STRATEGI ADVOKASI
PROGRAM & ANGGARAN YANG
INKLUSIF
Oleh : Christian Pramudya
PPRBM Solo
BOYOLALI
TEGAL SURAKARTA KLATEN
GROBOGAN
SRAGEN KARANGANYAR WONOGIRI
“T idak A d a Man u s ia C a c a t d i D u n ia Y a n g A d a Hany a Ma n u s ia ” (Pr o f. Dr . R. S o e h a rs o ). SUKOHARJO BLORA BREBES
KOTA SEMARANG SALATIGA KAB. SEMARANG
# For financial, CBR – DTC Solo supported by Caritas Germany & BMZ (Germany), NLR (Netherlands), SMHF (Japan), CBM, EU (European Union),
RBM adalah strategi untuk rehabilitasi,
penyetaraan kesempatan, pengurangan
kemiskinan, dan inklusi sosial difabel.
(
Join position paper WHO, ILO, UNESCO, 2004
).
RBM adalah konsep yang terus berkembang
(evolving consept) tentang difabilitas dan
pembangunan. Ia bersifat flexible dan respektif
pada situasi lokal: sosial, budaya, politik, nilai
dan kearifan lokal.
RBM adalah Strategi untuk Pemberdayaan Difabel
(mengembangkan kapasitas dan membangun karakter )
untuk mampu melakukan advokasi mandiri untuk
meningkatan kualitas hidup mereka di semua aspek
kehidupan;
dan
merubah perilaku masyarakat (yang
meliputi transfer pengetahuan, ketrampilan, dan sikap)
untuk mampu berpartisipasi dalam RBM;
serta
advokasi
kebijakan untuk kesetaraan hak dan kesempatan bagi
difabel melalui mainstreaming hak-hak difabel ke dalam
agenda pembangunan pemerintah di segala bidang (lintas
sektor) dalam rangka MENCAPAI masyarakat inklusi dan
lingkungan yang aksesibel /bebas hambatan bagi difabel.
(Sunarman, CBR Center, 2010)
CBR (Community Based Rehabilitation)
MENJADI
CBID
(Community Based Inclusive Development)
MAINSTREAMING ANGGARAN
• KEBUTUHAN SPESIFIK DIFABEL
(PENDATAAN, ALAT BANTU,PELATIHAN)
• ANGGARAN INKLUSIF
Advokasi
Struktur, program &
Wadah yang jelas
Organisasi
(Difabel)
Arus Tengah
-Pemerintah - Orsos - Swasta -dll.
Arus Bawah
- komunitas difabel - keluarga difabel - masyarakat - tokoh masyarakat - Ormas - dll. Em br io O rg a. Di fbl . Tr ans fe r In formasi Kelompok Cair (difabel)Kontribusi Kelompok Difabel Dalam Advokasi Dua Arus
Kontribusi kelompok difabel sangat dibutuhkan dalam advokasi di dua wilayah arus ini, untuk mempercepat pemajuan kehidupan dan penghidupan difabel, karena dalam hal penanganan difabel dan difabilitas dua wilayah arus ini seringkali berjalan dengan haluannya sendiri-sendiri, sehingga tidak pernah bisa sinkron (tidak nyambung).
Di sisi lain difabel dan/atau kelompok difabel sendiri dalam memperjuangakan hak, kebutuhan dan permasalahannya kurang atau bahkan tidak memahami samasekali proses dan mekanisme yang berlaku di wilayah arus tengah, sehingga tidak jarang yang sia-sia. Kalau kedua haluan arus ini bisa di giring untuk di sinkronkan pada satu titik temu arus, maka akan terwujud satu keharmonisan program pemberdayaan bagi difabel oleh pihak-pihak di wilayah arus tengah.
Karena itulah salah satu peran advokasi kelompok difabel adalah mempertemukan dua arus ini pada satu titik temu, untuk itu maka kemampuan kelompok difabel untuk masuk mengenal lebih dalam dan mempengaruhi ke kedua wilayah arus ini mutlak dibutuhkan.
TAD
SHG
PENINGKATAN KAPASITAS DAN KARAKTER
PEMBAGIAN PERAN PENGUATAN EKONOMI MEMBANGUN JARINGAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN
MAINSTREAMING ISU DIFABEL
KOORDINASI LINTAS SEKTOR
Diagram Kerjasama Lintas Kementerian Dalam Penanganan
Penyandang Disabilitas
Langkah-langkah dalam Advokasi Dua Arus
•Langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh kelompok difabel dalam peran advokasi di arus tengah:- Membangun hubungan relasi baik secara kelompok maupun secara kedekatan emosional.
- Memetakan potensi, peluang, mekanisme, budaya dan kebijakan lokal yang berlaku di wilayah arus tengah, baik melalui sharing informasi maupun pengamatan, atau pertemuan resmi (audiensi, melibatkan mereka dalam acara-acara pemberdayaan difabel dll.), hal ini untuk mengetahui pintu masuk yang paling aman dan efektif dalam upaya memasukan isu-isu difabilitas ke wilayah arus tengah.
- Mengenalkan mereka tentang difabel dan difabilitas secara lebih
mendasar, tetapi dengan cara-cara yang lebih humanis, bukan dengan cara-cara yang radikal.
- Membagikan informasi-informasi terkait kiprah pemberdayaan dan pemajuan difabel, baik skala lokal, nasional maupun internasional, hal ini untuk membangun motivasi dan kepedulian mereka.
- Mengenal/mempelajari kemungkinan adanya kepentingan politik yang tidak menguntungkan atau membahayakan bagi keberlanjutan peran advokasi diwilayah arus tengah.
•Langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh Kelompok
difabel dalam peran advokasi di arus bawah:
- Membangun hubungan relasi baik secara kelompok maupun secara kedekatan emosional.
- Memotret permasalahan, kebutuhan, potensi dan peluang yang
mungkin ada, baik dengan metode diskusi bebas, kelompok maupun diskusi bertema (workshop, training, sarasehan dll.).
- Memetakan potensi-potensi konflik, untuk mengantisipasi agar tujuan posistif dari peran advokasi yang dilakukan tidak malah memicu konflik baru atau memperkeruh konflik yang sudah ada
di arus bawah.
- Membagi informasi-informasi penting yang berkaitan dengan
upaya pemajuan atau pemberdayaan difabel, untuk memotifasi dan menginspirasi mereka agar ikut berkontribusi lebih’ bagi pemajuan difabel.
PEMBENTUKAN
KELOMPOK DIFABEL
MANDIRI
INISIASI TIM
ADVOKASI DIFABEL
(LINTAS SEKTOR)
PENGUATAN
KELOMPOK DIFABEL
MANDIRI
ADVOKASI MANDIRI
SEMUA SEKTOR
RESPONSIF
DIFABEL
MEMBANGUN
JARINGAN DAN
SUPPORT SYSTEM
Kualitas Hidup Difabel Meningkat Kesetaraan Hak Difabel
di Segala Bidang
Program dan Anggaran Responsif Hak-Hak Difabel
Kebijakan Pro Hak-Hak Difabel
Pengembangan Masyarakat : Dari Negatif ke Positif, Dari Tidak Tahu Menjadi Tahu, Dari Tidak Peduli Menjadi Peduli, Dari Tidak Mau Menjadi Mau, Dari Tidak Mampu Menjadi Mampu; dll Yang Berangkat dari Budaya Lokal, Kebijaksanaan Lokal,
Nilai-Nilai Lokal, Kebiasaan Setempat, Kepercayaan Setempat, dll
Pengorganisasian Masyarakat : Geografis, Minat, Resmi / Tak Resmi, Pemerintah / Non Pemerintah, dll Study K eb ijak an Lobb y, Negosiasi P en gu at an K elompok Bas is P en gu at an dan Duk un gan Opi ni P ub lik dan med ia Mas sa
Kualitas Hidup Difabel Meningkat Kesetaraan Hak Difabel
di Segala Bidang
Program dan Anggaran Responsif Hak-Hak Difabel
Kebijakan Pro Hak-Hak Difabel
Pengembangan Masyarakat : Dari Negatif ke Positif, Dari Tidak Tahu Menjadi Tahu, Dari Tidak Peduli Menjadi Peduli, Dari Tidak Mau Menjadi Mau, Dari Tidak Mampu Menjadi Mampu; dll Yang Berangkat dari Budaya Lokal, Kebijaksanaan Lokal,
Nilai-Nilai Lokal, Kebiasaan Setempat, Kepercayaan Setempat, dll
Pengorganisasian Masyarakat : Geografis, Minat, Resmi / Tak Resmi, Pemerintah / Non Pemerintah, dll ED UKASI P ER SU ASI K OLABOR ASI KONFR ONT ASI
Kualitas Hidup Difabel Meningkat Kesetaraan Hak Difabel
di Segala Bidang
Program dan Anggaran Responsif Hak-Hak Difabel
Kebijakan Pro Hak-Hak Difabel
Pengembangan Masyarakat : Dari Negatif ke Positif, Dari Tidak Tahu Menjadi Tahu, Dari Tidak Peduli Menjadi Peduli, Dari Tidak Mau Menjadi Mau, Dari Tidak Mampu Menjadi Mampu; dll Yang Berangkat dari Budaya Lokal, Kebijaksanaan Lokal,
Nilai-Nilai Lokal, Kebiasaan Setempat, Kepercayaan Setempat, dll
Pengorganisasian Masyarakat : Geografis, Minat, Resmi / Tak Resmi, Pemerintah / Non Pemerintah, dll
GER
AKAN
SIS
TE
M
HASIL ADVOKASI
• LAHIRNYA PERDA TENTANG PEMENUHAN HAK
DIFABEL
• MUNCULNYA PROGRAM DAN KEBIJAKAN
YANG RESPONSIF DI LEVEL PROVINSI – DESA
• PELIBATAN DIFABEL DALAM PERENCANAAN
DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PEMBANGUNAN
PENGUATAN KAPASITAS DIFABEL
FORUM GROUP DISSCUSION
PARTISIPASI AKTIF DIFABEL
KAMPANYE POSITIF
PEMENUHAN HAK KESEHATAN
PEMENUHAN JAMINAN KESEHATAN DAN LAYANAN KESEHATAN MELALUI
SUPPORT PENDIDIKAN
PENINGKATAN KAPASITAS DIFABEL MELALUI PENDIDIKAN DENGAN MEMBANGUN JARINGAN LINTAS SEKTOR