• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN SERANGAN HAMA KUMBANG KELAPA Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) DI KECAMATAN MATTIROBULU KABUPATEN PINRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN SERANGAN HAMA KUMBANG KELAPA Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) DI KECAMATAN MATTIROBULU KABUPATEN PINRANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

306

SEBARAN SERANGAN HAMA KUMBANG KELAPA Oryctes rhinoceros

(Coleoptera: Scarabaeidae) DI KECAMATAN MATTIROBULU

KABUPATEN PINRANG

Itji Diana Daud

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fapertahut, Unhas ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengetahui sebaran hama kumbang kelapa Oryctes

rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae) di 10 dusun di Kecamatan Mattirobulu

Kabupaten Pinrang. Survei sebaran hama kumbang kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae) dilakukan dengan mengamati gejala serangan hama (keberadaan guntingan daun dan pelepah yang rusak). Presentase serangan dikategorikan sehat, ringan, sedang, dan berat. Kategori ringan yaitu 1%- 25% daun yang terserang dari total daun per pohon, kategori ringan 26%-50%, kategori berat 51%-75%, dan kategori sangat berat > 75%. Pengamatan tingkat serangan hama dilakukan dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa lensa pembesar atau sejenis teropong. Hasil survei menunjukkan serangan hama kumbang O. rynocerus di Kecamatan ini dengan tingkat serangan yang bervariasi. Sedangkan tanaman yang tidak terserang hama kumbang ini banyak ditemukan di dusun Punnia ( 23 pohon) dan Buludua (9 pohon) dan Boki (4 pohon). Kategori sedang, seluruhnya ditemukan di tempat pengamatan. Dusun Bulu dua (43 pohon), Boki (26 pohon), Kariango 1 (50 pohon), Kariango 2 (40 pohon), Dolangan (10 pohon), Bottae (50 pohon), Karangan (8 pohon), Punnia (30 pohon), Cora (33 pohon), dan dusun Palopo (45 pohon). Kategori serangan ringan, hampir seluruh tempat pengamatan ditemukan kategori ini yaitu dusun Buludua (8 pohon), Boko (48 pohon), Kariango 2 (20 pohon), Dolangan (10 pohon), Karangan (20 pohon) Punnia (48 pohon), Cora (68 pohon), dan Palopo (20 pohon). Untuk kategori sehat yaitu hanya ditemukan di tiga tempat pengamatan yaitu Buludua (8 pohon), Boki (5 pohon), Dolangan (2 pohon), dan Punnia (23 pohon).

Kata kunci: Serangan hama kumbang kelapa, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae), Kecamatan Mattirobulu.

PENDAHULUAN

Tanaman kelapa merupakan tanaman multiguna yang keseluruhan bagian-bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan prabot rumah tangga, pangan, obat-obatan, dan bahkan untuk keperluan souvenir. Air kelapa memiliki khasiat dan nilai gizi yang tinggi. Air kelapa mengandung banyak unsur makro berupa nitrogen dan karbon. Unsur nitrogen di dalamnya berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin, dan serin. Dibandingkan asam amino yang terdapat di susu sapi, asam amino yang terkandung dalam air kelapa ternyata lebih tinggi. Unsur karbon yaitu dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lainnya. Sedangkan unsur mikro dalam air kelapa berupa mineral yang dibutuhkan sebagai penganti ion tubuh. (Anonim, 2008 a). Terlepas dengan nilai gunanya, terdapat permasalahan utama salah satunya adalah hama kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) (Coleoptera:Scarabaeidae).

Hama kumbang kelapa O.rhinoceros sudah tersebar luas dibelahan dunia. Di Asia Tenggara seperti Filiphina, Malaysia, dan Thailand (Jelfina C Alouw, 2007). Di Asia seperti Oman telah dilaporkan tingkat serangan dari 30 pohon tahun 1983 meningkat menjadi 68% tahun 1986 (Kinawy, 1989). Dan Negara-negara di Pasifik Selatan kerusakan hama kumbang kelapa dipastikan dapat mencapai sedikitnya $US 1.100.000

(2)

biasanya terjadi jika kumbang kelapa ini menyerang berulang kali (Kinawy, 1989). Lebih lanjut Bedford (1980) mengemukakan bahwa serangan hama kumbang kelapa berpengaruh terhadap menurunnya hasil buah kelapa. Jika terdapat 18 ekor hama ini setiap pelepah maka 10 pohon anakan daun akan dimakannya. Terjadi korelasi positif penurunan produksi buah dengan hilangnya anakan daun. Sedangkan Hinckley A.D., (1973) mengemukakan bahwa hama ini dapat menyebabkan kematian tanaman jika menyerang titik tumbuhnya.

Beberapa pengendalian sudah dilaporkan. Perlakuan insektisida melalui penginfusan batang pada beberapa jenis kelapa belum menunjukkan hasil maksimal. Perlakuan insektisida tidak efektif mematikan hama kumbang kelapa jika kondisi kebun yang tidak disanitasi. tetapi kondisi kebun seperti ini sangat mendukung perkembangan hama kumbang kelapa. Serangan awal hama ini terlebih dahulu memakan pucuk daun yang belum membuka disaat konsentrasi insektisida sangat rendah sampai dipucuk (Ruskandi dan Odah Setiawan, 2004). Berbeda dengan perlakuan pestisida, penelitian dengan perlakuan sex feromon yang dikombinasikan dengan virus Baculovirus yang dipasang dengan menggunakan pipa paralon disekitar pertanaman kelapa cukup efektif yaitu dapat membunuh 6 – 25 ekor hama kumbang kelapa per ha per bulan (Jelfina C Alouw, 2007). Disamping itu, perlakuan ini dapat pula digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi sebaran populasi hama ini.

Sejauh ini tingkat sebaran serangan hama kumbang kelapa di Sulsel khususnya di Kab. Pinrang belum diketahui dengan pasti. Hal ini dilihar dari laporan Dinas Perkembuan dan Kehutanan tahun 2007 yang tidak menyebutkan besarnya sebaran serangan hama ini. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian sebaran hama ini. Penelitian difokuskan di Kecamatan Mattirobbulu yang merupakan wilayah di Kabupaten Pinrang yang memiliki jumlah populasi tanaman kelapa terbesar.

BAHAN DAN METODE

Survei serangan kumbang kelapa O. rhinocerus dilakukan di Kecamatan Mattirobulu berlangsung mulai bulan Juli-September 2008. Lokasi survei merupakan salah satu penghasil kelapa terbesar di Kabupaten Pinrang. Pengambilan titik simple dilakukan di 10 dusun dengan masing-masing luasan kurang lebih 1 hektar. Jarak antar titik pengambilan sampel berkisar 30- 35 km. Gejala serangan kumbang kelapa ditandai keberadaan guntingan pelepah daun. Penentuan presentase serangan kumbang kelapa dikategorikan sehat, ringan, sedang, dan berat dengan menghitung jumlah daun terserang dari total daun.

(3)

308

Kategori ringan yaitu antara 1%- 25% daun yang terserang, kategori ringan antara 2%50%, kategori berat antara 51%-75%, dan kategori sangat berat > 75%. Pengamatan tingkat serangan hama dilakukan dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa lensa pembesar atau sejenis terpong.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi kebun contoh

Hasil pengamatan sebaran serangan hama kumbang kelapa O. rhinoceros dari kesepuluh dusun di Kecamatan Mattirobulu dapat dilihat pada Gambar 1-10. kondisi pertanaman kelapa secara keseluruhan menunjukkan gejala serangan yang bervariasi.

(4)

Gambar 2. Kondisi tanaman kelapa di dusun Boki

Gambar 3. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 1.

(5)

310

Gambar 4. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 2.

(6)

Gambar 6. Kondisi tanaman kelapa di dusun Dolangan

Gambar 7. Kondisi tanaman kelapa di dusun

(7)

312

Gambar 8. Kondisi tanaman kelapa di dusun Punnia

(8)

Gambar 10. Kondisi tanaman kelapa di dusun Palopo

Tabel 1. Kondisi kebun contoh di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang Dusun

Kondisi kebun Kelapa Umur

(Thn)

Total Populasi/ha Bulu Dua Monokultur kebun terletak dipinggir jalan menuju Kab.

Sidrap, berbukit-bukit 70 125

Boki Monokultur, Kebun terletak pinggir jalan menuju Kab. Sidrap dengan kebun yang datar, melakukan pemupukan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva disekitar kebun

39 300

Kariango 1 Tumpang sari kakao, pisang, dan pepaya. Terletak dipinggir sungai, terdapat tumpukan bahan organic dan ditemukan larva di kelapa mati

47 60

Kariango 2 Tumpang sari kakao, pepaya, dan pisang, tanah datar terletak di pinggir jalan dan perkampungan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva

42 75

Dolangan Tumpang sari nenas, mangga, dan kakao, terdapat

tumpukan bahan organic, ditemukan larva 43 125 Bottae Tumpang sari nenas, mangga, pisang, dan nangka. Jarak

tanam sangat rapat, ditemukan larva 35 50 Karangan Tumpang sari pisang, kakao, dan mangga, terdapat

tumpukan bahan organic,ditemukan larva 41 56 Punnia Tumpang sari ubi dan kakao dan kebun kondisi terbuka

dekat dari persawahan, terdapat tumpukan bahan organic, tidak ditemukan larva

44 85

Cora Tumpang sari pepaya, mangga, dan kakao, terdapat

tumpukan bahan organic, tidak ditemukan larva 43 123 Palopo Tumpang sari kakao, pisang, dan mangga. Kebun

letaknya di sekitar pekuburan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva

45 98

(9)

314

Tabel 1 menunjukkan bahwa kebun kelapa di Kecamatan Mattirobulu secara keseluruhan menggunakan sistim tumpang sari. Umumnya tanaman kelapa ditumpang-sarikan dengan tanaman tahunan. Kecuali di Dusun Bulu dua dan Boki. Kebun ini memang secara keseluruhan tanamannya adalah tanaman kelapa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi tanaman kelapa kedua dusun ini yaitu Bulu dua 125 pohon dan Boki 300 pohon. Kebun ini letaknya strategis karena berada dipinggir jalan raya yang dapat memudahkan dalam pemanenan. Saat pengamatan di lokasi ini, pemilik tanaman kelapa di dusun Boki sudah melakukan pemupukan seminggu sebelum pengamatan berlangsung. Tidak hanya itu, saat berlangsung pengamatan pemiliki kebun sedang melakukan pemanenan (Gambar 2, 11, dan 12). Ratusan buah kelapa yang dipanen disimpan dipinggir jalan untuk dipasarkan di kota Makassar. Sistim tumpang sari ini yang ditemukan di kebun dimana tanaman kelapa bukan sebagai tanaman utama (Gambar 1-10). Umumnya kakao, pepaya, pisang, dan mangga. Para petani di kecamatan ini umumnya menjual hasil kebunya seperti pepaya dan pisang di Makassar. Interval waktu penjualan 3 kali seminggu yang diambil langsung oleh pedagang pengumpul di kebun.

Umur rata-rata tanaman kelapa di Kecamatan ini berkisar antara paling rendan 35 hingga 70 tahun (Tabel 1). Tanaman kelapa ini umumnya ditanam oleh leluhur mereka yang hingga kini hampir keselurahan tempat lokasi survei tidak diberi pupuk. Hanya saja pemupukan dilakukan untuk tanaman utama mereka yang berada disekitar tanaman kelapa seperti kakao dan tanaman lainnya. Umur tanaman terendah ditemukan di Dusun Bottae, sedangkan umur tertinggi ditemukan di dusun Bulu Dua. Umumunya umur tanaman kelapa dengan kisaran 40 an di kecamatan ini.

Persentase serangan di Kecamatan Mattirobulu

Gambar 12 menunjukkan bahwa kondisi serangan hama kumbang kelapa di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang dengan tingkat serangan yang bervariasi mulai dari tanaman tidak terserang, terserang ringan, sedang, hingga tingkat serangan berat. Persentase tanaman tidak terserang hama kumbang kelapa ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang terserang. Sedangkan untuk tanaman yang terserang didominasi tanaman terserang sedang. Keseluruhan kebun pengamatan ditemukan gejala serangan ini dengan kisaran 10 pohon hingga 50 pohon, tetapi tidak pada tingkat serangan berat. Tingkat serangan berat ditemukan di dusun Bottae yang 80 pohon disusul dusun karangan sekitar 65 pohon. Dusun kariango, Bottae, Palopo, Punnia, Kariango 2, Buludua, dan Boki menunjukkan serangan berat kumbang kelapa berkisar antara 30 pohon -50 pohon. Tanaman kelapa di dusun Punnia dan Cora tidak ditemukan serangan berat. Tanaman kelapa yang tidak terserang hama kumbang kelapa hanya ditemukan di beberapa dusun saja yaitu dusun Buludua (9 pohon), Boki (5 pohon), Dolangang (2 pohon), dan dusun Punnia (23 pohon). Untuk serangan ringan, dusun Cora menunjukkan serangan ringan terbanyak (68 pohon). Punnia dan Boki menunjukkan masing-masing (45 pohon). Palopo, Karangan, Kariango, dan Buludua (berkisar antar 9 pohon-20 pohon) sedangkan kariango 1 dan Bottae tidak ditemukan. Untuk serangan sedang hama kumbang kelapa ditemukan secara keseluruhan tanaman kelapa di kecamatan ini yaitu dengan kisaran (10 pohon-50 pohon). Populasi tanaman kelapa yang tinggi ditemukan di dusun Boki yaitu 300 pohon kelapa.

(10)

Gambar 12. Jumlah pohon kelapa dari berbagai kategori serangan (sehat, ringan, sedang, dan berat) hama kumbang kelapa (O. rhinoceros) di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang.

Jumlah pohon dengan tingkat serangan berat tertinggi di Dolangan. Kondisi kebun yang tidak dilakukan pemeliharaan tanaman seperti sanitasi dan kondisi kebun yang sangat berdekatan adalah faktor tingginya serangan. Menurut Agnes Vargo, (2000) bahwa sanitasi kebun merupakan pengendalian yang penting dilakukan untuk menekan populasi hama kumbang kelapa. Lebih lanjut dikemukakan, tanaman yang sudah tua perlu dilakukan peremajaan. Selain faktor sanitasi dan jarak antar kebun, sistim pertanaman dengan tumpang sari dengan tanaman pisang juga menjadi pemicu tingginya serangan hama kumbang ini. Menurut Bedford (1980) bahwa serangan hama ini dapat meningkat lima kali lebih cepat pada kebun yang banyak memiliki tanaman pisang dibandingkan dengan tanaman kelapa saja. Tidak hanya di Dolangang, tetapi juga ditemukan di dusun Buludua, Boki, Kariango 1 dan 2, Bottae, Karangang, dan Palopo. Kecuali di dusun Cora dan Punnia serangan kumbang kelapa tidak ditemukan sama sekali. Berbeda dari dusun lainnya, petani di dusun Cora dan Punnia memiliki kebun kelapa yang disanitasi dan lokasi kebunnya berdekatan dengan lahan persawahan. Kondisi kebun mereka mudah mendapatkan banyak hembusan angin yang diduga menjadi faktor pembatas kurangnya serangan hama kumbang kelapa. Banyaknya angin yang berhembus dari arah persawahan yang merupakan ruang terbuka menyebabkan hambatan penyebaran kumbang kelapa. Angin merupakan faktor pembatas penyebaran hama kumbang ini selain sanitasi kebun. Di dusun ini juga petani melakukan pemupukan untuk tanaman utamamnya seperti kakao dan pepaya yang berdekatan dengan pertanaman kelapa. Dusun Cora sudah terkenal sebagai daerah pensuplai pepaya dan kelapa di kota Pare-Pare dan Makassar sehingga petani termotivasi untuk pemeliaraan kebunnya. Perlakuan sanitasi kebun di dusun ini sangat membantu mengendalikan populasi hama kumbang kelapa. Hasil penelitian Adrian (2001) di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa sanitasi saja dapat menurunkan serangan hama kumbang kelapa hingga 30,4 %.

Penelitian ini tidak secara rinci dilakukan hubungan antara tingkat serangan dengan produksi buah, tetapi jika kita merunut pada Tabel 2 dapat diestimasi besarnya

(11)

316

persentase penurunan produksi buah kelapa yang terjadi di tempat survei (Kec.Mattirobulu) Hubungan antara persentase serangan hama kumbang kelapa dengan penurunan produksi buah kelapa dapat dilihat Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 menunjukkan bahwa jika jumlah daun yang rusak akibat gerekan kumbang kelapa 10 pohon akan berdampak penurunan produksi 1%, 10-20% daun yang rusak dapat mempengaruhi penurunan produksi buah sebesar 4%, 20-30 % daun yang rusak penuruan produksi 6%, 30-40 % daun yang rusak mempengaruhi penurunan produksi sebesar 8%, 40-60% daun yang rusak penurunan produksi sebesar 12 pohon, 60-80 pohon daun yang rusak akan mempengaruhi penurunan produksi 17%, dan 80-100% daun yang rusak berdampak pada penurunan produksi hingga 23%. Besarnya jumlah daun yang rusak akibat serangan hama ini dan besarnya penurunan hasih buah memiliki korelasi positif. Makin besar persentase jumlah daun yang rusak makin besar pula persentase penurunan produksi buah.

Tabel 2. Hubungan antara kerusakan daun kelapa akibat hama kumbang kelapa dengan

Jumlah daun yang rusak (%) Penurunan hasil buah (%) 0-10 10-20 20-30 30-40 40-60 60-80 80-100 1 4 6 8 12 17 23 Sumber: Bedfrod, 1980

Keseluruhan kebun kelapa tempat survei ditemukan gejala serangan hama kumbang kelapa. Tanaman kelapa yang diserang oleh hama ini pada berbagai level jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tanaman kelapa yang sehat (Gambar 12). Menurut Bedford (1980) bahwa kumbang kelapa dapat menyerang tanaman berumur 10 tahun dengan panjang gerekan rata-rata 16 cm. Lebih lanjut dikemukakan hama ini pertama kali menggerek secara horizontal dan kemudian turun menjadi titik tumbuh secara vertikal. Lubang gerekan yang dibuat serangga ini secara vertikal panjangnya 15-50 cm, lebih panjang dibandingkan dengan lubang horzontal. Kumbang yang telah menggerek masuk ke dalam tanaman akan berada di dalam tanaman sekitar 5 – 10 hari. Seekor betina mampu menghasilkan 30 butir telur sekali meletakkan telur.

Di kebun survei ditemukan sarang yang berisi larva dan imago hama ini disekitar tumpukan serasah atau bekas tanaman kelapa mati. Selain itu juga di sekitar perakaran tanaman atau tumpukan bahan-bahan organik yang tersimpang disekitar pertanaman kelapa. Hasil penelitian Adrian, (2001) menunjukkan bahwa jumlah telur yang diletakkan oleh kumbang betina kurang lebih 3 ekor per minggu. Seekor kumbang dapat menghabiskan siklus hidupnya paling sedikit 4 bulan. Menurut Kalshoven (1981) sarang yang disukai oleh imago kumbang kelapa untuk meletakkan telur yang banyak seperti tumpukan sampah atau serasah yang bisa ditemukan 60 ekor larva/mm3. Hal ini juga didukung oleh Chapman (1983) dimana kumbang kelapa senang meletakkan telur ditempat serasah atau sampah guna untuk kebutuhan nutrisi larva. Telur memerlukan suhu dan kelembaban yang cukup untuk menetas menjadi seekor larva. Kandungan amoniak dan aceton juga berpengaruh perkembangan larva (Bedford, 1980). Faktor pemberian pupuk Urea yang kurang baik dapat menjadi tempat yang baik untuk meletakkan telur.

(12)

Jumlah pohon kelapa dengan kategori serangan berat hampir ditemukan disemua dusun pengamatan yaitu dusun Dolangang (80 pohon), Karangang (62 pohon), Kariango 1 (50 pohon) dan Kariango 2 (26 pohon), Bulu Dua (40 pohon), Palopo (34 pohon), dan Boki (23 pohon). Sedangkan tanaman yang tidak terserang hama kumbang ini banyak ditemukan di dusun Punnia ( 23 pohon) dan Bulu dua (9 pohon) dan Boki (4 pohon). Kategori sedang, seluruhnya ditemukan di tempat pengamatan. Dusun Bulu dua (43 pohon), Boki (26 pohon), Kariango 1 (50 pohon), Kariango 2 (40 pohon), Dolangan (10 pohon), Bottae (50 pohon), Karangan (8 pohon), Punnia (30 pohon), Cora (33 pohon), dan dusun Palopo (45 pohon). Kategori serangan ringan, hampir seluruh tempat pengamatan ditemukan kategori ini yaitu dusun Buludua (8 pohon), Boko (48 pohon), Kariango 2 (20 pohon), Dolangan (10 pohon), Karangan (20 pohon) Punnia (48 pohon), Cora (68 pohon), dan Palopo (20 pohon). Untuk kategori sehat yaitu hanya ditemukan di tiga tempat pengamatan yaitu Buludua (8 pohon), Boki (5 pohon), Dolangan (2 pohon), dan Punnia (23 pohon).

Kebun yang tidak disanitasi jauh lebih rentan terserang hama kumbang kelapa dibandingkan kebun yang disanitasi. Selain faktor kebun yang saling berdekatan dengan satu sama lain, sistim pertanaman dengan tumpang sari. Kebun yang berdekatan dengan daerah persawahan kecendrungannya dapat terhindar (escape) dari serangan hama ini.

SARAN DAN REKOMENDASI

Kondisi kebun yang berdekatan dengan persawahan atau berdekatan dengan ruang kosong cukup membantu menurunkan serangan hama ini, selain perlakuan sanitasi. Untuk mengurangi serangan hama kumbang kelapa, sanitasi dan pemeliharaan tanaman dilakukan tidak hanya pada kebun tempat pengamatan, tetapi juga kebun disekitar pengamatan. Tumpang sari tanaman kelapa dengan pisang perlu dipertimbangkan. Perlu dilakukan segera pendataan ulang sebaran hama kumbang kelapa dan faktor-faktor berpengaruh tingginya serangan hama ini di Sulsel.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. RIbuan Tanaman Kelapa Terserang Hama Kumbang Kelapa. Sumber kompas online Desember 2003.

Anonim, 2008 c. Apa yang harus dilakukan jika kelapa terserang Penyakit busuk pucuk kelapa (BPK)?, Sumber: www.Agromania.org. media komunikasi pelaku agrobisnis Indonesia, Juni 2008.

(13)

318

Anonim. 2008a. manfaat kelapa muda. Diakses tanggal 11 Juli 2008. (www.indonesiaindonesia.com)

Anonim, 2008 b. Hama Utama Tanaman Kelapa di Kabupaten Ketapang. diakses tanggal 11 Juli 2008.(http://www.kipde-ketapang.go.id/baru)

Anonim, 2007. Laporan hasil produksi tanaman perkebunan 2007. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pinrang.

Adrian Matualarge, 2001. Kajian tindak pengendalian hama penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhynocerus (Linneaus) (Coleoptera: Scarabidae) dengan sanitasi dan penggunaan umpan sarang buatan, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Unhas.

Agnes Vargo, 2000. Coconut Rhinoceros Beetle (Oryctes rhinoceros). Agricultural Development in the American Pacific (ADAP). Journal Agricultural Pests of the Pacific Januari 2000.

Bedford, Geoffrey, 1980. Biology, Ecology, and Control of Palm Rhinoceros Beetles. Annual review of Entomology Vol.25; 309-339. www.annualreviews.org/online Hinckley A Dexter, 1973. Ecology of the coconut Rhinoceros beetle. Oryctes thinoceros (L)

(Coleoptera:Dynastidae). Department of Environmental Sciences Univ. Virginia Charlotteville. Virginia. Journal Biotropical, 5(2), 111-115 USA.

Jelfina C Alouw, 2007. Feromon dan Pemanfaatannya dalam Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Orycter rhinoceros (Coleoptera: Scarabidae). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palm Lain. Buletin Palm Bo 32 Hal 12-21.

Kinawy, M.M., 1989. Biological control of the Coconut Palm Rhinoceros Beetle (Oryctes rhinoceros L. Coleoptera: Scarabidae) by Using Rhbadiovirus oryctes Huger in Sultanae of Oman. Directorat General of Agriculture and Veterinary Services. Kalshoven, 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated by P.A. van der

Laan. PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. Pp 463-468.

Ruskandi dan Odih Setiawan, 2004. Teknik Pengendalian Hama Pemakan Daun Kelapa melalui Infus Akar. Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon. Buletin Teknik pertanian Vol.9 No.2 hal 70-73.

Gambar

Gambar 1. Kondisi tanaman kelapa di dusun Buludua.
Gambar 3. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 1.
Gambar 4. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 2.
Gambar 7. Kondisi tanaman kelapa di dusun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu hama utama pada kelapa sawit adalah hama kumbang tanduk ( O. Siklus hidup kumbang tanduk relatif cukup lama membuat keberadaan hama ini di lokasi perkebunan yang

Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hama kumbang kelapa sawit ( Oryctes rhinoceros ) dengan eksplorasi dan aplikasi.. pengendali hayati

Permasalahan hama kumbang badak ini semakin serius dengan pemanfaatan tandan kosong pada areal tanaman kelapa sawit sebagai mulsa dan pengganti pupuk non

Pengaplikasian tandan kosong supaya tidak ditumpuk dengan tebal sehingga tidak mendukung untuk perkembangan larva kumbang Oryctes di lapangan (kebun kelapa sawit), dan perlu

Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hama kumbang kelapa sawit ( Oryctes rhinoceros ) dengan eksplorasi dan aplikasi.. pengendali hayati

rhinoceros , pengendalian hama tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase serangan O.. rhinoceros , dan sanitasi tidak memiliki hubungan yang

rhinoceros adalah hama yang berbahaya baik pada tanaman kelapa yang masih di pembibitan sampai tanaman dewasa (Singh and Rethinam, 2005).. Penggunaan feromon dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa pengaruhnya media serbuk kelapa kombinasi kotoran sapi dan serbuk kayu kombinasi kotoran sapi pada kumbang badak (Oryctes