ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN FILM DOKUMENTER TENTANG KEHIDUPAN AWAL MANUSIA PURBA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PELAJARAN SEJARAH KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MARTAPURA OKU TIMUR
Oleh :
Emilda Rani
Rumusan masalah dalam penelitian ini, apakah ada pengaruh dari penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur dan sejauh mana pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur ? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (a) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran berupa film dokumenter, (b) Untuk mengetahui pengaruh pada kelas yang diberikan perlakuan penggunaan film dokumenter khususnya kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data Tes, Dokumentasi, dan Observasi. Sedangkan teknik analisis kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar sejarah siswa yang telah diterapkan pembelajaran Kooperatif, dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan film dokumenter sebagai media pembelajarannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1) Hasil belajar yang menggunakan film dokumenter kelas eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar dan memiliki rata – rata nilai posttest sebesar 82,42 sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan media power point memiliki rata – rata nilai posttest sebesar 71,06. 2) Terdapat perbedaaan nilai rata–rata hasil belajar pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol, besarnya perbedaan adalah 11,36. 3) Penggunaan film dokumenter berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VII1 SMP Negeri 1
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1. Konsep Pengaruh ... 9
2.1.2. Konsep Media Pembelajaran ... 10
2.1.3. Konsep Film sebagai Media Pembelajaran ... 11
2.1.4. Konsep Film Dokumenter ... 13
2.1.5. Konsep Media Berbasis Visual Berupa Power Point ... 16
2.1.6. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.1.7. Konsep Pembelajaran IPS ... 21
2.2. Kerangka Pikir. ... 25
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.5.1. Variabel Penelitian ... 34
3.5.2. Definisi Operasional ... 34
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.7. Langkah-langkah Penelitian... 36
3.8. Instrumen Penelitian ... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur ... 45
4.1.7. Jenis-jenis Kegiatan di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur 48
5.1. Kesimpulan………. ... 67 5.2. Saran ………. ... 68
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga
negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan, setiap peserta didik
difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warganegara yang
menyadari dan merealisasikan hak dan kewajibannya. Pendidikan juga
merupakan alat yang ampuh untuk menjadikan setiap peserta didik dapat
duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.
Pada pusat bahasa departemen pendidikan nasional bahwa: “pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik” (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. 2002 : 263).
Di dalam dunia pendidikan guru memang bukan satu-satunya sumber
belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar
mengajar sangat penting. Kalau dilihat dari sejarah perkembangan profesi
guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua
karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan
berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan perkembangan
masyarakat serta budaya pada umumnya, berkembang pula tugas dan
peranan guru, seiring dengan berkembangnya jumlah anak yang
memerlukan pendidikan.
Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan
yang dapat membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya mengarahkan para siswa menuju pada
perubahan tingkah laku baik intelektual maupun sosial agar dapat hidup
mandiri dan makhluk sosial. Dalam proses belajar mengajar tersebut
terjadi proses interaksi antara siswa dan guru, antara yang belajar dan
mengajar atau antara pembelajar dan pengajar. Melalui proses
pembelajaran siswa akan berkembang secara sempurna atau tercapai hasil
belajar yang optimal dengan didukung keaktifan dan motivasi belajar yang
tinggi (Nashar, 2004: 38).
Sekolah yang menjadi tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur, karena disekolah tersebut sudah tersedia media
berupa TV, VCD, LCD, OHP, Laptop yang dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar. Selain itu materi pembelajaran
dalam penyajiannya hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa
merasa bosan untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran sejarah. Hal
ini diketahui peneliti melalui wawancara dengan beberapa orang siswa
kelas VII. Siswa jarang dilibatkan dan berlaku pasif artinya hanya
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP
Negeri 1 Martapura OKU Timur, peneliti mengetahui bahwa rendahnya
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan,
khususnya pada pelajaran IPS Sejarah disebabkan oleh beberapa hal.
Informasi yang dihimpun dari beberapa orang guru di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur diantaranya adalah kondisi guru yang memberikan
materi hanya dengan menggunakan metode ceramah, lalu kurang
beragamnya metode pembelajaran yang digunakan sehingga kegiatan
mengajar menjadi monoton, dan juga sekolah tersebut kurang
memanfaatkan media pembelajaran yang mereka miliki agar proses
pembelajaran lebih bervariasi.
Hamalik menyatakan “pada hal salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran adalah daya serap atau hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar. Dimana daya serap berdasarkan hasil evaluasi belajar dan upaya dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan perbaikan pada proses pembelajaran, baik metode dalam pencapaian materi maupun media yang digunakan dalam penyajian materi” (Hamalik : 2001, 87).
Serta menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai bahwa: “salah satu cara
dalam meningkatkan motivasi dan daya serap siswa dalam belajar adalah
menggunakan media yang dapat membantu proses belajar mengajar.
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapainya” (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai : 2001, 1).
Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu menggunakan media
yang menyajikan audio visual dalam bentuk film yang berisikan materi
materi dengan jelas. Teknologi audio-visual cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.
Pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi
yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak
seluruhnya tergantung kepada pamahaman atau simbol-simbol yang
serupa. Penerapan model teknologi audio-visual diduga dapat menjadi
solusi untuk mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Namun demikian,
untuk menjawab dugaan tersebut tentunya perlu dilakukan penelitian
terlebih dahulu.
Dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Film Dokumenter Tentang Kehidupan Awal Manusia Purba Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Pada Materi Pelajaran Sejarah di Kelas VII di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal
manusia purba terhadap aktivitas belajar IPS siswa pada materi
2. Pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal
manusia purba terhadap motivasi belajar IPS siswa pada materi
pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur.
3. Pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal
manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada materi pelajaran
sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi masalah pada “Pengaruh penggunaan film dokumenter tentang
kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada
materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU
Timur”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah ada pengaruh dari penggunaan film dokumenter tentang
kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada
materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU
Timur?
b. Sejauh mana pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan
awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada materi
1.5. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh dari penggunaan film dokumenter
tentang kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa
pada materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura
OKU Timur.
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan film dokumenter
tentang kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa
pada materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura
OKU Timur.
1.6. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan :
1. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
sekolah dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar di
dalam kelas.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi tentang model dan metode
mengajar yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk meningkatkan
pemahaman, aktivitas, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
sejarah
3. Bagi siswa, dengan menggunakan model pembelajaran dan metode
mengajar yang lebih bervariasi dapat memberikan suasana baru dalam
proses belajar di kelas sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan
4. Bagi peneliti, memberikan pengalaman yang berharga kepada peneliti
untuk mengetahui pengaruh penggunaan film dokumenter tentang
kehidupan awal manusia purba terhadap hasil belajar IPS siswa pada
materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU
Timur.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian pendidikan,
khususnya pendidikan sejarah karena yang akan dilihat adalah hasil belajar
siswa pada materi pelajaran sejarah. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur
tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII1 terpilih sebagai sampel pada kelas eksperimen dan siswa kelas VII3 sebagai sampel pada kelas kontrol. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan
film dokumenter tentang kehidupan awal manusia purba terhadap hasil
belajar ips siswa pada materi pelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur tahun ajaran 2013/2014.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada
aspek kognitif siswa atau perbedaan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah yang diajarkan dengan menggunakan film dokumenter
sebagai medianya pada kelas eksperimen dan menggunakan media power
point pada kelas kontrol. Indikator hasil belajar siswa diukur dari tes akhir
(posttest). Hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes formatif tipe
ditentukan selama proses pembelajaran berlangsung di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur. Materi ajar yang akan digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari satu kompetensi dasar pada mata pelajaran sejarah kelas VII
tingkat SMP, dengan sub materi atau pokok bahasan tentang: “Zaman
Prasejarah” yang telah disesuaikan dengan KTSP dan buku belajar yang
REFERENSI
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Hal. 263.
Drs. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan pembelajaran. Jakarta : Delia press. Hal. 38
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hal. 87.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Pengaruh
Menurut KBBI, pengertian pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuataan seseorang (Kamus besar bahasa Indonesia, 2002: 849).
Sedangkan pengertian pengaruh yang lain menurut Badudu dan Zain
adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi, (2) sesuatu yang
dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain, dan (3) tunduk atau
mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain (Badudu dan Zain,
1994: 1031).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu daya yang timbul
dari sesuatu dan dapat mengubah sesuatu yang lain tersebut. Maka, dalam
penelitian ini penulis membatasi pengaruh seberapa besar daya yang
ditimbulkan oleh model pembelajaran kooperatif dengan film dokumenter
sebagai medianya terhadap hasil belajar sejarah siswa. Sehingga media
pembelajaran film dokumenter tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
2.1.2. Konsep Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti perantara atau
pengantar. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada
penerima. Suatu pendapat menurut Gagne dalam buku Arif Sadiman
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne, 1970
dalam buku Arif Sadiman, dkk., 2005). Sementara itu Briggs berpendapat
lain dalam buku yang sama bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya
film, buku, kaset, tv dan lain-lain (Briggs, 1970 dalam buku Arif Sadiman,
dkk., 2005).
Dalam proses pembelajaran media meiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Arif Sadiman menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran adalah:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, film, gambar. c. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, misalnya menimbulkan kegairahan belajar, menimbulkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan.
(Arif Sadiman, dkk., 2005: 17)
Berdasarkan beberapa pengertian media diatas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat dilihat oleh indra yang berfungsi
sebagai perantara, sarang, alat untuk proses komunikasi atau proses belajar
2.1.3. Konsep Film sebagai Media Pembelajaran
Film adalah salah satu jenis media audio visual. Menurut Azhar Arsyad,
film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup (Azhar Arsyad, 2011:49).
Menurut Yudhi Munadi jenis-jenis film yang baik untuk konteks pembelajaran adalah:
1. Film dokumenter
Film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini menurutnya adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia.
2. Docudrama
Docudrama yaitu film dokumenter yang membutuhkan pengadeganan dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya kisah teladan para nabi dan rasul.
3. Film Dama atau semi drama
Film drama atau semi drama keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisahnyata, yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita.
(Yudhi Munadi, 2010:88)
Dalam proses pembelajaran film mempunyai fungsi yang terkait dengan
tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, psikomotor dan afektif. Dalam
hubungannya dengan tujuan kognitif film dapat digunakan untuk
mengajarkan pengenalan kembali atau perbedaan stimulasi gerak yang
relevan, seperti kecepatan objek yang bergerak, mengajarkan aturan dan
prinsip, memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi
yang menunjukkan interaksi manusia. Dalam hubungannya dengan tujuan
secara visual menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam
mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu kemudian.
Selain itu berhubungan dengan tujuan afektif, dimana film dapat
mempengaruhi emosi dan sikap seseorang.
Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dapat menarik minat anak. 2. Benar dan autentik.
3. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan. 4. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien.
5. Pebendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar. 6. Kesatuan dan squnce-nya cukup teratur.
(Oemar Hamalik, 2002: 98)
Dibandingkan dengan media yang lain film mempunyai kelebihan sebagai
berikut:
a. Penerima pesan akan memperoleh tanggapan yang lebih jelas dan tidak
mudah dilupakan, karena antara melihat dan mendengar dapat
dikombinasikan menjadi satu.
b. Dapat menikmati kejadian dalam waktu yang lama pada suatu proses
atau peristiwa tertentu.
c. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
d. Film lebih realitis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya
sesuai kebutuhan.
e. Film dapat memikat perhatian anak.
f. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
g. Film dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat
2.1.4. Konsep Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta, dimana pola
penting dari film ini adalah suatu gambaran tentang kehidupan manusia
dari berbagai aspek ekonomi, budaya, hubungan antar manusia dan film
dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia
(Heinichi dkk,1985: 212). Selain itu ada beberapa para ahli yang
mendefinisikan mengenai film dokumenter salah satunya Steve Blandford
dan Jim Hillier bahwa pembuatan film yang subjeknya adalah masyarakat,
peristiwa atau suatu situasi yang benar-benar terjadi di dunia realita dan
diluar dunia sinema.
Berdasarkan beberapa definisi pengertian film dokumenter yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter
adalah film yang dibuat berdasarkan fakta dan memang benar-benar
terjadi. Adapun beberapa keunggulan menggunakan film dokumenter
sebagai media pembelajaran adalah:
a. Film dokumenter dapat digunakan berulang kali.
b. Dapat digunakan hampir semua mata pelajaran baik dibidang IPA
ataupun IPS.
c. Peristiwa dan kejadian adalah kejadian yang sebenarnya tanpa rekayasa.
d. Penghematan biaya misalnya belajar tentang Negara Afrika Selatan,
tidak perlu kesana cukup dengan tayangan dokumenter.
e. Peserta didik dapat mengingat materi dengan baik, karena dalam film
Pokok Bahasan (film dokumenter tentang kehidupan awal manusia
purba).
Zaman batu tertua ini berlangsung kurang lebih 2500 juta tahun. Kulit
bumi masih sangat panas karena masih dalam proses pembentukan. Oleh
karena itu, pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.
Manusia Purba adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum ditemukan
tulisan atau yang disebut masa Praaksara/Masa Prasejarah. Masa Praaksara
juga disebut zaman nirleka (nir = tidak ada / leka= tulisan/aksara).
Manusia Purba memiliki volume otak yang lebih kecil dari manusia
modern. Manusia yang hidup berkelompok dan mengandalkan makanan
dari buah-buahan dan binatang. Manusia yang hidupnya masih sederhana
dengan alat-alat yang sederhana pula Kehidupan manusia purba dapat
diketahui melalui peninggalan berupa: • Fosil, merupakan sisa tulang
belulang manusia, tumbuhan, hewan yang telah membatu. • Artefak,
merupakan peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil
dari kebudayaan.
Perkembangan budaya masyarakat awal zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman
batu tua ini telah ditemukan manusia purba, seperti pitthecantrupous
erectus. Pada zaman batu tua ini kehidupan manusia masih sangat
sederhana. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah anggota 10 sampai
dengan upaya mencari binatang buruan dan perubahan musim. Dan hidup
berpindah-pindah yang disebut dengan nomaden. Mereka mengumpulkan
makanan seperti buah-buahan dari lingkungan sekitarnya, serta berburu
binatang. Mereka memanfaatkan batu, kayu, tulang, dan tanduk rusa
sebagai alat berburu yang sangat sederhana.
Manusia yang hidup pada zaman batu tua ini telah memikirkan adanya
sesuatu yang lebih besar di alam semesta. Kegiatan berpikir ini telah
menghasilkan bahasa, norma, norma kehidupan, dan pemahaman tentang
kepercayaan dan agama. Hal ini misalnya terlihat pada situs di gua-gua.
Keanekaragaman budaya di zaman ini juga menunjukkan bahwa manusia
pada zaman ini telah beradaptasi dengan daerah yang didiami. Hal ini
dibuktikan dengan penggunaan api di daerah berhawa dingin.
Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun yang lalu. Peradaban
manusia pada zaman ini dikenal dengan peradaban abris sous roache.
Pada peradaban ini, manusia tinggal di gua-gua yang tidak jauh dari sungai
atau pantai. Dimana penghuni yang tinggal di gua tersebut berdiam dalam
kurun waktu yang sangat lama, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
zaman ini sudah mulai menetap. Mereka kembali berpindah-pindah
apabila tempat tersebut bahan makanan sudah mulai berkurang. Di
gua-gua inilah membuat alat-alat berupa kapak genggam yang terbuat dari
batu-batu. Serta batu penggiling yang digunakan untuk menghaluskan cat
untuk melukiskan pengalaman-pengalaman dan harapan penghuninya di
dinding gua-gua tempat tinggal mereka (Magdalia,2003: 112).
2.1.5. Konsep Media Berbasis Visual berupa Power Point
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang
sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar
pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan
dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia
nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks
yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu
untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar reprentasi seperti gambar, lukisan
atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan
struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang
antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti table, grafik, dan
chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau
angka-angka.
2.1.6. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya, model pembelajaran kooperatif (kelompok) adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.Pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdayaakan setiap siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar.
(Sanjaya, 2006: 249-250).
A. Konsep Pembelajaran Model Group Investigation
Menurut Triyanto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial (Triyanto,
2007: 5). Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran
kooperatif. Dalam implementasi tipe pembelajaran group
investigasi, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat
dibentuk dengan pertimbangan keakraban persahabatan atau minat
yang sama dengan topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik
untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan
mempresentasikan hasil laporannya kepada seluruh kelas. Di
penghujung pertemuan sebelum siswa melakukan posttest, peneliti
memberikan penghargaan ucapan terimakasih kepada kelompok
menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama pada
pertemuan tersebut.
B. Langkah-langkah Pemanfaatan Media
Adapun langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran media film dokumenter kelas
eksperimen
a. Melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Sebelum menghidupkan film guru hendaknya mengajak siswa
agar memperhatikan dulu materi yang akan dipelajari
c. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan
d. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari film pembelajaran
yang dimanfaatkan
e. Guru memberikan lembar diskusi siswa (LDS), masing-masing
kelompok
f. Mengoperasikan media film pembelajaran sesuai dengan
petunjuk teknis
g. Guru mengamati dan memantau kegiatan siswa selama
mengikuti penayangan film pembelajaran
h. Setiap kelompok melakukan penyelidikan terhadap topik yang
telah ditentukan
i. Melakukan penyelidikan tentang kehidupan awal manusia purba
madya mesolithikum di berbagai aspek kehidupan sosial
ekonomi, sosial budaya, teknologi
j. Informasi yang diperoleh dari film tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik dalam lembar diskusi siswa
(LDS) dan dipersentasekan di depan kelas
k. Memberi penguatan dan penegasan terhadap tayangan media
film pembelajaran
l. Memutar ulang film pembelajaran untuk memberikan penguatan
m. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
hal yang kurang jelas
n. Guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja
kelas sebagai suatu keseluruhan berupa penilaian kelompok o. Membuat kesimpulan materi dari isi program film yang
dimanfaatkan
p. Memberikan tes kepada siswa untuk melihat hasil belajar siswa
setelah diberi perlakuan
q. Menguji hipotesis
r. Membahas hasil analisis tes dan hasil uji hipotesis
s. Membuat kesimpulan
Pelaksanaan Pembelajaran media power point Kelas kontrol
a. Melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Sebelum menghidupkan LCD guru hendaknya mengajak siswa
c. Mengoperasikan media LCD pembelajaran sesuai dengan
petunjuk teknis
d. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan
e. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari media pembelajaran
yang dimanfaatkan
f. Guru memberikan lembar diskusi siswa (LDS) masing-masing
kelompok
g. Guru memberikan dan memantau masing-masing kelompok
h. Setiap kelompok mencatat dan merangkum topik yang
ditentukan oleh guru ke dalam lembar diskusi siswa (LDS)
i. Kemudian setiap masing-masing kelompok mengumpulkan hasil
diskusi tersebut
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
hal yang kurang jelas
k. Guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja
kelas sebagai suatu keseluruhan berupa penilaian kelompok
l. Guru membuat kesimpulan materi yang telah dibahas
m. Memberikan tes kepada siswa untuk melihat hasil belajar siswa
setelah diberikan perlakuan n. Menguji hipotesis
o. Membahas hasil analisis tes dan hasil uji hipotesis
2.1.7. Konsep Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia
yang cinta damai.
Menurut Sapriya, Pendidikan IPS dalam sekolah adalah penyederhanaan
atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Sapriya, 2009:11). IPS
ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values).
Yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi
warga negara yang baik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat.
2.1.8. Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar,
yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai
hasil belajar IPS Sejarah. Pemberian indikator dalam pembelajaran
mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian
hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor secara proposional yang terimplementasi dalam
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan
cita-cita. Masing-masing jenis belajar tersebut dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual terdiri dari enam pokok aspek, yakni pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi. Ranah
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian , organisasi, dan internalisasi.
kemampuan bertindak. Aspek ranah psikomotor adalah gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan
ketepatan, gerakan keterampilan, gerakan ekspresif, dan interpretative.
Dalam kamus bahasa Indonesia, “hasil adalah sesuatu yang didapat dari
jerih payah”. Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu,
dan ia mendapatkannya secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia
memperoleh prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut
diperoleh dengan belajar. Menurut Suryosubroto, hasil belajar adalah
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang
dipelajari disekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau
keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian (Suryosubroto, 1997: 2).
Sedangkan menurut Sudjana, hasil belajar sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima
pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2001: 22). Hasil belajar sering
diwujudkan dalam bentuk perilaku dan perubahan pribadi seseorang
setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Horward Kingsly
dalam Sudjana hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap
dan cita-cita.
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Slameto, yaitu :
1) Faktor Intern yang terdiri dari :
a. Faktor jasmaniah yang terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologis seperti intelegensi, motivasi, kematangan, dan
kemantapan.
2) Faktor Ekstern yang terdiri dari : a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat. (Slameto, 2003: 54)
Menurut As’ad, dalam pencapaian hasil belajar yang optimal ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi, antara lain :
1. Faktor psikologi, meliputi faktor yang berhubungan dengan anak yang meliputi minat, sikap, bakat dan keterampilan dalam belajar. 2. Faktor sosiologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan
interaksi sosial baik antara sesama anak maupun orang lain.
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan anak dan kondisi anak yang meliputi waktu belajar dan waktu istirahat, perlengkapan belajar, keadaan dan kondisi
ruangan, kondisi kesehatan dan sebagainya (As’ad, 1987: 17).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai
yang menunjukkan hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengikuti
proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu baik berupa angka-angka
yang didapat setelah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk nilai (angka)
yang diperoleh dari hasil evaluasi siswa, maupun yang berbentuk
perubahan sikap dan keterampilan yang ada pada siswa
2.1.9. Konsep Sejarah
Menurut Tamburaka, sejarah adalah kejadian masa lampau yang
mengandung arti dan punya nilai ilmiah apabila peristiwa masa lampau
atau faktanya diberi ceritanya harus disusun dengan menggunakan
persyaratan ilmiah (Rustam, E Tamburaka, 1997: 2). Jadi tidak semua
peristiwa masa lampau dikatakan sejarah karena pada dasarnya yang
menjadi fokus sejarah adalah kegiatan manusia pada masa lampau.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah pada
yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi,
sosial, budaya, agama, keyakinan. Oleh karena itu dalam memahami
sejarah haruslah menggunakan pendekatan multidimensional sehingga
dalam mengkaji suatu peristiwa sejarah haruslah dilihat dari berbagai
aspek.
2.2. Kerangka Pikir
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan adalah
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model group
investigation dengan film dokumenter sebagai medianya pembelajarannya
sifat belajarnya adalah berbentuk kelompok. Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok dan film dokumenter sebagai media pembelajarannya.
Jika dikaji lebih jauh model group investigation dengan film dokumenter
sebagai medianya sangat relevan dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai, apalagi kalau dikaitkan dengan berbagai kemampuan yang harus
dikuasai siswa. Hal tersebut dapat kita katakan bahwa dalam kecakapan
berpikir cepat, siswa dituntut memiliki kecakapan menggali dan
menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil
keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain itu siswa pun
dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan
berkomunikasi dan bekerja sama. Disinilah pentingnya peranan Group
investigation. Dan dengan film dokumenter sebagai media
pembelajarannya ini dapat menarik minat siswanya, dari yang tidak
monoton, sehingga menjadi menarik dengan menggunakan media film
dokumenter.
Belajar group investigation merupakan pendekatan pembelajaran melalui
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dalam mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran ini guru
menyampaikan materi yang akan disajikan dan guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi. Setelah itu masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru ke teman kelompoknya. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya dipersiapkan dan
dipersentasikan hasil laporannya kepada seluruh kelas. Dan di penghujung
pertemuan sebelum siswa melakukan posttest, peneliti memberikan
penghargaan ucapan terimakasih kepada kelompok yang telah
melaksanakan tugasnya dengan baik dalam hal menangani aspek yang
berbeda dari topik yang sama pada pertemuan tersebut.
Dengan penggunaan metode pembelajaran Group investigation dan film
dokumenter sebagai media pembelajarannya di dalam kelas pada proses
belajar mengajar dharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS terutama sejarah menjadi lebih baik. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah film dokumenter sebagai medianya.
sebagai media pembelajarannya. Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pelajaran IPS khususnya
pelajaran Sejarah.
Kedua media pembelajaran ini akan diuji cobakan kepada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur. Sampel dalam penelitian ini terdiri
dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen akan diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan film
dokumenter sebagai medianya. Sedangkan kelas kontrol diajarkan
2.3. Paradigma
Keterangan :
Garis kegiatan Garis pengaruh
2.4. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data
yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002: 62). Sedangkan menurut
Sugiyono, hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta emperis yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012: 83)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Menggunakan model
pembelajaran film dokumenter
Menggunakan model
pembelajaran power point
Berdasarkan permasalahan, tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka
hipotesis atau pernyataan sementara yang dapat diambil adalah:
H0 : Tidak adanya pengaruh penggunaan film dokumenter tentang
kehidupan awal manusia purba sebagai media pembelajarannya
terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VII di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur.
H1 : Ada pengaruh penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal
manusia purba sebagai media pembelajarannya terhadap hasil belajar
sejarah siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur.
Ho: Tidak ada hubungan antara penggunaan media pembelajaran film
dokumenter dengan tanpa media pembelajaran film dokumenter
terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VII di SMP Negeri 1
Martapura OKU Timur.
H1 : Ada hubungan antara penggunaan media pembelajaran film
dokumenter dengan tanpa media pembelajaran film dokumenter
terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VII di SMP Negeri 1
REFERENSI
Depdiknas. 2002. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Hal. 849.
Badudu dan Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Hal. 1031.
Arif Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan Pengertian dan Pendidikannya. Jakarta : Gaung Persada Press. Hal. 70.
Ibid. Hal 17.
Azhar Asyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Hal. 49
Yudhi Munadi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta ; Gaung Persada Press. Hal. 88.
Oemar Hamalik. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hal. 98.
Magdalia Alfian. 2003. Sejarah untuk SMP. Jakarta : PT Glora Aksara Pratama. Hal. 112.
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group. Hal. 241.
Ibid. Hal. 249-250.
Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistis. Jakarta : Prestasi Belajar Publisher. Hal. 5.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya. Hal. 11.
Nana Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Hal. 22.
Slameto. 2003. Belajar dan Fakta-Fakta Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Renika Cipta. Hal. 54.
Rustam, E Tamburaka. 1997. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah dan Iptek. Jakarta :Pt. Rineka Cipta. Hal. 2.
Suharsimi Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 62.
III. Metode Penelitian
3.1. Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Syaiful dan Aswan, metode ekperimen adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, yang bertujuan untuk
mengetahui apakah sesuatu metode, prosedur, sistem, proses, alat, dan
bahan, serta model efektif dan efisien jika diterapkan di suatu tempat
(Syaiful dan Aswan, 2006:95).
Di dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment) yang diberikan
kepada kelompok-kelompok tertentu, menurut Sugiyono metode penelitian
eksperimen adalah sebuah metode yang digunakan untuk mencari
pengaruh sebuah perlakuan tertentu terhadap objek-objek yang ingin
diteliti dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012:107). Adapun
tujuan dari penelitian eksperimen yaitu untuk menyelidiki ada tidaknya
hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut
dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur pada
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.
3.3. Rancangan Penelitian
Metode penelitian eksperimen memiliki bermacam-macam jenis desain.
Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan jenis desain
penelitian dengan metode posttest-only control group design. Dalam
desain ini, Sugiyono menyatakan “bahwa terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan
(X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut
kelompok kontrol” (Sugiyono, 2012:76).
Pengaruh adanya perlakuan (treatment) disimbolkan dengan (O2:O4)dan
selanjutnya untuk melihat pengaruh perlakuan berdasarkan signifikasinya
adalah dengan analisis uji beda menggunakan statistik ttest. Jika terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
Untuk lebih jelasnya tentang desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Keterangan:
R = kelompok dipilih secara random X = perlakuan atau sesuatu yang
diujikan
O2 = hasil posttest kelas eksperimen
O4 = hasil posttest kelas kontrol
R
X
O
23.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek, subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117). Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto, populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas
VII1 sampai VII8 di SMP Negri 1 Martapura OKU Timur tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 8 kelas.
Tabel 3.1 Data populasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur tahun ajaran 2013/2014
Kelas
Jumlah
Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan
VII1 10 21 31
VII2 17 16 33
VII3 12 21 33
VII4 16 17 33
VII5 13 20 33
VII6 14 20 34
VII7 15 19 34
VII8 12 20 32
Total 109 154 263
Sumber data: Petugas TU SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur
Dari tabel di atas, diketahui jumlah siswa yang menjadi populasi dalam
penelitian ini terdiri dari 8 kelas dengan jumlah seluruh siswa 263 orang,
yang terdiri dari 109 orang siswa laki-laki dan 154 orang siswa
3.4.2. Teknik Pemilihan Sampel
Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono, “Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono,
2012: 85). Pemilihan kelas sebagai sampel dilakukan berdasarkan rata-rata
nilai ujian mid semester, dengan mengambil dua kelas yang memiliki
rata-rata nilai yang relatif sama. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal yang cukup signifikan pada kedua kelas
sampel. Setelah terpilih dua kelas sebagai sampel, satu kelas dipilih
sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII1dan kelas yang satunya dipilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII3.
3.4.3. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Suharsimi
Arikunto menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Suharsimi Arikunto, 1998: 117). Sampel
dalam penelitian ini siswa kelas VII1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan film dokumenter sebagai media pembelajarannya dan kelas
VII3 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan power point dan LCD sebagai media pembelajarannya . Penentuan nya ini dipilih secara random.
Tabel 3.2 Data sampel siswa kelas VII SMP Negeri 1 Martapura OKU timur
Kelas
Jumlah
Jumlah Siswa Laki-Laki Perempuan
VII1 10 21 31
VII3 12 21 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, variabel penelitian adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006: 96). Sedangkan menurut Sugiyono, variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di
tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu:
a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau disebut X dalam
penelitian ini variabel bebas adalah “penggunaan film dokumenter
sebagai media pembelajarannya”.
b. Variabel terikat yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang disebut
variabel Y dalam hal ini variabel terikat adalah “hasil belajar sejarah”.
3.5.2. Definisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel adalah defenisi yang akan dioperasionalkan
dan dapat diukur, setiap variabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan
tertentu berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud dan
memudahkan pengukurannya, agar setiap variabel dalam penelitian ini dapat
diukur dan diamati, maka perumusan defenisi operasional variabel tersebut
a. Penggunaan media audio visual film dokumenter merupakan suatu model
pembelajaran kooperatif. Yang berisikan materi pelajaran tentang
kebudayaan awal manusia purba yang berbentuk film.
b. Hasil belajar sejarah adalah hasil yang diperoleh siswa setelah menerima
suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam nilai setelah mengikuti tes
yang telah diselenggarakan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Soal posttest
Lembar soal posttest digunakan untuk mengambil data kemampuan
akhir siswa setelah diberi perlakuan.
2. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, yaitu suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi, 2001:85). Pada penelitian ini,
observasi yang dilakukan yaitu dengan cara proses belajar dan mengajar
pada kelas yang menjadi kelas eksperimen dan pada kelas yang menjadi
kelas kontrol.
3. Dokumentasi
Margono menyatakan bahwa cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
studi dokumenter (Margono, 2007:181). Dalam penelitian ini
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data kemampuan awal
siswa, guna tes kesamaan kemampuan awal sebelum dilakukan
perlakuan eksperimen. Dokumen yang akan dipakai adalah nilai Mid
Semester kelas VII semester genap.
4. Studi Kepustakaan
M. Nazir menyatakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhada
buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111).
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan
dengan penulisan, yaitu teori yang mendukung seperti pengertian media
pembelajaran berbasis audio-visual berupa film dokumenter, hasil
belajar, dan definisi IPS dll.
3.7. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
a. Observasi awal untuk melihat kondisi lokasi atau tempat penelitian
seperti: jumlah kelas, jumlah siswa, dan cara guru bidang studi
mengajar.
b. Menentukan populasi dan sampel.
c. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan
d. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Membuat instrumen tes penelitian.
f. Melakukan validasi instrumen.
g. Mengujicobakan instrumen.
h. Melakukan perbaikan instrumen tes.
i. Mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan melakukan kelas
eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran berbasis audio
visual berupa film dokumenter sedangakan untuk kelas kontrol dengan
menggunakan media pembelajaran visual berupa power point dan LCD
menjadi alat bantunya.
j. Menyusun soal posttest
k. Mengadakan tes pada siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu tes
formatif.
l. Menganalisis data.
m. Membuat kesimpulan.
3.8. Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa (soal test essay) Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Nomor Item
Siswa dapat
Sumber: Buku IPS SMP kelas VII yang diterbitkan oleh PT.Erlangga sebagai bahan penunjang materi.
Agar mendapatkan data yang akurat, maka instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik dan
benar. Oleh karena itu, dilakukan uji validitas, uji reliabilitas.
3.9. Uji Validatas dan Uji Reabilitas Alat Ukur 3.9.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari
suatu instrumen. Suatu intrumen dikatakan valid apabila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid itu
berarti bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Penelitian ini digunakan disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan
pembelajaran khusus (Suharsimi Arikunto 2002:144) .
∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Variabel x y : Variabel y x2 : Kuadrat dari x y2 : Kuadrat dari y
∑xy : Jumlah perkalian x dan y
n : Jumlah sampel
(Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi Arikunto, 2006:72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Selain dengan uji statistik, uji validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila
correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3
maka data merupakan construct yang kuat (valid).
3.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu kata yang berhubungan dengan arti
kepercayaan. Suatu tes yang dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas
menurut Suharsimi Arikunto adalah ketetapan suatu tes yang dapat
diteskan pada objek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini pada
dasarnya harus melihat kesejajaran hasil (Suharsimi Arikunto, 2006: 86),
evaluasi yang menunjukkan ketetapan hasil yang sama (Oemar Hamalik,
2002:158).
Suatu alat ukur itu mempunyai reliabilitas, jika hasil pengukurannya
dilakukan tidak jauh berbeda walaupun alat ukur tersebut diukur pada
situasi lain, maksudnya adalah suatu objek yang di tes atau diujikan akan
mendapat skor atau hasil yang sama bila tes uji tersebut diuji dengan alat
uji yang sama pula. Oleh karena itu untuk mengetahui alat ukur dapat
dikatakan reliabel ataupun tidak, maka sebelumnya harus dilakukan uji
coba terlebih dahulu.
Salah satu umus untuk menguji atau mengetahui reliabilitas suatu tes,
adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(
)
∑
Keterangan:
11
r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) k : banyaknya item
2b
: jumlah varians dari tiap-tiap item tes
2
t
: varians total
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
di-perlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk
mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan
SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan
Menurut Sayuti dalam Saputri, kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
a. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
b. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
c. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
d. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. e. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
(Saputri, 2010: 30)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlah
kan skor setiap nomor soal.
3.10. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analis data untuk
melakukan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif karena penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dan dengan menggunakan program
SPSS versi 17. Adapun prosedur pengolahan data sebagai berikut.
3.10.1.Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian yang
terpilih mempresentasikan populasinya, maka biasanya dilakukan uji
normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut
Sudjana (2005: 273). Langkah-langkah uji normalitasnya adalah sebagai
b. Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan
K = banyaknya pengamatan
d. Keputusan Uji
Tolak H0 jika dengan taraf = taraf nyata untuk
pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.0 dengan metode Kolmogorov – Smirnov. Dengan
ketentuan jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
3.10.2.Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan uji levene untuk mengetahui apakah data
berasal dari populasi yang homogen atau tidak.
H0 : Varians sampel homogen
Ketentuan pengambilan keputusan adalah jika nilai probabilitas atau nilai
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya.
3.10.3.Uji Hipotesis
Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk
mengetahui hasil belajar siswa dari penelitian yang telah dilakukan.
Analisis yang digunakan adalah statistic parametric ataupun statistic
nonparametric. Statistik Parametrik digunakan untuk data-data yang
memiliki sebaran normal dan homogen. Misalnya: korelasi Pearson,
Anova dan lain-lain pada program SPSS versi 17. Dengan menggunakan
uji statistik fhitung atau anova bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh
penggunaan media pembelajaran berbasis audio visual berupa film
dokumenter dengan media pembelajaran berbasis visual berupa LCD dan
power point.
Setelah data penelitian diperoleh, untuk menganalisis data dan untuk
menjawab hipotesis mengenai apakah adanya pengaruh penggunaan film
dokumenter terhadap hasil belajar siswa. Anova atau analysis of variance
(anova) adalah tergolong analisis kompratif lebih dari dua varibel atau
lebih dari dua rata-rata. Tujuannya ialah untuk membandingkan lebih dari
dua rata-rata. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi artinya
data sampel dianggap dapat mewakili populasi.
Anova lebih dikenal dengan Uji – F (Fisher Test), sedangkan arti variansi
atau varians itu asal usulnya dari pengertian konsep “Mean Square” atau
Dimana :
JK = Jumlah Kuadrat (some of square) dk = Derajad Kebebasan (degree of freedom)
Menghitung nilai anova atau Fhitung dengan rumus :
Varians dalam group dapat disebut varians vesalahan (varians galat). Lebih
lanjut dapat dirumuskan :
∑ ∑
∑
∑ ∑ ∑
∑
N = Jumlah Keseluruhan sampel (jumlah kasus dalam penelitian)
REFERENSI
Syaiful dan Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hal.95.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal. 107.
Ibid. Hal. 76.
Ibid. Hal. 117.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 130.
Sugiyono. Op Cit. Hal. 85.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 117.
Suharsimi Arikunto. Op Cit. Hal. 96.
Sugiyono. Op Cit. Hal. 38.
Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hal.85.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal.181.
M. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 111.
Suharsimi Arikunto. Op Cit. Hal. 72.
Suharsimi Arikunto. Op Cit. Hal. 86.
Oemar Hamalik. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hal. 158.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal manusia purba masa
prasejaraha terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas
VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur, diperoleh beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Penggunaan media film dokumenter berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar sejarah siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Martapura OKU
Timur.
2. Metode eksperimen dengan penggunaan media film dokumenter
berpengaruh terhadap hasil belajar dan memiliki rata – rata nilai post
test sebesar 82,42 sedangkan kelas kontrol dengan penggunaan media
power point memiliki rata – rata nilai post test sebesar 71,06.
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyatakan bahwa pengaruh
penggunaan film dokumenter tentang kehidupan awal manusia purba masa
prasejaraha terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas
VII di SMP Negeri 1 Martapura OKU Timur. Model pembelajaran film
dokumenter sebagai medianya sangat baik dan dapat dipergunakan pada