• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS dan minat belajar Siswa di MAN 4 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS dan minat belajar Siswa di MAN 4 Jakarta"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Khairina Juliani NIM : 1110015000057

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Khairina Juliani, 1110015000057: “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pengelompokan Kelas IPA-IPS dan Minat Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta Pondok Pinang”. Skripsi program studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa dengan minat belajar siswa. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di MAN 4 Jakarta 14 Juli – 18 Juli 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling untuk pemilihan sampel. Adapun pengambilan sampel 45 siswa. Instrument penelitian yang diberikan berupa kuesioner untuk persepsi siswa (X) dan minat belajar siswa (Y).

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Dari hasil perhitungan korelasi product moment diperoleh r = 0,464 dan uji signifikansi dengan uji-t sebesar 3,457 dan dikonsultasikan pada tabel ttabel

2,017 pada taraf signifikansi α = 0,05. Karena thitung 3,457 > ttabel 2,017 maka

koefisien korelasi signifikan. Dengan demikian terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS terhadap minat belajar siswa. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak persepsi siswa tentang pengelompokan kelas maka semakin rendah minat belajar siswa.

(7)

ii

Jakarta, Pondok Pinang”. Skripsi of Sociology study program, department of social science, faculty of tarbiyah and teachers training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this research is to know the relationshipbetween students

perception and students’ interest in learning. In this research, the writer uses the method of correlation with quantitative approach. This research is done at MAN 4 Jakarta 14 July – 18 July 2014. The writer uses random sampling in sample choosing. The writer took 45 students. The instrument of the research is

questionnaire about scale of student’s perception (X) and students’ interest in learning (Y).

The technique is by analyzing product moment correlation. From As a result, the product moment correlation is r = 0,464 and significance test by t-test is 3,457 and consult to table t table 2,017 on significance standard α = 0,05. Because of thitung 3,457 > ttabel 2,017 so the correlation coefficient is significance.

Thereby, there is correlation between Students’ perception about grouping of

science and social class to the student’s interest in learning. Thus, it can be concluded that the more students’ interest about grouping class, the lower

students’ interest in learning.

(8)

iii

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Tentang Pengelompokan Kelas IPA-IPS terhadap Minat Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Ibu Nurlena

Rifa’i, MA, Ph.D serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si

beserta seluruh staf jurusan IPS.

(9)

iv

Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

6. Ibu Dra. Hj. Isnadiar Dekok, MM selaku Kepala MAN 4 Jakarta Pondok Pinang yang selalu memotivasi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini dengan baik. Dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di MAN 4 Jakarta.

7. Guru-guru MAN 4 Jakarta. Dan seluruh siswa dan siswi MAN 4 Jakarta yang mau membantu saya dalam penelitian dengan mengisi angket, semoga kalian semua dapat menggapai cita-cita yang kalian inginkan.

8. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Suparno dan Ibu Ida Royani. Yang dengan tetesan kasih sayang dan percikan kesabarannya telah membesarkan, membimbing dan memahami keadaan ananda. Ananda tidak dapat membalas segala pengorbanan dan perjuangan mama dan bapak tercinta. Hanya bakti dan doa setulus hati yang dapat ananda haturkan. Selesainya skripsi ini adalah bakti awal ananda yang sedikit ananda berikan. 9. Adik-adikku tersayang Fara dan Tasya, terimakasih untuk “Stop

Berantem” nya, perhatian serta doa kalian berdua.

10. Teman yang setia Umar Aghil Husaini yang sudah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu penulis. yang selalu menghibur penulis dengan canda tawanya.

(10)

v

Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Jakarta, 04 Agustus 2014

(11)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Persepsi Siswa ... 7

a. Persepsi dalam Pandangan Islam ... 10

b. Aspek Persepsi ... 12

c. Faktor-faktor Persepsi ... 12

2. Pengelompokan a. Pengertian Pengelompokan ... 14

b. Timbulnya Kelompok ... 14

(12)

vii

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan ... 17

b. Pendekatan Dalam Pembelajaran IPS ... 19

5. Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar ... 20

b. Persyaratan-persyaratan Penting Bagi Timbulnya Minat dan Perhatian ... 20

c. Unsur-unsur Minat ... 21

6. Belajar a. Pengertian Belajar ... 23

b. Unsur-unsur Belajar ... 26

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 28

d. Teori Tentang Belajar ... 30

B.Hasil Penelitian yang Relevan... 32

C.Kerangka Berpikir ... 35

D.Pengajuan Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

a. Tempat Penelitian ... 37

b. Waktu Penelitian ... 37

B.Metode Penelitian ... 37

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D.Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Angket ... 38

2. Observasi ... 39

3. Wawancara ... 40

(13)

viii

a. Kisi-kisi Instrument Persepsi Siswa ... 42

b. Pengujian Instrument ... 42

2. Variabel Minat Belajar Siswa a. Kisi-kisi Instrument Minat Belajar Siswa ... 46

b. Pengujian Instrument ... 47

H. Uji Hipotesis Penelitian 1. Koefisien Korelasi ... 51

2. Uji Keberartian Koefisien Korelasi Uji-t ... 54

I. Hipotesis Statistik ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta 1. Sejarah MAN 4 Jakarta ... 56

2. Profil MAN 4 Jakarta ... 56

3. Visi Misi MAN 4 Jakarta ... 57

4. Data Pendidik MAN 4 Jakarta ... 58

5. Data Siswa MAN 4 Jakarta ... 62

6. Kegiatan Ekstrakurikuler MAN 4 Jakarta ... 64

7. Kurikulum MAN 4 Jakarta ... 65

8. Sarana dan Prasarana ... 68

B. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil peneliian ...68

1. Data Persepsi siswa...85

2. Data Minat Belajar Siswa ...90

C. Hasil Persepsi Siswa 1. Persepsi Siswa IPA mengenai kelas IPS ... 95

2. Persepsi Siswa IPA mengenai kelas IPA... 96

(14)

ix

2. Uji Koefisien Korelasi dengan Uji-t ... 101 E. Interpretasi Hasil Penelitian ... 102 F. Keterbatasan Penelitian ... 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 104 B. Saran ... 104

(15)

x

Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban Responden ...41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Variabel X ...42

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden ...43

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reabilitas ...45

Tabel 3.5 Perhitungan Butir Soal Valid dan Drop ...45

Tabel 3.6 Kisi-kisi Variabel Y... 47

Tabel 3.7 Skor Alternatif Jawaban Responden... 48

Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Reliabilis... 50

Tabel 3.9 Perhitungan Soal Valid dan Drop... 50

Tabel 3.10 Tabel Interpretasi Perhitungan Korelasi...52

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta...58

Tabel 4.2 Daftar Nama Guru Honor MAN 4 Jakarta...60

Tabel 4.3 Daftar Nama Guru DPK...60

Tabel 4.4 Daftar Nama Karyawan Negeri MAN 4 Jakarta...61

Tabel 4.5 Daftar Nama Karyawan Honor...61

Tabel 4.6 Daftar Nama Karyawan Bording...62

Tabel 4.7 Daftar Siswa/i MAN 4 Jakarta...62

Tabel 4.8 Persentase Variabel X Butir 1...69

Tabel 4.9 Persentase Variabel X Butir 2...70

Tabel 4.10 Persentase Variabel X Butir 3...71

Tabel 4.11 Persentase Variabel X Butir 4...71

(16)

xi

Tabel 4.15 Persentase Variabel X Butir 8...74

Tabel 4.16 Persentase Variabel X Butir 9...75

Tabel 4.17 Persentase Variabel X Butir 10...76

Tabel 4.18 Persentase Variabel Y Butir 1...77

Tabel 4.19 Persentase Variabel Y Butir 2...77

Tabel 4.20 Persentase Variabel Y Butir 3...78

Tabel 4.21 Persentase Variabel Y Butir 4...79

Tabel 4.22 Persentase Variabel Y Butir 5...79

Tabel 4.23 Persentase Variabel Y Butir 6...80

Tabel 4.24 Persentase Variabel Y Butir 7...81

Tabel 4.25 Persentase Variabel Y Butir 8...82

Tabel 4.26 Persentase Variabel Y Butir 9...82

Tabel 4.27 Persentase Variabel Y Butir 10...83

Tabel 4.28 Persentase Variabel Y Butir 11...84

Tabel 4.29 Persentase Variabel Y Butir 12...85

Tabel 4.30 Skoring Hasil Angket Persepsi Siswa (Vaariabel X)...86

Tabel 4.31 Tabel Distribusi Frekuensi...88

Tabel 4.32 Interpretasi Kategori Persepsi Siswa...90

(17)

xii

(18)

xiii

Gambar 4.2 Struktur Kurikulum SKS MAN 4 Jakarta RMBI Program

IPA...67

Histogram 4.1 Data Variabel X...89

Histogram 4.2 Data Variabel Y...94

(19)

xiv

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Variabel Y ... 111

Lampiran 3 Hasil Instrumen Angket Variabel X ... 113

Lampiran 4 Hasil Instrumen Angket Variabel Y ... 115

Lampiran 5 Perhitungan Validitas Variabel X ... 117

Lampiran 6 Perhitungan Reabilitas Variabel X ... 118

Lampiran 7 Perhitungan Validitas Variabel Y ... 119

Lampiran 8 Perhitungan Reabilitas Variabel Y ... 120

Lampiran 9 Langkah Perhitungan ... 121

Lampiran 10 Pedoman Wawancara ... 130

Lampiran 11 Hasil Wawancara ... 131

Lampiran 12 Foto Penelitian ... 135

Lampiran 13 Surat Bimbingan Skripsi ... 136

Lampiran 14 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 137

Lampiran 15 Surat Pernyataan Penelitian ... 139

Lampiran 16 Lembar Uji Referensi ... 140

(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.1

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono “persepsi” merupakan

kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan objek-objek, atau disebut juga kemampuan mengorganisasikan pengamatan.2

Dengan dimulainya kurikulum 2013 disini tidak semua sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013, sebagian kecil sekolah sudah menerapkannya kurikulum 2013 tersebut, contoh di sekolah MAN 4 sudah menerapkannya kurikulum 2013. Persepsi atau tanggapan siswa tentang adanya pengelompokan kelas IPA dan IPS di sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan sesuatu yang sering terdengar dikalangan siswa maupun masyarakat. Dimana siswa yang tadinya penjurusan/pengelompokan kelas IPA dan IPS diadakan di kelas 2 atau kelas XI, sekarang sudah mulai diterapkannya ketika awal masuk sekolah. Mereka sudah mulai di psikotes atau tes IQ dari awal masuk sekolah. Maka dari kelas X mereka sudah memiliki jurusan.

1

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,2004),Hal.19

2

(21)

Dengan diadakannya tes tersebut maka siswa sudah memiliki gambaran bahwa dirinya cocok di IPA atau di IPS. Biasanya pun hasil dari tes tersebut tidaklah sama dengan hasil nantinya siswa dikelompokan. Yang sering terjadi apabila hasil dari tes menyatakan siswa itu cocok di IPA, namun nantinya siswa tersebut dikelompokan di kelas IPS. Atau terkadang siswa lebih menonjol di IPS namun dimasukan dikelas IPA.

Banyak siswa yang beranggapan atau memiliki persepsi bahwa siswa IPA lebih pintar dibandingkan dengan siswa IPS. Dengan banyaknya persepsi tersebut kebanyakan siswa lebih memilih kelas IPA dibandingkan kelas IPS. Dan siswa juga beranggapan bahwa cara belajar dari siswa IPA berbeda dengan cara belajar siswa IPS. Seperti yang sering didengar bahwa siswa IPS ketika belajar di dalam kelas yaitu dengan santai, sedangkan di IPA ketika belajar didalam kelas belajar dengan disiplin. Dan bahkan kebanyakan siswa mempunyai persepsi bahwa anak-anak IPA kurang menarik dibandingkan anak-anak IPS yang penampilannya lebih gaul dari pada anak IPA.

Selain itu, masih banyak persepsi siswa yang keliru tentang pilihannya itu. Misalnya, mereka yang memilih kelas IPA karena mereka ingin menghindari pelajaran hafalan seperti di IPS. Padahal untuk memahami reaksi kimia siswa harus menghafal rumus unsur berkalanya. Begitu pula dengan hewan dan tumbuhan, harus mereka hafal nama latin dari hewan dan tumbuhan tersebut.

Sebaliknya bagi siswa yang memilih kelas IPS menganggap bahwa dijurusan ini lebih banyak menghafal dan tidak terlalu banyak menghitung. Anggapan seperti ini tidaklah selalu benar, sebab di IPS pun ada mata pelajaran yang berhubungan dengan hitung-hitungan seperti ekonomi dan akutansinya.

(22)

laboratorium IPS. Siswa pun ada yang beranggapan dari pihak guru pun terkadang lebih membangga-banggakan siswa IPA dibandingkan siswa IPS.

Siswa yang memiliki minat yang besar untuk belajar akan merasa senang dan tekun dalam belajar, berbeda dengan siswa yang kurang berminat atau yang tidak berminat dalam belajar mereka hanya menerima pelajaran apa adanya dan tidak ada hasrat atau niat untuk tekun dalam belajarnya.

Menurut Di Vesta and Thompson menyatakan “belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.3 Dengan belajar siswa mampu untuk mengembangkan kemampuannya dan wawasan yang ia miliki. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah, melainkan belajar dapat dilakukan di mana saja. Di dalam belajar diperlukannya kematangan jasmani dan rohani, kesiapan, kesungguhan dan terutama minat dan bakat dari diri sendiri. Dengan adanya minat siswa maka siswa tersebut dapat menentukan kelas mana yang siswa sukai dan dapat menguasi mata pelajaran yang nantinya dia akan pelajari.

Minat terkait erat dengan motivasi. Minat terhadap pelajaran tertentu akan memotivasi siswa lebih tekun mempelajari bidang studi yang diminatinya tersebut. Minat belajar tidak saja penting bagi siswa namun juga menjadi masalah penting yang harus dihadapi guru. Keberhasilan atau kegagalan guru dalam membangkitkan minat belajar siswa sangatlah berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar yang dikehendaki. Tanpa adanya minat siswa terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar yang dikehendaki. Tanpa adanya minat siswa terhadap kelas yang ingin ia pilih sebagai pilihan untuknya nanti dia tidak akan bisa untuk belajar dengan baik, karena belum adanya minat yang pasti dalam pelajaran yang disukainya. Dari contoh kasus diatas jelas bahwa persepsi

3

(23)

siswa tentang pengelompokan kelas berpengaruh terhadap minat belajarnya.

Dengan latar belakang itulah maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENGELOMPOKAN KELAS IPA - IPS DAN MINAT BELAJAR

SISWA DI MAN 4 JAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan mengenai persepsi dan minat belajar merupakan persoalan yang kompleks. Oleh sebab itu perlu adanya pengidentifikasian dari masalah tersebut di antaranya meliputi:

1. Murid IPS merasa kurang diperhatikan fasilitas pembelajaran IPS nya oleh pihak sekolah.

2. Kurangnya minat belajar siswa disekolah terhadap peminatan kelasnya.

3. Metode dan strategi pembelajaran guru kurang dapat menarik perhatiaan siswa, sehingga pelajaran yang disampaikan kurang diminati siswa.

4. Cara berinteraksi siswa dengan guru kurang baik dikarenakan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Melihat cukup banyak permasalahan yang ada. Maka dari itu penulis membatasinya pada masalah :

1. Persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA dan IPS dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

(24)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA dan IPS terhadap minat belajar

siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA dan IPS terhadap minat belajar siswa.

F. Manfaat penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait yaitu :

Manfaat teoritis: a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai persepsi siswa tentang penjurusan kelas yang ada disekolah

b. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara tertulis, maupun dijadikan sebagai referensi tentang persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS Manfaat praktis:

a. Bagi guru

Memotivasi guru, yaitu khususnya guru dibidang IPS untuk dapat meningkatkan belajar siswa kelas IPS.

b. Bagi sekolah

(25)

c. Bagi Masyarakat

Masyarakat diluar dapat meluruskan persepsi mereka tentang pengelompokan kelas. Sehingga tidak menjelek-jelekan satu pihak kelas.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(26)

7 A. Deskripsi Teoretik

1. Pengertian Persepsi Siswa

“Persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan dan pengindraan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.1 Maka obyek dapat ditangkap melalui alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga manusia dapat mengamati obyek tersebut. Makin besar struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman tersebut dapat dikenal satu persatu terhadap obyeknya, dapat membedakan antara satu benda dengan benda yang lainnya dan mengelompokan benda yang berdekatan atau serupa, kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan, dan sebagainya itu disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.

“Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan stimulus ini dalam lingkungan”.2 “Dengan persespi yang dipandang sebagai proses penggabungan sensasi. Studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan studi tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berpikir. Tidak seorang pun kini meragukan bahwa peraktek dan pengalaman mempengaruhi persepsi. Masalahnya adalah seberapa jauh kapasitas persepsi pembawaan dan seberapa jauh kapasitas yang diperoleh sebagai hasil pengalaman. Terdapat beberapa kawasan penyelidikan yang memberikan informasi tentang pesan belajar dalam persepsi”.3

1

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosyadakarya Offset).hal 51

2

Rita L Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Erlangga) edisi ke-8 hal. 201

3

(27)

“Persepsi adalah suatu rangsangan yang disadari/dikenal oleh diri manusia”.4 Rangsangan dapat mengenai diri manusia, dan tentunya tidak semuanya manusia mempunyai intensitas dan mengandung maksud kegunaan yang sama bagi diri manusia. Sehingga melalui perhatian itu, maka aktivitas manusia dalam milieu bersifat selektif.

Dalam diri manusia dapat mengenali dunia luar dengan menggunakan alat indranya dengan melalui stimulus yang dapat diterimanya. Maka dari itu pada diri individu terdapat tubuh yang bermacam-macam bagiannya berfungsi untuk dijadikan sebagai komunikasi tubuh yang timbul pada rangsangan atau hasrat. Kemudian dapat persepsikan pada tubuh yang dapat menerima rangsangan dengan melalui alat pengindraan, sehingga individu menyadari dan mengerti itu disebut persepsi.

Persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda. Untuk menggambarkan perbedaan antara sensai dan persepsi, kita bandingkan potret sebuah pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret berupa pemandangan sebagaimana yang diterima alat indra, sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interpretasi pelukis. Dengan kata lain, mata menerima sedangkan pikiran mempresepsi.5

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan. “Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan, dan sebagainya disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi”.6 Proses pengelompokan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indra, yaitu melalui mata sebagai alat melihat, telinga alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecap, kulit pada telapak tangan sebagai alat

4

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993).hal.42

5 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung, CV. Pustaka Setia,1999)Cet ke-2,hal. 37 6

(28)

perabaan semuanya merupakan alat indra yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu.

Persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Isi dari persepsi bisa berupa apa saja. Atribut-atribut individual dapat mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik,dan kemampuan menilai. Atribut-atribut kelompok dapat mencakup properti-properti seperti ukuran, kelekatan, sifat-sifat budaya, pola stratifikasi, pola-pola jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah.7 Jadi persepsi dapat dikatakan bahwa dari hasil semua alat indra yang dimiliki manusia untuk mendapatkan gambaran mengenai hal-hal yang dilihat untuk menafsirkan sesuatu dengan menggunakan alat indranya. Dari semua alat indra yang bekerja dapat menghasilkan suatu kesan dan kesimpulan.

Obyek-obyek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu diotak sehingga kita dapat mengamati obyek tersebut. Ia dapat memfokuskan perhatiannya pada suatu obyek, sedangkan obyek-obyek yang lain disekitarnya dapat dianggap sebagai latar belakang. “Persepsi adalah jenis aktivitas pengelolaan informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya”.8 Dari pengertian persepsi tersebut seseorang dapat memberikan kesimpulan dari apa yang mereka lihat dan mereka amati dilingkungan sekitarnya.

Fenomena tentang persepsi jarak dan gerak, organisasi persepsi, dan berbagai macam konstansi persepsi dengan mudah dan menyakinkan dapat didemonstrasikan, sehingga kini terdapat kesepakatan umum tentang apa yang dihayati. Namun masih tetap terdapat ketidaksepakatan tentang bagaimana menjelaskan apa yang terjadi. Salah satu pertanyaan tradisional.

7

Sarlito W.Sarwono & Eko A.Meinarno, Psikologi sosial,(Jakarta, Salemba Humanika.2011)hal.24

8 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar,(Bandung,PT. Remaja Rosdakarya

(29)

Perception (persepsi) adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. 2. Kesadaran dari proses-proses organis. Didalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan (intervening variable), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.9

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

“Definisi lain menyebutkan, bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek”.10

Persepsi dapat diartikan sesuatu yang diterima di otak ataupun di syaraf dari stimulus yang diterimanya sehingga dapat membedakan maupun mengelompokan apa yang didapat dari stimulus tersebut.

a. Persepsi dalam pandangan Al-Qur’an

Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Dalam surat An-Nisa disebut alat sensor lain yang merasa dan mengirimkan sinyal-sinyal dari rangsangan yang diterimanya. Indra ini

9

Kartini kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008)cet 7,hal.358

10 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta,

(30)

dinamakan dengan indra yang terkait dengan kulit. Begitu juga halnya disitir dalam QS. Al-Anam ayat 7:

بم ح َإ ا ٰ إ ا ك ي ا ا م ي يأب

ف اط يف اباتك كي ع ا

ي

Artinya:

Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".11

Dalam surat Al-quran diatas dijelaskan bahwa persepsi dapat diterima dari beberapa alat pengindraan yang manusia miliki. Dalam surat tersebut terlihat bahwa alat pengindraan itu berupa alat peraba yaitu kulit serta alat penglihatan yaitu mata. Sehingga apa yang mereka terima dari stimulus yang ada mereka dapat mempersepsikan suatu objek.

QS. Fushilat ayat 53 :

م

أ يف افْا يف ا تايآ م ي

أ كب ب ف ي م أ ۗ ح ا أ م يبتي ٰىتح

ي ش ءيش ك ٰى ع

Artinya:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidakcukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?12

Dari surat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi juga bersumber dari apa yang mereka lihat kemudian mereka baru dapat menafsirkan apa yang mereka lihat sehingga terbentuklah suatu persepsi. Bahwa persepsi yang mereka lihat adalah benar apa adanya dari ciptaan Allah SAW.

11 Al-Qur’a da terje ah ya, hal: 12

(31)

b. Aspek Persepsi

Dalam persepsi terdapat aspekaspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek menurut McDowwell & Newel yaitu :

1) Kognisi

Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa aspek kognitif didasarkan atas konsep suatu informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari. 2) Afeksi

Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya yang kemudian mempengauhi persepsinya.13

Jadi dalam persepsi terdapat aspek-aspek didalamnya yaitu antara kognisi dan afeksi. Didalam kognisi persepsi ini melibatkan apa yang mereka lihat, tangkap dan mengenali dari apa yang mereka dapat dalam keidupan sehari-harinya. Sedangkan dari aspek afeksi disini adalah cara dari mereka mndapatkan stimulus yang meraka tangkap atau yang mereka dapatkan.

c. Faktor-faktor Persepsi

Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito W. Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal dibawah ini:

13Bagus Tak i , Persepsi “osial Me ge ali da MENGERTI Ora g Lai , dala “arlito

(32)

1) Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

2) Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seseorang pelari yang siap di garis “star” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi. 3) Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

4) Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat (Bruner dan Godman, 1947, Carter dan Schooler, 1949) menunjukn bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.

5) Ciri Kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawasan satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi kepercayaan dirinya akan berbeda dalam mempersepsikan atasannya.14

Didalam persepsi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu

14 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta, Bulan bintang,2003), cet 9,

(33)

perhatian, set, kebutuhan, sistem nilai, dan ciri kepribadian. Disetiap masing-masing faktor memiliki arti dan peranannya sendiri dalam persepsi.

2. Pengelompokan

a. Pengertian Pengelompokan

1) Sherif dan Sherif menyatakan bahwa :

“Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu”.

2) Menurut Roland Freedman

“Kelompok adalah organisasi terdiri atas 2 (dua) atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakukan yang diterima dan disetujui oleh semua anggota-anggotanya”.

3) Menurut Park dan Burgess :

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki kegiatan yang konsisten”.15

Dari pengertian diatas dari beberapa para ahli mengenai kelompok dapat disimpulkan bahwa kelompok yaitu suatu organisasi yang terbentuk dari dua orang atau lebih yang memiliki tujuan atau keingin yang sama untuk dapat memenuhi atau mewujudkan suatu tujuan bersama.

b. Timbulnya Kelompok

Kelompok terbentuk karena adanya komunikasi. Terjadinya kelompok karena individu berkomunikasi dengan yang lain, sama-sama memiliki motif dan tujuan. Dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam suatu hubungan fungsional satu sama lain inilah yang akan membentuk suatu kelompok. “Suatu kelompok yang telah terbentuk cenderung untuk memiliki ciri-ciri tertentu.”16

Masuknya seorang ke dalam kelompok itu disebabkan karena

15 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta, PT. MELTON PUTRA, 1991)edisi revisi,hal:94 16

(34)

1. Paksaan : tahanan, narapidana, dan sebagainya.

2. Otomatis atau dengan sendirinya : sebagai anggota keluarga, kelompok seks yang sejenis dan sebagainya.17

Sebab seseorang masuk dalam kelompok terdiri dari dua yaitu akibat dari paksaan dan otomatis. Sebab dari paksaan yaitu dapat diartikan bahwa seseorang masuk kedalam kelompok tersebut karena paksaan orang lain atau pun paksaan dari hasil perbuatan mereka yang dilakukan. Sedangkan sebab seseorang masuk ke dalam kelompok karena otomatis yaitu seseorang masuk kedalam kelompok tersebut karena memang keinginan mereka dan sesuai dengan tujuan mereka.

c. Sebab-sebab pembentukan kelompok

Dengan adanya unsur sistem nilai yang banyak menentukan jalan interaksi sosial, maka jelaslah bahwa pembentukan setiap kelompok ditentukan oleh beberapa faktor lain pula, yaitu faktor : 1) Waktu dan zaman

2) Sebab dan tujuan pembentukannya 3) Sifat dari anggota-anggotanya

4) Cara pembentukan kelompok (dengan paksaan, kebetulan ataupun sukarela)

Bierens De Haan mengatakan, bahwa suatu kelompok memperoleh bentuknya dari kesadaran akan keterikatan yang ada pada anggota-anggotanya.

“kelompok tidak merupakan jumlah anggota-anggotanya saja melainkan adalah suatu kenyataan yang ditentukan oleh datang-perginya anggota-anggotanya... kenyataan kelompok ditentukan oleh nilai-nilai yang dihayati bersama, oleh fungsi kelompok

sebagaimana disadari anggotanya”

17

(35)

Nyatalah bahwa suatu kelompok bukan merupakan jumlah anggotanya saja, akan tetapi mempunyai suatu ikatan psychologis. Pemikiran dahulu bahwa kelompok terbentuk karena manusia sadar tak dapat menyelesaikan ataupun mencapai tujuannya sendiri, ternyata terlalu melihat segi rasionalnya manusia. Kemajuan Ilmu Jiwa Sosial membuktikan, bahwa adalah suatu kebutuhan psycologis manusia untuk mempunyai dan digolongkan

pada suatu kelompok, tempat ia “berlindung” dan merasa aman.18

3. Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Pengertian ilmu pengetahuan alam ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiyahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam atau sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa “sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu”. Sains

merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “real Science is both product and process, inseparably joint” Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Kedudukan ilmu pengetahuan alam adalah ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences).

Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari

18 Phill Astrid S.Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung, Binacipta,

(36)

makhluk hidup didalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika(mempelajari masa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi)(the earth sciences) yang mempelajari bumi kita.19

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar serta gejala-gejala alam.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang

identik dengan istilah “social studie” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat.20 Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkaan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.21

IPS sebagai ilmu pengetahuan baru mulai diketengahkan dalam kurikulum sekolah tahun 1975 (SMP-SMA) dan tahun 1976 (SPG). Mata pelajaran ini berperan memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS

19

http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu_alam diunduh 4 Agustustus 2014,08:45WIB 20

Sapriya, Konsep Dasar IPS,(Bandung: UPI PRESS,2006)Cet.1,hal.3

21 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu:Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

(37)

siswa mampu membawa dirinya secara dewasadan bijak dalam kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial.22

IPS merupakan padanan dari sosial Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang mengembangkan kurikulum di AS . Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan difusi dari berbagai disiplin ilmu.23

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Disekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan sosial studies. Jadi istilah IPS merupakan terjemahan sosial studies. Dengan

demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat.” Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat

melakukan kajian dari berbagai prespektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan IPS menurut para ahli.

1) Edgar B Wesley menyatakan bahwa “social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history,

economic, sociology, civics and various combination of these subjects”.

2) Jihn Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as part of elementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political

22

Sapriya, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS,2006) cet.1,hal.3

23 Etin Solihatin, dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran

(38)

science, social psychology, philosophy, antropology, and

economic. The social studies have been defined as “those

portion of the social science... selected for instructional

purposes”24

b. Pendekatan yang digunakan Dalam Pembelajaran IPS

Adapun pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Siswa sentris, dimana faktor siswa yang diutamakan.

2) Kemasyarakatan sentris, (Community Oriented), dimana masalah kehidupan nyata (rill) dan masyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta tempat pembelajaran. 3) Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun

budayanya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS.

4) Bersifat meluas (Komprehensif – Broadfield, Multidimensional) dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu (integrated).25

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran IPS disini meliputi siswa sentris yaitu dimana siswa dijadikan yang utama untuk memperoleh pengetahuan siswalah yang dituntut untuk mencari jawaban dari masalah yang ada, tidak terpaku sumbernya dari guru saja. Jadi siswa ikut aktif dalam pembelajaran. Kemudian kemasyarakatan sentris yaitu masyarakat yang dijadikan sumber dan bahan untuk pembelajaran. Dengan mencari fakta yang nyata dari kehidupan bermasyarakat. Lalu ekosistem yang dilibatkan langsung baik fisik maupun budayanya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran IPS. Dan yang terakhir yaitu bersifat meluas, dalam artian pola pengorganisasiannya yang meluas.

24

Nadir, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009),Edisi Pertama h.1-9

25

(39)

5. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Rupa-rupanya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar; kalau tidak demikian minat itu tidak mempunyai arti sama sekali. Oleh sebab itu pengetahuan atau informasi tentang seseorang atau suatu objek pasti harus ada lebih dahulu daripada minat terhadap orang atau objek tadi.26

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. “Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semangkin besar minat.”27

Dari segi bahasa minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tertinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan.28 Minat adalah landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.29

Dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan yang lebih dari diri seseorang terhadap suatu objek atau kegiatan yang dia sukai.

b. Persyaratan-persyaratan Penting Bagi Timbulnya Minat dan Perhatian

Beberapa persyaratan yang tampak jelas adalah: pelajaran akan menjadi menarik bagi para murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan yang nyata. Salah satu

26

Buchori M, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Aksara Baru,1978),hal.124 27

Slameto, Belajar&faktor-faktor yang mempengaruhi,(Jakarta, Rineka Cipta.2010),cet.ke-5,hal.180

28

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta; Balai Pustaka, cet. Ke-10, hal.656.

29

(40)

alasan sikap menolak para remaja terhadap sekolah ialah karena sekolah tidak menaruh perhatian terhadap minat dan perhatian mereka serta masalah-masalah yang dihadapi oleh murid-murid yang berusia sembilan, tiga belas, dan tujuh belas tahun itu.

Pelajaran akan menjadi menarik bagi para murid jika mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri. Kesempatan mengambil sendiri, giat secara mandiri, sudah akan memungkinkan mereka dapat meresapkan bahan-bahan pelajaran. Minat si murid akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu bimbingan teknik kerja lebih berarti bagi si murid dari pada penambahan dan perluasan bahan pelajaran.30

c. Unsur- unsur Minat

Dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu tersebut memiliki beberapa unsur, antara lain:

1) Perasaan Senang

Menurut Wasty, “Perasaan senang dapat diartikan sebagai

susana psikis dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal

yang berbeda dengan keadaan dalam diri.”31

Jadi dapat diartikan bahwa perasaan senang ini timbul dari suasana hati dari kesukaan terhadap suatu hal yang membuat seseorang suka terhadap sesuatu.

Siswa yang memiliki rasa senang terhadap mata pelajaran yang dia senangi tidak menutup kemungkinan minat yang timbul dalam dirinya tersebut akan besar terhadap sesuatu yang dia senangi. Dan dapat menambahkan semangat serta memotivasi dirinya sehingga

30 Ibid., h. 92. 31

(41)

mendapatkan nilai yang lebih dalam mata pelajaran yang dia senangi.

2) Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Dalam kajian psikologi yang dikutip oleh Fadilah Suraga dkk bahwa, perhatian merupakan

“pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek

tertentu.”32

Dengan kata lain seseorang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang lebih atau besar terhadap suatu aktivitas tersebut. Minat dan perhatian dalam belajar memiliki hubungan yang erat, dengan adanya minat maka tidak menutupi kemungkinan bahwa perhatian seseorang dalam suatu hal akan lebih atau besar.

3) Ketertarikan

Minat menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Abdul

Rohim bahwa, “Minat bisa berhubungan dengan gaya gerak

yang mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan apapun bisa berupa pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan tersebut.”33 Dalam hal ini menunjukan bahwa ada yang mempengaruhi minatnya terhadap matapelajaran disekolah, karena pengaruh dari cara guru mengajarnya atau pun dari segi persepsi yang ada. Dengan adanya ketertarikan maka semangkin lama seseorang akan dapat mengembangkan apa yang dia tertariki dalam mata pelajarannya. Sehingga dapat membuahkan suatu prestasi di suatu bidang.

32

Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.113

33A dul Rohi ,

(42)

4) Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan perasaan tertarik. Adanya manfaat dan fungsi mata pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat. Seseorang siswa harus mengetahui manfaat dan fungsi dalam memilih jurusan yang tepat baginya, karena dari mereka mengetahui manfaat dan fungsi dari mata pelajaran yang dia senangi maka akan membawa mereka kesebuah prestasi yang dapat mereka raih dikedapannya. Karena sesuai dengan minat mereka masing-masing.

7. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi /materi pelajaran. Disamping itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.

Skinner, seperti yang dikutip dalam Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasannya, bahwa belajar adalah :”... a process of progressive behavior adaptation.” Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer)34

34

(43)

Chaplin dalam dictionary of Psychology membatasi belajar

dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:”....

acquistion of any relatively permanent change in behavior as a

result of practice and experience” (belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetapkan sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).35

Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s

behavior”,(belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut). Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.36

Wittig dalam bukunya Psychologi of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change

in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience (belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).37

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya pembelajaran yang dicapai peserta didik.

35

Syah Muhibbin, Psikologi Belajar,hal.59 36Syah Muhibbin, Psikologi Belajar,hal.59 37

(44)

Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut:

“Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengelaman dan latihan.”38

Ayat Al-Qur’an mengenai belajar yaitu surat Al-Mudjadillah ayat 11:

اي

ا يأ

ي ا

ا مآ

ا إ

ي

م

ا ح ت

يف

اج ا

ا ح فاف

ح ي

ّا

م

ا إ

ي

ا ش ا

ا ش اف

عف ي

ّا

ي ا

ا مآ

م م

ي ا

ا ت أ

م ع ا

تاج د

ّا

ا ب

عت

يبخ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Dalam ayat diatas dapat disimpulkan bahwa seseoang yang belajar akan mendapatkan ilmu atau tambahan ilmu pengetahuan. Jadi Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang memiliki ilmu sehingga belajar merupakan sesuatu yang tidak sia-sia bagi diri sendiri. Selain belajar memberikan manfaat bagi diri sendiri belajar juga dapat mendapatkan sesuatu yang indah dimata Allah. Dan Allah maha mengetahui apa yang kita kerjakan apa yang kita kerjakan dalam hal

38

(45)

menuntut ilmu atau belajar Allah tidak akan ingkar terhadap janji yang diberikanNya.

b. Unsur-unsur belajar

Cronbach mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar yaitu:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.

2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatau, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. 3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.

4) Interprestasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interprestasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons.

(46)

7) Reaksi terhadap kegagalan. Selaian keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini menimbulkan prasaan sedih dan kecewa.39

Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur belajar yaitu terdiri dari 7 antara lain yaitu tujuan seseorang yang ingin belajar secara tidak langsung mreka memiliki tujuan untuk belajar. Sehingga mereka dapat mencapai tujuan dari hasil belajar yang mereka lakukan. Dan yang kedua yaitu kesiapan, didalam belajar seseorang harus memiliki kesiapan fisik dan rohaninya untuk belajar. Karena apabila tidak ada kesiapan diantara jasmani ataupun rohani maka belajar tidak dapat berjalan dengan baik. Didalam situasi belajar memiliki unsur yang cukup penting. Jika situasi ataupun suasana belajar disekitar dapat mendukung proses belajar maka belajar akan lebih dapat mudah dipahami atau dimengerti oleh siswa.

Didalam interpretasi siswa dapat melihat hubungan dari proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan dengan baik. Dan respon dari hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil mereka belajar apakah mereka mendapatkan respon yang baik dari hasil belajarnya ataupun tidak. Dan konsekuensi disini siswa dapat menerima konsekuensi dari apa yang mereka kerjakan, apabila siswa tersebut rajin dalam belajarnya maka konsekuensi yang mereka dapat adalah keberhasilan, sedangkan jika siswa tidak rajin dalam belajarnya maka konsekuensi yang siswa itu dapat adalah kegagalan. Lalu reaksi, reaksi disini akibat yang ditimbulkan dari keberhasilan yaitu siswa akan merasa senang dan sebaliknya reaksi siswa apabila mendapatkan kegagalan biasanya terlihat sedih.

39Sukmadinata Syaolih Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

(47)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar a) Faktor-faktor dalam diri individu

Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencacapan.

Aspek psikis atau rohaniah tidak kalah pentingnya dalam belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan konatif dari individu.

Kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik guruya temannya, orang tuanya maupun orang-orang yang lainnya.

Hal lain yang ada pada diri individu yang juga berpengaruh terhadap kondisi belajar adalah situasi afektif, selain ketenangan dan keentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Keberhasilan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah , mengerjakan tugas-tugas dll.

b) Faktor-faktor lingkungan

(48)

faktor sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.

Iklim psikologis berkenan dengan suasana afektif atau perasan yang meliputi keluarga. Iklim psikologis yang sehat akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar, sebab suasana yang demikian dapat memberikan ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri, dorongan untuk berprestasi dll.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar dsb., lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain.

Lingkungan masyarakat di masa siswa atau individu berbeda juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latarbelakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya.40

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor didalam diri individu dan faktor lingkungan. Didalam faktor diri individu disini meliputi

40

(49)

aspek jasmini siswa, dimana jika jasmani siswa tersebut sehat maka proses belajar akan berjalan dengan baik. Kemudian aspek psikis siswa meliputi rohaninya dalam dirinya, lalu inrelektual dapat mempengaruhi belajar, menyangkut bakat yang siswa miliki dan intelektualnya. Dan ketenangan dan ketentraman psikis mereka.

Dan faktor lingkungan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor lingkungan disini meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan tempat mereka tinggal terutama adalah lingkungan di keluarganya.

d. Teori Tentang Belajar

1) Teori Instrumental Conditioning (Burhus Frederic Skinner,1904)

Menurut skinner tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi, operant conditioning atau biasa disebut instrumen conditioning, itu melibatkan pengendalian konsekuensi.

Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning secara sederhana adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforce (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.

b) Menganalisis dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud.

c) Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasikan reinforce (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.

(50)

Prinsip dan Aplikasi Instrumental Conditioning a) Penguatan/reinforcement (positif dan negatif). b) Pembentukan/Shaping.

c) Pemadaman dan pemulihan spontan. d) Generalisasi dan diskriminasi.

e) Hukuman/Punishment (positif dan negatif).

Kelemahan Teori Instrumental Conditioning adalah kelanjutan dari teori pertama, sehingga kelemahannya juga sama dengan teori pertama.41

Dari pengertian teori Instrumental Conditioning diatas dapat disimpulkan bahwa teori ini menjelaskan bahwa proses belajar disini dipengaruhi oleh tingkah laku atau tindakan sebelumnya. Dengan prinsip dan aplikasinya yaitu penguatan, pembentukan, pemadaman, generalisasi, dan hukuman. Dan kelemahannya adalah teori ini masih berpaku dengan teori sebelumnya sehingga titik kelemahannya masih sama dengan teori sebelumnya.

2) Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)

Asal mulanya teori ini disebut observational learning, yaitu belajar dengan jalan mengamati perilaku orang lain. Teori ini beranggapan, bahwa masalahnya proses psikologi terlalu dianggap penting atau sebaliknya hanya ditelaah sebagaimana saja.

Menurut teori belajar sosial, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih.

41

(51)

Teori ini berusaha menjelaskan hal belajar dalam situasi alami, yang berbeda dengan situasi laboratorium, lingkungan sosial menyediakan bermacam-macam kesempatan untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan dengan jalan mengamati pola-pola tingkah laku beserta akibat-akibatnya atau konsekuensinya. Asumsi dasar teori ini ada tiga macem, yaitu:

a) Hakikat proses belajar.

b) Hubungan antara individu dengan lingkungan. c) Hasil belajar.42

Dari pengertian diatas mengenai teori belajar sosial dapat disimpulkan bahwa belajar bisa dilakukan tidak di laboratorium melainkan belajar bisa dilakukan dengan mengamati keadaan sosial dan lingkungan sosial. Dengan mengamati lingkungan sosial mereka dapat memperoleh keterampilan disertai dengan konsekuensinya. Yang mendasari dari teori belajar sosial ini meliputi hakikat proses belajar, hubungan individu dengan lingkungannya dan hasil belajar. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini menggunakan persepsi siswa terhadap minat belajar siswa, antara lain yaitu :

1. Dalam penelitian skripsi Mohammad Glesung Gautama dengan judul

“Penentuan Jurusan di SMA N 8 Surakarta dengan Fuzzy Inference System

(FIS) Mamdani”

Penentuan jurusan siswa SMA berpengaruh terhadap kegiatan akademik siswa. Dengan adanya penjurusan, diharapkan setiap siswa dapat lebih fokus pada bakat yang dimiliki. Keputusan penentuan jurusan dibuat oleh pihak yang berkompeten di sekolah. Salah satu aplikasi logika

42

(52)

fuzzy adalah pendukung keputusan dengan Fuzzy Inference System (FIS) Mamdani. Dalam FIS Mamdani untuk memperoleh output diperlukan empat tahap, yaitu pembentukan himpunan fuzzy, pembentukan rules, aplikasi fungsi implikasi dan inferensi aturan serta defuzzifikasi.

Tujuan dari skripsi ini adalah membangun FIS Mamdani penentuan jurusan di SMA N 8 Surakarta. Variabel inputnya adalah NIPA, NIPS, IQ, Minat dan kapasitas kelas. Variabel outputnya adalah IPA dan IPS. Dalam skripsi ini, dibangun dua FIS dengan fungsi keanggotaan yang berbeda.

Dari pengujian data output, diperoleh nilai output IPA dan IPS untuk kedua FIS tidak beda secara signifikan. Dari percobaan yang dilakukan terhadap data siswa kelas X tahun ajaran 2008/2009 didapat kedua FIS memberikan keputusan yang sama. FIS 1 lebih direkomendasikan untuk digunakan karena fungsinya lebih sederhana.43 2. Dalam Tesis Rahmad “Persepsi Siswa Tentang Jurusan yang Ditempati

dan Peran Guru Pembimbing (Penelitian di SMA Negeri 2 Padang)

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana persepsi siswa tentang jurusan yang ditempatinya dan peranan guru pembimbing SMA Negeri 2 Padang. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 2 Padang yang berjumlah 922 siswa. Dan guru pembimbing yang berjumlah 8 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling kemudian menggunakan claster random sampling. Maka diperoleh sampel sebanyak 67 siswa, yang terdiri dari kelas XI IPA 1 berjumlah 31 siswa dan serta kelas XI IPS 1 berjumlah 36 siswa. Penggumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu angket untuk mengetahui persepsi siswa terhadap jurusan yang ditempati dan wawancara digunakan untuk mengetahui peran guru pembimbing dalam penjurusan siswa.

43Moha ad Glesu g Gauta a, Pe e tua Jurusa di “MA N “urakarta de ga

Fuzzy I fere e “yste FI“ Ma da i , Skripsi pada Sarjana Universitas Sebelas Maret

(53)

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa SMA Negeri 2 Padang tentang jurusan yang ditempati berada pada kategori baik yaitu 84% dengan (Mean) rata-ratayaitu 281,82 dengan standar devisiai (SD) sebesar 20,73. Peran guru pembimbing SMA Negeri padang dalam penjurusan siswa terlaksana dengan baik.44

3. Dalam penelitian jurnal Arif Unwanullah “Evalusi Program Penjurusan

Siswa Menengah Atas di Kabupaten Tuban”

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan didukung pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model Stake. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI, guru BK, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, dan kepala sekolah Sekolah Menengah Atas se Kabupaten Tuban. Kriteria evaluasi ditetapkan sebelum pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan oleh Depdiknas. Pengumpulan data dilaksanakan melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji coba instrumen dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas se kecamatan kota Tuban dan menghasilkan reliabilitas data antecedent 0,7402 dan reliabilitas data outcome 0,8315. teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif angk

Gambar

Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban Responden
Tabel 3.2 Kisi-kisi variabel X yaitu Persepsi Siswa
Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena pada perlakuan dengan kepadatan populasi nematoda 400 dan 800 JI/ml dapat menyebabkan mortalitas larva yang tinggi sebesar 69,17 dan 82,22%

Karakteristik fungi endofit yang diisolasi dari ranting manggis ( Garcinia mangostana L.) dan yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan

Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam meningkatkan pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA

Sekolah ini memiliki area yang di khususkan untuk boleh merokok, tetapi masih saja terdapat guru yang merokok di sembarang tempat, oleh karena itu penulis tertarik

Hasil ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Baskaran et al (2007) yang mendapat bahwa bakteri terbanyak yang menyebabkan infeksi pada pasien

Work Family Conflict terdiri dari dua aspek yaitu Work Interfering With Family dan Family Interfering With Work (Greenhaus & Beutell, 1985).. asumsi dari Work

Fenomena ketiga yang dapat diambil adalah adanya lihuta lo polopalo sebuah kompetisi memainkan bunyi polopalo yang memberikan kontribusi terhadap modal ekonomi dan budaya