• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELARUTAN FOSFOR DARI BATUAN FOSFAT DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELARUTAN FOSFOR DARI BATUAN FOSFAT DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PHOSPORUS DISSOLUTION FROM ROCK PHOSPHATE BY USING INDUSTRIAL WASTE WATER OF TOFU

ABSTRACT

Koko Pujianto

Fertilizer is an essential requirement to support agricultural production. Most farmers prefer to use subsidized fertilizer than fertilizer which is not subsidized by the Government. On the other hand, the Government needs to do the rationing fertilizer subsidy in each region. This leads to the shortage of subsidized inorganic fertilizers in some location limited. Development of alternative fertilizers with raw materials locally available can be a reliable solution. By utilizing locally-based raw materials, the production of fertilizer and transport cost will be lower so that farmers will be helped to get fertilizer at affordable cost. One example of fertilizer raw materials are locally available phosphate fertilizer.

The purpose of this research is to study the effect of the waste tofu variable addition in the solubility of the phosphate raw material phosphate rock.

(2)
(3)

PELARUTAN FOSFOR DARI BATUAN FOSFAT DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU

ABSTRAK

Oleh :

Koko Pujianto

Pupuk merupakan kebutuhan utama dalam menunjang produksi pertanian. Kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk bersubsidi dibandingkan dengan pupuk yang tidak disubsidi oleh Pemerintah. Di sisi lain, Pemerintah perlu melakukan penjatahan pupuk subsidi di tiap-tiap daerah. Hal ini menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk-pupuk anorganik bersubsidi dikarenakan jumlahnya yang belum sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan pupuk-pupuk alternatif dengan bahan baku yang tersedia secara lokal dapat menjadi solusi yang dapat diandalkan. Dengan memanfaatkan bahan baku berbasis lokal, maka harga produksi pupuk dan transportasi menjadi lebih rendah sehingga petani akan tertolong untuk mendapatkan pupuk dengan harga yang terjangkau. Salah satu contoh pupuk yang bahan bakunya tersedia secara lokal adalah pupuk fosfat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh variabel

penambahan limbah tahu terhadap kelarutan fosfat dari bahan baku batuan fosfat. Metode perendaman yang digunakan adalah perendaman batuan fosfat

(4)

Hasil penelitian menunjukan bahwa pH terendah diperoleh dari air limbah tahu yang telah tercampur asam cuka yaitu sebesar 3,71. Hasil analisis kadar P terlarut batua fosfat, pada perlakuan satu kali perendaman dapat di ketahui bahwa terjadi peningkatan P terlarut sejak hari pertama perendaman. Rata-rata

peningkatan P terlarut sebesar ± 35%. Dari analisis yang telah dilakukan, nilai P terlarut yang di peroleh masih sangat kecil di bandingkan dengan kandungan P total yang ada. Hal ini dikarenakan pH Limbah Cair Industri Tahu setelah

perendaman mengalami peningkatan.Upaya untuk meningkatkan kadar P terlarut batuan fosfat, dilakukan dengan cara menambah pengulangan rendaman.

(5)
(6)

PELARUTAN FOSFOR DARI BATUAN FOSFAT DENGAN

MENGGUNAKAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU

(Skripsi)

Oleh

KOKO PUJIANTO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan proses pembuatan pupuk fosfat ... 18

2. Diagram neraca masa proses pembuatan tahu. ... 21

3. Bagan proses pembuatan tahu ... 21

4. Bahan – bahan penelitian ... 26

5. Diagram alir pelaksanaan pengukuran pH air limbah tahu ... 27

6. Skema perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman ... 28

7. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman ... 29

8. Skema perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan pengulangan perendaman ... 30

9. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan pengulangan perendaman ... 31

10. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan dengan perlakuan volume limbah yang berbeda .... 32

11. Pengaruh lama perendaman terhadap P terlarut batuan fosfat ... 37

12. Pengaruh perlakuan pengulangan perendaman terhadap P terlarut ... 40

13. Pengaruh volume perendaman terhadap P terlarut pada batuan fosfat ... 42

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Status Kebutuhan Pupuk di Indonesia ... 5

B. Ketergantungan kepada pupuk anorganik ... 7

C. Pupuk organik sebagai alternatif ... 8

D. Batuan fosfat ... 10

E. Pupuk Fosfat ... 13

F. Proses pembuatan pupuk fosfat ... 15

G. Proses Pembuatan tahu ... 19

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Karakterisasi Limbah Cair Industri Tahu. ... 34

B. Pengaruh Limbah Cair Industri Tahu Terhadap P Terlarut ... 35

1. Perendaman Batuan Fosfat Menggunakan Limbah Cair Industri Tahu dengan Satu Kali Perendaman. ... 36

2. Perendaman Batuan Fosfat Menggunakan Limbah Cair Industri Tahu dengan Ulangan Perendaman. ... 39

3. Perendaman Batuan Fosfat Mengunakan Limbah Cair Industri Tahu dengan Perlakuan Volume Perendaman yang Berbeda. .. 41

C. Pengukuran Kadar Air Batuan Fosfat ... 44

D. Pengaruh Limbah Cair Industri Tahu terhadap Reduksi Ukuran Partikel Batuan fosfat ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi Pupuk Indonesia (ton/tahun) ... 6

2. Konsumsi Pupuk di Pasar Indonesia (ton/tahun) ... 6

3. Kebutuhan Pupuk Fosfat (SP-36) Tahun 2011 - 2015 ... 7

4. Perkiraan kebutuhan air pada pengolahan tahu dari 3 kg kedelai ... 23

5. Derajat keasaman (pH) limbah cair indusrti tahu ... 35

6. Analisis kandungan P tersedia dan P total batuan fosfat dan limbah cair tahu ... 36

7. Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap P terlarut batuan fosfat dengan satu kali perendaman ... 37

8. Derajat keasaman (pH) limbah perendaman batuan fosfat dengan satu kali perendaman ... 38

9. Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap P terlarut batuan fosfat dengan beberapa kali ulangan perendaman ... 39

10. Derajat keasaman (pH) limbah perendaman batuan fosfat dengan 2 kali perendaman ... 40

11. Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap P terlarut pada batuan fosfat dengan perlakuan volume limbah yang berbeda ... 41

12. Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap P terlarut pada limbah cair tahu dengan perlakuan volume limbah yang berbeda ... 42

13. Derajat keasaman (pH) limbah perendaman batuan fosfat dengan perlakuan volume limbah yang berbeda ... 44

(11)
(12)
(13)

MOTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang

(14)
(15)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah pemelihara alam semesta. Semoga rahmat dan salam tetap terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada keluarganya serta para sahabatnya. Saya persembahkan karya ini untuk:

Bapak dan Ibu tercint yang dengan sabar dan penuh cinta membesarkan, mendidik, berkorban, member semangat dan

senantiasa berdo’a untuk keberhasilanku

Kakak dan adik-adikku yang selalu membuatku bersemangat untuk menuju keberhasilan

Para pendidik yang saya hormati

Teman-teman yang selalu memberikan dukungan serta motivasinya

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 6 Agustus 1988, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mujiono dan Ibu Ramini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 03 Margodadi, Kec. Ambarawa, Kab. Pringsewu pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP N 3 Pringsewu pada tahun 2003, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA N 2 Pringsewu pada tahun 2006. Penulis masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB pada tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan

Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATEKTAN) periode 2009/2010, Forum Studi Islam (FOSI) periode 2009/2010, Bina Rohani Mahasiswa (BIROHMAH) periode 2010/2011. Dalam bidang Akademik penulis aktif sebagai Asisten Dosen untuk MK Menggambar Teknik (2009/2010).Pada bulan Juli-Agustus 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Parung Farm, Parung, Bogor, jawa Barat dengan judul “Mempelajari Sistem Irigasi Hidroponik Pada Tanaman Bayam

(17)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alloh SAW karena berkat nikmat

kesehatan dan segala kemudaan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Pelarutan Fosfor dari Batuan

fosfat dengan Menggunakan Air Limbah Industri Tahu”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.sc.,selaku pembimbing I sekaligus pembimbing akademik serta selaku Ketua Program studi Teknik Pertanian, Universitas Lampung atas bimbingan dan masukan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir.Nugroho Haryono, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis.

3. Bapak Ir.Oktafri, M.S., selaku pembahas atas kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Staf dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung, yang sudah banyak membantu penulis.

(18)

moril materil, serta cinta dan kasih sayang yang tak terbatas bagi keberhasilan penulis.

7. Panitia seleksi PKM Universitas Lampung dan tim yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulismenyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, seluruh civitas akademika Teknik Pertanian, dan semua pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas dari kontribusi dan peranansarana produksi, antara lain pupuk. Selama ini untuk mendukung pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura, pemerintah menyediakan dana untuk subsidi pupuk

tunggal (urea, SP-36, ZA, dan KCl). Namun dengan memburuknya situasi perekonomian di Indonesia, Pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan penghapusan subsidi pupuk secara bertahap. Akibat langsung yang dihadapi petani adalah melonjaknya harga pupuk secara tidak terkendali dan terjadinya kelangkaan pupuk pada awal musim tanam. (Suriadikarta, Setyorini dan Hartatik, 2004).

(20)

2

Salah satu contoh pupuk yang bahan bakunya tersedia secara lokal adalah pupuk fosfat. Unsur fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang esensial bagi tanaman di samping unsur nitrogen dan kalium. Peranan fosfor yang terpenting bagi tanaman adalah membantu perkembangan perakaran, mengatur pembungaan dan pembuahan (Aksi Agraris Kanisius, 2007).

Provinsi Lampung memiliki lokasi tambang batuan fosfat yang berpotensi sangat besar untuk digunakan sebagai bahan baku produksi pupuk fosfat. Pemberian batuan fosfat alam dapat meningkatkan kandungan P tersedia tanah dan P total (Maryanto dan Ismangil, 2010). Pada tanah masam, unsur hara (Fosfat) yang diberikan ( batuan fosfat alam) pada tanaman berada dalam bentuk ikatan kimia yang tidak dapat diserap langsung oleh tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman kekurangan fosfat (Deden, Alfredi dan Eviyati, 2011)

Industri pembuatan pupuk fosfat biasanya menggunakan asam sulfat untuk meningkatkan daya larut fosfat pada batuan fosfat. Asam sulfat yang digunakan pada proses ini dapat diperoleh dari proses kontak ataupun proses kamar timbal, namun yang sering digunakan adalah asam sulfat yang berasal dari proses kontak, karena asam sulfat yang dihasilkan lebih pekat sehingga memudahkan

(21)

3

Limbah industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu-tempe cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, air limbah industri tahu-tempe merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potersial (BPPT, 1997).

Rendahnya pH air limbah industri tahu ini disebabkan oleh penggunaan asam cuka, selain sebagai dampak dari perombakan bahan organik di dalam air limbah. Di dalam proses pembuatan tahu, air cuka digunakan untuk menggumpalkan protein dari kedele yang kemudian menjadi tahu. Jika sifat asam air limbah industri tahu dapat dimanfaatkan untuk melarutkan fosfat dari serbuk batuan fosfat sebagai pengganti asam sulfat, maka hal ini akan menghasilkan dua keuntungan yaitu: membantu pengadaan pupuk fosfat dan mengurangi pencemaran lingkungan.

B. Tujuan Penelitian

(22)

4

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berupa pupuk fosfat padat yg diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan pembuatan pupuk fosfat dari bahan-bahan baku alternatif yang tersedia secara lokal sehingga produk yang dihasilkan berpotensi berharga lebih murah.

D. Hipotesis

 Air limbah industri tahu dapat meningkatkan kelarutan fosfat dari Batuan fosfat.

(23)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Kebutuhan Pupuk di Indonesia

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon pertumbuhan yaitu untuk membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, sejumlah material suplemen dapat

ditambahkan ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan (Anonim, 2014).

(24)

6

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), produksi pupuk Fosfat/SP-36 di Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani, baik di bidang pangan, serealia, kabi, hortikultura, kebun raya, maupun bidang peternakan. Sebagai contoh, produksi pupuk fosfat / SP-36 Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 521,486 ton. Sedangkan, konsumsi pupuk fosfat / SP-36 di pasar Indonesia pada tahun yang sama adalah sebesar 858,719 ton (APPI, 2014).

Tabel 1. Produksi Pupuk Indonesia (ton/tahun)

APPI, 2014

Tabel 2. Konsumsi Pupuk di Pasar Indonesia (ton/tahun)

Konsumsi Tahun

Pupuk 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1.UREA 6,311,313 5,829,691 6,391,069 6,596,708 6,495,161 6,536,504

2.SP-36 801,542 594,960 714,747 634,883 723,177 858,719

3.ZA 746,892 774,172 936,161 739,198 969,344 1,051,281

4. NPK 732,599 1,175,027 1,666,517 1,804,413 2,124,474 2,478,399

5. ZK (K2SO4) - - - - - -

5. Organik - 69,329 244,460 235,455 386,063 742,198

APPI,2014

Prediksi kebutuhan pupuk fosfat/SP-36 oleh Departemen Pertanian RI tahun 2015 masih mengalami kenaikan yaitu berkisar 300 ribu ton yaitu sebesar 4.355.919 ton.Rata-rata kenaikan kebutuhan pupuk fosfat/SP-36 lima tahun terakhir (2011-2015) sebesar 7,6%.

Produksi Tahun

pupuk 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. Urea 5,865,856 6,213,292 6,874,630 6,721,947 6,743,422 6,907,237

2. SP-36 660,653 478,829 742,986 636,207 441,223 521,486 3. ZA/AS 652,486 692,604 767,837 792,917 816,377 812,123 4. NPK 760,444 1,239,994 1,838,485 1,853,172 2,213,491 2,893,868 5. ZK

(25)

7

Tabel 3. Kebutuhan Pupuk Fosfat (SP-36) Tahun 2011 - 2015

File:Perkiraan Kebutuhan pupuk 2011 - 2015 - Deptan - Deprin 080806

B. Ketergantungan kepada pupuk anorganik

Pupuk dalam arti luas adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Istilah pupuk biasanya berhubungan dengan pupuk buatan. Pupuk tidak berisi hara tanaman dalam bentuk unsur tunggal seperti nitrogen, fosfor, atau

kalium; tetapi unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk campuran yang memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diadsorbsi tanaman (Foth, 1991).

Sebagian besar petani di Indonesia ternyata masih banyak yang mengandalkan pupuk anorganik (Urea dan TSP). Alasan mereka didasarkan kepada

penggunaannya yang praktis dan hasil panen yang memuaskan. Setiap musim tanam petani pasti menambahkan pupuk anorganik, terus dan terus. Pada

akhirnya, unsure dalam pupuk anorganik ini akan terakumulasi dalam tanah dan menyebabkan kekurangan unsur hara.

Kebutuhan

1. Pangan 2.358.990 2.466.232 2.578.497 2.696.031 2.819.084 2. Serealia 1.480.778 1.540.009 1.601.609 1.665.674 1.732.300 3. Kabi 120.418 125.235 130.244 135.454 140.872 4. Hortikultura 757.794 800.988 846.644 894.903 945.912 5. Kebun Rakyat 1.046.448 1.151.093 1.266.202 1.392.822 1.532.104

6. Peternakan 3.892 4.087 4.291 4.506 4.731 Jumlah Pupuk

(26)

8

Dalam kenyataannya, tanah yang sering diberi pupuk anorganik, lama kelamaan akan menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan beberapa kesulitan,

diantaranya tanah menjadi sulit diolah dan pertumbuhan tanaman terganggu. Permasalahan tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika kita memperlakukan tanah dengan baik (Etdijarwanto, 2014).

Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah diikat oleh molekul2 kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan tanah / daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus-menerus menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian.

Masalah lain adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40-60% saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off).

Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman (Simalango, 2009).

C. Pupuk organik sebagai alternatif

(27)

9

biologi tanah. Secara fisik, kompos bisa menggemburkan tanah; memperbaiki aerasi dan drainase; meningkatkan pengikatan antar-partikel dan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan longsor; mengurangi tercucinya nitrogen terlarut; serta memperbaiki daya olah tanah. Keunggulan pupuk organik di bandingkan dengan pupuk anorganik adalah sebagai berikut.

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap.

2. Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur. 3. Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi.

4. Beberapa tanaman yang di pupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit/hama.

5. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

6. Memiliki “residual effect” yang positif. Artinya pengaruh positif dari pupuk

organik terhadap tanaman yang ditanam pada musim berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan dan produktivitasnya masih bagus (Asrul, 2009). Menurut Roidah (2013) Kelebihan pertanian organik bagi petani sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan sistem pertanian organik, maka keseimbangan tanah dapat terjaga karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia, tetapi menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman.

(28)

10

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan menjamin kesehatan produk pertanian yang akan menaikkan jumlah yang ingin dibayar terhadap komoditi tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 4. Tanpa penggunaan pupuk dan pestisida dapat menghemat biaya

operasional. Selain itu pengolahan tanah secara organik, misalnya pengolahan tanah secara minimum juga dapat mengurangi biaya operasional.

D. Batuan fosfat

Batuan fosfat merupakan sumber anorganik dari fosfor (P), salah satu nutrisi agronomi yang bersama dengan nitrogen (N) dan potassium (kalium/K) sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa proses yang dipengaruhi oleh fosfor adalah pembentukan protein, perkembangan akar, mempercepat kematangan biji, meningkatkan produk biji-bijian dan umbi-umbian, serta memperkuat batang tanaman. Kekurangan fosfor mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, akar sangat sedikit, daun menguning sebelum waktunya dan secara keseluruhan pertumbuhan akan terhambat. Kekurangan P merupakan hal biasa pada tanah tropis disamping kekurangan kalsium (Ca), keasaman tanah tinggi, keracunan Al. Sehingga, jika tidak cepat diatasi tanah akan menjadi tandus.

(29)

11

mineral pembawa fosfat, antara lain endapan fosfat sedimen marin, magmatik, metamorfik, fosfat biogenik dan endapan fosfat karena pelapukan. Masing-masing jenis endapan fosfat dicirikan oleh sifat mineralogi, kimia dan struktur yang berbeda, sehingga kecepatan reaksi batuan terhadap tanahpun berbeda. Reaktivitas terbaik adalah batuan fosfat sedimen marin. Disamping itu, endapan fosfat marin ini pada umumnya terbentuk sebagai endapan yang ekonomis, sehingga hampir seluruh pupuk fosfat di dunia berasal dari sumber daya Batuan fosfat marin. Pengembangan batuan fosfat untuk pupuk rata-rata 75% berasal dari endapan sedimenter atau batuan fosfat marin, 12-20% dari batuan beku dan endapan residu, dan hanya 1-2% dari sumber daya biogenik (fosfat guano). Hampir semua jenis sumber daya batuan fosfat terdiri dari berbagai bentuk

mineral apatit. Selain apatit, telah dikenal lebih dari 200 jenis mineral fosfat yang telah diketahui, akan tetapi kurang popular dan kurang bernilai ekonomis.

Beberapa kelompok mineral fosfat primer di antaranya adalah:

 Fluor-apatit (Ca10(PO4)6F2) terdapat di lingkungan batuan magmatik dan metamorf, termasuk karbonatit dan mika-piroksenit.

 Hidroksi-apatit (Ca10(PO4)6(OH)2), terdapat pada lingkungan batuan metamorf dan batuan beku, tetapi juga dalam endapan biogenik, misalnya endapan tulang.

(30)

12

 Frankolit (Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-z(CO3)zF0-4zF2) merupakan apatit yang tersubstitusi oleh karbonat, terutama terjadi pada lingkungan marin, dan sedikit sekali sebagai hasil pelapukan, misalnya dari karbonatit.

 Kelompok krandalit, variskit, dan strengit yang merupakan Fe- dan Al-fosfat yang ditemukan pada lingkungan sekunder pelapukan.

Endapan fosfat yang ditemukan di Indonesia adalah fosfat guano, yang terbentuk dari tumpukan sekresi (kotoran) burung atau kelelawar yang larut oleh air (hujan) atau air tanah. Kemudian, endapan ini meresap ke dalam tubuh batu gamping, bereaksi dengan kalsit untuk membentuk hidroksil fluorapatit atau

Ca5(PO4)3(OH,F) dalam rekahan atau menyusup di antara perlapisan batu

gamping, maupun terendapkan di dasar batu gamping. Endapan fosfat umumnya terdapat secara terbatas dalam gua-gua gamping, terutama di Pegunungan Selatan Jawa, Gresik, Cepu dan Pati, serta di Pulau Madura.

(31)

13

sumber dayanya hanya 2% dari seluruh sumber daya fosfat yang ada. Fosfat guano yang bernilai komersial di dunia baru diketahui di Pulau Christmast dan Pulau Nauru. Produksi fosfat Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan domestik, sehingga produsen pupuk harus mengimpor fosfat dari beberapa negara produsen fosfat, seperti USA, Maroko, dan Cina (Wahyudi, 2008).

E. Pupuk Fosfat

Unsur fosfat merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat esensial bagi tanaman disamping unsur nitrogen, kalium dan sulfur. Fosfot sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan dan pembuahan sehingga fosfor-lah yang yang menentukan tepatnya pembuahan dan begitu pula yang berhubungan dengan mutu buah (Aksi Agraris Kanisius, 2007).

(32)

14

Superfostat adalah campuran antara monocalsium, monohidrat, dan gipsum yang dibuat dengan mereaksikan asam sultat dengan batuan apatit ( batuan fostat ). Superfosfat merupakan pupuk yang telah dihasilkan sejak pertengahan tahun 1800. Bahan baku superfostat adalah batuan fostat (Ca3(PO4)CaF2), dimana batuan fostat ini merupaka sumber penghasil senyawa foster yang digunakan sebagai bahan penting untuk pembuatan pupuk superfosfat.

Asal mula penggunaan senyawa fostat dimulai sekitar tahun 1669 setelah penelitian seorang ahli kimia Jerman yang bernama Brand. Penemuannya memperkenalkan kegunaan senyawa fosfat sebagai pupuk. Hingga pada pertengahan abad XIX, sumber utama fosfat didapatkan dari tulang belulang. Namun hal ini sungguh tidak mungkin untuk diteruskan, mengingat adanya kesulitan dalam hal penyediaan sumber fosfat yang sangat terbatas. Pada tahun 1842, negara Inggris mengeluarkan ketetapan mengenai hak paten bagi Jhon A. Lawes untuk mengolah abu tulang dengan asam sulfat . Hak paten inilah yang menjadi dasar berdirinya industri pupuk. Perkembangan selanjutnya terjadi cukup pesat yakni dengan ditemukannya banyak tambang fosfat di Inggris, Amerika, Rusia dan Perancis.

(33)

15

Ada beberpa macam superfosfat, antara lain:

 Normal Superfosfat ( OSP = Ordinary SuperPHosfat )

Normal superfosfat (OSP) dapat dihasilkan dari reaksi stokiometri antara batu fosfat (Ca5 (PO4)3F2) dengan asam sulfat (H2SO4) dan penambahan air (H2O).

 Double Superfosfat ( DSP = Double SuperpHosfpat )

Double Superfosfat adalah suatu fosfat yang tidak mengandung gips (tidak terbentuk gips pada akhir proses). Disebut double karena kadar P2O5 jauh lebih besar dari kadar superfosfat yang normal, 42- 45% P2O5. Double Superfosfat diperoleh melalui reaksi antara batu fosfat dengan asam fosfat dan air.

 Triple Superfosfat (TSP = Triple SuperpHospHat)

Triple Superfosfat dibuat dengan mengasamkan Batuan fosfat oleh asam fosfat. Triple superfosfat mengandung P2O5 berkisar 46-50%. Dalam triple superfosfat ini tidak berbentuk gips (CaSO4) (Sinaga, 2004).

F. Proses pembuatan pupuk fosfat

(34)

16

Reaksi utama lebih tepat dituliskan sebagai berikut :

CaF3.3Ca3( PO4)2 +7H2SO4+3H2O 3CaH4( PO4)2 .H2O+2 HF +7CaSO4

Langkah-langkah pembuatan Superfosfat 1. Persiapan bahan fostat

Sumber fosfat umumnya diperoleh dari Batuan fosfat. Batuan fosfat ini tidak dapat digunakan langsung sebagai pupuk karena sifat daya larutnya yang terlalu kecil dalam air. Batuan fosfat harus diubah menjadi

senyawa fosfat yang larut dalam air, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Batuan fosfat ini dimasukkan ke deism reaktor dalam ukuran yang sangat kecil (berbentuk butiran-butiran halus ), tidak berupa abu, untuk menghindari terhembus atau terbawa oleh gas lain.

2. Pencampuran dengan asam sulfat

Asam sulfat yang digunakan pada proses ini dapat diperoleh dan proses kontak ataupun proses kamar timbal, namun yang sering digunakan

(35)

17

adalah asam sulfat yang berasal dan prose kontak, karena asam sulfat yang dihasilkan lebih pekat sehingga memudahkan pencampuran dengan Batuan fosfat.

3. Pembentukan superfosfat

Secara lengkap proses pembentukan superfostat dapat dijelaskan sebagai berikut :

Mula-mula Batuan fosfat dari tangki penyimpanan di bawa ke surge hopper, dimana dalam alat ini Batuan fosfat dihancurkan (dihaluskan) sampai ukuran partikelnya kurang dari 100 mesh. Lalu partikel-partikel batuan fostat yang telah dihaluskan tersebut lalu dibawa ke weight feeder dengan menggunakan mastering screw.

Dari weight feeder, sejumlah tertentu partikel partikel Batuan fosfat dimasukkan kedalam cone mixer dan bersamaan dengan itu juga dimasukkan asam sulfat 93% dan sejumlah tertentu air. Lalu campuran itu tersebut dipanaskan sampai terjadi reaksi pembentukan superfosfat. Superfosfat yang terbentuk bersamaan dengan hasil-hasil samping dari reaksinya dialirkan melalui slat conveyor.

(36)

18

Sedangkan superfosfat yang telah padat dihancurkan menjadi butiran-butiran halus dengan memakai desintegrator, lalu butiran-butiran (berupa superfosfat ) tersebut dibawa ke tangki penyimpanan dengan memakai conveyor (Sinaga, 2004). Skema proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan proses pembuatan pupuk fosfat Dipanaskan sampai terjadi

reaksi pembentukan

Superfosfat yang terbentuk bersamaan dengan hasil-hasil samping

Asam sultat, fluor dan gas-gas hasil reaksi Disimpan dalam slat conveyor hingga

mengendap menjadi padatan

Dihancurkan menjadi butiran-butiran halus dengan memakai desintegrator

Pemisahan endapan superfosfat

Dihaluskan dalam surge hopper

Partikel batuan fosfat berukuran <100 mesh Persiapan

bahan fosfat

Disimpan ke weight feeder dengan menggunakan mastering

(37)

19

G. Proses Pembuatan tahu

Industri tahu di indonesia berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun di sisi lain industri ini menghasilkan limbah cair yang

berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk memprosesnya, yaitu untuk proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit,

pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan. Secara umum skema proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar 2.

Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian mahluk hidup dalam air termasuk mikro organisme

(jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biolosis air, oleh karna itu penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu dilakukan (Husin, 2008).

Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Cara penggumpalan susu kedelai umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan penggumpal berupa asam. Bahan penggumpal yang biasa digunakan adalah asam cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4nH2O) dan larutan bibit tahu (larutan perasan tahu yang telah diendapkan satu malam).

Secara umum tahapan proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut :  Kedelai yang telah dipilih dibersihkan dan disortasi. Pembersihan

(38)

20

 Perendaman dalam air bersih agar kedelai dapat mengembang dan cukup lunak untuk digiling. Lama perendaman berkisar 4 - 10 jam.

 Pencucian dengan air bersih. Jumlah air yang digunakan tergantung pada besarnya atau jumlah kedelai yang digunakan.

 Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dengan mesin giling. Untuk memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang sebanding dengan jumlah kedelai.

 Pemasakan kedelai dilakukan di atas tungku dan dididihkan selama 5 menit. Selama pemasakan ini dijaga agar tidak berbuih, dengan cara menambahkan air dan diaduk.

 Penyaringan bubur kedelai dilakukan dengan kain penyaring. Ampas yang diperoleh diperas dan dibilas dengan air hangat. Jumlah ampas basah kurang lebih 70% sampai 90% dari bobot kering kedelai.  Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam,

pada suhu 50oC, kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan besar. Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali.

 Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-anginkan.

(39)

21

Gambar 2. Diagram neraca masa proses pembuatan tahu.

Gambar 3. Bagan proses pembuatan tahu Kedelai 60 Kg

Air untuk perendaman Air limbah

Susu kedelai

Ditambah larutan pengendap (asam cuka) sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan

Campuran padatan tahu dan cairan

(40)

22

H. Limbah Cair Industri Tahu

Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran

lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis industrinya. Contohnya adalah industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 – 5.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu (Nurman, 2007)

(41)

23

Tabel 4. Perkiraan kebutuhan air pada pengolahan tahu dari 3 kg kedelai

Tahap Proses Kebutuhan Air (Liter)

 Pencucian 10

 Perendaman 12

 Penggilingan 3

 Pemasakan 30

 Pencucian ampas 50

 Perebusan 20

Jumlah 135

Sumber : Nuraida (1985)

Beberapa karakteristik Limbah Cair Industri Tahu yang penting antara lain :  Padatan Tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam

air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka akan semakin keruh.

 Biochemical Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat

 organik secara biologis di dalam limbah cair. Limbah Cair Industri Tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang tinggi.

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi

(42)

24

sehingga tumbuhan air, ikan-ikan, dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.

 Nitrogen-Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organik campuran senyawa kompleksantara lain asam-asam amino, gula amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, Total terdiri dari N-organik, N-amino, nitrat, dan nitrit. Nitrogen organik dan nitrogen amino dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode Kjeldahl, sehingga lebih lanjut kosentrasi total keduanya dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawa-senyawa N-Total adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonveksi menjadi amonium (NH4+) melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah (MetCalf dan Eddy, 2003 dalam Husin, 2008).

Menurut Kaswinarni (2007) Karakteristik air buangan yang dihasilkan berbeda karena berasal dari proses yang berbeda. Karakteristik buangan industry tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan kimia.

(43)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2012 di Laboratorium Teknik Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan Laboratorium Poli Teknik Negeri Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

(44)

26

a. Limbah tahu b. Batuan fosfat

Gambar 1. Bahan – bahan penelitian

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dibagi menjadi dua tahapan sebagai berikut.

1. Tahap pengukuran pH air limbah industri tahu. Tahap ini digunakan untuk mengetahui karakterisasi air limbah industri tahu dari empat sumber yang berbeda. Sumber air limbah yang di gunakan pada penelitian ini adalah air bekas cucian kedelai, air perendaman kedelai, air bekas perebusan kedelai (belum tercampur dengan asam cuka), dan air limbah yang sudah menjadi larutan asam cuka.

(45)

27

mengetahui lama waktu (hari) yang diperlukan untuk menurunkan pH limbah cair tahu sampai titik terendah. Diagram alir pelaksanaan penelitian kadar pH, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 2. Diagram alir pelaksanaan pengukuran pH air limbah tahu

2. Tahap perendaman batuan fosfat dengan limbah cair industri tahu. Tahap ini digunakan untuk mencari metode yang tepat pada proses pelarutan batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu. Bahan baku batuan fosfat yang di gunakan dalam penelitian dihaluskan terlebih dahulu, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 100 dan 200. Serbuk batuan fosfat yang

Tidak (pH) diamati & diukur

(46)

28

digunakan adalah partikel yang lolos saring antara mesh 100 dan mesh 200 (100>x>200)serta partikel yang lolos saring mesh 200 (x<200). Metode perendaman yang digunakan yaitu :

a. Perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman. Tujuan dari metode perendaman ini adalah untuk

mengetahui pengaruh lama waktu terhadap kelarutan fosfat pada batuan fosfat. Prosedur yang dilakukan pada metode ini adalah menyiapkan 10 gelas beaker ukuran 250 ml. Masing-masing gelas di isi dengan serbuk batuan fosfat sebanyak 50 gram dan air limbah tahu dari percobaan tahap 1 (pH terendah) sampai kondisi jenuh (± 40 ml). Setiap satu hari sekali, satu gelas sampel rendaman batuan fosfat diambil kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 0C selama ± 24 jam dan dianalisis kadar fosfat terlarutnya. Skema dan

diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman ditunjukan pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 3. Skema perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman

(47)

29

Gambar 4. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan satu kali perendaman

b. Perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan pengulangan perendaman. Pengulangan perendaman yang di lakukan pada tahap ini adalah 2 kali, 4 kali, 6 kali, 8 kali dan 10 kali

pengulangan. Tujuan pengulangan perendaman ini adalah untuk meningkatkan persentase maksimum kandungan fosfat dalam serbuk batuan fosfat yang dapat dilarutkan oleh limbah cair tahu.

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Masing-masing sampel direndam dengan 40 ml air limbah tahu

Sepuluh gelas beaker ukuran 250 ml masing-masing diisi dengan 50 gram serbuk batuan fosfat

Sampel habis / gelas ke-10

Setiap satu hari sekali, satu sampel dikeringkan menggunakan oven dengan

suhu 105oCselama 1 hari kemudian dianalisis kadar fosfat terlarutnya

Selesai Pencatatan data

hasil analisis

Tidak

(48)

30

Penelitian pada metode ini dilakukan dengan cara menyiapkan lima gelas beaker ukuran 250 ml. Masing-masing gelas di isi dengan serbuk batuan fosfat sebanyak 50 gram dan air limbah tahu dari percobaan tahap 1 (pH terendah) sampai kondisi jenuh (± 40 ml) kemudian didiamkan selama satu hari. Masing-masing rendaman batuan fosfat dikeringkan dengan oven pada suhu 105 0C selama ± 24 jam. Sampel dengan perlakuan 2 kali ulangan perendaman mendapatkan perlakuan 2 kali perendaman dan 2 kali pengeringan kemudian sampel baru dianalisis kadar fosfatnya. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sampel dengan 4, 6, 8 dan 10 kali pengulangan perendaman. Kadar fosfat terlarut maksimum dapat diketahui ketika kurva mulai mendatar. Dengan demikian kapasitas air limbah tahu dalam melarutkan fosfat terlarut dalam serbuk batuan fosfat dapat diketahui. Skema dan diagram alir pelaksanaan penelitian dengan pengulangan perendaman dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 5. Skema perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan pengulangan perendaman

(49)

31

Gambar 6. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan pengulangan perendaman

c. Perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan perlakuan volume limbah yang berbeda.Tahap Pengukuran dengan

penambahan volume air limbah industri tahu, digunakan untuk mengetahui persentase maksimum air limbah industri tahu dapat melarutkan fosfat terlarut dalam serbuk batuan fosfat. Sampel serbuk batuan fosfat dipisahkan dalam

Ya

Tidak Masing-masing sampel direndam dengan

40 ml air limbah tahu selama satu hari

Sampel dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 105oCselama satu hari

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Lima gelas beaker ukuran 250 ml masing-masing diisi dengan 50 gram serbuk batuan fosfat

Satu gelas sampel dianalisis kadar fosfat terlarutnya

Sampel direndam kembali dengan 40 ml air limbah tahu selama satu hari kemudian di oven

dengan suhu 105oCselama satu hari

(50)

32

tiga buah gelas beaker, kemudian direndam dengan air limbah yang sudah didapat dengan perbandingan volume masing-masing sampel yaitu 80 ml, 160 ml, dan 240 ml selama sehari. Masing-masing sampel diambil dan dipisahkan antara endapan dengan larutan sisa rendamannya, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama ± 24 jam dan dianalisis kadar fosfat terlarutnya dalam endapan dan larutan sisa rendaman. Diagram alir pelaksanaan penelitian perbandingan volume dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 7. Diagram alir perendaman batuan fosfat menggunakan limbah cair industri tahu dengan dengan perlakuan volume limbah yang berbeda

Masing-masing sampel disaring

Mulai

50 gram serbuk batuan fosfat direndam dg 240 ml

air limbah tahu ± 24 jam Persiapan alat dan bahan

50 gram serbuk batuan fosfat direndam dg 120 ml air limbah ± 24 jam

50 gram serbuk batuan fosfat direndam dg 360 ml

air limbah tahu ± 24 jam pada suhu 105oCselama satu hari

Selesai Pencatatan data

(51)

33

D. Pengamatan

Variabel utama yang akan diukur dalam penelitian ini adalah P total dan P terlarut (dalam asam sitrat dan air) dari masing-masing unit percobaan dan kontrol. Variabel fisik yang diamati adalah reduksi ukuran partikel Batuan fosfat. Reduksi ukuran partikel diukur dengan peningkatan jumlah berat yang lolos dari saringan mesh 125. Variabel pendukung yang diukur adalah pH larutan.

E. Analisis Data

(52)

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Limbah cair industri tahu yang paling cocok untuk perendaman pada

proses pelarutan fosfat dari batuan fosfat adalah limbah yang telah tercampur asam cuka dengan pH 3,71.

2. Perendaman batuan fosfat dengan limbah cair industri tahu berpengaruh negatif terhadap kadar P terlarut yang terkandung di dalam limbah cair industri tahu.

3. Perendaman batuan fosfat dengan limbah cair industri tahu berpengaruh positif terhadap kadar P terlarut yang terkandung di dalam batuan fosfat.

4. Perendaman batuan fosfat dengan limbah cair industri tahu

berpengaruh positif terhadap reduksi ukuran partikel Batuan fosfat. B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini sebadai berikut :

(53)

50

2. Perlu di lakukan penelitian lanjutan terutama pada metode perendaman dengan perlakuan volume yang berbeda sehingga tidak terjadi

(54)

51

DAFTAR PUSTAKA

Aini, S.N. 2014. Pengaruh Perbandingan Campuran Limbah Cair Tahu dengan Asam Sulfat Serta Lama Inkubasi Dalam Proses Asidulasi Batuan Fosfat

terhadap Fosfat Larut. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

http://digilib.unila.ac.id.

Aksi Agraris Kanisius. 2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 217 hlm.

Anonim. 2014. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk.

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI). 2014. Fertilizer Production Year

2001-2010. http://www.appi.or.id

Asrul. 2009. Apa Keunggulan Pupuk Organik dibanding Anorganik. rul_12vii09.pupukorganikindonesia_lingkungan.

BPPT. 1997. Tenologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter

Anaerob dan Aerob. http://www.enviro.bppt.go.id/~Kel-1 Lap. Kegiatan,

Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair, BPPT. Budi, F. S. dan A. Purbasari. 2009. Pembuatan Pupuk Fosfat dari Batuan Fosfat

Alam secara Acidulasi. Teknik, Vol. 30 No.2 Tahun 2009 : 93-97.

httpeprints.undip.ac.id202501FALEH.pdf.

Deden, Alfandi dan R. Eviyati. 2011. Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat dan Batuan Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merill) Varietas Kaba. Jurnal Agrijati Vol.18 No.1, Desember 2011: 98-125. http://e-journal.unswagati

crb.ac.id/cover/cover%20volum%2018%20desember%202011.pdf. Etdijarwanto. 2014. Pupuk Organik Dibanding Anorganik.

http://etdijarwanto.blogspot.com.

Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasat Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 782 hlm.

(55)

52

Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Menggunakan

Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bad. Universitas Suamatra Utara.

Medan. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4407/1/047022001.pdf? origin=publication_detail.

Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri

Tahu.e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/LONTAR/article/viewFile/435/391.

Maryanto, J. dan Ismangil. 2010. Pengaruh Pupuk Hayati dan Batuan Fosfat Alam terhadap Ketersediaan Fosfor dan Pertumbuhan Stroberi pada Tanah

Andisol. J.Hort. Indonesia 1(2): 66-73, Agustus 2010.

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jhi/article/view/4086.

MetCalf &Eddy. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse, 4th ed. 25 hlm baidp24seven.in/reference/Ch_1WastewaterEngineering4thed_byMetcalfan dEddy.pdf.

Nuraida. 1985. Analisis kebutuhan kebutuhan air pada industri pengolahan tahu

dan kedelai. dalam Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu

Dengan Menggunakan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bad.

Universitas Sumatra Utara. Medan. Nurman. 2007. Karakteristik Limbah Tahu.

http://nurman20.wordpress.com/2007/07/26/karakteristik-limbah-tahu.

Roidah, I.S., 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah

Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo Vol.1 No.1 Tahun 2013: 30-42 http://jurnal-unita.org/index.php/bonorowo/article/view/5/5.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono, 20011. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 215 hlm.

Simalango, E. 2009.Dampak Pupuk Kimia

http://eriantosimalango.wordpress.com/2009/06/03/dampak-pupuk-kimia. Sinaga, M.S. 2004. Pembuatan Superfospat Dari Sulfida. Universitas Suamatra

Utara. Medan tkimia-mesri.

http://prepository.usu.ac.idbitstream12345678913311tkimia-mesri.pdf. Sudiardika, D.A., D. Setyorini dan W. Hartatik. 2004. Uji Mutu dan Efektivitas

Pupuk Alternatif Anorganik. Balai Penelitian Tanah : Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. 59 hlm. Wahyudi, W. 2008. Batuan fosfat.

Gambar

Tabel 2. Konsumsi Pupuk di Pasar Indonesia (ton/tahun)
Tabel 3. Kebutuhan Pupuk Fosfat (SP-36) Tahun 2011 - 2015
Gambar 1. Bagan proses pembuatan pupuk fosfat
Gambar 2. Diagram neraca masa proses pembuatan tahu.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berfokus pada determinan risiko sistematis berupa rasio-rasio keuangan dan melihat pengaruhnya terhadap risiko sistematis yang

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, &amp; PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN &amp; PENERBITAN PERIZINAN &amp; NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin Usaha Perkebunan

Secara absolut dapat dilihat bahwa investasi pada industri kimia bergerak sangat pesat dimana pengeluaran investasi tersebut sejak tahun 2001 selalu tertanam sekitar diatas 30

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar mempertahankan konsistensinya dalam usaha untuk meningkatkan kualitas layanan , operator harus lebih keep in

Sedangkan dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah faktor-faktor penyebab konflik kebijakan dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 dimana

Crane Leadder Diesel Hammer PC Sheet Pile Stock PC Sheet Pile Crane Leadder Diesel Hammer PC Sheet Pile Stock PC Sheet Pile PEMASANGAN BEKISTING TIANG PANCANG LIFTING JACK

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu dan jangka waktu pemanasan terhadap kadar protein yang terkandung dalam sarang burung walet.. Desain penelitian adalah

Hasil dari penelitian pada kantor pos cabang Wonogiri kota dengan menggunakan QFD, didapatkan 25 atribut pelayanan jasa yang diinginkan oleh pelanggan dan diterjemahkan ke