• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Penyebab Konflik Dalam Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Penyebab Konflik Dalam Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2013"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

ANDRIALIUS FERAERA

Pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 telah mengalami kemunduran sebanyak tiga kali. Hal ini dikarenakan adanya konflik kebijakan antara KPU dan Gubernur Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik dan menjelaskan dampak konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013. Teori yang digunakan adalah teori penyebab konflik dan teori dampak konflik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif dan teknik analisis data dengan teknik triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penyebab konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 adalah faktor kepercayaan, faktor kepentingan, komunikasi dan faktor legal formal. Sementara itu dampak yang terjadi adalah pertama munculnya ide-ide baru dan meningkatkan kualitas keputusan pelaksanaan Pilgub Lampung. Kedua menyebabkan tekanan yang dialami oleh pihak yang berkonflik. Ketiga pertukaran gaya partisipasi menjadi gaya otoritatif. Keempat, Ketidakpastian Hukum. Kelima, konflik membentuk terbentuk blok atau kelompok-kelompok baru.

(2)

ABSTRACT

FACTORS AS THE CAUSE OF CONFLICT IN GOVERNOR ELECTION OF LAMPUNG IN 2013

By

ANDRIALIUS FERAERA

Governor election of Lampung in 2013 has declined as much as three times. This is caused by policy conflicts between KPU of Lampung and the Governor of Lampung. This research was intended to found out factors behind the conflict and explained the effect of the conflict in its implementation of the governor election of Lampung. Theories used in this research was conflict cause theory and conflict impact theory. This research was considered as qualitative research in descriptive. Based on research done, it can be inferred that the factors as the cause of conflict in the election of Lampung governor were trust issue, conflict of interest, communication, and legality-formality factors. Meanwhile, the impact occurred was appearance of new ideas and improving the quality of decision taken in Lampung governor election in 2013. The second was the pressure suffered by society involved in conflict. The third, conflict created a different style of participation such as authoritative style between both sides of participant. Forth, legal uncertainty in society. The last, the conflict create separatism movement in new groups.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kota Baru Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23 Juni 1992, anak ketiga dari tiga bersaudara, buah cinta dari Bapak Anwar, S.P. dan Ibu Atma Dewi.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kota Baru, Kecamatan Padang Ratu diselasaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kecamatan Padang Ratu Pada Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kartikatama Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.

(8)

MOTO

Janganlah kita membenci sesama manusia karena boleh jadi ialah penolong saat kita kesulitan

”.

Berangakat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan istiqomah dalam

menghadapi cobaan karena Allah selalu bersama kita

.

(9)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahnda tercinta Anwar,S,P., Ibunda yang aku sayangi Atma Dewi , sebagai tanda terima

kasih dan baktiku. Aku tau banyak yang telah kalian korbankan demi anakmu, inilah kado

kecil yang dapat ku persembahkan untuk sedikit menghibur hati yang telah banyak ku

susahkan.

Ngah Meri, Uwo Ria, Kaka SIti, Udo Asmadi dan Sahabatku Black, terima kasih karena

selalu mendukungku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Ya Allah terima kasih atas sengala yang telah terlewati

Hamba yakin semua Yang Terjadi tidak ada yang kebetulan.

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidah-Nya skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Konflik Dalam Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Tahun 2013” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Ismono Hadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

(11)

skripsi ini.

6.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang

diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, mba Nurma (pengawas ruang baca) yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

8. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahnda Anwar, S.P. terimakasih telah menjadi ayah terbaik bagi anaknya, yang selalu mendukung apapun yang terjadi, memberikan motivasi, yang selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Ibunda Atma Dewi, terimakasih telah menjadi ibu yang baik, yang tak pernah marah dengan anaknya dan yang selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang hebat. 9. Untuk Kakak ku Atrisia Meriastuti dan Meri Wiliandari, Amd. Keb yang

selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil. Amanah kalian kepadaku untuk bisa membahagiakan orang tua akan selalu ku jaga. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalani hidup dan dapat membahagiakan orang tua.

(12)

Maulana dan Dita Purnama. Kita harus yakin bahwa kita bisa.

12.Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2010, semangat ya sahabat-sahabat semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin. Ingat bahwa yang bisa merubah nasib kita hanya diri kita sendiri.

13.Teman-teman seperjuangan yang tergabung di Grup Sekumpulan Manusia Kompak (SEMPAK): Prananda Genta, Antarizky, Rangga Giri, Ryan Maulana, Komang Jaka, Ali Wirawan, Prasaputra Sanjaya, Dicky Rinaldi, Riendi Ferdian, Dani Setiawan, Aris Gunawansyah, Budi Setya Aji teruslah berkarya untuk merubah bangsa.

14.Temen-temen Grupo Aroz Capoeira Lampung: Pak ketua Mestre Dasril, Mestre Dany, Mestre Reno, Mestre Ferry dkk yang telah sama-sama membangun fisik supaya kuat jasmani. Obrigado, Axe Capoeira Lampung, “Salve”.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 01 Oktober 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Konflik Politik ... 16

1. Pengertian Konflik Politik ... 16

2. Teori Penyebab Konflik ... 17

3. Tipe-Tipe Konflik ... 21

4. Struktur Konflik ... 22

5. Manajemen Konflik ... 22

6. Solusi Konflik ... 24

7. Konflik Sebagai Proses Politik ... 26

8. Persepsi Terhadap Konflik ... 26

9. Dampak Konflik... 27

B.Pemilihan Kepala Daerah ... 28

C.Penganggaran Pemilu Kepala Daerah ... 29

D.Komisi Pemilihan Umum ... 30

E. Peran Gubernur Dalam Pemilihan Kepala Daerah ... 33

F. Peran Partai Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah ... 33

G.Badan Pengawas Pemilu ... 35

H.Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah ... 36

D.Teknik Pengumpulan Data ... 53

(14)

A. Gambaran Umum ... 58

1. Sejarah Singkat Konflik Dalam Pemilihan Gubernur Lampung ... 58

2. Gambaran Konflik Dalam Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2013 ... 61

3. Gambaran Objek Penelitian ... 63

B. Hasil Dan Pembahasan ... 65

1.Analisis Data Penyebab Konflik ... 70

2.Analisis Data Dampak Konflik ... 91

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Simpulan ... 108

B. Saran ... 110

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Provinsi dan Kabupaten atau Kota yang Pemilihan Kepala

Daerahnya Dipercepat ke Tahun 2013 ... 3 Tabel 2 Daftar Nama Pasangan Bakal Calon Gubernur Lampung ... 7 Tabel 3 Pandangan Lama dan Baru Terhadap Konflik ... 27 Tabel 4.Hasil Penelitian tentang Faktor Penyebab Konflik Dalam

Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2013 ... 65

Tabel 5 Hasil Penelitian Tentang Dampak Konflik Dalam Pelaksanaan

Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2013 ... 68 Tabel 6.Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara Lampiran 2 Foto Wawancara

(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan semangat desentralisasi dimana desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 7 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Atas dasar tersebut maka sejak tahun 2005 pemilu kepala daerah dilaksanakan secara langsung. Daerah yang pertama kali melakukan pemilihan kepala daerah secara langsung adalah Kutai Kartanegara pada bulan Juni 2005 (Suharizal, 2011: 4)

(18)

Dengan adanya pemilihan secara langsung dapat memberikan perubahan yang lebih baik. Menurut Ari Dwipanya dalam Suharizal (2011: 38) pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung, pertama menawarkan sejumlah manfaat dan sekaligus harapan bagi pertumbuhan, pendalaman dan demokrasi lokal. Kedua, pilkada langsung memungkinkan dapat memunculkan secara lebih besar persaingan kandidat yang bersaing serta memungkinkan masing-masing kandidat berkompetisi dalam ruang yang lebih terbuka dibandingkan ketertutupan yang sering terjadi dalam demokrasi perwakilan (Suharizal, 2011: 38).

Lebih lanjut Ari Dwipanya dalam Suharizal (2011: 38) menyatakan pilkada langsung bisa memberikan sejumlah harapan pada upaya pengembalian kompetisi yang tidak sehat. Sistem pilkada langsung akan memberikan peluang bagi warga negara untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Terakhir, pilkada langsung memberikan harapan untuk mendapatkan sosok pemimpin yang aspiratif, kompeten, legitimate dan kepala daerah yang terpilih memiliki perimbangan kekuatan antara kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sehingga akan meminimalisasi penyalahgunaan kekuasaan (Suharizal, 2011: 38).

(19)

pelaksanaan pemilihan kepala daerahnya ke tahun 2013. Berikut adalah provinsi dan kabupaten atau kota yang harus melaksanakan pemilihan kepala daerah pada tahun 2013.

Tabel 1: Daftar Provinsi dan Kabupaten atau Kota yang Pemilihan Kepala Daerahnya Dipercepat ke Tahun 2013

No Provinsi dan Kabupaten atau Kota Akhir Masa Jabatan

1 Propinsi Lampung 02-06-2014

2 Provinsi Jawa Timur 12-02-2014

3 Kabupaten Ogan Komering Ilir 15-01-2014

4 Kota Probolinggo 28-01-2014

5 Kabupaten Padang Lawas 10-02-2014

6 Kabupaten Biak Numfor 07-01-2014

7 Kabupaten Polewali Mandar 07-01-2014

8 Kabupaten Tegal 08-01-2014

9 Kabupaten Magelang 12-01-2014

10 Kabupaten Kolaka 14-01-2014

11 Kabupaten Garut 23-01-2014

12 Kabupaten Pidie jaya 02-02-2014

13 Kabupaten Sanggau 05-02-2014

14 Kabupaten Rote Ndao 09-02-2014

15 Kabupaten Wajo 09-02-2014

16 Kabupaten Manggarai timur 14-02-2014

17 Kabupaten Belu 17-02-2014

18 Kabupaten Kubu Raya 17-02-2014

19 Kota Padang 18-02-2014

20 Kabupaten Langkat 20-02-2014

21 Kabupaten Luwu 23-02-2014

22 Kota Tarakan 02-03-2014

23 Kabupaten Kerinci 04-03-2014

24 Kabupaten Timor Tengah Selatan 06-03-2014

25 Kabupaten Alor 15-03-2014

26 Kabupaten Tabalong 17-03-2014

27 Kota Tegal 23-03-2014

28 Kabupaten Lampung Utara 25-03-2014

29 Kabupaten Kupang 25-03-2014

30 Kota Kediri 02-04-2014

31 Kabupaten Ciamis 06-04-2014

32 Kabupaten Ende 07-04-2014

(20)

34 Kabupaten Tapanuli Utara 08-04-2014

35 Kabupaten Pontianak 13-04-2014

36 Kabupaten Lombok Barat 23-04-2014

37 Kabupaten Pinrang 24-04-2014

38 Kota Madiun 29-04-2014

39 Kota Subulussalam 05-05-2014

40 Kota Makassar 08-05-2014

41 Kabupaten Kep. Talaud 19-07-2014

42 Kab Deli Serdang 04-07-2014

43 Kab Dairi 20-04-2014

Sumber: Diolah dari http://otda.kemendagri.go.id/otda/Pilkada-2013.pdf, diakses pada 24 Januari 2014.

Pembahasan tentang pemilihan Gubernur Lampung telah dimulai sejak tahun 2012 dimana hal ini bermula dari terbitnya Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Lampung Nomor 75/Kpts/KPU-Prov-008/2012 tanggal 11 September 2012 tentang penetapan hari pemungutan suara pemilihan gubernur tahun 2013. Surat keputusan tersebut menegaskan bahwa pemilihan Gubernur Lampung putaran pertama akan dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013 dan putaran kedua disiapkan pada tanggal 4 Desember 2013 (http://www.KPU-lampungprov.go.id/SK_TAHAPAN.pdf, diakses pada 24 Januari 2014). Akan tetapi sampai pada tanggal 2 Oktober 2013 pemilihan Gubernur Lampung tidak dapat dilaksanakan.

(21)

calon gubernur (http://lampung.tribunnews.com/ surat-amalsyah-ke-kpu-lampung, diakses pada 24 Januari 2014). Keputusan ini juga masih belum disetujui oleh Gubernur Lampung sehingga pemilihan Gubernur Lampung pun kembali mundur untuk waktu yang belum ditentukan.

Komisi Pemilihan Umum Lampung kemudian menyusun kembali jadwal pemilihan Gubernur Lampung dan akhirnya memutuskan pemilihan Gubernur Lampung akan dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2014 dan penetapan pemenang pilkada pada tanggal 12 Maret 2014. Jika ada gugatan sengketa pilkada maka penetapan pemenang pilkada akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2014 sampai dengan tanggal 1 April 2014 mengingat masa jabatan Gubernur Lampung akan habis pada bulan Juni 2014. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Lampung Nomor 55/Kpts/KPU-Prov-008/2013 tanggal 2 Desember 2013 (http://lampung.tribunnews.com/surat-amalsyah-ke-kpu-lampung, diakses pada 24 Januari 2014).

(22)

Selain berdasar pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 270/2305/SJ tanggal 6 Mei 2013, Komisi Pemilihan Umum Lampung juga berdasar pada Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 86 ayat 1 dalam hal menetapkan jadwal pemilihan gubernur. Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 86 ayat 1 menyatakan bahwa pemungutan suara, pemilihan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa jabatan kepala daerah berakhir (http://regional.kompas.com/read/2013/12/02/16571/about.html, diakses pada 05 Mei 2014). Atas dasar inilah KPU Lampung bersikukuh untuk melaksanakan pemilihan gubernur sebelum masa jabatan Gubernur Lampung habis pada bulan Juni 2014.

Di sisi lain, Gubernur Lampung tetap ingin melaksanakan pemilihan gubernur pada tahun 2015 mengingat tidak adanya anggaran untuk pemilihan gubernur jika pemilihan gubernur ingin dilaksanakan pada tahun 2013 (www.radarlampung. co.id./read/berita-utama/anggaran-pilgub-rp0, diakses pada 03 Mei 2014). Gubernur Lampung tidak memasukan dana pemilihan gubernur pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Lampung tahun 2013 meskipun, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 2 disebutkan bahwa pengaturan mengenai pola pendanaan bersama pilkada sebagaimana dimaksud pada ayat 1 difasilitasi oleh gubernur dan ditetapkan dengan peraturan gubernur.

(23)

pernyataan Gubernur Lampung dalam harian online Republika mengatakan “Saya menginginkan pemilihan Gubernur Lampung dimundurkan ke tahun 2015. Jika dimajukan maka saya masih menjabat sehingga bisa melakukan intervensi untuk mendukung salah satu calon gubernur yang saya jagokan” (http://www.republika. co.id/gubernur-minta-pilkada-diundur-2015, diakses pada 25 Januari 2014).

Demokrasi bukanlah sistem politik atau kekuasaan yang menjelma seperti festival individualisme dan proseduralisme belaka, melainkan sangat mengutamakan partisipasi aktif seluruh masyarakatnya, karena cita-cita demokrasi adalah membangun kesejahteraan umum (Donny Gahral, 2010: 23). Untuk itu, tidaklah baik kalau sampai polemik ini dibiarkan berkepanjangan dan berakibat pada meningkatnya kekecewaan masyarakat pada sistem demokrasi yang sedang berlangsung di Provinsi Lampung. Jika dilihat ke belakang Komisi Pemilihan Umum Lampung telah melakukan verifikasi bakal calon gubernur pertama kali pada bulan Juli 2013. Berikut daftar bakal calon Gubernur Lampung yang akan bertarung dalam pemilihan Gubernur Lampung hasil verifikasi bulan Juli 2013.

Tabel 2. Daftar Nama Pasangan Bakal Calon Gubernur Lampung

No Nama Pasangan Calon Partai Pendukung 1 M. Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri Demokrat

2 Berlian Tihang dan Mukhlis Basri PDI P , PPP, PKB 3 M. Alzier Dianis Thabranie dan Lukman

Hakim

Golkar, Hanura

4 Herman HN dan Zainuddin Hasan PAN dan Koalisi Partai Non Parlemen

5 Amalsyah Tarmidzi dan Gunadi Ibrahim Pasangan calon perseorangan

(24)

Waktu pelaksanaan pemilihan gubernur yang belum jelas, tetapi tidak mengurangi sosialisasi oleh para pasangan bakal calon gubernur yang gencar dilakukan. Sosialisasi yang sering dilakukan seperti dengan pemasangan baliho, banner dan spanduk. Pemasangan baliho dan spanduk yang berisikan foto pasangan dan slogan berisi janji dan harapan bertebaran di seluruh sudut kota sampai ke perdesaan. Hal ini seperti yang dilansir harian online Republika edisi 27 Agustus 2013 menyatakan:

“Penyelenggaraan pemilihan Gubernur Lampung periode 2014-2019 belum jelas kapan digelar, namun baliho, spanduk, dan banner, pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur kian marak bertebaran di wilayah Lampung. Pemasangan baliho kandidat kian marak di tengah kota termasuk di wilayah kabupaten. Para cagub gencar mensosialisasikan diri lewat media-media seperti pohon, dinding rumah, bahkan kotak sampah, dan benda bergerak seperti mobil angkot dan bus” (http://www.republika. co.id/-pilgub-belum-jelas-baliho-betebaran, diakses pada 24 Januari 2014).

Jika pemilihan gubernur dilakukan pada tahun 2015 maka akan ditunjuk seorang caretaker untuk menggantikan posisi Gubernur Lampung. Dengan ditunjuknya

seorang caretaker maka masyarakat akan dirugikan terutama dalam hal pembangunan Provinsi Lampung. Pengamat politik H.S Tisnanta dalam harian online Radar Lampung edisi 8 November 2013, ia menjelaskan “Warga Lampung akan dirugikan dengan ditunjuknya caretaker sebab, seorang carteker tidak dapat mengambil kebijakan strategis. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang akan digunakan adalah APBD tahun sebelumnya, sehingga posisi Lampung akan stagnan” (http://www.radarlampung.co.id/read/politika/pilgub-simalakama, diakses pada 25 Januari 2014).

(25)

sampai ditunjuk seorang carteker gubernur. Pengamat politik Dedi Hermawan juga memberikan analisis jika pemerintah pusat menunjuk seorang carteker gubernur, maka akan timbul dampak yang tidak baik terhadap citra demokrasi Provinsi Lampung di kancah nasional (http://www.radarlampung.co.id/read/ politika/pilgub-simala-kama, diakses pada 25 Januari 2014).

Melihat kemelut ini masyarakat pun menjadi tidak peduli akan pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung. Jika untuk memilih pemimpinnya saja harus melalui proses yang tidak jelas maka bagaimana dengan kesejahteraan mereka. Hal ini seperti yang dilansir oleh harian online Republika edisi Kamis, 5 Desember 2013, dijelaskan bahwa “Pendapat yang dikumpulkan Kamis (5/12), sebagian warga sudah tidak peduli lagi soal pemilukada di Lampung digelar cepat atau lambat. Masyarakat hanya ingin kesejahteraannya meningkat, fasilitas umum baik, transportasi tersedia, dan anak-anak dapat sekolah” (http://www.republika. co.id/berita/13/12/5/warga-sudah-tidak-peduli-pemilukada-lampung, diakses pada 25 Januari 2014).

(26)

Anggota Komisi Pemilihan Umum Lampung Handi Mulyaningsih menyampaikan pada harian online Lampung Post edisi Kamis 18 Juli 2013 bahwa “KPU Lampung mengajak seluruh masyarakat Lampung untuk tidak golput dalam pelaksanaan pilgub Lampung dan pemilu legislatif 9 april 2014 KPU akan mengerahkan segala upaya untuk menekan angka golput ini” (http://www.

lampost.co/berita/KPU-tekan-angka-golput, diakses pada 25 Januari 2014).

Selain akan berdampak bagi tingkat kepercayaan kepada masyarakat Lampung konflik ini juga berdampak bagi pasangan bakal calon gubernur. Bakal calon Gubernur Lampung akan mengalami kerugian finansial yang sangat besar atas sosialisasi yang telah mereka lakukan jika pemilihan gubernur tidak segera dilakukan. Sebagai salah satu buktinya media online di Lampung Infosatu.com edisi Selasa 17 september 2013 memberitakan bahwa:

“Seluruh media di Lampung juga dikonsolidasikan untuk membuat opini dalam setiap pemberitaannya agar masyarakat Lampung mendukung pelaksanaan pilgub di 2013 mengingat biaya yang sudah dikeluarkan oleh Sugar Grup untuk pemenangan Ridho mulai dari membeli perahu partai, iklan kampanye, jasa konsultan politik+lembaga survei pendampingan, pembagian sembako, jalan sehat dan acara wayangan keliling bersama Ki Entus di seluruh kecamatan sudah mencapai Rp 500 milyar” (http://www. infosatu.com/sugar-grup-dan-pwi-di-balik-pencalonan-ridho, diakses pada 25 Januari 2014).

(27)

Dari pemaparan masalah di atas maka dalam penelitian ini akan diteliti mengenai faktor-faktor apa yang menyebabkan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 mengalami penundaan. Khususnya konflik kebijakan antara Komisi Pemilihan Umum Lampung dengan Gubernur Lampung dalam hal penetapan pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung. Hasil dari penelitian ini juga akan menunjukkan bagaimana dampak konflik ini bagi masyarakat Lampung.

Ada beberapa penelitian lain berupa skripsi dan jurnal mengenai konflik dalam proses pemilihan kepala daerah. Tetapi, penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut meskipun sama-sama penelitian konflik dalam proses pemilihan kepala daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:

1. Skripsi Elina Betin tahun 2007 dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Konflik Internal Partai Demokrat Dalam Proses Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah Di Kota Bandar Lampung” Skripsi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Lampung.

(28)

Kedua, teori yang digunakan dalam skripsi Elina Betin adalah teori penyebab konflik dari Inu Kencana. Inu Kencana dalam Betin (2007: 27) menjelaskan konflik disebabkan oleh perbedaan individu, perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok dan perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat (Betin, 2007: 27). Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori penyebab konflik dari Fisher, dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori kebutuhan manusia.

Ketiga, metode penelitian yang digunakan dalam skripsi Elina Betin dan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Akan tetapi teknik pengumpulan data dalam skripsi Elina Betin adalah dengan observasi, wawancara dan penelitian pustaka sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan wawancara dan penelitian pustaka.

2. Tulisan Darmawan tahun 2010 dengan judul “Bentuk Resolusi Konflik Dalam Pilkada”, Jurnal Politika, volume 1.

(29)

Gubernur Lampung tahun 2013 dimana objek yang diteliti adalah Gubernur Lampung dengan Komisi Pemilihan Umum Lampung.

Kedua, teori yang digunakan dalam tulisan Darmawan adalah teori resolusi konflik menurut Harjana dalam Darmawan (2010: 6) adalah competiting dan dominating, collaborating dan confronting, compromising dan negotiating,

avoiding, accommodating dan obliging. Sedangkan dalam penelitian ini teori

yang digunakan adalah teori penyebab konflik dari Fisher, dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori kebutuhan manusia. Ketiga, metode penelitian yang digunakan dalam tulisan Darmawan adalah dengan kualitatif sedangkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

3. Tulisan Tsani Khoirur Rizal tahun 2013 dengan judul “Konflik Pilkada Dalam Era Demokrasi” Jurnal Universitas Negeri Yogyakrata.

(30)

Kedua, teori yang digunakan dalam tulisan Tsani Khoirur Rizal adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Khoirur Rizal, 2013: 5). Sedangkan dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori penyebab konflik dari Fisher, dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan teori kebutuhan manusia.

Ketiga, metode penelitian yang digunakan dalam tulisan Tsani Koirur Rizal adalah dengan deskriptif evaluatif terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Khoirur Rizal, 2013: 6). Sedangkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut apa yang menyebabkan terjadinya konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor penyebab konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013.

2. Bagaimana dampak konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 ?

C. Tujuan Penelitian

(31)

2. Menjelaskan dampak konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1.1. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang teori konflik dalam menetapkan jadwal pemilihan gubernur, serta dampaknya.

2. Manfaat Praktis

2.1. Hasil penelitian dapat memperbaiki peraturan tentang pemilihan kepala daerah yang ada.

2.2. Hasil penelitian dapat memperbaiki kebijakan mengenai pendanaan pilkada.

2.3. Sebagai motivasi bagi masyarakat dan pemerintah setempat untuk mencoba merubah tatanan politik yang buruk menjadi politik yang lebih beretika dan bermartabat serta mampu membangun resolusi konflik. 2.4. Memberikan sumbangsih pemikiran bagaimana menjadi masyarakat

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik Politik

1. Pengertian Konflik Politik

Konflik merupakan suatu keadaan dari seseorang atau kelompok yang memiliki perbedaan dalam memandang suatu hal dan diwujudkan dalam perilaku yang tidak atau kurang sejalan dengan pihak lain yang terlibat di dalamnya ketika akan mencapai tujuan tertentu. Hal ini diperkuat oleh Ramlan Surbakti (1992: 149) menyatakan konflik mengandung pengertian “benturan”, seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah. Konflik merupakan upaya mendapatkan dan atau mempertahankan nilai-nilai.

(33)

2. Teori Penyebab Konflik

Sebuah masalah yang timbul tentunya ada penyebab mengapa masalah itu terjadi, begitu juga dengan konflik. Konflik muncul sebagai akibat adanya perbedaan dan benturan kepentingan yang saling berhadapan. Fisher, dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) menjelaskan tentang berbagai teori penyebab konflik.

2.1Teori Hubungan Masyarakat

Bahwa konflik yang terjadi lebih disebabkan polarisasi, ketidakpercayaan dan fragmentasi sosial, serta ketidakpercayaan dan permusuhan yang terus terjadi di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda atau majemuk. Teori ini membantu menjelaskan adanya kemajemukan dan ketegangan sosial yang sudah barang tentu terjadi karena perbedaan dan pertentangan kepentingan, prinsip dan kehendak yang ada (Sahih Gatara dan Dzulkiah Said, 2011: 183).

(34)

2.2Teori Negosiasi Prinsip

Konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras serta perbedaan pandangan tentang konflik antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Negosiasi adalah upaya mencapai mufakat antara dua belah pihak atau lebih yang ingin mengambil keputusan bersama dan untuk mencapai kemufakatan (Sahih Gatara dan Dzulkiah Said, 2011: 183).

Pihak yang paling terlibat adalah dalam konteks penelitian ini objek yang diteliti adalah Komisi Pemilihan Umum Lampung dengan Gubernur Lampung. Dengan memahami ini diharapkan membantu pihak-pihak yang mengalami konflik dapat memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan mendorong mereka yang berkonflik untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak (Sahih Gatara dan Dzulkiah Said, 2011: 183).

2.3Teori Kebutuhan Manusia

(35)

Dzulkiah Said, 2011: 183). Menurut Maslow dalam Lianto (2010: 27) membagi kebutuhan dasar manusia menjadi:

2.3.1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Tak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lainnya (Lianto, 2010: 27).

2.3.2. Kebutuhan Rasa Aman

(36)

2.3.3. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya (Lianto, 2010: 29).

2.3.4. Kebutuhan Penghargaan

Menurut Maslow dalam Lianto (2010: 30) membedakan kebutuhan penghargaan menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Pertama, (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan atau kemerdekaan. Kedua, (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, pengakuan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik (Lianto, 2010: 30).

2.3.5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

(37)

sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki.

Selain berdasarkan teori, Hidayat dalam Wahyudi (2009: 144) menjelaskan secara sederhana bahwa konflik disebabkan oleh pertama, adanya latar belakang sosial politik, ekonomi dan budaya yang berbeda. Kedua, adanya pemikiran yang menimbulkan ketidaksepahaman antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, adanya sikap tidak simpatik terhadap suatu pihak. Keempat, adanya rasa tidak puas terhadap lingkungan organisasi, rasa tidak senang, dan lain-lain, sementara tidak dapat berbuat apa-apa dan apabila harus meningggalkan kelompok berarti harus menanggung resiko yang tidak kecil. Kelima, adanya dorongan rasa harga diri yang berlebihan dan berakibat pada keinginan untuk melakukan rekayasa dan manipulasi (Wahyudi, 2009: 144).

3. Tipe-Tipe Konflik

(38)

4. Struktur Konflik

Menurut Paul Conn dalam Surbakti (1992: 154), situasi konflik ada dua jenis, pertama konflik menang-kalah (zero-sum-confict) dan konflik menang-menang (non-zero-sum-confict). Konflik menang kalah adalah konflik yang bersifat antagonistik sehingga tidak mungkin tercapainya suatu kompromi antara masing-masing pihak yang berkonflik. Ciri-ciri dari konflik ini adalah tidak mengadakan kerjasama, dan hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang

saja. Konflik menang-menang adalah suatu konflik dimana pihak-pihak yang terlibat masih mungkin mengadakan kompromi dan kerjasama sehingga semua

pihak akan mendapatkan keuntungan dari konflik tersebut (Surbakti, 1992: 154).

5. Manajemen Konflik

Konflik membutuhkan pengaturan-pengaturan agar konflik itu teratur dan dengan cepat dapat terselesaikan.

5.1. Pengaturan Konflik

(39)

game) yang menjadi landasan dan pegangan dalam hubungan dan

interaksi di antara mereka (Surbakti, 1992: 160).

5.2. Mengelola Konflik Secara Langsung

Mengelola konflik secara langsung dijelaskan oleh Fisher dalam Wahyudi (2009: 148) mengelola konflik dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:

5.2.1. Tahap Persiapan Intervensi

Mengidentifikasi, memilih dan merubah pendekatan terhadap konflik. Dalam hal ini ada 5 pendekatan yang dapat dicermati: a. Kompromi berupa tawar-menawar, memberi dan menerima

serta memecah perbedaan.

b. Akomodasi dengan memberikan persetujuan, mengurangi atau mengabaikan perbedaan pendapat atau menyerah.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan mencari alternatif pemecahan masalah.

d. Pengendalian dengan cara menyaingi, menekan, memaksa, bertempur.

e. Penolakan, menyangkal, mengabaikan, menarik diri atau menunda (Wahyudi, 2009: 148).

5.2.2. Tahap Meningkatkan Kesadaran dan Mobilisasi Untuk Mendukung Perubahan meliputi:

a. Melobi kepada para pengambil keputusan dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan mereka.

b. Berkampanye, dengan tujuan utamanya adalah menciptakan iklim di kalangan publik yang lebih luas, yang akan mendorong atau menekan para pengambil keputusan untuk mengubah kebijakan mereka.

(40)

5.2.3. Tahap Pencegahan

Mencegah konflik memanas sehingga tidak berubah menjadi tindak kekerasan, atau bahkan tidak menjadi konflik. Beberapa mekanisme yang dapat dipilih, misalnya:

a. Membentuk forum yang berasal dari berbagai bagian masyarakat.

b. Mengirim sesepuh dari marga, suku, atau kelompok tradisional lainnya sebagai utusan.

c. Mengundang tokoh-tokoh agama untuk melakukan intervensi, dengan tujuan menyediakan ruang untuk dialog.

d. Memanfaatkan ritual yang ada dengan tujuan untuk membawa orang bersama-sama memperhatikan nilai-nilai yang ada. e. Memanfaatkan struktur atau kelompok yang ada dan dihormati. f. Menggunakan publikasi secara hati-hati untuk menyoroti

kebutuhan (Wahyudi, 2009: 149).

5.2.4. Tahap Mempertahankan Kehadiran

Para aktivis lokal dan para pekerja perdamaian dan hak asasi manusia diharapkan dapat mempertahankan kehadirannya, dengan tujuan dapat memberikan bantuan yang efektif dan mempengaruhi suasana kembali normal. Tindakan yang dapat dilakukan meliputi:

a. Perlindungan tanpa senjata

b. Melakukan pemantauan dan observasi terhadap perkembangan situasi (Wahyudi, 2009: 150).

6. Solusi Konflik

(41)

konflik yang berciri menang dan kalah. Kedua, kerjasama (collaborating) dan menghadapi (confronting). Dalam hal ini, pihak yang terlibat konflik bekerja sama dan mencari pemecahan konflik yang memuaskan kepentingan kedua belah pihak. Cara ini merupakan pendekatan menang-menang. Ketiga, kompromi (compromising) dan berunding (negotiating). Cara ini merupakan pendekatan terhadap konflik dimana pihak-pihak yang berkonflik tidak ada yang menang dan kalah.

Lebih lanjut Harjana dalam Darmawan (2010: 6) menjelaskan resolusi konflik dengan menghindari (avoiding) atau menarik (withdrawal). Dalam pendekatan kalah-kalah ini, kedua belah pihak tidak memperjuangkan kepentingan masing-masing bahkan mereka tidak memperhatikan perkara yang dikonflikkan. Terakhir, menyesuaikan (accommodating) memperlunak (smoothing) dan menurut (obliging). Bentuk pengelolaan konflik ini merupakan pendekatan kalah menang (Darmawan, 2010: 6).

(42)

7. Konflik Sebagai Proses Politik

Konflik merupakan gejala yang hadir dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sementra itu, salah satu dimensi penting proses politik adalah penyelesaian konflik yang melibatkan pemerintah. Ramlan Surbakti (1992: 164) menyatakan proses “penyelesaian” konflik politik yang tidak bersifat kekerasan ada tiga tahap.

Adapun ketiga tahap ini meliputi politisasi atau koalisi, tahap pembuatan keputusan, dan tahap pelaksaaan dan integrasi. Apabila dalam masyarakat terdapat konflik politik di antara berbagai pihak, dengan segala motivasi yang mendorongnya maka masing-masing pihak akan berupaya merumuskan dan mengajukan tuntutan kepada pemerintah selaku pembuat dan pelaksana politik (Surbakti, 1992: 150). Agar tuntutan didengar oleh pemerintah, maka para kontestan akan berusaha mengadakan politisasi, seperti melalui media massa. Dengan kata lain hal tersebut akan menjadi tranding topic sehingga pemerintah memperhatikan masalah tersebut.

8. Persepsi Terhadap Konflik

(43)

Tabel 3. Pandangan Lama dan Baru Terhadap Konflik

No Pandangan Lama Pandangan Baru

1 Konflik tidak dapat dihindarkan Konflik dapat dihindarkan 2 Konflik disebabkan oleh kesalahan

manajemen dalam perencanaan dan pengelolaan organisasi atau oleh pengacau

Konflik timbul karena banyak sebab, perbedaan tujuan yang tak dapat dihindarkan, perbedaan persepsi nilai-nilai pribadi. 3 Konflik mengganggu organisasi

dan menghalangi pelaksanaannya secara optimal

Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan

kegia-5 Kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan penghapusan konflik

Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat. Sumber : Stephen P. Robbins dalam Urbaningrum (1998: 17).

9. Dampak Konflik

Sepintas konflik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, akan tetapi konflik juga dapat menimbulkan dampak positif, menurut Wijono (2012: 235) dampak positif konflik antara lain:

1. Konflik membawa masalah yang diabaikan sebelumnya secara terbuka dan memotivasi orang lain untuk memahami setiap posisi orang lain.

2. Konflik mendorong munculnya ide-ide baru, memfasilitasi perbaikan dan perubahan serta meningkatkan kualitas keputusan.

Dampak negatif konflik di antaranya:

1. Konflik dapat menyebabkan tekanan di antara pihak-pihak yang terlibat. 2. Konflik dapat menyebabkan interaksi yang lebih rendah di antara

pihak-pihak yang terlibat dan para pendukungnya.

3. Munculnya pertukaran gaya partisipasi menjadi gaya otoritatif. 4. Konflik dapat menimbulkan prasangka-prasangka negatif.

(44)

B. Pemilihan Kepala Daerah

Pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintah daerah seiring dengan berjalannya otonomi daerah dimana setiap daerah diharapkan mampu untuk mengurusi rumah tangganya sendiri. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 3 pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung sebagai perwujudan dari nilai- nilai demokrasi. Kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat melalui pemilihan umum. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 1 ayat 1 menyatakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.

1. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah

(45)

2 tahap yaitu tahap pesiapan dan tahap pelaksanaan. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 65 ayat 2 dan 3 disebutkan ayat 2 masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPU mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

c. Perencanaam penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

d. Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS. e. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.

Ayat 3 tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi: a. Penetapan daftar pemilih.

b. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah c. Kampanye.

d. Pemungutan suara. e. Penghitungan suara.

f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

C. Penganggaran Pemilu Kepala Daerah

Dana yang digunakan dalam penyelenggaraan pemilu kepala daerah adalah dana yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 2 ayat 1 menjelaskan bahwa belanja pemilihan gubernur dan wakil gubernur dibebankan pada APBD Provinsi. Adapun rincian penggunaan dana APBD sesuai dengan pasal 3 adalah sebagai berikut:

(46)

a. Belanja pegawai.

b. Belanja barang dan jasa. c. Belanja operasi dan. d. Belanja kontinjensi.

2. Balanja pegawai dianggarkan untuk mendanai honorarium dan uang lembur KPU, honorarium PPK, PPS, KPPS dan panwas.

3. Belanja barang dan jasa dianggarkan untuk mendanai kebutuhan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan pilkada.

4. Belanja operasi dianggarkan untuk mendanai kegiatan sehari-hari untuk kelancaran penyelenggaraan pemilihan yang memberi manfaat dalam jangka pendek.

5. Belanja kontinjensi dianggarkan untuk mendanai kegiatan yang sangat diperlukan untuk menanggulangi kekurangan belanja barang dan jasa serta belanja operasi, guna menunjang kelancaran penyelenggaraan pilkada.

Dari rincian di atas dapat dilihat bahwa pemerintah Provinsi Lampung mempunyai kewajiban untuk menganggarkan dana pemilukada dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) dan membiayai pemilukada dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Lampung.

D. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

(47)

lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang

bertugas melaksanakan pemilu.

1. Tugas Komisi Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 7 ayat 1 Ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mempunyai tugas:

a. Memimpin rapat pleno dan seluruh kegiatan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.

b. Bertindak untuk dan atas nama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota ke luar dan ke dalam.

c. Memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dan

d. Menandatangani seluruh peraturan dan keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.

2. KPU Provinsi

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 9 ayat 3 menjelaskan tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur meliputi:

a. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilihan gubernur.

b. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan gubernur dengan memperhatikan pedoman dari KPU.

c. Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan pemilihan gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU.

e. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur.

(48)

Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih.

g. Menetapkan calon gubernur yang telah memenuhi persyaratan.

h. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan gubernur berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara.

i. Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta pemilihan, Bawaslu Provinsi, dan KPU.

j. Menetapkan dan mengumumkan hasil pemilihan gubernur berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan gubernur dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara.

k. Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil pemilihan gubernur dan mengumumkannya.

l. Mengumumkan calon gubernur terpilih dan membuat berita acaranya. m. Melaporkan hasil pemilihan gubernur kepada KPU.

n. Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran pemilihan.

o. Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

p. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan gubernur dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat.

q. Melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU.

r. Memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata cara penyelenggaraan pemilihan bupati/walikota sesuai dengan tahapan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

s. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan pemilihan gubernur.

t. Menyampaikan laporan mengenai hasil pemilihan gubernur kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden, gubernur, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.

(49)

E.Peran Gubernur Dalam Pemilihan Kepala Daerah

Gubernur memiliki peranan yang cukup penting dalam terselenggaranya pemilihan kepala daerah khususnya pemilihan gubernur, pasalnya gubernur memiliki peran penting dalam pendanaan pemilihan gubernur. Pendanaan ditetapkan melalui peraturan gubernur. Penyelengaraan pemilihan gubernur dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Gubernur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dimana Gubernur Lampung harus memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan gubernur dan mengalokasikan anggaran yang ditetapkan dalam peraturan gubernur. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 2 disebutkan bahwa pengaturan mengenai pola pendanaan bersama pilkada sebagaimana dimaksud pada ayat 1 difasilitasi oleh gubernur dan ditetapkan dengan peraturan gubernur.

F. Peran Partai Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah

(50)

mengusung Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim, terakhir PAN dan koalisi Partai Non Parlemen mengusung Herman HN dan Zainuddin Hasan sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung.

Secara lengkap dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 59 disebutkan partai politik memiliki peran:

1. Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

2. Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.

3. Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 dan selanjutnya memproses bakal calon dimaksud melalui mekanisme yang demokratis dan transparan. 4. Dalam proses penetapan pasangan calon partai politik atau gabungan

partai politik memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat.

5. Partai politik atau gabungan partai politik pada saat mendaftarkan pasangan calon, wajib menyerahkan:

a. Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau pimpinan partai politik yang bergabung.

b. Kesepakatan tertulis antar partai politik yang bergabung untuk mencalonkan pasangan calon.

c. Surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas pasangan yang dicalonkan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang bergabung.

d. Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara berpasangan.

e. Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai pasangan calon.

f. Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

g. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(51)

i. Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

j. Kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 58.

k. Naskah visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis. 6. Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) hanya dapat mengusulkan satu pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainnya.

G. Badan Pengawas Pemilu

Badan Pengawas Pemilu merupakan lembaga yang mengawasi dalam penyelengaraan pemilihan kepala daerah agar pemilukada dapat berjalan sesuai dengan aturan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 1 ayat 17 mendefinisikan Badan Pengawas Pemilu Provinsi, selanjutnya disingkat Bawaslu Provinsi, adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah provinsi.

1. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bawaslu

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 75 ayat 1 tugas dan wewenang Bawaslu adalah:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah provinsi yang meliputi:

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.

2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan pencalonan gubernur.

3. Proses penetapan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan calon gubernur.

(52)

6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

7. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil pemilu.

8. Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah kerjanya.

9. Proses rekapitulasi suara dari seluruh kabupaten/kota yang dilakukan oleh KPU Provinsi.

10.Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan.

11.Proses penetapan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan pemilihan gubernur.

b. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu Provinsi dan lembaga kearsipan Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bawaslu dan ANRI

c. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu.

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi untuk ditindaklanjuti.

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu oleh penyelenggara PEMILU di tingkat provinsi. g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang

pengenaan sanksi kepada anggota KPU Provinsi, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung.

h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu.

i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.

H.Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah

(53)

a. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang APBD bersama dengan kepala daerah.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah.

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur bagi DPRD kabupaten/kota.

e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

i. Dihapus.

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPU dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

I. Kerangka Pikir

(54)

Pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung telah mengalami pengunduran pelaksanaan beberapa kali. Keputusan pertama adalah pemilihan Gubernur Lampung dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013 lalu diundur menjadi tanggal 2 Desember 2013 dan kemudian KPU Lampung menyusun kembali jadwal pemilihan gubernur dan memutuskan pemilihan gubernur dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2014. Secara teori konflik yang tejadi dalam hal penetapan pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung disebabkan beberapa faktor. Fisher, dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183), menjelaskan teori penyebab konflik adalah sebagai berikut:

1. Teori Hubungan Masyarakat, konflik yang terjadi lebih disebabkan polarisasi, ketidakpercayaan maupun permusuhan antar kelompok yang berada di tengah-tengah masyarakat. Konflik kebijakan KPU Lampung dan Gubernur Lampung menjelaskan adanya perbedaan dan pertentangan kepentingan, prinsip dan kehendak di antara keduanya.

2. Teori Negosiasi Prinsip, konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras serta perbedaan pandangan tentang konflik antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. KPU Lampung dan Gubernur Lampung tidak mau bernegosiasi di awal mengenai pelaksanaan pemilihan gubernur dengan mempertimbangkan berbagai hal sehingga masalah ini berlarut-larut.

(55)

kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi di antara keduanya terutama kebutuhan fisologis berupa ekonomi dan kebutuhan penghargaan berupa penguasaan, ketidaktergantungan, dan kebebasan serta penghargaan dari orang lain, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik.

Konflik ini tentunya memberikan dampak yang kurang baik bagi Provinsi Lampung dan akan terus memberikan dampak negatif jika konflik ini terus berlanjut dan tak kunjung menemukan solusinya. Sepintas konflik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, akan tetapi konflik juga dapat menimbulkan dampak positif, menurut Wijono (2012: 235) dampak positif konflik antara lain:

1. Konflik mendorong munculnya ide-ide baru, memfasilitasi perbaikan dan perubahan serta meningkatkan kualitas keputusan. Konflik yang terjadi dalam penelitian ini akan memunculkan ide baru sebagai solusi dari konflik tersebut. Solusi yang ditemukan merupakan keputusan yang terbaik. Dengan ditemukanya solusi maka akan membuat perbaikan-perbaikan atas dampak negatif dari konflik.

Dampak negatif konflik di antaranya:

(56)

2. Muculnya pertukaran gaya partisipasi menjadi gaya otoritatif. Konflik yang terjadi memberi dampak kepada pihak yang berkonflik menjadi lebih otoriter. Kebijakan yang diambil didasarkan atas keinginan pribadi atau lembaga bukan pada keinginan banyak pihak sehingga kebijakan yang diambil akan merugikan masyarakat.

3. Memberikan tekanan loyalitas terhadap suatu kelompok sehingga terbentuk blok atau kelompok-kelompok baru. Konflik yang terjadi membentuk kelompok-kelompok yang loyal bagi pihak yang berkonflik artinya mendukung salah satu pihak yang berkonflik, mendukung KPU Lampung atau Gubernur Lampung dan membentuk kelompok yang kontra terhadap salah satu pihak yang berkonflik, kontra terhadap KPU Lampung atau Gubernur Lampung.

(57)

Bagan 1. Kerangka Pikir Dalam Penelitian Ini

Gubernur Lampung

Gubernur Lampung KPU Lampung

Penentuan Jadwal Pilgub

Konflik Kebijakan

Penyebab Konflik  Teori Hubungan Masyarakat  Teori Negosiasi Prinsip  Teori Kebutuhan Manusia

Dampak Konflik  Positif

(58)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut apa yang menyebabkan terjadinya konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013. Studi deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian peneliti. Suryabrata (2011: 75) mengemukakan bahwa tipe penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian.

B. Fokus Penelitian

(59)

1. Faktor-faktor penyebab konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013, khususnya konflik kebijakan antara Gubernur Lampung dengan KPU Lampung dalam menetapkan jadwal pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013.

2. Bagaimana dampak konflik dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung, khususnya dalam menetapkan jadwal pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 bagi masyarakat?

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara kepada narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Dalam penelitian ini informan yang dijadikan narasumber adalah:

1.1.Komisioner KPU Lampung

(60)

1. Nama : Edwin Hanibal

Alamat : Jl. Hi.Husein No.32 Kelurahan Pengajaran Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : S2

Pekerjaan : Komisioner KPU Lampung

2. Nama : Firman Saponada

Alamat : Kota Baru Tanjung Karang Timur Bandar Lampung.

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : S1

Pekerjaan : Komisioner KPU Lampung

1.2.Bawaslu Lampung

Bawaslu adalah lembaga yang mengawasi pelaksanaan pemilihan umum sehingga bawaslu sangat cocok sebagai informan untuk mengkritisi masalah pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013. Alamat kantor Bawaslu Lampung di Jalan Basuki Rahmat Nomor 29 Bandar Lampung.

1. Nama : Ali Sidik

Alamat : Bandar Lampung Jenis Kelamin : Laki-Laki

(61)

Pekerjaan : Pimpinan Kordinator dan Organisasi SDM Bawaslu Lampung.

2. Nama : Erwin Prima Rinaldo

Alamat : Jl. Imam Bonjol No. 34 Sukajawa Bandar Lampung

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : S1

Pekerjaan : Kasubag Teknis Penyelenggaraan dan Pengawasan Pemilu

1.3.Pengurus Partai Politik Pengusung Bakal Calon Gubernur Lampung

Partai politik sebagai pengusung bakal calon gubernur adalah salah satu pihak yang menerima dampak atas konflik pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013.

1.3.1.Pengurus Partai Demokrat Selaku Pengusung Pasangan Ridho Ficardo

(62)

Nama : Toni Mahasan

Alamat : Perumahan Beringin Raya Jl. Garuda Pinang Jaya Kemiling

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat.

1.3.2.Pengurus Partai Gerindra Selaku Pendukung Pasangan Amalsyah Tarmidzi dan Gunadi Ibrahim.

Pasangan Amalsyah-Gunadi adalah satu satunya pasangan perseorangan, akan tetapi mereka juga didukung oleh partai Gerindra. Partai Gerindra dipilih atas dasar mundurnya pasangan Amalsyah dari bursa pencalonan Gubernur Lampung (http://lampung.tribunnews.com/regional/14/1/23, diakses pada 10 Februari 2014).Alamat kantor Dewan Pimpinan Daerah Gerindra adalah Jalan Cut Nyakdien Nomor 62 Durian Payung Bandar Lampung. Adapun pengurus yang diwawancarai adalah:

Nama : Mikdar Ilyas

Alamat : Jl. Abdul Muis No 64 Gedung Meneng Bandar Lampung.

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : S2

(63)

1.3.3. Pengurus Partai PDIP Lampung

Partai PDIP Lampung adalah partai yang mengusung salah satu calon Gubernur Lampung yaitu pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri. Dewan Pimpinan daerah Partai PDIP juga di ketuai oleh H. Sjachroedin yang merupakan gubernur Lampung periode 2009-2014. ZP, S.H. Alamat DPD Partai PDIP adalah di Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. Adapun pengurus yang dijadikan informan adalah:

Nama : Sahlan Syukur

Alamat : Serbajadi Hajimena Lampung Selatan. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Kepala Sekretariat DPD PDIP Lampung.

1.4. Pengamat Politik di Lampung (Akademisi LSM dan Jurnalis)

(64)

1. Nama : Budi Harjo

Alamat : Jl. Duku Blok D2 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung.

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : S2

Pekerjaan : Dosen Fisip Unila

2. Nama : Arizka Warganegara

Alamat : Jl. Ki. Maja Way Halim Bandar Lampung Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : S2

Pekerjaan : Dosen Fisip Unila

3. Nama : Tober LB Sidalobak

Alamat : Jl. Teungku Umar Kedaton Bandar Lampung. Jenis Kelamin: Laki-Laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ketua Laskar Merah Putih Lampung.

4. Nama : M. Zairin

Alamat : Jl. Danau Mentana Kedaton Bandar Lampung. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : D3

(65)

5. Nama : Yoso Muliawan

Alamat : Jl. Catur Tunggal Perum Mas Blok S15 No 15 Kemiling Bandar Lampung.

Jenis Kelamin: Laki-Laki Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ketua Aliansi Jurnalis Independen Lampung

1.5. Aktivis Mahasiswa di Lampung

Aktivis mahasiswa adalah mahasiswa yang aktif dalam perkembangan mengenai permasalahan yang terjadi di Indonesia. Aktivis mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa yang memahami dan mengikuti perkembangan pelaksanaan pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013. Dalam penelitian ini aktivis mahasiswa yang dijadikan informan adalah:

(66)

1. Nama : Ahmad Khoirudin Syam

Alamat : Gedung Meneng Bandar Lampung. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Unila.

2. Nama : Robby Ruyudha

Alamat : Perumnas BKP Blok S Bandar Lampung. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Unila.

1.5.2. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dipilih adalah mahasiswa yang memahami dan mengikuti perkembangan konflik pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013. PMII dipilih karena PMII mempunyai program diskusi tentang masalah-masalah yang sedang berkembang. Adapun aktivis PMII yang dijadikan informan adalah:

Nama : Eko Tri Pranoto

Alamat : Jl. Kopi Arabika Gedung Meneng Bandar Lampung

(67)

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ketua Komisariat PMII Lampung

1.5.3. Aktivis Hisbut Tahrir Lampung

Hisbut Tahrir sebagai salah satu wadah mahasiswa dalam berorganisasi, patut untuk diminta memberikan pandangannya mengenai konflik pemilihan Gubernur Lampung tahun 2013 mengingat perjuangan mereka untuk menegakan sistem khalifah di Indonesia. Adapun aktivis Hisbut Tahrir Lampung yang dijadikan informan adalah:

Nama : Herowandi

Alamat : Rawa Laut Bandar Lampung. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Anggota Hisbut Tahrir Indonesia Cabang Lampung

2. Data Sekunder

Gambar

Tabel 1: Daftar Provinsi dan Kabupaten atau Kota yang Pemilihan Kepala   Daerahnya Dipercepat ke Tahun 2013
Tabel 2. Daftar Nama Pasangan Bakal Calon Gubernur Lampung
Tabel 3. Pandangan Lama dan Baru Terhadap Konflik

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data didapatkan bahwa persepsi konsumen tentang merek sepeda motor Honda sangat baik sedangkan perse.. ekuitas merek sepeda motor

Murid mampu menulis kosa kata dan teks yang didengarnya dengan aksara Jawa.. Murid mampu menuliskan kembali kalimat yang didengarnya dengan aksara

Dari data yang disajikan di BAB IV dapat diketahui bahwa daerah perairan darat Kota Langsa memiliki diversitas ikan yang sangat rendah, dimana nilai indeks

Pengumpulan data Early Childhood Caries diperoleh dari hasil pemeriksaan gigi pada anak dan motivasi ibu tentang keseharan gigi diperoleh dengan menggunakan

Agar siswa dapat berperan aktif pada proses pembelajaran, maka guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran supaya siswa bisa lebih mencintai membaca

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2013 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di

Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga

LAZISMU kota Bojonegoro menjadi subjek penelitian tentang pemberdayaan dan juga pembiayaan terhadap warga kurang mampu untuk membentuk sebuah UMKM, dengan beberapa