• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2013 – Juli 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2013 – Juli 2014"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipoprotein

2.1.1 Definisi Lipoprotein

Lipoprotein adalah berbagai jenis kompleks lipid-protein yang

berfungsi sebagai transport lipid di dalam darah. Partikel lipoprotein terdiri

dari inti trigliserida atau ester kolesterol berbentuk bulat hidrofobik yang

dikelilingi satu lapisan fosfolipid, kolesterol, dan apolipoprotein yang

amfipatik. (Dorland, 2011).

2.1.2 Jenis-Jenis Lipoprotein

Lipoprotein di dalam tubuh terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan

densitasnya dan fungsinya, yaitu: (tabel 1)

1. Kilomikron

2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL).

3. Intermediate Density Lipoprotein (IDL).

4. Low Density Lipoprotein (LDL).

(2)

Tabel 2.1. Jenis lipoprotein dalam plasma normal

Lipoprotein Fungsi fisiologis

Komponen (%)

endogen dari hepar ke

jaringan

60 20 14 6 B-100, II, C-III, E

IDL Merupakan bagian dari

metabolisme VLDL 20 40 22 18 B-100, E

LDL Transport kolesterol dari

hepar ke jaringan 7 50 22 21 B-100

HDL Transport kolestrol dari

jaringan ke hepar 5 25 26 44 A-1, A-II, A-IV

TG, Trigliserida; Ch, Cholesterol; Pl, Phospholipid; Pr, Protein. (Kwan et al, 2007)

2.1.3 Metabolisme Lipoprotein

Lipoprotein terdiri atas inti non-polar yang dibentuk oleh triasilgliserol

dan ester kolesterol dan dikelilingi oleh selapis fosfolipid amfipatik dan

kolesterol. Bagian protein pembentuk lipoprotein disebut apolipoprotein atau

apoprotein. Terdapat 4 jenis utama apolipoprotein yaitu apo A, B, C, dan E.

Tiap lipoprotein dapat tersusun oleh satu atau lebih apolipoprotein.

Contohnya pada HDL, apolipoprotein utamanya adalah apo A, sedangkan

pada LDL yang utama adalah apo B-100 yang juga ditemukan pada VLDL.

(3)

Gambar 2.1. Struktur Lipoprotein (Murray et al, 2006)

Apolipoprotein mempunya beberapa fungsi, yaitu:

1. Dapat membentuk struktur dari lipoprotein. Contoh: Apo B

2. Dapat menjadi kofaktor enzim. Contoh: Apo C-II kofaktor enzim

dari lipoprotein lipase, Apo A-1 kofaktor lechitin yang merupakan

kolesterol acyltransferase, dll.

3. Dapat bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor

lipoprotein di jaringan. Contoh: Apo B-100 dan Apo E sebagai

ligand untuk reseptor LDL, Apo A-1 untuk reseptor HDL, dll.

Metabolisme Lipoprotein terdiri dari 2 jalur yaitu jalur eksogen dan

jalur endogen. Pada jalur eksogen, kilomikron membawa lipid yang diserap di

usus melalu sirkulasi sistemik. Selanjutnya kilomikron akan dikatabolisme

oleh enzim Lipoprotein Lipase (LPL) dan menghasilkan asam lemak bebas

yang akan diserap oleh hepar, otot, dan jaringan adiposa. Kilomikron yang

telah dikatabolisme tadi telah berkurang ukurannya dan disebut sebagai

kilomikron sisa yang akhirnya akan dibawa ke hepar oleh LDL. (Kwan et al,

(4)

Pada jalur endogen, hepar akan membuat dan mensekresikan VLDL

yang akan membawa trigliserida dari hepar ke jaringan perifer. VLDL

akhirnya akan dihidrolisa oleh LPL dan menghasilkan asam lemak bebas

yang akan diserap oleh otot dan jaringan adiposa dan VLDL tadi akan

menjadi IDL karena ukurannya yang berkurang. IDL dapat langsung kembali

ke liver atau dihidrolisa lagi menjadi LDL oleh Hepatic Trygliceride Lipase

(HTGL). LDL yang terbentuk pada proses ini sudah tidak memiliki kadar

trigliserida sebanyak IDL maupun VLDL, namun tetap memiliki kadar

kolesterol yang cukup tinggi. (Kwan et al, 2007).

LDL utamanya membawa kolesterol ke hepatosit, tapi juga dapat

membawa kolesterol ke jaringan. LDL di serap kembali oleh hepar melalui

receptor LDL dengan bantuan apo B-100 yang dikandungnya. Proses ini

dapat menyerap 60-80% dari kadar LDL yang ada dalam plasma. Sisanya

akan diserap melalui reseptor spesifik lain seperti LDL Receptor-Related

Protein (LRP) maupun reseptor scavenger. LDL yang telah teroksidasi

(ox-LDL) masih dapat diserap oleh reseptor scavenger di makrofag maupun di sel

otot polos dari pembuluh darah. Ketika makrofag sudah penuh dengan ester

kolesterol, akan terbentuk foam cell yang merupakan salah satu tahap

perkembangan atherosklerois. LDL yang sudah kehilangan sebagian besar

lipidnya, akan berubah menjadi small dense LDL (sdLDL) yang mempunyai

afinitas lebih rendah terhadap reseptor LDL namun lebih rentan terhadap

oksidasi sehingga dibersifat lebih atherogenik dibanding LDL dengan ukuran

partikel lebih besar. (Kwan et al, 2007).

HDL berperan dalam membawa kolesterol dari jaringan kembali ke

hepar. HDL yang disintesis oleh hepar dan intestinal masih berupa prekursor

HDL berbentuk disc-shaped. Prekursor HDL dapat menyerap asam lemak

bebas dari membran sel dengan bantuan ATP Binding Cassette Transporter 1,

Apo A-1, dan Apo A-IV. Apo A-1 juga akan mengaktifkan enzim

Lechitin:Cholesterol Acyltransferase (LCAT) yang akan mengesterifikasi

kolesterol bebas sehingga membuat transport kolesterol lebih efisien.

(5)

Selanjutnya HDL3 akan menerima kolesterol dari Scavenger Reseptor B1

(SR-B1), kolesterol ini kemudian akan di esterifikasi oleh LCAT, dan

membentuk HDL2 yang densitasnya lebih rendah dan ukuran partikelnya

lebih besar. Kemudian HDL2 akan mengalami tiga jalur pemrosesan.

1. HDL2 yang memiliki banyak Apo E akan diambil oleh hepar

melalui reseptor LDL.

2. Ester kolesterol yang terakumulasi dalam HDL2 dapat diambil

langsung oleh SR-B1. Reseptor ini terutama terdapat di hepar dan

di jaringan steroidogenik non plasental.

3. Ester kolesterol dari HDL2 akan dipindahkan oleh cholesteryl ester

transfer protein menuju ke lipoprotein lain yang kaya akan

trigliserida. (Kwan et al, 2007).

(6)

2.2 Diabetes Mellitus Tipe 2

2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan sekelompok kelainan yang ditandai

adanya resistensi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat, dan

meningkatnya produksi dari glukosa (Powers, 2005).

2.2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut American Diabetes Association (2004), kriteria diagnostik

untuk Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:

1. HbA1C ≥ 6.5%.

2. Kadar gula darah (KGD) puasa ≥ 126 mg/dL (11.1mmol/L). Puasa

dilakukan selama minimal 8 jam sebelum tes dilakukan.

3. KGD 2 jam setelah dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO)

atau setelah makan ≥ 200 mg/dL. TTGO dilakukan menggunakan

75g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air.

4. Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia (poliuria, polidipsia,

polifagia), KGD sewaktu (random) ≥ 200 mg/dL.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diatas yang dilakukan

pemeriksaan berulang pada hari yang berbeda untuk memastikan pasien

(7)

2.2.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus tipe 2

Faktor resiko dari diabetes menurut American Diabetes Association

pada tahun 2004 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Riwayat keluarga penderita diabetes (orang tua atau saudara).

2. Obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2).

3. Kebiasaan inaktifitas fisik.

4. Ras.

5. Riwayat diagnosa gula darah puasa terganggu atau toleransi glukosa

terganggu sebelumnya.

6. Riwayat diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi > 4kg.

7. Hipertensi (Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg).

8. Kadar HDL plasma ≤ 35 mg/dL (0.90 mmol/L) dan/atau kadar

trigliserida ≥ 250 mg/dL (2.82 mmol/L).

9. Riwayat menderita Polycystic Ovary Syndrome atau Acanthosis

Nigricans.

10. Riwayat penyakit vaskular.

2.2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada Diabetes Mellitus tipe 2, terdapat 3 kelainan patofisiologis, yaitu:

sekresi insulin yang terganggu, resistensi insulin, dan produksi glukosa

hepatik yang berlebih. Obesitas (terutama obesitas sentral) sangat sering

ditemukan pada kasus DM tipe 2. Sel adiposit menghasilkan sejumlah produk

biologis seperti leptin, TNF-α, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin

yang memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, dan berat badan yang

berakibat terjadinya resistensi insulin. Pada tahap awal, hasil tes toleransi

glukosa akan tetap normal meskipun terjadi resistensi insulin karena terjadi

kompensasi oleh sel beta pankreas yang akan memproduksi insulin lebih

banyak. Semakin lama resisten dan hiperinsulinemia terjadi, sel beta pankreas

tidak mampu lagi untuk memproduksi insulin sehingga semakin lama insulin

(8)

Gambar 2.3. Perubahan metabolik saat perkembangan DM tipe 2. Pada saat seseorang menjadi semakin resisten terhadap insulin (dari titik A ke titik B), sekresi insulin akan meningkat. Kegagalan kompensasi dengan cara meningkatkan sekresi insulin terjadi pada Impaired Glucose Tolerance (IGT, point C) atau toleransi glukosa terganggu dan juga pada DM tipe 2 (point D). NGT, Normal Glucose Tolerance; IGT, Impaired Glucose Tolerance. (Powers, 2005)

2.2.4.1 Resistensi Insulin

Menurunnya kemampuan insulin untuk bekerja pada jaringan

merupakan fitur yang menonjol dari DM tipe 2 dan terjadi akibat

pengaruh genetik dan obesitas. Resistensi insulin menyebabkan

menurunnya penggunaan glukosa oleh jaringan yang memiliki reseptor

insulin hingga 30-60% juga meningkatkan pengeluaran glukosa oleh

hepar yang akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia.

Pengeluaran glukosa yang meningkat akan menyebabkan

meningkatnya kadar gula darah puasa sedangkan menurunnya

penggunaan glukosa oleh jaringan akan meningkatkan kadar gula darah

2 jam post-prandial. Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin

pada DM tipe 2 sampai saat ini masih belum jelas, namun diduga

terjadinya defek pada enzim phosphatidylinositol-3-kinase

(PI-3-kinase) yang akhirnya akan mengurangi translokasi dari GLUT4 yang

(9)

Ada teori lain yang mengungkapkan bahwa meningkatnya kadar

asam lemak bebas, yang merupakan fitur utama dari obesitas, juga

berkontribusi terhadap patogenesis DM tipe 2. Asam lemak bebas dapat

mengganggu penggunaan glukosa di otot skeletal, meningkatkan

produksi glukosa oleh liver, dan mengganggu fungsi sel beta pankreas

yang memproduksi insulin. (Powers, 2005).

2.2.4.2 Sekresi Insulin Terganggu

Sekresi insulin berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin

(gambar 2.3). pada DM tipe 2, sekresi insulin meningkat sebagai respon

terhadap resistensi insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap

normal. Awalnya, defek dari kelenjar sekretori insulin masih ringan dan

masih berespon terhadap stimulasi sekretorik dari zat non-glukosa

seperti arginin. Akhirnya, defek sekretorik meningkat hingga insulin

yang dihasilkan tidak lagi adekuat untuk menjaga kadar gula darah.

Penyebab terjadinya sekresi insulin yang berkurang pada DM tipe

2 masih belum jelas, diperkirakan defek pada genetik, yang juga

berhubungan dengan resistensi insulin, menyebabkan kegagalan dari sel

beta pankreas. Pengaruh perubahan metabolik (glucose toxicity) pada

DM juga dapat berdampak negatif terhadap fungsi pankreas yang

menyebabkan hiperglikemia bertambah parah. Peningkatan kadar asam

lemak bebas (lipoptoxicity) dan makanan belemak juga dapat

menyebabkan penurunan fungsi pankreas. (Powers, 2005).

2.2.4.3 Meningkatnya Produksi Glukosa Hepatik

Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada hepar menunjukkan

kegagalan dari hiperinsulinemia untuk menekan glukoneogenesis yang

akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia puasa dan menurunnya

(10)

2.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus

Menurut Powers dalam Kasper (2005), komplikasi DM dapat dibagi

menjadi komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut adalah ketoasidosis

diabetik (DKA) dan Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS). Yang

membedakan antara DKA dan HHS adalah pada HHS tidak terjadi perubahan

pH darah sedangkan pada DKA terjadi perubahan pH darah menjadi lebih

asam. Sedangkan komplikasi kronik dapat dibagi lagi menjadi komplikasi

mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular antara lain:

1. Mata : Retinopati dan macular edema

2. Saraf : Neuropati sensori, motorik, dan otonom

3. Ginjal : Nefropati

Komplikasi makrovaskular antara lain:

1. Penyakit arteri koroner.

2. Penyakit vaskular perifer.

3. Penyakit serebrovaskular.

Selain komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular terdapat juga

komplikasi jenis lain yang tidak dapat digolongkan menjadi kedua jenis

diatas, yaitu:

1. Gastrointestinal : Gastroparesis, diare.

2. Genitourinari : Uropati, disfungsi seksual.

3. Dermatologi : Ulkus diabetik, gangren.

4. Infeksi.

5. Katarak.

6. Glaukoma.

2.3 Dislipidemia

2.3.1 Definisi dislipidemia

Dislipidemia merupakan suatu kelainan dari metabolisme lipoprotein

yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma.

(11)

meningkatnya kadar LDL dan trigliserida dan menurunnya kadar HDL. Kadar

profil lipid pada orang normal tanpa riwayat penyakit lain menurut A.D.A.M

(2013) adalah:

• Kadar HDL > 50 mg/dL.

• Kadar LDL 70-130 mg/dL.

• Kolesterol total < 200 mg/dL.

• Kadar Trigliserida 10 – 150 mg/dL.

2.3.2 Etiologi Dislipidemia

Etiologi dari dislipidemia terbagi menjadi 2 jenis yaitu etiologi primer

dan sekunder. Etiologi primer disebabkan adanya mutasi genetik yang

menyebabkan berlebihnya produksi dari trigliserida dan LDL atau adanya

defek dari metabolisme trigliserida dan LDL atau kurangnya produksi dari

HDL atau meningkatnya metabolisme dari HDL. Etiologi primer antara lain:

Familial Hypercholesterolemia

Familial Defective Apo B-100

PCSK9 gain of function mutations

Polygenic Hypercholesterolemia

Lipoprotein Lipase Deficiency

Apo C-II Deficiency

Familial Hypertiyglyceridemia

Familial Combined Hyperlipidemia

Familial Dysbetalipoproteinemia

Primary Hypoalphalipoproteinemia

Familial Apo A/Apo C-III Deficiency/Mutation

Familial LCAT Deficiency

Fisheye Disease

(12)

Sedangkan etiologi sekunder disebabkan oleh gaya hidup seperti banyak

makan berlemak, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, serta akibat lain

seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, hipotiroidism, sirosis bilier

primer, konsumsi obat tertentu seperti thiazide, β-blocker, retinoid, obat anti retroviral, estrogen, progestin, dan steroid (Goldberg, 2013). Distribusi lemak

juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya dislipidemia. Menurut Howard et

al pada tahun 2003, seseorang dengan deposit lemak yang berlebih di daerah

abdomen (obesitas sentral) mempunyai resiko lebih besar mengalami

resistensi insulin dibandingkan dengan orang yang lemaknya tersebar di

seluruh tubuh. Resistensi insulin yang terjadi menyebabkan terganggunya

aktivitas dari lipoprotein lipase yang merupaka enzim yang berperan dalam

metabolisme lipoprotein. Obesitas sentral ditandai dengan meningkatnya

ukuran lingkar pinggang dimana pada laki laki > 90cm dan pada perempuan >

80cm.

2.3.3 Dislipidemia pada Diabetes Mellitus tipe 2

Pasien DM tipe 2 biasanya mengalami dislipidemia akibat

hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi. Kedua hal tersebut

mempunya beberapa efek pada metabolisme lipid, yaitu:

1. Menurunnya aktivitas lipoprotein lipase sehingga menyebabkan

menurunnya katabolisme kilomikron dan VLDL.

2. Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa.

3. Meningkatkan sintesis asam lemak bebas di hepar.

4. Meningkatkan produksi VLDL di hepar.

Dislipidemia yang terjadi pada DM tipe 2 adalah meningkatnya kadar

trigliserida plasma akibat meningkatnya kadar VLDL dan lipoprotein sisa,

meningkatnya LDL dan menurunnya kadar HDL.

Dislipidemia pada DM erat kaitannya dengan meningkatnya resiko

komplikasi kardiovaskular akibat hiperglikemia dan hiperlipidemia. Menurut

ADA dan American Heart Association, pasien DM harus mengontrol kadar

(13)

laki dan > 50 mg/dL pada perempuan, serta trigliserida < 100 mg/dL untuk

Gambar

Tabel 2.1. Jenis lipoprotein dalam plasma normal
Gambar 2.1. Struktur Lipoprotein (Murray et al, 2006)
Gambar 2.2. Jalur metabolisme lipoprotein normal. ABCA1, ATP Binding Cassette Transporter SR B1, Scavenger Receptor B1; TG, Triglyceride
Gambar 2.3. Perubahan metabolik saat perkembangan DM tipe 2. Pada saat seseorang menjadi NGT, Normal Glucose Tolerance; IGT, Impaired Glucose Tolerance

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Belanja Bahan Pakai Habis 1 Paket Sukoharjo Januari 2012 Januari-Nopember 2012. Belanja Jasa Kantor 1 Paket Sukoharjo Januari 2012

[r]

[r]

PA/KPA : KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKOHARJO.. K/L/D/I : PEMERINTAH

Kegiatan penelitian UPT BPML - LIPI pada Tahun Anggaran 2015 dari berbagai sumber.. pendanaan disajikan pada

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan

Pada penulisan Ilmiah ini penulis membahas pembuatan Aplikasi Multimedia Tentang Iklan Layanan Masyarakat Dengan Tema âBahaya Merokokâ Menggunakan Macromedia Flash MX sebagai