• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP DIABETES MELLITUS TIPE 2

N/A
N/A
sayaakred 2023

Academic year: 2023

Membagikan "SOP DIABETES MELLITUS TIPE 2"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

DIABETES MELLITUS TIPE 2

SOP

No.Dokumen : SOP/ / I / 2023

No Revisi : 00 Tanggal

Terbit

: 3 Januari 2023 Halaman : 1/ 2

UPTD Puskesmas Peureumeu

Cut Misran, STr.Kep NIP. 19750202 200604 2

007 1. Pengertian

Diabetes mellitus tipe 2 adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk

penatalaksanaan pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor : SK/ /I/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Peureumeu

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Langkah - Langkah

1.Anamnesis

Keluhan klasik DM: polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.

Keluhan tidak khas dapat berupa lemah, kesemutan (rasa baal di

ujung-ujung ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh

Faktor risiko :

Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)

Riwayat penyakit DM di keluarga

Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi)

Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional

Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)

Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)

Aktifitas jasmani yang kurang

1/6

(2)

2.Pemeriksaan Fisik:

Penilaian berat badan

3.Pemeriksaan Penunjang :

Gula darah puasa, gula darah 2 jam Post Prandial, urinalisis, funduskopi, pemeriksaan fungsi ginjal, EKG, Xray thoraks.

4.Diagnosis Klinis :

Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:

1.Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU

2.Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl.

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU

3.Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,

maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah

Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh

Kriteria gangguan toleransi glukosa:

1.GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)

2.TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO k

adar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)

3.HbA1C 5,7 -6,4%

4.Penatalaksanaan :

Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup sehat dan pengobatan.

Dosis OHO

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:

1.OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap 2/6

(3)

sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis

optimal.

2.Sulfonilurea: 15–30 menit sebelum makan.

3.Metformin : sebelum/pada saat/sesudah m akan.

4.Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan

pertama.

Konseling dan Edukasi

Edukasi meliputi pemahaman tentang:

1.Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol

2.Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya

olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola makan.

Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu

Terapi Nutrisi medis:

1.Pada penderita diabetes perlu ditekankan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan 2.Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi

3.Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan pembatasan makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti daging berlemak dan susu Asupan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi. Pada pasien nefropati jumlah asupan protein yaitu 0,8g/Kg BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi.

Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu

selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.

5.Kriteria Rujukan :

Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:

1.DM tipe 2 dengan komplikasi

3/6

(4)

2.DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk 3.DM tipe 2 dengan infeksi berat

6.Komplikasi:

1.Akut:

ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia 2.Kronik: makroangiopati, pembuluh darah jantung, pembuluh darah perifer, pembuluh darah otak

3.Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal

4.Neuropati 5. Gabungan:

kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi

6. Diagram Alir

7. Hal-hal yang perlu

Diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

8. Unit terkait Poli Umum, UGD, Rawat Inap

9.

Dokumen terkait

Rekam Medis Catatan tindakan 10. Rekaman

historis perubahan

4/6

No Yang

diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

Referensi

Dokumen terkait

penelitian mengenai hubungan pola makan dengan status glukosa darah. puasa pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RS

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥

Mengetahui hubungan peningkatan kadar gula darah puasa (hiperglikemia) dengan kadar VEGF pada penderita DM tipe 2. Mengetahui hubungan kadar gula darah puasa normal

Kegagalan kompensasi dengan cara meningkatkan sekresi insulin terjadi pada Impaired Glucose Tolerance (IGT, point C) atau toleransi glukosa terganggu dan juga pada DM tipe 2

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Puasa ramadhan dan terapi perawatan standar DM terhadap penurunan kadar

Seperti telah diketahui, pada pasien DM terjadi gangguan pengeluaran insulin basal (puasa) dan prandial (setelah makan) untuk mempertahankan kadar gula darah dalam

pengumpulan data juga mengenai distribusi penyakit stroke dengan diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (GDS) dan gula darah puasa (GDP) di

HbA1c adalah glukosa yang terglikasi dengan hemoglobin A1c yang digunakan diagnosa DM dan pemantauan kadar glikemik mencerminkan konsentrasi glukosa darah 3 bulan sebelum pemeriksaan