• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Umur Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Umur Tanaman"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

BERDASARKAN UMUR TANAMAN

SKRIPSI

JUNAEDI SIREGAR 050302022

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANAIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

BERDASARKAN UMUR TANAMAN

SKRIPSI

JUNAEDI SIREGAR 050302022

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh: Komisi pembimbing

( Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS ) ( Ir. Marheni, MP ) Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANAIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(3)

ABSTRACT

.

(4)

ABSTRAK

Junaedi Siregar “ Analisis Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Junaedi Siregar lahir pada tanggal 2 April 1987 di Siak, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Anak dari Ayahanda Agus salim siregar dan ibunda

Roinun Simamora.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

- tahun 1999 lulus dari sekolah dasar SDN 029 Empang Pandan di Koto

Gasib.

- tahun 2002 lulus dari sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN

Buatan Siak.

- Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Padang Bolak

Julu.

- Tahun 2005 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur

PMDK.

Pengalaman Kegiatan Akademis.

1. dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK..

2. Tahun 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan

Juni sampai Juli di Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation

Kisaran Kabupaten Asahan.

3. Penulis pernah menjadi asisten Laboratorium Mikrobiologi organisme

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ ANALISIS

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA

AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jack.)

BERDASARKAN UMUR TANAMAN DIKEBUN HUTA PADANG PTPN III.

Yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

ipembimbing saya yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua dan

Ibu Ir. Marheni. MP selaku anggota yang telah membimbing saya dalam penulisan

skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

Ayahanda (Agus Salim Siregar), Ibunda (Roinun Simamora) serta teman-teman

seperjuangan HPT 05 yang telah memberikan banyak masukan hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. .

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah turut membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Medan, Juni 2010

(7)
(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

N0 Judul Hlm

1. Telur Oryctes rhinoceros………..… 8

2. Larva Oryctes rhinoceros……….… 8

3. Pupa Oryctes rhinoceros……….…. 9

4. Imago Oryctes rhinoceros……… 9

5. Serangan Oryctes rhinoceros……….. 10

6. Gambar Tanaman Tahun Tanam 200………... 17

7. Gambar Tanaman Tahun Tanam 2000………. 18

8. Gambar Tanaman Tahun Tanam 2006………. 19

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Persentase serangan Oryctes rhinoceros di areal

pertanaman kelapa sawit pada tanaman TM dan TBM ... 16

2. Jumlah kumbang Oryctes rhinoceros yang tertangkap di

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1. Bagan Pengambilan Sampel ... 26

Lampiran 2. Gambar peta bentangan kebun Huta Padang PTPN III ... 27

Lampiran 3. Gambarr peta denah lokasi afdeling IV ... 28

lampiran 4. Gambar bentuk perangkap oryctes yang terbuat dari pipa paralon ... 29

Lampiran 5. Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada

tahun tanam 200, tahun tanam2003, tahun tanam2004 .... 30

Lampiran 6. Data Persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2006, tahun tanam 2007, tahun tanam

2008 ... 31

Lampiran 7. Data jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2000, tahun tanam 2003, tahun tanam

2004 ... 32

Lampiran 8. Data jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2006, tahun tanam 2007, tahun tanam

2008 ... 33

Lampiran 9. Gambar kegiatan penelitian ... 32

Lampiran 10. Gambar Kegiatan Penelitian ... 33

(12)

ABSTRACT

.

(13)

ABSTRAK

Junaedi Siregar “ Analisis Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack)

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerinta

sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman

permintaa

sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan

tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura"

(Wikipedia, 2008).

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara

komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang

berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) da

mencapai

pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala

Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit

besar-besaran baru dimulai tahun 1911 (Wikipedia, 2008).

Pada tahun 1957 setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia

pemerintah mengembil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).

(15)

disetiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL

(Buruh Militer) yang merupakan kerjasama antara buruh perkebunan dan militer.

Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta

keamanan dalam negeri yang tidak kondusif menyebabkan produksi kelapa sawit

menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar tergeser

oleh Malaysia (Sastrosaryono, 2003)

Pada masa pemerintahan orde baru pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sector penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980 luas lahan

mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172

ton. Sejak itulah perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama

perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang

melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (Wikipedia, 2008).

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industri, maupun bahan bakar

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi

menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa

sawit kedua dunia setel

bahwa pada tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi pertama

(Sunarko, 2007).

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasi lminyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

(16)

kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa

sawit. Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak

lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,

terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk

pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan

wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta (Anonimus. 2007a).

Tanaman sawit ini tergolong tanaman yang kuat, walaupun demikian

tanaman ini tak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang

membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang

menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Jenis hama yang sering

menyerang tanaman kelapa sawit adalah kumbang, ulat api, ulat kantong,

belalang, sedangkan penyakit yang sering menyerang seperti penyakit busuk

pangkal batang, busuk batang atas, antraknosa dan lain-lain (Anonimus, 2005b).

Kumbang tanduk adalah salah satu hama utama pada tanaman kelapa

sawit dan kelapa di Indonesia, khususnya kelapa di area peremajaan kelapa sawit,

hal ini disebabkan pada areal replanting kelapa sawit banyak tumpukan bahan

organik yang sedang mengalami proses pembusukan sebagai tempat berkembang

biaknya hama ini. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk tanaman kelapa sawit

dan kelapa, gerekan dapat memperlambat pertumbuhan dan jika sampai merusak

titik tumbuh akan mematikan tanaman (Winarto, 2005).

Masalah kumbang tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya

aplikasi mulsa tandan kosong kelapa sawit pada gawang maupun pada system

(17)

dapat mengakibatkan timbulnya masalah kumbang tanduk diareal kelapa sawit tua

(sudharto, dkk., 2000).

Serangan kumbang ini selain dapat menurunkan produksi tandan buah

segar sampai 69% pada tahun pertama, juga mematikan tanaman muda hingga

25%, akibatnya penyisipan tanaman kelapa sawit harus dilakukan berulang kali.

Pada umumnya pengendalian hama ini dilakukan dengan pengutipan kumbang

dan aplikasi insektisida yang memerlukan biaya tinggi dan resiko tinggi merusak

lingkungan. Pengaruh dari penggunakan pestisida dalam pengendalian hama

selain membutuhkan biaya yang tinggi juga berdampak pada lingkungan dan

resistensi terhadap hama itu sendiri. Saat ini telah ditemukan teknik pengendalian

dengan menggunakan feromon yang efektif dan aman terhadap ligkungan

(PPKS, 1996).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat serangan kumbag badak pada areal pertanaman

kelapa sawit berdasarkan umur tanaman dikebun Huta Padang PTPN III.

Hipotesa Penelitian

Diduga adanya tingkat serangan kumbang badak pada berbagai umur

tanaman di areal pertanaman kelapa sawit kebun Huta Padang.

Kegunaan Penelitian

1. Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit berbe

terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi (Wikipedia,2008).

Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan

membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener

sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar

napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan

aerasi (Setyamidjadja, 2006)

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm.

Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang

sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman

diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah

yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip denga

(Setyamidjadja,2006)

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan

ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa

pelepah berwarna sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m.

Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi

(19)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah sat

betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki

waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.

Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.

Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat

lebih besar dan mekar (Sastrosaryono, 2003).

keanekaragaman dan jumlah populasi di suatu tempat dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman,

keadaan cuaca saat pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman

(penggunaan tanaman penutup tanah). (Rizali, Buchori dan Triwidodo2002).

Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan

berbeda-beda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak

sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup (keadaan

tofografi) atau habitatnya (Gallangher dan Lilies, 1991).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme

selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam

komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian

yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan apa tingkat antar spesies

(persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies serta Populasi setiap organisme

pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu, tetapi selalu berfluktuasi

(Untung, 1996).

Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan

(20)

tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya (Tarumingkeng, 2001 dalam

Anonimus, 2008a).

Biologi Hama (Oryctes rhinoceros L.)

Manurut (Zaini, 1991 ) Klasifkasi hama Oryctes rhinoceros ini adalah

sebagai berikut :

Species : Oryctes rhinoceros L.

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada

bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat

bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu-bulu. Kumbang menggerek pupus

yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda

diareal peremajaan (Purba. 2005).

Kumbang badak betina bertelur pada tunggul-tunggul karet, kelapa dan

kelapa sawit yang telah dipotong dan bahan organik lainnya. Bahan-bahan organik

adalah bahan yang mudah digerek atau telah busuk.

(Mangoensoekarjo dan semangun, 2003)

Telur berwarna putih, bentuk oval, diletakkan oleh imago betina 5-15 cm

dibawah permukaan bahan organic. Telur yang baru diletakkan berukuran 2,3 x

(21)

Imago kumbang betina ini dapat bertelur 3 sampai 4 kali selama hidupnya dengan

jumlah telur 30 butir dalam sekali bertelur, tergantung berkembang biaknya

selama 9 sapai 12 minggu kedepan, masa inkubasi telur 11 hari kemudian menjadi

larva setelah 17 minggu dari peletakan telur oleh imago dan rata-rata selama

hidupnya dan selama hidupnya dapat menelur sebanyak 108 telur sepanjang

hidupnya. Telur dapat dilihat pada gambar 1 (Hinckley, 2007)

Telur

Gambar 1: Telur Oryctes rhinoceros Sumber: Foto Langsung

Larva muda memakan bahan organik dari hasil pembusukan kayu karet

dan kelapa sawit selain itu juga bahan vegetatif tanaman, larva dapat tertanam

hingga panjang 60 mm atau lebih, selama stadia ini mereka tidak dapat merusak

tanaman (Komaruddin, 2006). Larva pada kumbang ini terdiri dari 3 instar yaitu

instar pertama selama 10 sampai 21 hari, instar kedua selama 12 sampai 21 hari

dan instar ketiga selama 60 sampai 65 hari. Larva dapat dilihat pada gambar 2

(Mohan, 2007)

larva

(22)

Sebelum menjdi pupa terlebih dahulu mengalami pra pupa selama 8

sampai 13 hari kemudian menjadi pupa selama 17 hari sampai 28 hari. Pupa dapat

dilihat pada gambar 3 (Mohan, 2007).

pupa

Gambar 3: Pupa Oryctes rhinoceros Sumber: Foto Langsung

Kumbang yang muncul akan mulai berterbangan pada waktu senja atau

pada malam hari manuju mahkota daun tanaman kelapa dan menuju ujung batang

kemudian mengebor sampai sampai ketitik tumbuh. Kumbang menghisap cairan

yang keluar dari luka bekas gigitannya. Kumbang ini akan tetap tinggal dalam

terowongan yang dibuatnya selama lebih kurang satu minggu, dan kumbang ini

akan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain tiap 4 – 7 hari.kumbang

dewasa dapat dilihat pada gambar 4 (Purba. 2005).

(23)

Gejala Serangan

Serangan dari O. rhinoceros ini dapat dilihat bekas gerekan yang

dibuatnya. Pada tanaman muda serangan hama ini dapat menyebabkan kematian.

Pada waktu hama ini mengebor pucuk tanaman biasanya juga merusak bagian

daun yang muda yang belum terbuka (janur) hingga waktu daun terbuka akan

terlihat bekas potongan yang simetris berbantuk segitiga atau seperti huruf V.

Akibatnya, mahkota daun tampak compang camping tidak teratur sehingga

bentuknya tidak bagus lagi (Firmansyah, 2008).

Luka dari bekas gerekan kumbang badak ini sering mengundang hama

lain. Yang merupakan hama sekunder yaitu kumbang moncong merah

(Rhynchophorus ferrugineus Oliver) dan penyakit busuk pucuk yang disebabkan

oleh cendawan Phytophthora palmivora Butler. Gejala serangan dapat dilihat

pada gambar 5 (Untung, 1996)

Gambar 5: Gejala Serangan Oryctes rhinoceros

(24)

Pengendalian

Secara mekanis dilakukan dengan memusnakan stadia telur, larva dan

pupa dalam sarang-sarang di permukaan tanah. System pencacahan batang,

pengutipan kumbang dan larva, secara kimiawi dan hayati. Semua metode

pengendalian di aplikasikan secara tunggal maupun terpadu keterbatasan dalam

skala besar (Dechenon, et al., 1997).

Dengan menggunakan feromon (etil – 4 oktanoate) ini berguna sebagai

alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap masal. Rekomendasi untuk

perangkap masal adalah adaah meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar. Pada

populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu perangkap untuk

satu hektar (Utomo, et al., 2007).

Mengingat peningkatan areal peremajaan dan kebutuhan akan teknik

pengendalian spesifik pada perkebunan kelapa sawit yang lebih berwawasan

lingkungan, diperlukan suatu metode yang lebih sesuai dan dapat dipadukan

dengan metode yang lain. Pemenfaatan feromon merupakan metode pengendalian

secara mekanis kumbang tanduk yang dilakukan pada areal kelapa sawit yang

mencakup areal luas dan ramah lingkungan (Dechenon, et al., 1997).

Pada umumnya, Oryctes rhinoceros lebih menyenangi tanaman yang

berusia muda dibandingkan dengan tanaman yang tua. Berarti faktanya

dilapangan serangga ini umumnya banyak ditemukan pada pertanaman kelapa

sawit yang belum menghasilkan (TBM), bukan berarti pada tanaman

menghasilkan (TM) keberadaan serangga ini tidak ditemukan tetapi jumlahnya

(25)

pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan

berbeda-beda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak

sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup termasuk

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian dilaksanakan di areal pertanaman kelapa sawit di kebun Huta

Padang PTPN III Kabupaten Asahan. dengan ketinggian tempat ± 123 m dpl.

Penelitian dilaksanakan pada bulan agustus 2009 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat Percobaan Bahan

- Tanaman sampel kelapa sawit yang akan diamati serangan

O. rhinoceros.

Alat

- Buku dan alat tulis untuk mencatat data pengamatan di lapangan.

- cat untuk menandai pohon sampel

Metode Analisa Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan pengambilan sampel secara acak sistematik. Dengan memperkirakan

jumlah total semua tanaman yang berada dalam satu afdeling pada berbagai umur

tanaman. Jumlah sampel yang di ambil 10 % dari jumlah pohon/umur tanaman.

Maka apabila jumlah tanaman ada 2000 batang/umur tanaman, maka interval

pengambilan sampel adalah:

2000/10 = 200 pohon sampel. Jadi :

N=2000

n= 200

(27)

Untuk sampel pertama diacak dimulai dari pohon ke 10. Maka pohon sampel

berikutnya adalah pohon ke 20, 30, 40, 50 dan seterusnya. Hal ini dilakukan

karena keadaan topografi lahan terdiri dari rendahan, berbukit, atau perengan

dengan tanah rata hanya sekitar 30%. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali,

dengan interval pengamatan 1 kali seminggu.

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengamati gejala serangan yang

ditimbulkan kumbang badak pada pohon sampel yang telah ditetapkan. Lokasi

pegambilan sampel dilakukan pada :

1. Tanaman tahun tanam 2000 dengan luas lahan 55,20 ha.

2. Tanaman tahun tanam 2003 dengan luas lahan 17,65 ha.

3. Tanaman tahun tanam 2004 dengan luas lahan 123,38 ha.

4. Tanaman tahun tanam 2006 dengan luas lahan 134,5 ha.

5. Tanaman tahun tanam 2007 dengan luas lahan 160,05 ha.

6. Tanaman tahun tanam 2008 dengan luas lahan 38,65 ha.

Menghitung populasi Kumbang badak

Perangkap kumbang badak ini dengan menggunakan ferotrap, yaitu

feromon untuk pengandalian kumbang badak. pemasangan perangkap ini

dilakukan pada setiap umur tanaman dengan banyaknya perangkap yaitu 2 buah

perangkap setiap umur tanaman. feromon sintetik ini digantungkan dalam pipa

paralon yang berukuran 2 meter dan dengan diameter 10 cm. kemudian pipa

(28)

oryctes kedalam pipa paralon. Feromon digantung pada lobang cantelan yang

telah dibuat sedemikian rupa, yang telah diberi penyanggah kawat. Satu kantong

feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap satu minggu dilakukan

pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dihitung jumlah kumbang badak

yang masuk dalam perangkap.

Parameter Pengamatan

1. Jumlah pohon sampel yang terserang kumbang badak

persentase serangan dihitung dengan menggunakan rumus :

Persentase Serangan = x100%

b a

Keterangan :

a = Jumlah pohon sampel yang terserang

b = Jumlah pohon sampel keseluruhan (Odum, 1971).

Kemudian membandingkan tingkat serangan antara tanaman TBM dan

TM.

2. Menghitung populasi kumbang badak yang masuk dalam perangkap

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari penelitian yang dilakukan di kebun Huta Padang PTPN III Kisaran,

tingkat serangan kumbang badak (Oryctes rhiniceros) yang di peroleh dilapangan

dapat dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1.Data persentase serangan O. rhinoceros di areal pertanaman kelapa sawit pada tanaman TM dan TBM

Tahun Tanam Pengamatan Perminggu Total Rataan

I II III Iv

TM

2000 32.39 35.21 25.35 29.58 122.53 30.63

2003 55.00 35.00 20.00 30.00 140.00 35.00

2004 30.06 25.15 16.56 20.24 92.01 23.00

Tahun Tanam Pengamatan Perminggu Total Rataan

I II III IV

TBM

2006 26.96 32.02 24.71 21.34 105.03 26.26

2007 48.13 43.92 41.58 34.11 167.74 41.94

2008 44.44 38.88 48.14 35.18 166.64 41.66

Dari hasil penelitian pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan

(TM), jumlah persentase serangan tertinggi adalah pada tahun tanam 2000 dengan

tingkat serangan 30,63% dan persentase serangan terendah adalah pada tahun

tanam 2004 dengan tingkat serangan 23.00%. rendahnya tingkat serangan pada

tahun tanam 2004 ini dapat disebabkan karna letak topografi lahan serta keadaan

suhu dan cuaca saat pengambilan sampel, bila dilihat dari posisi atau zona lahan

lahan tanaman 2004, tanaman 2004 ini berdekatan dengan tahun tanam 2000,

2006, dan 2003. Hama kumbang badak lebih menyukai tanaman yang lebih muda

sedangkan disekeliling tanaman 2004 semuanya adalah tanaman yang sudah tua

(30)

tahun tanam 2004. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2004 dapat kita

lihat pada Gambar 6.

Gambar 6: Tanaman Tahun Tanam 2004

Sedangkan pada tahun tanam 2000, tanaman tahun 2000 ini letaknya

berdekatan dengan tanaman tahun 2008, dan 2006. Jadi karna hama kumbang

badak ini lebih menyukai tanaman muda tentu populasi hama lebih banyak

terdapat pada tahun tanam 2008, karna dekatnya jarak antara tanaman tahun 2008

dan tanaman tahun 2000 menyebabkan banyak hama kumbang badak yang

terdapat ditanaman 2000 hal inilah yang menyebabkan mengapa tahun tanam

2000 lebih tinggi serangannya dibanding dengan tahun tanam 2004. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Gallangher dan Lilies, 1991) yang menyatakan bahwa pola

penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda.

Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya

populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya

topografi atau habitatnya. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2000 dapat

(31)

Gambar 7: Tanaman Tahun Tanam 2000

Dari hasi pengamatan tanaman TBM diketahui bahwa jumlah persentase

serangan kumbang badak yang tertinggi ditemukan pada tahun tanam 2007 yaitu

41,93%, sedangkan persentase terendah adalah pada tahun tanam 2006 yaitu

26,26%. Rendahnya tingkat serangan pada tahun tanam 2006 ini disebabkan karna

beberapa faktor yaitu, faktor usia tanaman, topografi lahan, letak tanam dan curah

hujan. Hama kumbang badak lebih menyukai tanaman yang lebih muda, itulah

yang menyebabkan populasi hama kumbang badak ini lebih banyak terdapat pada

tanaman tahun 2007 dari pada tanaman tahun 2006. Topografi lahan 2006

bergelombang hal ini sangat mempengaruhi mobilitas dari serangga ini,

sedangkat tanaman tahun 2007 topografi lahannya lebih banyak dataran sehingga

akan lebih mudah dalam pergerakan hama ini dalam menyebar pada lahan

tanaman tahun 2007. Sedangkan bila dilihat dari letak posisi penanaman tanaman

tahun 2006 letaknya dekat dengan tanaman tahun 2004 dan tanaman tahun 2000,

itulah sebabnya serangan hama kumbang badak pada tanaman tahun 2007 lebih

tinggi di bandingkan tanaman tahun 2006 hal ini sesuai dengan pernyataan

(32)

kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga,

prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya topografi atau

habitatnya. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2006 dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8: Tanaman Tahun Tanam 2006

Bila dilihat perbandingan serangan antara tahun tanam 2007 dengan

tanaman tahun 2008 tidak begitu signifikan, tingkat serangan pada tahun tanam

2007 sebesar 41,93%, sedangkan pada tanaman tahun 2008 yaitu 41,66%, hal ini

disebabkan karena pada tanaman tahun 2008 masih banyak terdapat tanaman

Mucuna (tanaman kacang-kacangan penutup tanah). Tanaman kacang-kacangan

ini kurang begitu disukai oleh hama kumbang badak karna tanaman penutup tanah

ini dapat mengeluarkan zat kimia eksudan yang kurang disukai oleh hama

kumbang badak, itulah yang menyebabkan serangan hama kumbang badak lebih

tinggi pada tanaman tahun 2007 dibanding tanaman tahun 2008. Untuk melihat

(33)

a b

Gambar 9: a.Tanaman Tahun Tanam 2007 b.Tanaman Tahun Tanam 2008

Bila dibandingkan tingkat persentase serangan antara TM dan TBM adalah

lebih tinggi tingkat serangan pada areal tanaman TBM ini disebabkan karna pada

tanaman TBM masih banyaknya terdapat tumbangan batangan tanaman kelapa

sawit, karna masih banyaknya bekas tumbangan batang tanaman kelapa sawit ini

menjadi tempat sarang hama kumbang badak untuk berkembang biak. Sedangkan

pada areal TBM bekas tumbangan tanaman kelapa sawit ini sudah jarang

ditemukan, sehingga inilah yang menyebabkan tingkat serangan pada areal TBM

lebih tinggi dibandingkan TM Hal ini sesuai dengan literatur

(Gallangher dan Lilies, 1991) yang menyatakan bahwa pola penyebaran dan

kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda. Penyebaran dan

kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga,

prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya topografi atau

habitatnya.

Bila dilihat dari data curah hujan, tingkat curah hujan selama penelitian

sangat tinggi, hal ini sedikit banyaknya akan sangat mempengaruhi dari

(34)

serangan pada setiap umur tanaman berbeda-beda. Untuk melihat perbedaan

persentase tingkat serangan pada TM dan TBM dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6: Histogram Rataan Persentase Tingkat Serangan Pada TM dan TBM

Untuk melihat jumlah hama kumbang badak yang tertangkap diareal

pertanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan di areal Pertanaman kelapa

Sawit TM dan TBM

tahun tanam jumlah serangga (ekor)

2000 35

2003 24

2004 47

Tahun Tanam Jumlah Serangga (ekor)

2006 44

2007 85

2008 54

Dari Tabel 3. Diketahui bahwa jumlah imago kumbang badak yang paling

banyak tertangkap pada tanaman TM adalah pada tahun tanam 2004 yaitu 47 ekor

dan jumlah imago kumbang badak terendah yang tertangkap adalah pada tanaman

(35)

yang terendah yaitu 23.00% hal ini dapat disebabkan karna beberapa factor yaitu

salah satunya karna letak zona penanaman tahun 2004, tanaman tahun 2004 ini

letaknya berdekatan dengan tanaman TBM yaitu tanaman tahun tanam 2006 dan

tanaman tahun tanam 2007 sedangkan perangkap hama kumbang badak ini

dipasang di pinggir barisan tanaman 2004 dengan tujuan dari pemasangan

perangkap seperti ini agar hama kumbang badak yang ada ditengah-tengah

pertanaman tahun tanam 2004 sedikit banyaknya dapat keluar dan terbang

mengarah kearah perangkap yang telah dipasang. Karna tanaman 2004 ini juga

berdekatan dengan tanaman tahun tanam 2007 sehingga sedikit banyaknya hama

kumbang badak yang berada pata pertanaman tanaman tahun 2007 terbang kearah

perangkap yang dipasang pada tanaman tahun tanam 2004.

Dari tabel 4. Diketahui bahwa jumlah populasi hama kumbang badak

yang banyak tertangkap adalah pada tahun tanam 2007 yaitu 85 ekor dan jumlah

populasi hama kumbang badak yang paling sedikit tertangkap yaitu pada tahun

tanam 2006 yaitu 44 ekor hal ini jelas terjadi karena serangga ini lebih menyukai

tanaman muda yang lebih muda dibandingkan pada tanaman yang lebih tua,

walaupun sebenarnya tanaman 2004 bukanlah tergolong tanaman tua, hal ini

sesuai dengan pernyataan.Risza (1994) yang menyatakan bahwa Pada umumnya,

Oryctes rhinoceros lebih menyenangi tanaman yang berusia muda dibandingkan

dengan tanaman yang tua. Berarti faktanya dilapangan serangga ini umumnya

banyak ditemukan pada pertanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan

(TBM), bukan berarti pada tanaman menghasilkan (TM) keberadaan serangga ini

(36)

Bila dibandingkan dari jumlah populasi kumbang badak yang didapat pada

tanaman tahun 2007 dengan tanaman tahun 2008 populasi kumbang badak lebih

banyak terdapat pada tanaman tahun 2007 hal ini juga disebabkan karena pada

tanaman tahun 2008 masih banyak terdapat tanaman kacang-kacangan penutup

tanah, tanaman penutup tanah ini dapat mengeluarkan zat kimia eksudan yang

kurang disukai oleh hama kumbang badak. Sehingga sedikit banyaknya hama

kumbang badak ini berpindah pada tanaman tahun tanam 2007.

Vegetasi tanaman penutup tanah (cover crop) pada tanaman belum

menghasilkan (TBM) lebih tinggi dibandingkan pada tanaman menghasilkan

(TM). Bahkan tanaman penutup tanah dalam hal ini yang dipakai adalah mucuna

hampir tidak dijumpai lagi pada tanaman menghasilkan (TM) karena mucuna

akan mati seiring bertambahnya umur tanaman yang mengakibatkan mucuna tidak

dapat pasokan cahaya matahri yang cukup.

Umur tanaman juga sangat menentukan kepadatan populasi serangga, ada

serangga tertentu misalnya hama yang hanya menyenangi tanaman muda, dan

hampir tidak ditemukan menyerang tanaman tua. Munculnya hama ini akan

diikuti dengan munculnya serangga lain yang sifatnya pengendali hayati misalnya

natural enemies (musuh alami). Hal ini membuktikan umur tanaman juga sangat

(37)

KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat serangan hama kumbang

badak yg paling tinggi pada tanaman menghasilkan TM adalah pada

tahun tanam 2000 yaitu 30.63%, dan yang paling rendah adalah tanaman

tahun tanam 2004 yaitu 23.00%.

2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat serangan hama kumbang

badak paling tinggi pada tanaman TBM adalah pada tahun tanam 2007

yaitu 41.94%, dan yang paling rendah adalah pada tahun tanam 2006

yaitu 26.26%.

3. Selain dipengaruhi oleh umur tanaman, rendahnya persentase serangan

serangga pada tanaman tahun 2004 juga dipengaruhi oleh suhu dan

keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel dilapangan,

4. Jumlah kumbang badak yang tertangkap paling banyak pada tanaman TM

adalah tanaman tahun tanam 2004 yaitu 47 ekor dan yang tertangkap

paling sedikit yaitu pada tanaman tahun tanam 2003 yaitu 24 ekor..

5. Jumlah kumbang badak yang tertangkap paling banyak pada tanaman

TBM adalah tanaman tahun tanam 2007 yaitu 85 ekor dan yang

tertangkap paling sedikit yaitu pada tanaman tahun tanam 2006 yaitu 45

ekor.

Saran

Perlunya bantuan tenaga kerja dalam melakukan penelitian survei ini agar

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung. D dan M. L. A. Hossang. 2003. Kelapa (cocos nucifera L.). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Puslitbangtri.

Anonimus. 2007a. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Diakses dari

________, 2005b, Budidaya Kelapa Sawit.

Dechenon, R. D dan H Pasaribu, 2005. Strategi pengendalian Hama Oryctes

rhinoceros di PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF Group). Dalam

Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 205.

Firmansyah, E., 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available on line at : 2009).

Gallangher, D. K dan S. Lilies, Ch., 1991. Metode Ekologi Lapangan. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta.

Hinckley, D. 2007. Ecology Distribution of O. rhinoceros Coconut beetle. AvailableHp://www.issg.org/database/spesies/ecology.asp?si=173&fr=1 &sts. Diakses tanggal 22 april 2009.

Komaruddin, E. E., 2006. Rhinoceros beetle (oryctes rhinoceros). Available.at:http//rhinoceros%20beetle%20(oryctes%rhinoceros)%2020 att%20sungei%20bulon%20natur%2020park. Diakses tanggal 15 april 2009.

Mangoensoekarjo, H. Semangun., 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mohan, C.2007. The Association for Tropical Biology and Concervation Ecology of the Coconut Rhinoceros Beetle, Oryctes rhinoceros (L)(Coleoptera:Dynastidae).AvailableHp://www.linkjstor.org/sici?sici=0 006-3606(197309)5:2%3C111:EOTCRB%3e2.0.C;2-E. diakses 7 april 2009.

Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders, Philadelphia.

(39)

PPKS, 1996. Pengendalian Baru Kumbang Tanduk Dengan Feromon,

Oryctes rhinoceros, Medan.

Risza, S., 1994. Seri Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Rizali, A., Bukhori, D., Triwidodo, H., 2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan-tepaian Hutan indicator untuk Kesehatan Lingkungan. Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).

Sastrosaryono, S., 2003. Prospek Bertanam Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjadja, D., 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Sunarko., 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudartho, P. S., and A. Susanto, 2002. Utilization of Enthomophathogenic fungus Metharhizium anisoliae as bio-insecticide against larvae of O. rhinoceros on Empty oil Palm Fruith Bunch Mulch in The Oil Palm Plantation. Proceding of International Oil Palm Conference, Nusa dua Bali 8 – 12 juli 2002.

Untung, K.,. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Utomo, C. Herawan T. dan Susato A., 2007. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, Feromon : Era baru pengendalian hama Ramah Lingkungan di Perkebunan Kelapa Sawit, PPKS Medan .

Zaini. 1991. Hama tanaman Kelapa Sawit dan Pengendaliannya. Available at. Hp://litbang.deptan.go id/hama kelapa sawit. Diakses tanggal 22 april 2009.

Wikipedia,2008. Kelapa Sawit. Diakses dari

(40)

Lampiran 1

BAGAN PENGAMBILAN SAMPEL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

52 51 50 49 48 47 46 45 44 43 42 41 40

53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 99

78 77 76 75 74 73 72 71 70 69 68 67 66

10 pohon

KETERANGAN:

= pokok kelapa sawit

(41)

Lampiran 2

(42)

Lampiran 3

DENAH LOKASI AFDELING IV

Keterangan :

Tahun tanam luas (ha) jlh phon warna jlh pohon sampel

2000 55,20 7175 717

2003 17,65 2080 208

2004 123,38 16335 1633

2006 134,5 17884 1788

2007 160,05 21423 2143

(43)

Lampiran 4

(44)

Lampiran 5

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2000 Tahun tanam

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2003 Tahun tanam

(45)

Lampiran 6

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2006

tahun tanam 2006 Pengamatan perminggu Total Rataan

I II III IV

Pohon sampel 178.00 178.00 178.00 178.00 712.00 178.00

Jumlah seangan 48.00 57.00 44.00 38.00 187.00 46.75

% Serangan 26.96 32.02 24.71 21.34 105.03 26.26

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2007 Tahun tanam

(46)

Lampiran 7

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2000 Tahun tanam

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2003 Tahun tanam

(47)

Lampiran 8

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2006 Tahun tanam

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2007 Tahun tanam

(48)

Lampiran 9

Gambar: Papan nama Afdeling IV Gambar: Papan nama kebun Huta Padang

Gambar: Papan nama Kantor Kebun Huta Gambar Kantor Kebun Huta Padang Padang

(49)

Lampiran 10

Gambar: Menandai Pohon Sampel Gambar: Memasang Perangkap Feromon

Gambar: Perangkap Oryctes dari Pipa Gambar: Oryctes yang tertangkap paralon

(50)

Lampiran 11

Gambar: Tanaman Tahun Tanam 2000 Gambar :Tanaman Tahun Tanam 2003

Gambar:Tanaman Tahun Tanam 2004 Gambar: Tanaman Tahun Tanam 2006

Gambar

Tabel 1.Data persentase serangan O. rhinoceros di areal pertanaman kelapa sawit  pada tanaman TM dan TBM
Gambar 8.
Gambar 9: a.Tanaman Tahun Tanam 2007                                                    b.Tanaman Tahun Tanam 2008
Gambar 6: Histogram Rataan Persentase Tingkat Serangan Pada            TM  dan TBM
+5

Referensi

Dokumen terkait

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara.. Dibimbing oleh

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

DEDY HAMONANGAN SILABAN : Model Pendugaan Cadangan Karbon Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun Di Perkebunan Kelapa Sawit PT.. Putri Hijau, Kabupaten

Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hama kumbang kelapa sawit ( Oryctes rhinoceros ) dengan eksplorasi dan aplikasi.. pengendali hayati

Taksonomi dari kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa

Pengaplikasian tandan kosong supaya tidak ditumpuk dengan tebal sehingga tidak mendukung untuk perkembangan larva kumbang Oryctes di lapangan (kebun kelapa sawit), dan perlu

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) UMUR 10 TAHUN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT..