi berat

11. Peralatan 1. Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin

2. Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa 3. Monofilamen test

4. Prognosis Prognosis umumnya adalah dubia . Karena penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam  umumnya adalah dubia ad

bonam , namun quo ad fungsionam  dan sanationamnya adalah dubia ad malam .

5. Referensi 1. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam . Ed 4. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011. (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006)

3. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2, 2012. (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI, 2012)

4. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan. Diabetes Melitus Tipe 2. Dalam: Buku

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi Tahun 2014.

 Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. 2014.

5. PERMENKES RI Nomor HK. 02.02/MENKES/514/2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan  Tingkat Pertama.

Gambar

Gambar 12.1 Algoritme Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2
Gambar 12.2 Algoritma pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 tanpa komplikasi
Table  12.2  Kriteria  pengendalian  DM  (berdasarkan konsensus DM)

Referensi

Dokumen terkait

Kadar gula darah puasa mempunyai risiko sekitar 3,35 menjadi DM dibanding dengan kadar gula darah normal, IGT tinggi mempunyai risiko untuk DM sebesar 3,49 kali dibanding IGT

Pemeriksaan deteksi dini DM dilakukan pada kedua anak pasien yang ada di rumah dan didapatkan hasil Gula darah puasa 88 mg/dL dan 88 mg/dl yaitu kadar gula

200 mg/dL atau kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal dengan tes.b. toleransi glukosa oral (TTGO) yang terganggu pada lebih dari satu

Setelah dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa, pasien akan diminta makan dan minum obat sebelum dilakukan pemeriksaan kadar gula darah 2 jam setelah makan

Efektivitas Ekstrak Strobilanthes crispus terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Pasca Tes Toleransi Glukosa Oral pada Rattus norvegicus Diabetes Melitus Effectiveness of

Hubungan Kepatuhan Pengobatan dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Penderita DMT2 di Puskesmas X Kota Malang Kepatuhan Pengobatan Kadar Glukosa Darah Puasa Total p Value Normal

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini yaitu mengenai Hubungan Hba1c Dan Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Klinik Insani.. Variable Independen Gula darah Puasa

Gejala klinis dan diagnosis dari Diabetes Melitus yakni dengan menemukan 2 tanda dari 4 tanda utama yaitu hasil glukosa darah puasa terganggu GDT lebih dari 100-125 mg/dL.. Peningkatan