Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah,
memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk
kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama
penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat
yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
PENGESAHAN SKRIPSI
Hubungan Motivasi Penggunaan Media Terhadap Kepuasan Penonton Program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV
(Analisis Pada Komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan)
Oleh
Nama : Letysia Searamita
NIM : 08120110005
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Jurusan : Multimedia Journalism
Tangerang, 30 Agustus 2012
Ketua Sidang Penguji Ahli
Dra. Joice Caroll Siagian, M.Si Drs. Zulham, M.Si
Pembimbing
Drs. Indiwan Seto Wahyu W., M.Si
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT DALAM PEMBUATAN SKRIPSI
Dengan ini saya,
Nama : Letysia Searamita
NIM : 08120110005
Program Studi : Multimedia Journalism
menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain dan semua karya ilmuah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka.
Tangerang, 30 Agustus 2012
ABSTRAKSI
Nama : Letysia Searamita
NIM : 08120110005
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Program Studi : Multimedia Journalism
Judul : Hubungan Motivasi Penggunaan Media Terhadap Kepuasan
Penonton Program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV
(Analisis Pada Komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan)
Pengaruh teori kebutuhan Abraham Maslow mencakup pula kebutuhan biologis manusia akan komunikasi. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa diyakini mampu menjadi salah satu alat pemenuhan kebutuhan tersebut. Programer stasiun televisi berusaha menyinergikan kebutuhan tersebut dengan produksi tayangan yang siap khalayak konsumsi. Dominasi program hiburan, khususnya komedi semakin marak bermunculan di beberapa televisi nasional sejak awal tahun 2000. Setahun yang lalu, Stand Up Comedy masuk ke Indonesia. Ditahun 2011 Kompas TV sebagai content provider mengolaborasikan “Smart Comedy” ini dengan format ajang pencarian bakat.
Keaktifan khalayak media dalam menggunakan dan memilih program televisi dalam usaha pemenuhan kebutuhan telah terangkum dalam teori Uses and Gratification. Dalam teori ini terdapat ekspektasi yang memunculkan motivasi dan kepuasan yang khalayak cari dan berusaha dapatkan dengan menggunakan media. Televisi melalui program-programnya dapat menjadikan sesuatu sebagai budaya populer. Salah satunya adalah menjadikan komedi tunggal seperti Stand Up Comedy sebagai konsumsi publik.
Menggunakan metodologi kuantitatif, sifat penelitian ini adalah eksplanatif- asosiatif yaitu mengetahui kekuatan hubungan antar variabel motivasi dan kepuasan. Berdasarkan tipologi McQuail dan kepuasan setelah khalayak diterpa oleh media televisi, penelitian ini mengkhususkan pada komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan yang menyaksikan program Stand Up Comedy Indonesia. Adapun tanggapan responden dianalisis menggunakan uji Korelasi Product Moment Pearson dalam skala Likert dalam program SPSS 19.00.
Berdasarkan hasil analisis data, bahwa hubungan antara variabel motivasi dan kepuasan dari terpaan program Stand Up Comedy Indonesia adalah cukup tinggi atau kuat. Dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan nilai 0.714 pada tabel korelasi antar kedua variabel. Maka disimpulkan kedua variabel memiliki hubungan yang positif dan saling memengaruhi.
KATA PENGANTAR
Ucap syukur pada Tuhan Yang Maha Esa tidak akan pernah berhenti. Segala rahmat, karunia, kesehatan, dan ketekunan yang dilimpahkan-Nya telah mengantar penulis hingga sampai pada penyelesaian skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Hubungan Motivasi Penggunaan Media Terhadap Kepuasan Penonton Program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV
(Analisi Pada Komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan)” ini merupakan salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di program studi Multimedia Journalism di Universitas Multimedia Nusantara, Gading Serpong, Tangerang.
Penulisan skripsi ini penuh dengan dukungan, bimbingan, saran, serta harapan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada,
1. Orang tua penulis, Tri Restu Giri (Alm.) dan Lucie Retno Atmawati untuk dukungan, harapan, serta doa agar cepat menyelesaikan skripsi dan pendidikan di bangku perkuliahan.
2. Ibu Dra. Bertha Sri Eko M., M.Si, selaku ketua program studi fakultas Ilmu Komunikasi atas penjelasannya mengenai korelasi, pengaruh, dan segala yang berkaitan dengan penelitian mengenai kepuasan khalayak.
3. Bapak Indiwan Seto Wahyu Wibowo, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktu mendiskusikan penelitian ini hingga skripsi ini selesai tepat waktu. 4. Tania Hayu Safira dan keluarga besar RF. Bambang Sedijatmoko, atas
dukungan dan doa selama pembuatan skripsi ini. 5. Gita Adinda, untuk ide dasar penelitian ini.
6. Stephanie Yovita A. dan Shandy Puspita untuk pinjaman buku Kriyantono dan penelitan SPSS, serta untuk kesediaannya memberi bantuan dalam kesulitan-kesulitan terkait dengan skripsi ini.
7. Teman-teman terdekat yaitu Zulfa Fauziah, Amalia Sekarjati, Muhammad Fikri, dan Gloria Samantha sebagai teman berbagi senang dan gundah, tim penyemangat dan pengingat yang tidak pernah berhenti menyuarakan, “Ayo semangat, cepat lulus!”
8. Teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, angkatan 2008.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk seluruh bantuannya pada penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih butuh perbaikan dan jauh dari sempurna. Akhirnya penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Tangerang, 30 Agustus 2012
DAFTAR ISI Hlm.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ... iii
ABSTRAKSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... 5
2.2 Teori yang Digunakan ... 7
2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 7
2.2.2 Komunikasi Massa... 8
2.2.3 Teori Uses and Gratification ... 11
2.2.4 Televisi ... 16
2.2.5 Program Hiburan ... 17
2.2.5.1 Program Hiburan Komedi ... 18
2.2.6 Humor dan Komedi ... 19
2.2.6.1 Stand Up Comedy ... 21
2.2.7 Kerangka Pemikiran ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sifat Penelitian ... 26
3.2 Metode Penelitian ... 27
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.5 Teknik Pengukuran Data ... 30
3.5.1 Uji Validitas ... 31
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 33
3.6 Teknik Analisis Data ... 34
3.6.1 Hipotesis Statistik ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Objek Penelitian ... 38
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 38
4.1.2 Deskripsi Kompas TV ... 39
4.1.3 Visi dan Misi Kompas TV ... 40
4.1.4 Profil Program Stand Up Comedy Indonesia ... 40
4.2 Hasil Penelitian ... 43
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 42
4.2.2 Uji Statistik Deskriptif ... 44
4.2.3 Uji Hipotesis Statistik ... 64
4.3 Pembahasan ... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 68
5.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2.1 Teori Uses and Gratification ... 11
3.1 Uji Validitas Motivasi Menggunakan Media ... 32
3.2 Uji Validitas Kepuasan Menggunakan Media ... 32
3.3 Uji Reliabilitas Motivasi Menggunakan Media ... 33
3.4 Uji Reliabilitas Kepuasan Menggunakan Media ... 34
3.5 Makna Nilai Korelasi Product Moment ... 36
4.1 Jenis Kelamin ... 43
4.2 Usia ... 43
4.3 Motivasi Mencari Informasi Tentang Fenomena Sosial ... 44
4.4 Motivasi Menambah Ilmu Bagi Diri Sendiri ... 45
4.5 Motivasi Mencari Informasi Terkait Kehidupan Sekitar ... 46
4.6 Motivasi Menemukan Topik Pembicaraan ... 47
4.7 Motivasi Meningkatkan Rasa Kebersamaan ... 47
4.8 Motivasi Untuk Meningkatkan Wawasan Orang di Sekitar ... 48
4.9 Motivasi Agar Dianggap Mengerti Perkembangan SUCI ... 49
4.10 Motif Menambah Kepercayaan Diri ... 49
4.11 Motivasi Membentuk Identitas Diri ... 50
4.12 Motivasi Mengisi Waktu Luang ... 51
4.13 Motivasi Melepaskan Penat ... 51
4.14 Motivasi Menyalurkan Rasa Senang ... 52
4.15 Kepuasan Mencari Informasi Tentang Fenomena Sosial ... 53
4.16 Kepuasan Menambah Ilmu Bagi Diri Sendiri ... 54
4.17 Kepuasan Mencari Informasi Terkait Kehidupan Sekitar ... 54
4.18 Kepuasan Menemukan Topik Pembicaraan ... 55
4.19 Kepuasan Meningkatkan Rasa Kebersamaan ... 56
4.20 Kepuasan Untuk Meningkatkan Wawasan Orang di Sekitar .... 56
4.21 Kepuasan Agar Dianggap Mengerti Perkembangan SUCI ... 57
4.22 Kepuasan Menambah Kepercayaan Diri ... 58
4.23 Kepuasan Membentuk Identitas Diri ... 58
4.25 Kepuasan Melepaskan Penat ... 60
4.26 Kepuasan Menyalurkan Rasa Senang ... 60
4.27 Perbandingan Rata-rata 4 Dimensi Motivasi ... 61
4.28 Perbandingan Rata-Rata 4 Dimensi Kepuasan ... 62
DAFTAR GAMBAR
4.1 Logo Kompas Gramedia ... 38
4.2 Logo Kompas TV ... 39
4.3 Logo Program Stand Up Comedy Indonesia ... 40
4.4 Jenis Kelamin ... 43
4.5 Usia ... 43
4.6 Motivasi Mencari Informasi Tentang Fenomena Sosial... 44
4.7 Motivasi Menambah Ilmu Bagi Diri Sendiri ... 45
4.8 Motivasi Mencari Informasi Terkait Kehidupan Sekitar ... 46
4.9 Motivasi Menemukan Topik Pembicaraan ... 47
4.10 Motivasi Meningkatkan Rasa Kebersamaan ... 47
4.11 Motivasi Untuk Meningkatkan Wawasan Orang di Sekitar ... 48
4.12 Motivasi Agar Dianggap Mengerti Perkembangan SUCI ... 49
4.13 Motif Menambah Kepercayaan Diri ... 50
4.14 Motivasi Membentuk Identitas Diri ... 50
4.15 Motivasi Mengisi Waktu Luang ... 51
4.16 Motivasi Melepaskan Penat ... 52
4.17 Motivasi Menyalurkan Rasa Senang ... 52
4.18 Kepuasan Mencari Informasi Tentang Fenomena Sosial ... 53
4.19 Kepuasan Menambah Ilmu Bagi Diri Sendiri ... 54
4.20 Kepuasan Mencari Informasi Terkait Kehidupan Sekitar ... 55
4.21 Kepuasan Menemukan Topik Pembicaraan ... 55
4.22 Kepuasan Meningkatkan Rasa Kebersamaan ... 56
4.23 Kepuasan Untuk Meningkatkan Wawasan Orang di Sekitar ... 57
4.24 Kepuasan Agar Dianggap Mengerti Perkembangan SUCI ... 57
4.25 Kepuasan Menambah Kepercayaan Diri ... 58
4.26 Kepuasan Membentuk Identitas Diri ... 59
4.27 Kepuasan Mengisi Waktu Luang ... 59
4.28 Kepuasan Melepaskan Penat ... 60
DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak ada satupun manusiapun di dunia ini yang tidak memiliki motivasi dalam melakukan sesuatu hal. Sebab motivasi adalah dasar bagi setiap orang untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh ahli Psikologi, Sigmund Freud, bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan. Pada prinsipnya setiap manusia memiliki dorongan-dorongan biologis untuk melakukan sesuatu berdasarkan keinginan yang terpendam (Rakhmat, 2008:18)
Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dasar yang muncul dengan sendirinya dan harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima tingkatan atau hirarki. Sebagaimana yang dipernah diungkapan Abraham Maslow, bahwa jika kebutuhan pada tingkat paling rendah terpenuhi maka akan muncul keinginan untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi (Misbach, 2010:88).
Salah satu kebutuhan yang relatif didasari oleh motivasi tertentu adalah penggunaan media massa. Sebab kebutuhan akan penggunaan media akan selalu berhubungan dengan upaya pencapaian kepuasan yang maksimal bagi penggunanya. Sebagai contoh, misalnya, menonton suatu program televisi pada dasarnya tidak hanya terkait dengan kepuasan apa yang dicapai setelahnya, tetapi juga terkait dengan apa yang menjadi motivasi dasar penggunaannya. Bagaimanapun motivasi seseorang berperan pada program televisi apa yang akan
maka muncul ukuran kepuasan pemenuhan kebutuhan. Motivasi dan kepuasan pada penggunaan media massa tertentu, umumnya akan menjadi dasar bagi seseorang untuk terus atau berhenti menggunakan media tertentu.
Program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, misalnya, adalah sebuah program khusus bagi khalayak yang menggemari genre komedi. Sementara disaat yang bersamaan sejumlah stasiun televisi lainnya ramai-ramai memproduksi genre sinetron atau komedi situasi. Padahal jika penonton sebuah program berjumlah sedikit, hal ini akan berpengaruh pada tingkat rating program tersebut. Tinggi dan rendahnya rating program inilah yang kerap digunakan sebagai daya tarik bagi pihak pengiklan untuk menayangkan iklannya di suatu media massa. Dalam industri media televisi saat ini tanpa rating yang cukup dan jumlah iklan yang memadai akan sangat sulit bersaing, terlebih untuk mempertahankan eksistensinya.
Mengacu pada pernyatan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana keterkaitan antara motivasi dan kepuasan penonton suatu program, mengingat Kompas TV bukanlah stasiun televisi swasta nasional pada umumnya tetapi hanya sebagai content provider semata. Jika demikian faktor kepuasan penonton dan motivasi yang melatarbelakangi keinginan menonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV adalah sesuatu yang dapat membuktikan keterkaitan tersebut.
Saat ini terdapat sejumlah komunitas penikmat program-program Stand Up Comedy seperti yang ditayangkan oleh Kompas TV tersebut. Salah satu komunitas yang memiliki anggota dan eksistensinya bersamaan dengan munculnya program tersebut adalah komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang
Selatan. Sampai saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 200 anggota aktif di komunitas ini.
Persoalan yang muncul adalah apakah harapan dan keyakinan yang terdapat dalam motivasi mereka untuk menonton program Stand Up Comedy Indonesia sejalan dengan tingkat kepuasan maksimal yang mereka dapatkan. Dengan demikian batasan penelitian dalam skripsi ini adalah hubungan motivasi penggunaan media dan kepuasan penonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, suatu analisis pada komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan.
1.2 Perumusan Masalah
Terkait dengan latar belakang msalah penelitan, maka masalah penelitian adalah seberapa kuat hubungan antara motivasi penggunaan media dan kepuasan penonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV pada komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menjawab pertanyaan penelitian. Maka tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kekuatan hubungan antara motivasi penggunaan media dan kepuasan penonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV pada komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian mengenai motivasi dan kepuasan pengguna media massa, khususnya televisi terkait teori Uses and Gratification.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh tim produksi program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV untuk mengembangkan program tersebut menjadi sebuah tayangan yang dinikmati berdasarkan motivasi dan kepuasan pengguna media massa. Selain itu, juga bisa digunakan oleh para praktisi media yang berkeinginan menelaah studi terkait Stand Up Comedy dan penggunaan media massa berdasarkan motivasi dan kepuasaan.
BAB II
KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berangkat dari dua penelitian terdahulu yang serupa yaitu mencari hubungan motivasi penggunaan media dan kepuasan yang didapatkan (Uses and Gratification), khususnya pada televisi. Dua penelitian sebelumnya adalah milik Adrianus G. Sihombing alumnus Universitas Sumatera Utara dan Suci Amintari alumnus Universitas Sebelas Maret.
Adrianus G. Sihombing dalam skripsi berjudul “Program Termehek-Mehek Di Trans TV Dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)” pada tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti sejauh mana pengaruh program Termehek-mehek di Trans TV terhadap tingkat kepuasan pemirsa. Penelitian tersebut ditujukan pada 93 orang sampel penelitian yang terdiri dari semua mahasiswa FISIP USU Strata 1 angkatan 2005 s.d. 2007, dengan teknik penarikan sampel purposive sampling dari kuisioner yang disebarkan dan wawancara yang dilakukan peneliti. Hasil perhitungan berdasarkan Koefisien Korelasi Spearman, diperoleh rs = 0,413
dengan posisi rs > 0 maka Ha diterima dan jika dilihat dari skala Guilford pada
skala 0,41-0,70 dapat diintepretasikan ada hubungan yang cukup berarti dan signifikan yang ditunjukkan dari nilai 99,6% . Dengan demikian dapat disimpulkan “Terdapat hubungan atau korelasi yang cukup berarti dan signifikan antara program Termehek-mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”.
Penelitian lainnya yang menjadi referensi skripsi ini dalah milik Suci Amintari pada tahun 2011 dengan judul “Kepuasan Menonton Acara Religi Televisi (Studi Uses and Gratification menonton acara “Mamah dan Aa” di Kalangan Anggota Pengajian Al Hijrah Syuhada Kotabaru Gondokusuman Yogyakarta Tahun 2011)”. Tujuan penelitian Suci adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi menonton dengan kepuasan menonton yang dilakukan pada kalangan anggota pengajian Al Hijrah. Survei dilakukan pada 50 orang penonton program “Mamah dan Aa” dan diuji statistik Korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi antara motivasi menonton dengan kepuasan menonton yaitu sebesar 0.631 dan nilai koefisien tabel sebesar 0.361. Dari nilai tersebut maka dapat disimpulkan ada hubungan yang cukup kuat antara motivasi menonton dan kepuasan menonton program “Mamah dan Aa” di Indosiar.
2.2 Teori yang Digunakan 2.2.1 Pengertian Komunikasi
Manusia tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan biologis yang timbul dari dalam dirinya dan secara naluriah berupaya memenuhinya. Dalam upayanya itu, komunikasi adalah salah satu cara mencapai pemenuhan kebutuhan. Komunikasi didefinisikan sebagai sebuah proses menciptakan dan membentuk pesan, penyampainan pesan, penerimaan, penafsiran, pengolahan pesan di antara komunikator dan komunikan dengan tujuan untuk memperoleh pengertian bersama (Mulyana, 2007:5). Sedangkan ruang lingkup komunikasi meliputi interaksi-interaksi sosial orang dalam masyarakat, termasuk komunikasi langsung maupun yang menggunakan media massa (Bungin, 2008:31).
Seperti konsep Lasswell yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2007), “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect” mengenai komunikasi menjelaskan bahwa ada lima unsur yang saling terkait satu dan lainnya yaitu pengirim/komunikator/penyandi/komunikator (sender), pesan, saluran atau media, penerima/sasaran (reciever), dan efek. Bahwa komunikasi pada dasarnya tidak terlepas dari saluran atau media.
Pada konseptualisasinya, komunikasi dibagi menjadi komunikasi linier, transaksional, dan interaksional. Michael Burgoon memperinci konsep komunikasi linier sebagai komunikasi yang berorientasi sumber dan sengaja dilakukan untuk menyampaikan rangsangan bertujuan membangkitkan respon orang lain (persuasif) (Mulyana, 2007:68).
2.2.2 Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2005) bahwa menurut Bittner “Mass communication is messages communicated through a mass medium to large a number of people.”
Definsi tersebut lebih diperdalam oleh penjelasan Elvinaro Ardianto (2007) yang mengutip pandangan komunikasi massa menurut Joseph De Vito yaitu ditujukan pada khalayak yang tidak dapat didefinisikan secara spesifik (tidak hanya khalayak yang menggunakan media massa saja) dan menggunakan bantuan pemancar yang mampu menyajikan audio dan/atau visual.
Adapun karakteristik komunikasi massa ialah sebagai komunikator terlembagakan, pesan bersifat umum, komunikannya anonim dan heterogen, media massa menimbulkan keserempakan, komunikasi mengutamakan isi dari pada hubungan, bersifat satu arah, stimulasi pada alat indra terbatas, umpan balik tertunda dan tidak langsung. Sedangkan unsur komunikasi massa yaitu komunikator, simbol dan konten, pengawas (gate keeper), regulator, media, khalayak (audiens), filter, dan umpan balik (feedback) (Ardianto dkk, 2007:3).
Winarso (2005) mengutip penjelasan Dominick mengenai fungsi komunikasi massa bagi masyarakat sebagai,
1. Pengawasan. Merujuk pada fungsi komunikasi yang pada dasarnya adalah menyebarkan informasi dan berita, media massa mengambil tempat sebagai penjaga dan pengawas berita yang disebarkan pada khalayak.
2. Penafsiran. Intepretasi yang merupakan penafsiran pesan yang disampaikan komunikator, dalam media massa segala bentuk
komunikasi dapat berupa sistematika informasi yang disampaikan. Pada media hiburan pun ditemukan fungsi penafsiran.
3. Penghubung. Media dapat menempatkan diri sebagai alat untuk menghubungkan kepentingan atau ketertarikan antar kelompok atau khalayak yang terpisah secara geografis.
4. Penerusan nilai. Khalayak dapat mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok dengan bantuan media massa. Khalayak yang menonsumsi media mempelajari, mengamati, dan membaca nilai-nilai budaya yang penting.
5. Hiburan pada media massa lebih menarik minat khalayak. Informasi yang disiarkan secara murah (lebih mudah memenuhi kepuasan terhadap hiburan) dan dapat dinikmati khalayak massa sekaligus dapat membantu penggunaan waktu santai dengan lebih menyenangkan.
Pengertian komunikasi massa diterapkan dalam penggunaan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan lembaga atau seseorang untuk menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada banyak orang. Media massa terbagi menjadi cetak dan elektronik, lantas yang terakhir dikembangkan adalah perpaduan komunikasi dengan teknologi internet yaitu media massa online. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat (McQuail, 2002:17).
Media massa berkemampuan mengatur informasi yang diberikan pada khalayak dan sebaliknya khalayak pun membutuhkan media massa untuk menjalankan peran komunikasi dan bertindak dalam hidupnya. Dua kutub yang menjelaskan keberadaan media massa ini memberi pengertian bahwa media massa mampu memberi pengaruh besar terhadap setiap tindakan manusia.
Efek media massa diungkapkan oleh Steven H. Chaffe yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2005) bahwa ada lima hal yang menjadikan media massa penting dinilai secara fisik kehadirannya yaitu
1. Efek ekonomis. Kehadiran media massa membentuk industri media massa yang menjalankan fungsi produksi, distribusi, dan konsumsi. 2. Efek sosial. Penggunaan media massa pada pribadi khalayak akan
membentuk status sosial atau identitas diri yang
mengkomunikasikan kepribadian khalayak.
3. Efek pada penjadwalan kegiatan. Media massa dapat menggeser rutinitas khalayak setelah diterpa oleh penggunaan media massa. 4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu. Khalayak
dapat menggunakan media massa untuk menyalurkan sisi emosionalnya secara psikologis.
5. Efek perasaan orang terhadap media. Penggunaan media oleh khalayak dapat disebabkan oleh pengalaman yang didapat saat menggukan media massa tersebut sebelumnya, dapat berupa perasaan senang atau kecewa.
2.2.3 Teori Uses and Gratification
Tabel 2.1
Model Uses and Gratification
(1) The social and psychological orgins of (2) needs, which generate (3) expectation of (4) the mass media or other source, which lead to (5) differential patterns of media exposure (or engagement in other activities), resulting in (6) need gratifications and (7) other consequences, perhaps mostly unintended ones. (Kathrine Miller, 2004)
Teori komunikasi Uses and Gratification adalah perluasan dari teori Abraham Maslow yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya memiliki kebutuhan sehingga membentuk hirarki kebutuhan dan motivasi yang harus dipenuhi. Teori ini berfokus mengkaji apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz, Gurevitch, dan Haas (1973), memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan (atau memutuskan hubungan) dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil ”(sebagian besar spekulatif) dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa” kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori
1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman
3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status
4. Kebutuhan integratif sosial –mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan (halaman 166-167). (Severin dan Tankard, 2011:357).
Uses and Gratification tidak terlepas dari kesadaran khalayak yang secara aktif dan sadar ketika memilih dan menggunakan media massa. Ekspektasi dalam penggunaan media untuk tercapainya tujuan kepuasan inilah yang mendorong khalayak menjadi aktif memilih media.
The audience is active and its media use is goal oriented. The initiative in linking need gratification to a specific medium choice rests with the audience member. The media compete with other resources for need satisfaction. People have enough self-awareness of their media use, interests, and motives to be able to provide researchers with an accurate picture of that use. Value judgments of media content can only be assessed by the audience. (West dan Turner, 2010)
Pembentukan khalayak aktif tentu didasari oleh asumsi-asumsi dasar yang berlawanan dengan teori pengaruh besar media. Asumsi-asumsi tersebut adalah
1. Khalayak dapat secara proaktif menyeleksi media dan tujuan penggunaan media adalah tujuan hal penting. Khalayak dapat memiliki tingkatan aktivitas yang berbeda-beda pada penggunaan media, seperti motivasi-motivasi penggunaan media pada setiap individu.
2. Utilitarianism, tentang bagaimana khalayak yang memiliki kebutuhan berinisiatif menggunakan suatu media yang diyakininya dapat memenuhi tujuannya yaitu memenuhi kebutuhannya tersebut. menghubungkan motivasi yang mendasari penggunaan media tertentu dengan kepercayaan akan kepuasan yang didapatkan.
3. Intensionalitas, bahwa media sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan bersaing dengan sumber pemenuhan kebutuhan lain yang dapat diusahakan oleh khalayak.
4. Keterlibatan atau usaha, ada minat, motivasi, serta kesadaran diri dari khalayak pengguna media Khalayak pengguna media memiliki kesadaran diri akan penggunaan media, minat, dan motivasi mereka sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti.
5. Khalayak pengguna media adalah pihak yang berhak memberikan penilaian terhadap media, apakah media tersebut memberikan pengaruh pada khalayak. Khalayak diyakini tahan terhadap pengaruh dan tidak mudah untuk dipengaruhi oleh media. (Turner, 2008:104).
2.2.3.1 Teori Nilai Pengharapan
Pada teori ini, khalayak yang media massa mengarahkan diri mereka kepada dunia berdasarkan pada harapan-harapan (beliefs) dan evaluasi-evaluasi mereka.
”The theory is based on expectancy-value theory...According to this theory, you orient youself by your own attitudes. An attituted consist of a cluster of beliefs and evaluations. Your attitude toward some segment of the media is determined by your beliefs about and evaluations of it. The gratification you seek from media determined by your attitudes toward the media-your beliefs about what a medium can give you and your evaluations of this material.” (Littlejohn, 2008)
Ada empat sistem kategori yang diklasifikasikan dalam kepuasaan terhadap penggunaan media,
1. Pengetahuan. Khalayak menggunakan media untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu. Maka khalayak menggunakan media secara kognitif untuk memuaskan keinginan dan untuk memperoleh pengetahuan secara
umum. Penggunaan media dapat dikaitkan denga pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
2. Pelepasan. Hiburan sebagai kebutuhan dasar manusia didapatkan dari stimulasi, relakasasi, dan pelepasan emosional.
a. Stimulasi. Pencarian stimulasi emosional atau intelektual adalah motivasi yang melekat pada manusia. Media digunakan sebagai pengusir kebosanan atau dijadikan aktivitas rutin sehari-hari atau kehidupan setiap hari.
b. Relaksasi. Manusia ketika pada tahap “kelebihan beban sensori” yang artinya terlalu banyak informasi dan stimulasi yang didapat dari lingkungan, akan cenderung melepaskan beban tersebut. Penggunaan media dapat menjadi salah satu sumber pelepasan ini. Atau dapat disimpulkan juga media menjadi alat melarikan diri dari tekanan dan masalah-masalah hidup sehari-hari.
c. Pelepasan emosional. Fungsi terbagi menjadi dua, pelepasan emosi secara nyata seperti pada penggambaran alur sinetron drama yang dapat membuat orang lain secara emosional menangis dan sedangka sisi lain media digunakan sebagai motivasi terhadap diri sendiri dari keberhasilan yang digambarkan oleh media.
3. Kegunaan sosial. Informasi yang disebarkan melalui media massa digunakan sebagai bahan perbincangan. Media membuka peluang bagi antar individu untuk memulai komunikasi dan menjalin hubungan dengan suatu topik yang diterima oleh khalayak media massa sehingga menimbulkan jenis-jenis komunikasi lainnya.
4. Penarikan diri dari masyarakat. Media massa dapat pula menciptakan hambatan antar individu dari kemungkinan menjalin komunikasi aktif atau aktivitas-aktivitas lain (Winarso, 2005: 44-51).
Gambar 2.2
Gratification Sought & Gratification Obtained
Sumber: Kriyantono (2010)
An expectancy-value explanation suggests that an individual’s behaviour will be guided by two assessments: an assessment of the value of a particular outcome and an assessment of the probability of that outcome occurring. (Kathrine Miller, 2004)
Palmgreen mengkaji teori Uses and Gratification pada kepuasan yang didapatkan setelah menggunakan media tersebut, Gratification Sought dan Gratification Obtained. Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau diingikan individu ketika mengonsumsi suatu jenis media tertentu. Sedangkan Gratification Obtained adalah keberhasilan khalayak mencapai kepuasan dari penggunaan media yang dipilih secara sadar oleh khalayak. Teori ini mempertanyakan mengenai apa yang telah diperoleh setelah menggunakan media dengan menyebutkan secara spesifik medianya (Kriyantono, 2010).
Karena mengacu pada kegiatan yang lebih dari sekedar mengakses media, Uses and Gratification berkaitan dengan media exposure. Adapun batasan exposure menurut Shore,
person is actually exposer no message. Exposure is hearing, seeing, reading or most generally experiencing, with at least a minimal amount of interest, the mass media message. This exposure might occure at an individual or group level. (Kriyantono, 2010) Terpaan media (media exposure) yang dijelaskan oleh Ardianto (2007) berbicara mengenai seberapa banyak khalayak dalam penggunaan media, terkait durasi (longevity) penggunaan, frekuensi (frequency) penggunaan, dan perhatian seseorang dalam menyimak suatu program. Penggunaan media adalah jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media yang dikonsumsi, dan berbagai hiburan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 1999:66)
2.2.4 Televisi
Kehadiran televisi dengan keunggulan menampilkan gambar dan suara secara bersamaan seakan menggeser media massa lain yang sebelumnya telah ada. Televisi dianggap mampu menjangkau khalayak media secara luas dan komunal. Televisi menerapkan model komunikasi menurut Lasswell yaitu dengan mengkonsepkan komunikasi sebagai tindakan satu arah yang menggambarkan pengiriman pesan dari pengirim melalui media massa. Fungsi persuasif media massa berperan besar dalam proses komunikasi melalui televisi. Televisi memiliki banyak efek. Selain efek dari fungsi komunikasi yaitu sebagai sumber informasi, efek penggunaan televisi ternyata juga meluas menjadi pembangun ekspetasi seseorang dan dapat memunculkan rasa khawatir bagi khalyaknya. Alan Rubin mengungkapkan khalayak dalam menggunakan televisi memiliki motivasi seperti untuk melewatkan waktu, untuk menemani, kesenangan, kenikmatan, relaksasi, informasi, dan untuk mempelajari muatan
Jenis progam televisi dibagi menjadi dua yaitu program informasi/berita dan hiburan. Program informasi/berita dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Program berita berfokus pada penyampaian informasi fakta, opini, ataupun gosip. Sedangkan program hiburan dibagi menjadi tiga yaitu musik, drama permainan (game show), dan pertunjukan. Perbedaannya, program hiburan dibentuk dengan tingkat kreatif lebih, dapat lebih fleksibel dalam konten program karena tidak dibatasi oleh penyampaian informasi yang sesuai fakta, dan lebih menonjolkan unsur hiburan yang menjadi tujuannya (Set, 2008:25) . Untuk berhasil menghasilkan program yang sesuai dengan kegemaran penonton, Morissan (2008) mengutip pernyataan Vane-Gross “the proggramers must select the appeal through which the audience will
reachable.”
2.2.5 Program Hiburan
Program hiburan televisi selain drama, permainan, musik, mencakup pula pertunjukan. Sedangkan program komedi termasuk dalam pertunjukkan. Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun diluar studio, di dalam ruangan, ataupun di luar ruangan. Program pertunjukan ditampilkan talent-talent yang ahli dibidangnya. Program pertunjukkan adalah jenis program yang paling banyak di produksi di stasiun televisi (Morissan, 2008:219).
Salah satu tujuan penggunaan media massa oleh khalayak adalah sebagai alternatif hiburan. Maka selain menjalankan fungsinya sebagai penambah
Televisi hiburan tidak hanya membahas program hiburan yang diproduksi tetapi juga mencakup segmentasi sampai dengan efek program hiburan yang mencerahkan, mengasyikan, ataupun mempesonakan khalayaknya. Muatan program televisi yang bertujuan menghibur, menginformasi, dan mengedukasi khalayak media. Pembagian jenis program yaitu entertaiment programming, news, documentaries, and educational programming, dan advertisements. Bentuk program entertaimen dari televisi tidak pernah telepas dari unsur pengetahuan atau informasi. Program televisi dokumenter dapat pula memuat unsur hiburan dengan menyorot kehidupan orang terkenal.
2.2.5.1 Program Hiburan Komedi
Tayangan televisi saat ini tidak terlepas dari unsur humor. Bahkan beberapa program dengan rating dan share yang tinggi adalah program-program humor di beberapa stasiun televisi. Sudah sejak dahulu, humor disisipkan sebagai unsur tambahan dalam sebuah drama. Bahkan karena humor kian banyak peminatnya, kini tayangan jenis komedi atau humor berdiri sendiri dan bukan lagi subteks dari sebuah progam non komedi.
Menurut Sony Set (2008) tayangan humor pada televisi terbagi menjadi 1. Humor program non-drama
2. Humor program drama
Contoh humor dalam program drama banyak muncul dengan jenis program situasi komedi (sitkom) atau sinetron yang diselingi adegan komedi. Sedangkan progam humor non drama secara lebih luas dapat ditemukan dalam komedi panggung, reality show komedi, ataupun komedi sketsa. Jenis yang satu ini lebih
banyak ditemukan di televisi selama 24 jam. Alasannya karena jenis komedi non drama tidak membutuhkan set tempat yang rumit dimana biasanya hanya sebuah panggung di dalam studio yang menjadi lokasi utama pertunjukan komedi televisi.
Produksi sebuah program humor bertujuan membuat penontonnya tertawa puas dari yang disaksikan dan yang menjadi konten utama harus dapat menghibur penonton televisi. Ada beberapa tingkatan humor yang beredar di masyarakat yaitu humor yang mengandalkan pelecehan fisik seperti menertawakan orang yang jatuh, humor seks seperti menjadikan dialog mengenai penampilan seksi aktor sebagai lelucon, humor pekerjaan seperti dialog antara atasan dan bawahan di kantor, humor ideologis dan politis yang menjadikan keputusan pemerintah menjadi anekdot, humor anak-anak dalam kartun, humor slapstick, humor situasi komedi, dan humor pada tayangan drama komedi (Set, 2008: 111).
2.2.6 Humor dan Komedi
Humor adalah respon emosional yang secara ekstrim subjektif menjadi perubahan-perubahan dalam hidup. Dalam penjelasan mengenai humor, Melvin Helitzer (2006) mencantumkan argumen Psikolog Patricia Keith-Spiegel, menurut Patricia ada delapan hal teori yang menyebabkan seseorang tertawa, yaitu Surprise, Superiority, Biological, Incongruity, Ambivalance, Release, Configurational, Psychoanalytical.
Ada beberapa tingkatan humor yang beredar di masyarakat yaitu humor yang mengandalkan pelecehan fisik seperti menertawakan orang yang jatuh, humor seks seperti menjadikan dialog mengenai penampilan seksi aktor sebagai lelucon, humor pekerjaan seperti dialog antara atasan dan bawahan di kantor, humor
ideologis dan politis yang menjadikan keputusan pemerintah menjadi anekdot, humor anak-anak dalam kartun, humor slapstick, humor situasi komedi, dan humor pada tayangan drama komedi (Set, 2008:114).
Dalam komunikasi humor, dituliskan oleh Melvin Helitzer (2006) dalam Comedy Writing Secret, komedi bukanlah jenis hiburan yang eksklusif dan dapat digunakan dibanyak orang sebagai pembuka pidato untuk cepat mendapat perhatian. Secara psikologi, tidak mungkin membenci seseorang yang dianggap lucu. Penjelasan tersebut diperkuat dengan pendapat Robert Orben yang dikutip Helitzer, “When we laugh we temporarily give ourselves over to the person who makes us laugh.”
Proses pembentukan pertunjukan komedi terdiri dari tiga poin. Material, Audiens, dan Penampilan komedian (MAP). Materi yang disampaikan haruslah sesuai dengan hal yang menjadi perhatian dari audiens dan materi ini juga harus terkait dengan kepribadian komedian. Demikian pula dengan audiens yang harus mengimbangi materi yang disampaian dan gaya penyampaian komedian. Karakter dari bahan humor harus tepat dengan karakter komedian dan karakter audiens (Helitzer, 2006:3).
2.2.6.1 Stand Up Comedy
Stand Up Comedy muncul antara abad ke 18 dan 19 di Inggris, namun pada perkembangannya orang-orang di Amerika yang menjadikan jenis komedi monolog ini sebagai budaya populer. Sejarah Stand Up Comedy di Indonesia
berawal dari program televisi Bincang Bintang yang disiarkan RCTI dengan pembawa acara Iwel Wel yang telah lama berkecimpung di dunia pertelevisian. Meski sebuah program talkshow, Stand Up Comedy disisipkan dalam program tersebut untuk memperkenalkan jenis komedi baru yang hampir mirip dengan joke telling. Lantas beberapa tahun kemudian muncul lebih banyak nama seperti Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono yang mempraktikkan Stand Up Comedy. Hingga kemudian program bertema Stand Up Comedy hadir Metro TV dengan bentuk show dan Kompas TV memproduksi dalam bentuk kompetisi (blog Stand Up Indonesia, diakses 15 Mei 2012).
Dalam kesempatan peluncuran Kompas TV, pelawak kawakan Indro Warkop menyatakan bahwa proses pembuatan materi Stand Up Comedy layaknya skripsi, memerlukan analisa dan pemikiran yang serius. Lantas kemudian dirumuskan oleh Pandji Pragiwaksono bahwa Stand Up Comedy bukanlah menceritakan anekdot atau lelucon berupa tebak-tebakan yang kerap dilakukan oleh pelawak di Indonesia seperti Alm. Taufik Savalas.
Stand Up Comedy merupakan monolog bercerita mengenai fenomenal sosial yang terjadi di kehidupan masyarakat, kemudian diceritakan ulang pada penonton. Penonton yang mengalami atau terlibat langsung dalam fenomena sosial yang dipaparkan comic mendapatkan rasa lucu, tertawa, dan terhibur. Pendekatan seperti ini yang membedakan Stand Up Comedy dengan cabang komedi lainnya. Mulai dari pelaku Stand Up Comedy yang disebut dengan comic. Comic adalah orang yang memiliki bakat melucu baik dalam tindakan maupun ucapan dari pengalaman sendiri dan mengubah pengalamannya itu menjadi bahan lelucon untuk diceritakan pada orang lain (Carter, 2001:17). Comic menyampaikan
komedinya dengan sebelumnya mempersiapkan materi/bit. Bit ini terdiri dari dua elemen yaitu Set-up dan Punchline.
”Saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa Stand Up Comedy sangat berbeda dengan jenis Comedy lain, sehingga pelakunya (Comic) pun berbeda. Salah satu yang harus diketahui adalah julukan pada Stand Up Comedy sebagai “Komedi Pintar”, artinya bukan hanyak penonton atau penikmatnya yang harus pintar tetapi juga si “pembuat” atau penulis Jokes dan penampilannya pun harus lebih pintar.” (Papana, 2012)
Ada proses komunikasi verbal dan non-verbal yang dilakukan comic pada penonton untuk memberikan pendahuluan agar penontonnya mengikuti alur komedi terkait dengan tema yang dipaparkannya. Pada tahap ini target komedi memiliki asumsi atau perkiraan alur bit komedi. Untuk mencapai Stand Up Comedy yang berhasil, comic dituntut mampu merumuskan materi set-up yang mudah dimengerti target dan punch line yang tidak sesuai dengan asumsi yang dimiliki target setelah comic menyampaikan set-up. Selanjutnya, Dean menjelaskan
“... the Setup is the first part of joke that sets up the laugh. As the first part of the joke, the setup is the words and/or actions used to get the audience to expect something. The Punch is the second part that makes you laugh. As the second part of the joke, the punch is the words and/or actions used to suprise the audience.” (Dean, 2000:2)
Ada formula dasar humor yang diterapkan dalam Stand Up Comedy yaitu Target, Hostility, Realism, Exaggeration, Emotion, dan Surprise. Enam formula ini dapat digunakan dalam kombinasi set-up maupun punch line dan harus diterapkan pada tema materi yang tepat. Komedi tidak hanya hiburan tetapi juga kritik terhadap sesuatu yang tidak disampaikan secara frontal namun dikemas dengan formula humor seperti sesuai realita (realism) atau sebaliknya melebih-lebihkan dalam penyampaiannya (exaggretation) (Helitzer, 2006:25).
Ramon Papana (2012) mengutip penjelasan Joe Eagan, bahwa ada delapan tipe Stand Up Comedy. One-Liner yang berupa kalimat-kalimat komentar pendek
yang disampaikan comic mengenai berita atau opini seorang tokoh, Rant yang berarti comic mengomel mengenai kehidupannya tanpa henti, Impression yang meniru gaya tokoh terkenal, Niche / Pioneering yang mengolongkan comic yang tampil dengan alat bantu seperti alat musik, Story dan Long Story, Character, dan yang terakhir adalah Timing.
Teori Uses and Gratification menjelaskan bahwa khalayak berperan aktif dalam pemilihan media yang akan digunakannya, hal ini berdasarkan kesadaran dan motivasi dalam menggunakan. Khalayak mempunyai otonomi dan wewenang dalam memperlakukan media, termasuk memilih dan menggunakan media tersebut untuk memenuhi kebutuhan informasinya, dan bagaimana media akan berdampak bagi dirinya.
Hasil perhitungan Gratification Sought dan Gratification Obtained menentukan hubungan antara penggunaan dan kepuasaan penggunaan yang
Gratification Sought adalah
motivasi yang mendorong
seseorang mengonsumsi program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
Gratification Obtained adalah keberhasilan khalayak mencapai kepuasan dari menggunakan program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
2.2.7 Kerangka Pemikiran
Bagan 2.1
Kerangka Pemikiran
Stand Up Comedy di Indonesia tergolong sebagai jenis komedi baru yang diangkat ke layar kaca sehingga menjadi budaya popular baru dari sebelumnya telah menjamur di masyarakat. Kompas TV sebagai media massa televisi baru yang mengusung slogan “Inspirasi Indonesia” mencoba memberikan pengenalan baru bagi khalayak luas terhadap Stand Up Comedy. Dikolaborasikan dalam format ajang pencarian bakat, program ini dianggap mampu bertahan dari kompetisi program hiburan sejenis di Indonesia. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa penonton Stand Up Comedy Indonesia dapat memilih dan mendapat kepuasan dari menonton sehingga program tersebut dapat mempertahankan eksistensinya pada musim selanjutnya.
2.3 Hipotesis Teoritis
Penggunaan media massa hampir tidak dapat terlepas dari salah satu kebutuhan manusia pada hirarki kebutuhan. Pada teori Uses and Gratification dinyatakan bahwa khalayak secara aktif memilih media berdasarkan motivasi penggunaan media massa serta tujuan mendapatkan kepuasan maksimal setelah mengonsumsi media massa. Maka hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara motivasi menonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV dan kepuasan yang didapatkan setelah menonton Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sifat Penelitian
Riset berarti mencari informasi tentang sesuatu atau sebuah usaha untuk menemukan sesuatu. Sifat dari sebuah riset ilmiah ialah harus bersifat publik dengan maksud dapat diinformasikan pada orang lain dan terbuka terhadap koreksi dan verifikasi, objektif yaitu berhubungan dengan fakta bukan interpretasi, empirik yaitu dapat diukur dan konsepnya dapat didefinisikan secara jelas, sistematik dan kumulatif yaitu konsisten dan berdasarkan literatur ilmiah, dan dapat memprediksi perilaku ataupun fenomena penting (Kriyantono, 2010:1). Rachmat Kriyantono (2010) berpendapat bahwa metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. Sedangkan menurutnya metodologi kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan dan peneliti bersikap objektif serta memisahkan diri dari data. Selain itu yang paling penting adalah batasan konsep dan alat ukur yang digunakan untuk meneliti suatu fenomena sosial harus mengandung prinsip reliabilitas dan validitas.
Jenis penelitian ini adalah eksplanatif-asosiatif. Menurut Rachmat Kriyantono (2010), penelitian eksplanatif bersifat menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Penelitian tidak hanya berhenti pada pemaparan mengenai pemetaaan kepuasan komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan, namun juga menjelaskan hubungan antar variabel
motivasi penggunaan media massa dan kepuasan terhadap penggunaan media massa.
3.2 Metode Penelitian
Salah satu metode riset komunikasi adalah metode survei. Menurut Kriyantono (2010), survei adalah metode meriset dengan menggunakan instrumen pengumpulan data, salah satunya kuisioner. Menurutnya tujuan survei adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang diperkirakan dapat mewakili populasi tertentu.
Pada penelitian ini metode survei digunakan untuk mencari hubungan antara motivasi penggunaan media dan kepuasan yang didapatkan anggota komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan pada progam hiburan Stand Up Comedy Indonesia yang tayang di Kompas TV. Motivasi dan kepuasan tersebut dinilai berdasarkan kebutuhan khalayak yang terangkum dalam tipologi penggunaan media menurut Blumer dan McQuail, yaitu Hiburan, Informasi, Identitas Personal, dan Penghubung dan Interaksi Sosial. Kuisioner akan dibuat terstruktur dan mendetail terhadap analisis data survei. Data yang didapatkan kemudian diolah dalam bentuk kode-kode yang disederhanakan untuk ditarik kesimpulan hasil penelitiannya.
3.3 Populasi Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kriyantono, 2010:151).
Sedangkan menurut Sarwono (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga mewakili karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap, serta dianggap mewakili populasi.
Pada penelitian ini populasi yang diteliti adalah khalayak yang menggunakan media massa televisi untuk memenuhi kebutuhannya akan hiburan. Sampel digunakan adalah sampling purposif. Karena program Stand Up Comedy Indonesia yang disiarkan Kompas TV dapat ditonton oleh seluruh Indonesia, maka kriteria sampel ditentukan sebagai penonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV yang menyaksikan program tersebut dengan terpaan media tertentu, baik dari jumlah durasi dan frekuensi menontonnya.
Sampel penonton program Stand Up Comedy Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia maka dibutuhkan ukuran sampling untuk menentukan besarnya sampel yang digeneralisasikan. Penjelasan Subiakto yang dikutip Kriyantono (2010) tidak ada ketentuan pasti pada besarnya sampel yang terpenting sampel tersebut mampu menjadi representatif. Menurut Kriyantono pula, rumus Slovin digunakan untuk menghitung sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlahnya, maka perhitungan sampel akan mengunakan rumusan
n = Ukuran atau besarnya sampel
N = Ukuran atau besarnya populasi
Jumlah populasi penelitian ini adalah 200 orang dari populasi penonton Stand Up Comedy Indonesia di komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan maka sampel dapat diperoleh dengan presisi antara 10% dan tingkat kepercayaan 90% maka perhitungannya menjadi
=
= 67
responden3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan jenis data primer dan sekunder. Data pada penelitian ini dikumpulkan dari proses penyebaran kuisioner survei dengan sampel berkriteria yang ditentukan oleh peneliti. Sedangkan kuisioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Responden mengisi sendiri kuisioner yang dibagikan tanpa harus didampingi oleh peneliti, tujuannya adalah untuk mencari informasi lengkap mengenai suatu masalah dari responden dan menjaga objektivitas hasil penelitian (Kriyantono, 2010:94).
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer penelitian ini adalah dengan kuisioner yang bersifat tertutup. Peneliti memberikan pilihan jawaban yang telah disusun untuk membatasi kesempatan responden memberikan jawaban di luar pilihan yang disediakan peneliti. Pada peneliatian ini digunakan skala Likert dengan nilai 1 sampai dengan 5 yang menunjukkan pilihan jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Kuisioner dengan sampel kriteria yaitu komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan yang telah menyaksikan program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV melalui televisi. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini adalah buku-buku yang membahas teori, hasil-hasil
penelitian terkait dengan penelitian ini, dan sumber-sumber lainnya yang dapat melengkapi penelitan ini.
3.5 Teknik Pengukuran Data 3.5.1 Operasionalisasi Konsep
Operasionalisasi konsep digunakan untuk membuktikan konsep yang digunakan dengan proses penelitian di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur tingkat kepuasan konsumen setelah menonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV sebagai alat penenuhan kebutuhan akan hiburan.
Variabel Dimensi Indikator Skala
Motivasi Penggunaan
Informasi
Merasa puas mendapatkan informasi mengenai fenomena sosial terkini dari Stand Up Comedy Indonesia
Likert Penghubung
Mencari keterkaitan atau kepentingan dalam kelompok melalui Stand Up Comedy Indonesia Identitas
Personal
Mencari nilai-nilai pribadi melalui Stand Up Comedy Indonesia
Hiburan
Menjadikan Stand Up Comedy Indonesia sebagai alat pemenuhan
Kepuasan
Informasi
Merasa puas mendapatkan informasi mengenai fenomena sosial terkini setelah menonton Stand Up Comedy
Indonesia
Likert Penghubung
Mendapatkan rasa keterkaitan atau kepentingan dalam kelompok melalui tayangan Stand Up Comedy
Indonesia
Identitas Personal
Mendapatkan nilai-nilai pribadi melalui Stand Up Comedy Indonesia
Hiburan
Merasa terhibur setelah menonton Stand Up Comedy Indonesia
3.5.2 Uji Validitas
Validitas adalah ketetapan atau kecermatan dalam suatu instrumen untuk mengukur yang ingin diukur (Kriyantono, 2010: 68). Data yang diperoleh dari penyebaran teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dalam pengolahannya harus memenuhi syarat valid. Instrumen yang digunakan harus mampu menjelaskan maksud dan tujuan dari variabel yang diteliti hingga hasil penelitian tepat sesuai dengan realita khalayak pengguna media.
Untuk menentukan kelayakan jumlah item yang digunakan untuk pengukuran, maka dilakukan uji signifikasi korelasi koefisien pada taraf
berkorelasi signifikansi denga skor total (Sulistyo, 2010). Maka kriteria uji validitas ditentukan dengan membandingkan tingkat signifikansi (level of significant) sebesar lima persen atau 0,05 dapat dianggap sebagai jika bernilai kurang dari 0,05 maka item pernyataan valid, dan jika bernilai lebih dari 0,05 maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Tabel 3.1
Uji Validitas Motivasi Menggunakan Media
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,702 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 348,413
df 66
Sig. ,000
Hasil hitung uji validitas menggunakan SPSS terhadap sampel, diketahui dari 12 item pertanyaan yang menjelaskan motivasi menonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV bernilai 0,702. Menurut syarat pengujian validitas, nilai KMO-MSA harus lebih besar dari 0,05 dan hasil perhitungan nilai Bartlett’s Test Chi-Square yaitu 348,413 dan signifikan pada 0,000. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan ini, bahwa 12 pernyataan variabel motivasi adalah valid dan dapat digunakan untuk meneliti motivasi penggunaan media.
Tabel 3.2
Uji Validitas Kepuasan Menggunakan Media
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,774 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 457,920
df 66
Sig. ,000
Hasil Uji Validitas terhadap 12 item pertanyaan mencari kepuasan yang didapatkan setelah menonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, hasil perhitungan SPSS menyatakan nilai KMO-MSA sebesar 0,774. Nilai ini
lebih besar dari 0,5 maka pernyataan-pernyataan tentang kepuasan dapat mengungkapkan kepuasan yang didapat penonton.
3.5.3 Uji Reabilitas
Reliabilitas adlah memiliki sifat dapat dipercaya. Alat ukur yang reliabel adalah alat yang mampu mengukur hasil pada gejala-gejala yang konsisten dengan penelitian. Alat ukur yang digunakan harus stabil, dapat diandalkan, dan tetap atau ajeg (Kriyantono, 2010). Meski uji reliabilitas harus stabil, tetap ada dua faktor hasil pengukuran yang menjadi perhatian yaitu hasil pengukuran sebenarnya (true score) dan kesalahan yang terjadi saat pengukuran (measurement error).
Metode yang digunakan untuk pengujian reabilitas pada penelitian ini adalah metode Cronbach’s Alpha yang tepat untuk skor yang berbentuk skala. Alat ukur penelitian dikatakan realibel apabila dari suatu variabel lebih besar sama atau sama dengan 0,6 (Ghozali, 2005).
r = koefisien reliabilitas instrumen
k = jumlah pertanyaan
= total varian jumlah pertanyaan = total varian
Tabel 3.3 Reliability Statistics Motivasi Menggunakan Media
Cronbach's
Tabel 3.4 Reliability Statistics Kepuasan Menggunakan Media
Cronbach's
Alpha N of Items
,860 12
Syarat reliabilitas suatu instrumen pengukuran menggunakan SPSS ialah hasil perhitungan SPSS menunjukkan angka lebih dari koefisien Cronbach Alpha () yaitu 0,6. Hasil perhitungan menggunakan SPSS yang menunjukkan nilai Gratification Sought sebesar 0,800 dan Gratification Obtained sebesar 0,860 maka dinyatakan kedua instrumen pengukuran ini reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur kepuasan penonton program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian eksplanatif ini menggunakan analisis data bivariat yang berfokus pada hubungan antar dua variabel yaitu variabel bebas dan tidak bebas (terikat). Selain itu, tujuan penelitian ini adalah mencari derajat keeratan hubungan antara motivasi menggunakan media dan kepuasan yang didapatkan setelah menggunakan media.
Pada awalnya data dinotasikan dalam data ordinal yang menunjukkan preferensi terhadap suatu hal yaitu “Sangat Setuju” hingga “Sangat Tidak Setuju”, selanjutnya agar dapat dihitung, data ini ditransformasikan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI) menjadi data interval sehingga dapat dihitung dalam skala Likert satu sampai dengan lima seperti pada variabel masing-masing
motivasi Sangat setuju (5), Setuju (4), Ragu-ragu (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).
Adapun langkah-langkah dari teknik analisis datanya adalah dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat signifikansi terhadap Ho. Jika hasil riset mengindikasikan tingkat signifikansi lebih rendah, Ho ditolak dan jika hasil yang didapat lebih tinggi maka Ho diterima. Biasanya tingkat signifikansi ditandai dengan “<” (kurang dari) dan “≤” (kurang dari atau sama dengan) dan diikuti oleh sebuah nilai (Kriyantono, 2010:35). Pada penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,01 yang berarti dapat saja terjadi satu kali kesalahan dalam menerima hipotesis. Maka jika hasil perhitungan menunjukkan angka “<” (kurang dari) atau “≤” (kurang dari atau sama dengan) 0,01 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan di antara dua variabel yang diteliti.
Syarat mengintepretasikan uji tingkat signifikansi adalah
1. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari penelitian lebih besar atau sama dengan batas nilai yang tercantum dalam tabel pengukuran, berarti koefisien korelasi (hubungan) tersebut berarti atau signifikan (artinya nilai koefisien korelasi tersebut tidak hanya berlaku pada sampel yang diteliti, tetapi juga terdapat pada populasi) dan hipotesis diterima.
2. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari penelitian lebih kecil dari batas nilai yang tercantum dalam tabel pengukuran, berarti koefisien korelasi (hubungan) tersebut tidak berarti atau tidak signifikan (artinya nilai koefisien korelasi tersebut hanya kebetulan berlaku pada sampel yang diteliti, tidak berlaku untuk populasi) dan hipotesis ditolak (Kriyantono, 2010:194).
0,00 – 0,19 : Sangat rendah / sangat lemah 0,20 – 0,39 : Rendah / lemah
0,40 – 0,59 : Sedang
0,60 – 0,79 : Tinggi / kuat
0,80 – 1,00 : Sangat tinggi / sangat kuat
Sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson. Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat keeratan antara dua variabel yang diteliti dan karena data yang digunakan adalah data interval yang terdistribusi normal (lebih dari 30 responden), sehingga hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara general terhadap khalayak yang menggunakan media massa. Rumus Uji Korelasi Product Moment adalah
Nilai “r” terbesar adalah +1 dan terkecil adalah -1. Intepretasi nilai r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna, terdapat hubungan yang positif antara variabel motivasi dan kepuasan menggunakan media massa. Sedangkan r = -1 menunjukkan negatif sempurna, terdapat hubungan negatif antara variabel. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah hubungan di antara variabel-variabel tersebut.
Adapun untuk mengintepretasi nilai interval kekuatan hubungan diperlukan syarat guna menjelaskan kekuatan hubungan antar variabel yang diteliti yaitu
Tabel 3.5
Makna Nilai Korelasi Product Moment
Sumber: Kriyantono (2010)
3.6.1 Hipotesis Statistik
Penelitian ini membandingkan dua variabel yang terdiri dari variabel bebas dan terikat, maka hipotesis yang menjelaskan perbandingan digolongkan ke dalam hipotesis komparatif. Hipotesis komparatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang perbandingan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009).
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang mencari perbandingan kepuasan antara motivasi penggunaan media massa dan kepuasan yang didapat setelah menonton Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, maka hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai
Hipotesis yang diajukan dan dibuktikan kebenarannya dapat dibaca dalam notasi
Ho: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi menggunakan media massa dan kepuasaan setelah menggunakan media massa terhadap program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV pada anggota komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan.
Ha: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara antara motivasi menggunakan media massa dan kepuasaan setelah menggunakan media massa terhadap program Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV pada anggota komunitas Stand Up Bintaro-Tangerang Selatan.
Nilai probabilitas (r) > 0,01 maka Ho diterima dan Ha ditolak Nilai probabilitas (r) < 0,01 maka Ha diterima dan Ho ditolak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah program hiburan komedi yang berkolaborasi dengan unsur ajang pencarian bakat, Stand Up Comedy Indonesia musim pertama yang ditayangkan oleh Kompas TV.
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Gambar 4.1 Logo Kompas Gramedia
Berawal dari 1963 ketika majalah Intisari yang disambut hangat oleh masyarakat Indonesia, kemudian dua dari empat penggagasnya mengembangkan sayap pada produksi koran harian yang diberi nama Kompas. Pada 1970, tetap dengan semangat membuka cakrawala dunia bagi Indonesia, toko buku Gramedia didirikan. Terus berkembang, perusahaan ini merambah ke bidang bisnis percetakan, perfilman, radio, hingga pendidikan.
Tahun 2000 Kompas Gramedia mendirikan stasiun televisi PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh yang kemudian lebih dikenal dengan TV7. Pada perkembangannya TV7 bergabung dengan Trans Corporation (CT Corp) dan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan penyebaran informasi, Kompas Gramedia mengikuti dengan bertransformasi menjadi bisnis media yang multi-platform, menjangkau seluruh jenis media dalam menyebarkan informasi. Kompas Gramedia memulai proyek ini dengan membentuk Kompas Gramedia Production yang bertugas untuk memproduksi program acara yang memberikan value added kepada pemirsa, sehingga program-program yang akan ditayangkan mengandung nilai-nilai kemanusiaan, nilai sosial, dan pendidikan. Proyek ini sekaligus juga mempersiapkan terbentuknya Kompas Gramedia TV Network, Kompas Channel, Kompas Gramedia Vision, dan Kompas TV.
4.1.2 Deskripsi Kompas TV
Gambar 4.2 Logo Kompas TV
Sumber: Google.com
Kompas TV, sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia. Hadir meramaikan ranah pertelevisian Indonesia pada 2011, semangat “Enlightening People”, Kompas TV menayangkan program-program bermutu yang mendidik bangsa dengan mengeksplorasi keindahan Indonesia.
Program tayangan Kompas TV dikemas dalam news, adventure & knowledge, entertainment yang mengedepankan kualitas. Dalam pembagian programnya, sebagai content provider Kompas TV bekerjasama dengan televisi daerah untuk mendukung berkembangnya televisi berkonten daerah dengan presentase 30% tayangan lokal dan 70% tayangan produksi Kompas TV. Kompas TV juga menyediakan kanal televisi berbayar pertama di Indonesia yang memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati detail gambar dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam.
Kompas TV Tidak hanya berhenti pada program tayangan televisi, tersedia pula produksi film layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung talenta seni berbakat Indonesia. Beberapa film layar lebar yang diproduksi adalah Lima Elang dan Garuda Di Dadaku 2 karya Rudi Soedjarwo, serta sebuah film animasi berjudul Si Geboy.
4.1.3 Visi dan Misi Kompas TV
Kompas TV menyatakan Visi dan Misi perusahaan mereka sebagai,
“To be the most creative organization in southeast asia to enlight people's live with programmes and services that inform, education and entertaint and to engange our audiences with an independent, distinctive and appealing mix of programming and content, delivered via multiplatform service.”
4.1.4 Profil Program Hiburan Stand Up Comedy Indonesia” Gambar 4.3